JOB PERTAMINA COSTA I.G.L MENUJU PROPER BIRU

dokumen-dokumen yang mirip
PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

Globalisasi perekonomian menimbulkan pencemaran dan memunculkan kepedulian terhadap lingkungan. ISO mengembangkan standar spesifik lingkungan bagi

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

RKL-RPL RENCANA PEMBANGUNAN DAN PENGOPERASIAN PLTU TANJUNG JATI B UNIT 5 DAN 6 (2 X MW) DI KABUPATEN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR :... TAHUN... TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH INDUSTRI MINYAK SAWIT MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

Kriteria Proper terdiri dari dua bagian yaitu: a. kriteria penilaian ketaatan; dan b. kriteria penilaian lebih dari ketaatan (beyond compliance).

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (

BAB III LANDASAN TEORI

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Baku Mutu Air Limbah. Migas. Panas Bumi.

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH BESI

DOKUMEN AMDAL : KA ANDAL DAN ANDAL (REVIEW)

PETUNJUK TEKNIS PENGAWASAN PENCEMARAN PERAIRAN

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT PENGELOLAAN B3 Sub Direktorat Inventarisasi Penggunaan B3

SISTEM INFORMASI PELAPORAN PELAKSANAAN IZIN LINGKUNGAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP PUSAT PENGELOLAAN EKOREGION SUMATERA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PELAKSANAAN AMDAL, UKL DAN UPL SERTA IPLC DI DKI JAKARTA

PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (ANDAL)

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha dan/atau kegiatan pembangkit listrik tenaga termal adalah usaha dan/atau kegiatan

TATA CARA PENILAIAN KETAATAN DAN PENILAIAN KINERJA LEBIH DARI KETAATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA PEMANTAUAN LINGKUNGAN (RPL)

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

BAB II DASAR-DASAR PENGELOLAAN LIMBAH B3

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2017 NOMOR : 27

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indon

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

METODOLOGI PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGENDALIAN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH

RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN (RKL)

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 07 TAHUN 2007 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI KETEL UAP

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3. Oleh : Iyan Suwargana Kabid Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian Limbah B3 3R LIMBAH B3

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

PETUNJUK PELAKSANAAN PENERAPAN SANKSI ADMINISTRATIF

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH TIMAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Rawannya Pelanggaran dalam Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 40 TAHUN 2008 TENTANG

SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT DAN GAS DI BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP.59/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

DAFTAR PERATURAN PERUNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Teknik Bioremediasi Hidrokarbon

TARGET & REALISASI TRIWULAN 1-4 TAHUN 2017 KINERJA LINGKUNGAN HIDUP

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PELINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi

Transkripsi:

JOB PERTAMINA COSTA I.G.L MENUJU PROPER BIRU Oleh : A.N.Haryanto, Rony Lilipaly, Bambang.D.S JOB Pertamina Costa International Group Ltd.,Field Office Pangkalan Susu JL. Samudra Kompleks Perkantoran Pertamina Region Sumatera Area Pangkalan Susu 20858 Telp. (0620) 52044, Fax (0620) 51850 e-mail : anhayantox@yahoo.co.id, rlilipaly@yahoo.com dan bds_bembous@indosat.net.id ABSTRAK Kepedulian perusahaan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri MIGAS terhadap lingkungan semakin tinggi, sehingga JOB Pertamina Costa IGL.,mencanangkan program PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup) yang diselenggarakan oleh Pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup dengan target peringkat BIRU pada tahun 2007. Sebagai langkah awal telah dilakukan Initial Environment Audit pada Processing Area di Pulau Panjang dan Field Operation di Pangkalan Susu. Untuk mengendalikan pencemaran air, telah dioperaasikan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) yang terdiri dari : CPI (Corrugated Plate Interceptor), adalah peralatan yang berfungsi memisahkan air terproduksi dengan hidrokarbon yang teremulsi di dalam cairan. Dissolved Air Floatation (Wemco Depurator), membantu percepatan pemisahan film-film minyak. API Separator, yang berfungsi membantu proses pemisahan secara gravitasi antara air terproduksi dan minyak.kolam Aerasi, untuk menguraikan bahan organik di dalam air yang terproduksi sehingga dapat terlepas ke udara. Usaha pengendalian pencemaran udara dilakukan pengukuran gas buang dari gas generator,diesel generator, flare stack serta tingkat kebisingan di setiap lokasi pantau dan hasilnya tidak melampaui Nilai Ambang Batas. Untuk pengelolaan limbah B3 telah dibangun gudang penampungan sementara limbah B3, mengelompokkannya sesuai dengan jenis dan tingkat bahayanya, dan memberikan label-label

terhadap limbah tersebut. Serta kebersihan lingkungan sekitar tempat bekerja juga mendapatkan perhatian,agar dapat memberikan kenyamanan bekerja. Untuk pemusnahan limbah B3 tersebut telah dilakukan kerja sama dengan perusahaan yang mendapat izin dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mendaur ulangnya sesuai dengan prosedur. Pada saat ini, telah sampai pada upaya untuk memenuhi aspek legal untuk mencapai target jangka pendek PROPER PERINGKAT BIRU. PENDAHULUAN Di Indonesia, ketentuan tentang pengelolaan lingkungan, khususnya mengenai pengendalian pencemaran dan pengelolaan limbah dari kegiatan industri telah diberlakukan sejak tahun 1990. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan masih banyak kalangan industri yang belum mematuhi ketentuan tersebut. Sejak tahun 1995 Kementerian Lingkungan Hidup telah mengembangkan suatu program yang disebut PROPER PROKASIH (yaitu penilaian terhadap upaya pengendalian pencemaran air limbah pada sungai-sungai besar yang tercemar cukup berarti). Namun hasil kinerja program tersebut belum mencerminkan pengelolaan lingkungan secara menyeluruh dimana kinerja lingkungan yang ada hanya mencerminkan kinerja pengendalian pencemaran air, sedangkan seiring dengan berjalannya waktu, permasalahan lingkungan hidup dari kegiatan industri tidak hanya pencemaran air, tetapi juga pencemaran udara dan pengelolaan limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Oleh karena Untuk mendapatkan gambaran kinerja pengelolaan lingkungan yang kepada kinerja pengelolaan lingkungan yang meliputi : air limbah, emisi udara dan pengelolaan B3 dan limbah B3. Disamping UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, landasan operasional pelaksanaan PROPER adalah Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 127/MENLH/2002 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Tujuan utama PROPER adalah meningkatkan penaatan terhadap peraturan perundangan tentang lingkungan hidup melalui penyebaran informasi yang disampaikan kepada stakeholders (Pemangku Kepentingan antara lain; media massa, media elektronik dalam dan luar negeri). Melalui PROPER hasil pengawasan yang telah dilakukan oleh KLH disampaikan secara terbuka kepada masyarakat luas. PROPER memberikan kesempatan kepada masyarakat, baik individu maupun secara berkelompok untuk berperan secara aktif dalam pengendalian dampak lingkungan. Agar informasi yang dikeluarkan oleh PROPER legitimate di mata masyarakat maka pelaksanaan PROPER telah menerapkan prinsipprinsip Good Environmental Governance (GEG), komprehensif maka penilaian kinerja diarahkan antara lain Fairness, partisipasi public dan

akuntable. Untuk mewujudkan hal tersebut maka pelaksanaan PROPER melibatkan Dewan Pertimbangan yang beranggotakan tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai elemen, yaitu dari perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat, KLH, perbankan dan media massa. Tugas utama Dewan Pertimbangan adalah memberikan pertimbangan kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan dan penentuan akhir hasil penilaian PROPER. Untuk mengetahui status ketaatan atau kinerja pengelolaan lingkungan tersebut, JOB Pertamina - Costa IGL, melakukan Audit Penaatan Lingkungan Awal (Initial Environmental Audit). Dengan melakukan audit ini akan dapat diketahui sejauh mana JOB Pertamina Costa IGL,dapat memenuhi standar-standar dan kriteria pengelolaan lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Initial Environmental Audit dilakukan oleh auditor dari pihak Independent sehingga hasil penilaian akan lebih bersifat objektif. DESKRIPSI KEGIATAN OPERASI PRODUKSI. Fasilitas Produksi Lapangan Arbei mempunyai sumur minyak dan gas yang masih aktif berproduksi yaitu : ABS-1, ABS-2, ABS-3, ABS-11 dan ABS- 13. Hasil produksi dari masing-masing sumur tersebut dialirkan melalui Gathering Platform menuju Process Station yang terletak di Pulau Panjang,pada Process Station ini crude oil dipisahkan dari gas dan air. Minyak dan air selanjutnya dikirim melalui pipa 6 ke Main Oiltorage. Sedangkan gas dikirim ke Gathering Point di HM-55 Pangkalan Batu dengan pipa 8. Main Oil Storage merupakan tanki timbun (T-300) dengan Kapasitas 8500 bbls. Gathering Point HM-55 yang berlokasi di Pangkalan Batu berjarak 8 km dari Pangkalan Susu yang berfungsi sebagai titik penyerahan gas. RONA LINGKUNGAN LAPANGAN MIGAS ARBEI Pembuangan limbah cair berupa air terproduksi yang dihasilkan oleh Process Station Pulau panjang dilakukan di Main Oil Storage (T-300) setelah dipompakan bersama dengan minyak. Kegiatan di Pulau Panjang yang berpotensi menimbulkan ceceran minyak adalah kegiatan dari rotating equipments (gas compressor, air compressor dan gas generator).ceceran minyak yang tidak dikelola dengan baik berpotensi untuk mencemari air laut di sekitarnya. Minyak dan lemak dalam perairan akan dapat mencegah masuknya oksigen ke dalam air sehingga mengganggu terjadinya proses fotosintesa pada lingkungan air. Disamping itu, minyak dan lemak juga bersifat racun bagi biota laut.pada saat ini jika di Main Oil Storage melakukan kegiatan cerat air maka air akan mengalir deras masuk ke Instalasi Pengolah Air Limbah dengan aliran turbulensi sehingga pada saat air tersebut keluar dari IPAL menuju ke laut masih terlihat kandungan minyaknya. Karena

kondisi tersebut sudah berlangsung lama, maka saluran pembuangan secara visual kelihatan sangat kotor. PENGELOLAAN LINGKUNGAN Pengendalian Pencemaran Udara Indikator untuk peringkat biru meliputi: 1. Stack yang mengeluarkan emisi telah dilengkapi dengan tempat pengambilan sampel emisi udara. 2. Emisi udara yang dihasilkan memenuhi baku mutu emisi udara sebagaimana yang dipersyaratkan. Yang telah dilaksanakan, untukkesiapan PROPER sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 129 tahun 2003 adalah : Telah membuat sampling point pada 3 (tiga) buah stack generator serta perlengkapan penunjangnya sesuai dengan ketentuan. Telah dilakukan pengukuran dan pemantauan kualitas emisi udara pada masing-masing stack (cerobong) dengan hasil berada dibawah baku mutu. Telah dilakukan pengukuran Opasitas pada flare stack dengan hasil berada dibawah baku mutu yang ditetapkan. Hasil pemantauan kualitas emisi udara telah dilaporkan kepada Ditjen MIGAS, KLH dan Bapedalda Sumatera Utara Pengendalian Pencemaran Air Indikator untuk peringkat biru meliputi: Perusahaan telah melakukan pengukuran debit harian air limbah. Konsentrasi air limbah memenuhi BMAL atau persyaratan yang ditetapkan di dalam izin. Perusahaan mempunyai izin untuk pembuangan limbah ke laut (dumping). Yang telah dilakukan untuk kesiapan PROPER sesuai dengan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. KEP- 42/MENLH/X/1996 adalah : Mengolah air limbah dengan IPAL di Process Station Pulau Panjang. Juga telah diperbaiki sistem Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL),sehingga limbah air terproduksi berada dibawah baku mutu air limbah yang ditetapkan Sesuai dengan ketentuan, telah mengajukan permohonan izin pembuangan limbah cair ke laut kepada Menteri Negara Lingkungan Hidup.Izin tersebut sudah keluar pada bulan Januari 2007. Melakukan pengukuran / pemantauan kualitas air limbah secara periodik terhadap parameter yang ditetapkan (yaitu ph serta minyak dan lemak) dimana hasilnya berada dibawah baku mutu air limbah yang ditetapkan. Melakukan pengambilan sampel air limbah sesuai prosedur, yaitu dengan menambahkan H 2 SO 4 sampai ph < 2 dan temperatur dijaga 4 0 C. Telah melakukan pengukuran debit air limbah harian dengan menggunakan flowmeter.

Membuat Neraca Air untuk mengetahui jumlah air terproduksi yang dihasilkan dan jumlah air limbah yang dibuang sehingga mencerminkan penggunaan air terproduksi. Sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. KEP- 42/MENLH/X/1996, telah dilaporkan hasil pemantauan dan pemeriksaan air limbah setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Direktorat Jenderal MIGAS, KLH, Bapedalda Propinsi Sumatera Utara dan Dinas Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Langkat. Pengelolaan B3 dan Limbah B3 Indikator untuk peringkat biru meliputi: Perusahaan mempunyai izin pengelolaan limbah B3 yang dilakukan untuk semua aspek pengelolaan sebagai mana yang dipersyaratkan oleh : PP No. 18 Jo, 85 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Tekhnis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah B3. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah B3. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-05/BAPEDAL/09/1995 tentang Simbol dan Label Limbah B3. Keputusan Kepala BAPEDAL No. Kep-68/BAPEDAL/05/1995 tentang Tata Cara Perijinan Limbah B3. Yang telah dilakukan untuk kesiapan PROPER adalah : Sesuai dengan PP No. 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan B3,telah dibuat fasilitas penyimpanan B3. Gudang penyimpanan B3 ini telah dilengkapi dengan simbol dan label serta dilengkapi dengan parit dan bak kontrol yang berfungsi untuk menampung cairan apabila terjadi tumpahan bahan kimia yang dapat menyebabkan pencemaran tanah dan air. Gudang penyimpanan ini dilengkapi dengan portable eyewash dan shower Kemasan B3 dilengkapi dengan label identifikasi dan simbol yang jelas; Terdapat MSDS (Material Safety Data Sheet) untuk setiap B3 yang digunakan serta didistribusikan dan disosialisasikan kepada unit kerja yang terkait dengan pengelolaan B3. Operator yang menangani B3 dilengkapi dengan Alat Pelindung Diri. Terdapat SOP tentang pengelolaan bahan kimia atau B3 serta penanggulangan keadaan darurat B3 Telah dibangun fasilitas penyimpanan sementara limbah B3. Fasilitas ini telah diverifikasi oleh Tim dari KLH untuk selanjutnya sudah diterbitkan Surat Tidak Keberatan (STK) Penyimpanan Sementara Limbah B3,sebelum Izin Penyimpanan

Sementara Limbah B3 dikeluarkan oleh KLH. Persyaratan lokasi fasilitas penyimpanan sementara limbah B3 adalah lokasi bebas banjir sedangkan jarak minimum antara lokasi dengan fasilitas umum adalah 50 meter. Fasilitas dilengkapi dengan portable eyewash dan shower Limbah B3 yang terkumpul selanjutnya akan dikelola oleh suatu perusahaan yang telah memiliki izin dari KLH. Menyimpan manifest B3 yang terdokumentasi dengan baik. Mendata secara lengkap tentang inventarisasi jenis dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan dan membuat neraca limbah B3 setiap bulannya. Terdapat SOP tentang pengelolaan limbah B3 dan penanggulangan keadaan darurat limbah B3. Pelaksanaan RKL / RPL Indikator untuk peringkat biru meliputi: Perusahaan melaksanakan ketentuan yang ada di dalam AMDAL atau RKL/RPL. Yang telah dilakukan perusahaan untuk kesiapan PROPER adalah : Dalam persetujuan dokumen Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) pemrakarsa kegiatan wajib mengelola semua dampak penting yang ditimbulkan akibat operasi kegiatannya baik selama fase pra konstruksi, konstruksi, operasi maupun pasca operasi. Seperti dilaporkan dalam Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL bahwa pengelolaan lingkungan telah difokuskan pada proses pemisahan minyak di Pulau Panjang. Agar tidak mencemari perairan laut dan hutan mangrove maka telah dibuat fasilitas` pengolahan air limbah (WEMCO). Pengolahan ini dimaksudkan agar air limbah yang mengalir menuju air laut dapat memenuhi baku mutu. Selanjutnya gas yang terbuang melalui flare stack dibakar agar tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan. Untuk pembangkit energi listrik telah digunakan Genset dengan bahan bakar gas.emisi yang keluar dari cerobong genset dipantau untuk mengetahui apakah kualitas emisi tersebut melebihi nilai ambang batas atau tidak.adapun hasil nya di bawah ambang batas. Meskipun air limbah yang dibuang ke laut sudah memenuhi baku mutu lingkungan sehingga tidak merusak ekosistem mangrove, maupun pertumbuhan nya. Komponen sosial ekonomi dikelola dengan memberikan bantuan dalam bentuk program community development. Pada semester I dan semester II tahun 2006 (Tabel 1,2,3) telah dilaporkan hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan kepada Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, tembusannya disampaikan kepada BAPEDALDA Sumut dan Dinas Pengendalian Dampak

Lingkungan dan Pertambangan Energi Kabupaten Langkat. Laporan pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan semester I tahun 2007 sedang dalam proses penyusunan. Housekeeping Yang telah dilakukan perusahaan untuk kesiapan PROPER adalah : Housekeeping yang baik, dengan menjaga kondisi kebersihan lingkungan yang sehat dan kesehatan kerja serta mengurangi resiko kecelakaan. Management /Organisasi Untuk menjalankan RKL dan RPL tersebut, perusahaan perlu ditunjang oleh adanya unit organisasi yang khusus menanganai pengelolaan lingkungan sehingga pengelolaan lingkungan akan berjalan efektif dan potensi pencemaran ligkungan dapat dihindari atau dikurangi. Yang telah dilakukan untuk kesiapan PROPER adalah : Membentuk tim yang menangani pengelolaan lingkungan. Agar program dapat dijalankan dengan baik, maka perlu melibatkan unit-unit lain untuk berperan serta dalam Tim Pengelolaan Lingkungan Hidup. KESIMPULAN Untuk mencapai target jangka pendek yaitu PROPER BIRU telah diupayakan untuk memenuhi syarat-syarat legal yang ditentukan oleh Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Rekomendasi dari hasil temuan-temuan pada Initial Environmental Audit telah dilakukan usaha-usaha tindak lanjut, agar pada saat Tim PROPER KLH bersama dengan Tim Daerah melakukan review dan verifikasi ke lapangan, sudah dapat menunjukkan ketaatan terhadap peraturan-peraturan yang berkaitan dengan isu yang paling krusial saat ini yaitu Lingkungan Hidup. DAFTAR PUSTAKA Anonim, Peraturan Perundang-undangan di Bidang Lingkungan Hidup, Jilid 1 dan 2 Anonim, Standard Method for the Examinationof Water and Wastewater, APHA- AWWA-WPCF, 15 th Edition, 1981.

Anonim, ISO Seri 4000, Badan Standarisasi Nasional Indonesia, 1996. Miller, Joyce, Pedoman Pengelolaan Bahan Kimia,, Divisi 45 Pengembangan Daerah Pedesaan, Proyek Percontohan Penggunaan Bahan Kimia yang Aman, GTZ, Bonn, Mei 2002

TABEL 2. PRODUCED WATER, SEA WATER QUALITY MONITORING ARBEI FIELD GEBANG BLOCK NORTH SUMATERA

9

10