BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pengukuran Emisi Pencemaran Udara PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan pengukuran sesuai perintah PT. Adimitra Baratama Nusantara untuk mendukung pelaksanaan PROPER. Sumber pencemaran udara pada perusahaan berasal dari Generator. Pengukuran kualitas udara emisi pada Generator di perusahaan dilakukan 6 bulan sekali oleh Balai Riset Standarisasi Samarinda yang berada dibawah naungan Kementerian Perindustrian Republik Indonesia. Berikut hasil pengukuran terakhir yang telah dilakukan tersaji pada tabel 7. Tabel 7. Hasil Pengukuran Emisi Genset No. Parameter Satuan Genset Workshop PT. ARKA Metode Uji Sulfur Dioksida (SO 2) Nitrogen Dioksida (NO 2) Opasitas Partikulat mg/nm 3 mg/nm 3 % mg/m 3 TTD 446 4,6 30,5 SNI SNI SNI SNI Sumber : PT. Adimitra Baratama Nusantara, Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang Dihasilkan a. Identifikasi Limbah B3 Limbah B3 yang dihasilkan akibat kegiatan produksi di perusahaan antara lain adalah jenis limbah B3 padat dan limbah B3 50

2 51 cair. Untuk jenis limbah B3 apa saja yang dihasilkan oleh perusahaan, dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. Jenis Limbah B3 yang dihasilkan No. Jenis Limbah Bentuk Fisik Karakteristik 1. Pelumas Bekas Cair Beracun 2. Majun Bekas Padat Beracun 3. Hose Bekas Padat Beracun 4. Filter Bekas Padat Beracun 5. Accu Bekas Padat Korosif 6. Limbah Medis Padat Infeksius Sumber: PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN, 2013 b. Pencatatan Jenis dan Volume Limbah yang disimpan Sebelum dimasukkan kedalam area TPS PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN, penanggung jawab limbah terlebih dahulu harus menghubungi penanggung jawab TPS untuk proses serah terima limbah. Setelah itu penanggung jawab limbah akan mengisi logbook atau papan statistik limbah yang ada di TPS. Tujuan dari persyaratan administratif limbah yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista adalah untuk mempermudah saat dilakukannya proses reporting atau pelaporan limbah B3. c. Reporting atau Pelaporan Limbah B3 PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN proses reporting atau pelaporan data limbah B3 yang disimpan di TPS dilakukan oleh Departemen Logistik, sebagai departemen yang berwenang dalam kegiatan pengolahan limbah B3. Alur proses

3 52 pelaporan data limbah yang dilakukan meliputi pelaporan ke pihak internal perusahaan dan juga kepada pihak eksternal perusahaan. Pelaporan ke pihak internal perusahaan disini adalah pelaporan ke departemen SHE yang kemudian oleh departemen SHE data reporting limbah B3 akan ditinjau kembali dan dikirim ke pihak eksternal perusahaan/pihak owner, yang untuk selanjutnya oleh owner data tersebut akan direkapitulasi tiap bulannya dan dikirimkan kepada instansi yang berwenang, dalam hal ini rekapitulasi limbah dilaporkan kepada Bupati Kutai Kartanegara setiap 3 bulan sekali. 3. Perizinan Pengelolaan Limbah B3 PT. Arkananta Apta Pratista proses pengelolaan B3 dan limbah B3 dilakukan oleh Departemen Logistik, untuk setiap pengelola limbah yang bertugas menangani limbah di perusahaan telah dibekali training mengenai pengelolaan B3 dan limbah B3 yang dilakukan secara bertahap dari pihak management. Sistem pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan adalah sebagai penghasil dan penyimpan limbah di Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) saja. Dalam proses pengelolaan limbah, PT. Arkananta Apta Pratista telah memiliki standar tentang pengemasan, penyimpanan dan pembuangan limbah serta prosedur mengenai penanganan limbah, pengelola dan pengendalian B3 yang sudah dianalisa berdasarkan peraturan yang berlaku, didokumentasikan dan diterapkan pada seluruh site.

4 53 Kegiatan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh perusahaan meliputi kegiatan penyimpanan limbah B3 yang berasal dari departemen internal perusahaan ke Tempat Penyimpanan Sementara (TPS). Penyimpanan sementara limbah B3 perusahaan ditempatkan di Tempat Penyimpanan Sementara / TPS berukuran 12 x 8 meter, yang sudah terdaftar dan mempunyai izin resmi dari Bupati Kutai Kartanegara berdasarkan Keputusan Bupati Kabupaten Kutai Kartanegara No /SK-67/B.I.2/BLHD/II/2012, tentang Izin Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun PT. Adimitra Baratama Nusantara. Izin penyimpanan sementara limbah B3 berdasarkan Keputusan Kutai Kartanegara terlampir dalam lampiran 1. Bagian luar TPS diberikan penandaan atau simbol, sebagai keterangan bahwa tempat tersebut sebagai tempat penyimpanan limbah sementara di PT. Arkananta Apta Pratista. Tata cara penyimpanan limbah B3 di PT. Arkananta Apta Pratista antara lain adalah sebagai berikut: a. Untuk limbah berupa pelumas bekas, limbah tersebut disimpan dalam drum metal kapasitas 200 liter atau pada oil storage kapasitas dan dipasang simbol label sesuai karakteristik limbah B3 (simbol bahan beracun). b. Limbah yang berupa accu bekas disimpan dalam tempat sendiri, dan dipasang simbol label yang sesuai dengan karakteristik limbah B3 (simbol limbah korosif).

5 54 c. Limbah berasal dari sisa grease disimpan dalam drum dengan kapasitas 200 liter. Serta dipasang simbol dan label yang seusai dengan karakteristik limbah B3 (simbol bahan beracun). d. Majun dan tanah yang sudah terkontaminasi bahan hidrokarbon, digolongkan sebagai limbah hidrokarbon. Untuk penempatannya, diletakkan pada drum-drum tersendiri untuk menghindari kontaminasi limbah dan mempermudah dalam proses housekeeping. e. Limbah sisa pengelasan dimasukkan kedalam drum tersendiri yang tempatnya dipisahkan dari penyimpanan limbah B3 cair, untuk menghindari terjadinya proses kontaminasi limbah dan diberi (simbol limbah beracun). f. Untuk limbah lampu neon dan cardtridge printer bekas juga dipisahkan pada tempat-tempat tersendiri (tempat penampungan Limbah B3 padat) serta diberi simbol limbah beracun. 4. Pengelolaan Limbah B3 oleh Pihak Ke-3 Proses pengangkutan limbah B3 dilakukan oleh pengangkut limbah B3 ke pihak pengumpul atau penyimpan atau pemanfaat limbah B3 yaitu yang sudah memiliki izin resmi yang masih berlaku dari pemerintah. Untuk proses pengangkutan dan pengolahan limbah B3 yang berasal dari PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN diserahkan kepadaa perusahaan yang telah memperoleh izin dari Menteri Lingkungan Hidup yaitu CV. Sumber Agung.

6 55 Pengelolaan limbah medis kategori infeksius perusahaan sudah memenuhi kriteria pengelolaan limbah B3 oleh pihak ketiga karena menggunakan jasa Rumah Sakit Islam Samarinda sebagai pengolah dan atau pemusnah limbah medis kategori infeksius. Untuk mengetahui dan mengawasi siklus perjalanan limbah B3 yang diangkut oleh pengangkut limbah B3 sampai ke pengolah dan atau ke penimbun akhir limbah B3, perusahaan menggunakan manifest limbah lembar ketiga dan ketujuh yang diberikan oleh pengangkut limbah setiap melakukan pengangkutan. 5. Evaluasi Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 a. Kualitas Bangunan Penyimpanan Bangunan Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 di PT. Arkananta Apta Pratista, memiliki rancangan bangunan dengan dinding yang terbuat dari pagar besi yang ditutupi fiber, yang telah disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang telah disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang disimpan. Bangunan dilengkapi dengan atap yang dapat melindungi dari hujan, tanpa plafon sehingga mempunyai sistem ventilasi udara yang memadai untuk mencegah akumulasi gas-gas di dalam ruang penyimpanan, pagar TPS dibuat semi tertutup untuk mencegah masuknya tampiasan air hujan ke dalam TPS. Lantai bangunan penyimpanan terbuat dari bahan yang kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam TPS LB3 perusahaan dibuat

7 56 melandai ke arah bak penampungan dengan kemiringan ±1%. Pada bagian luar bagian TPS sengaja dibuat pondasi lebih tinggi dengan kemiringan lanti menjorok keluar sehingga air hujan dapat mengalir ke arah menjauhi bangunan penyimpanan. Bangunan memiliki sistem penerangan alami dari sinar matahari dan buatan dengan menggunakan lampu neon dan panel lampu diletakkan diluar lokasi TPS, karena kegiatan pengumpulan limbah B3 dilakukan pada siang dan malam hari. Sistem penerangan yang ada sudah memadai dan sesuai untuk kegiatan operasional penggudangan dan inspeksi rutin area TPS. b. Penataan dan Penyimpanan PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan proses pemisahan limbah sejak dari asalnya, yaitu dengan cara membuat standar kode warna tempat sampah untuk membedakan jenis sampah B3 dan non B3 sehingga mempermudah dalam proses pengumpulan limbah sebelum diangkut dan disimpan di TPS limbah B3. Untuk penjelasan kode warna tempat sampah terlampir pada lampiran 2. Proses pemisahan limbah juga meliputi kegiatan memisahkan limbah berdasarkan sifat dan karakteristik limbah, hal ini dimaksudkan agar masing-masing limbah yang berbeda menurut sifat dan karkateristiknya tidak saling mengkontaminasi satu sama lain. Untuk area TPS perusahaan, kegiatan pemisahan limbah diperlukan untuk limbah B3 sifat padat dan cair yang disimpan di area TPS,

8 57 penempatan limbah yang berbeda sifat tersebut dipisahkan dengan tembok pembatas dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi apabila terjadi tumpahan. Pengemasan limbah B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau memasukkan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan, menutup dan menyegelnya. Bentuk, ukuran, bahan dan simbol, serta label kemasan limbah yang ada sudah disesuaikan dengan jenis dan karakteristik limbah B3 yang disimpan. Kemasan-kemasan limbah yang ada di TPS dijaga dalam kondisi baik, tidak rusak, bebas karat, tidak bocor dan diperiksa secara rutin untuk memastikan kondisi kemasan. Limbah B3 yang karakteristiknya berbeda tidak disimpan dalam satu kemasan, jumlah pengisian limbah dalam kemasan sengaja tidak diisi penuh karena mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan. Penempatan kemasan drum limbah di TPS diletakkan diatas palet, dimana setiap palet digunakan untuk menampung 4 drum. Kemasan limbah di TPS ditempatkan dengan baik dan benar sehingga menghindarkan dari kemungkinan terguling atau tumpah, jika ada ceceran/tumpahan limbah di area TPS, maka limbah tersebut akan mengalir dan masuk ke dalam bak penampungan dalam area TPS. Setelah proses pengemasan limbah, selanjutnya dilakukan proses pemasangan simbol dan label limbah. Simbol yang digunakan

9 58 antara lain adalah simbol untuk limbah korosif, beracun dan cairan mudah terbakar. Pemasangan simbol dan label limbah dilakukan oleh pihak pengelola limbah atau dilakukan oleh Departemen Logistik yang dibantu oleh Departemen SHE sebelum disimpan di TPS Limbah B3. Bangunan bagian dalam TPS dibuat sisa jarak yang memadai antara tempat penyimpanan dengan pintu TPS tujuannya untuk memudahkan orang atau alat kerja untuk beroperasi, perusahaan juga menggunakan mesin dan metode untuk mempermudah proses pengangkutan limbah yakni menggunakan alat angkat berupa crane dan alat pengungkit yang fungsinya untuk memindahkan drum limbah B3 ke dalam TPS. c. Kelengkapan yang dipersyaratkan Bagian dalam bangunan TPS LB3 PT. Arkananta Apta Pratista Jobsite Sangasanga ABN terdapat logbook dan papan statistik limbah B3 yang digunakan untuk memantau aktivitas pengelolaan limbah B3 dalam TPS. Pada area tempat penyimpanan sementara limbah PT. Arkananta Apta Pratista dilengkapi dengan Kotak P3K, APAR dan eye wash yang digunakan sebagai upaya pengendalian apabila terjadi keadaan darurat pada TPS. d. Housekeeping PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN telah menerapkan prinsip Ringkas, Rapi, Resik, Rawat dan Rajin (5R)

10 59 dalam pelaksanaan housekeeping di setiap area kerjanya, hanya saja belum dibuat checklist untuk pelaksanaannya. Kemudian untuk housekeeping area TPS limbah B3 terkadang kurang terawat, hal ini disebabkan keterbatasan man power dan tidak adanya jadwal rutin pembersihan area TPS limbah B3. B. Pembahasan Pengelolaan limbah B3 dan pengendalian pencemaran udara yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN bertujuan untuk mencegah pencemaran lingkungan dan untuk implementasi PROPER. PROPER adalah program penilaian terhadap upaya penanggung jawab usaha dan atau kegiatan dalam mengendalikan pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup (Permen LH No. 7 Tahun 2008). Untuk kriteria pengawasan dan pemantauan yang dilakukan pada saat penilaian PROPER, antara lain terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran Udara, Pengelolaan Limbah Padat/Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dan Penilaian Kerusakan Lingkungan. Pengendalian pencemaran udara dan proses pengelolaan Limbah B3 berdasarkan perundang-undangan dan kriteria PROPER pada tahun 2011, berikut ini adalah hasil evaluasi sementara PROPER mengenai pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN,

11 60 dapat dilihat pada lampiran 3, untuk hasil evaluasi tentang fasilitas tempat penyimpanan sementara limbah B3 setelah dilakukan kegiatan PROPER juga dapat dilihat pada lampiran 3, dan untuk penilaian sementara tentang keseluruhan hasil PROPER yang telah dilakukan pada tanggal 15 Maret 2013 dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut ini merupakan hasil pembahasan pengendalian pencemaran udara dan pengelolaan limbah B3 yang dilakukan oleh PT. Arkananta Apta Pratista jobsite Sangasanga ABN berdasarkan kriteria penilaian PROPER pada Lampiran I Keputusan Mentri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2011, antara lain sebagai berikut : 1. Pengukuran Emisi Pencemaran Udara PT. Arkananta Apta Pratista telah melakukan pengukuran emisi pencemaran udara yang dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan telah memenuhi Keputusan Kepala Bapedal No. 205 tahun 1996 Lampiran I tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak yaitu dengan melakukan pemantauan kualitas udara emisi periode 6 bulan untuk peralatan manual dan dilaporkan kepada Gubernur/Pemerintah Daerah setempat dengan tembusan kepada Bapedal. Hasil pengukuran emisi pencemaran udara yang telah dilakukan menunjukkan bahwa emisi yang dihasilkan dari genset perusahaan telah memenuhi Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 13 tahun 1995 tanggal 7 Maret 1995 Lampiran III-A. Hasil pengukuran dan Lampiran III-A terlampir pada lampiran 4.

12 61 2. Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang Dihasilkan a. Identifikasi Limbah B3 Adapun limbah B3 yang dihasilkan di perusahaan antara lain adalah sisa pelumas bekas, tempat filter bekas, accu bekas, hose bekas, majun bekas dan limbah medis. Dari limbah B3 yang dihasilkan tersebut telah dilakukan identifikasi berdasarkan sumber, uji karaktertistik dan uji toksikologi, sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo PP No. 85 tahun 1999 pasal 6 yang berbunyi bahwa Limbah B3 dapat diidentifikasi menurut sumber dan atau uji karakteristik dan atau uji toksikologi. Proses identifikasi limbah yang dilakukan perusahaan ini telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 18 jo PP No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3. b. Pencatatan Jenis dan Volume Limbah yang Disimpan Perusahaan telah melakukan pencatatan limbah B3 yang keluar dan masuk kedalam TPS perusahaan sesuai dengan volume dan jenisnya, seperti yang diatur dalam Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No tahun 2012 diktum ketiga poin 4, yaitu: melakukan pencatatan limbah B3, serta memantau perjalanan limbah B3 tersebut sesuai Keputusan Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP-02/BAPEDAL/09/1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun. Sebelum limbah B3 disimpan kedalam TPS, penanggung jawab limbah terlebih dahulu harus

13 62 melakukan proses administratif yaitu harus menghubungi penanggung jawab TPS untuk proses serah terima limbah, setelah itu mengisi logbook atau papan statistik limbah yang ada di TPS. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi Keputusan Bupati Kutai Kartanegara No tahun c. Reporting atau Pelaporan Limbah B3 Reporting data limbah B3 dilakukan oleh departemen Logistik sebagai departemen yang berwenang dalam kegiatan pengelolaan limbah B3 yang kemudian oleh departemen SHE data reporting limbah B3 akan dikirim ke pihak owner yang untuk selanjutnya oleh owner, data tersebut akan direkapitulasi tiap bulannya dan dikirimkan kepada Bupati Kutai Kartanegara sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan sebagaimana diatur dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 225 tahun 1996 tentang Tata Cara dan Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas berisi, Penghasil limbah B3 wajib menyampaikan catatan limbah B3 sekurang-kurangnya sekali dalam 3 bulan kepada instansi yang terkait yaitu Bupati atau Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan. Reporting atau data neraca limbah B3 yang dilakukan berisi antara lain sebagai berikut: 1) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3. 2) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3.

14 63 3) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Berdasarkan analisa data diatas diperoleh hasil bahwa pelaksanaan rekapitulasi data limbah B3 di perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 11 ayat (1) tentang Pengelolaan Limbah B3 yaitu, dan ayat (2) yang berisi, Penghasil limbah B3 wajib membuat dan menyimpan catatan tentang : 1) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3. 2) Jenis, karakteristik, jumlah dan waktu penyerahan limbah B3. 3) Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun limbah B3. Fungsi dari dilakukannya pencatatan limbah B3 adalah untuk inventarisasi jumlah limbah yang dihasilkan dan sebagai bahan evaluasi dalam rangka penetapan kebijakan dalam pengelolaan limbah B3, kegiatan penyerahan limbah B3 oleh perusahaan kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah dan atau pengangkut telah disertai dengan dokumen limbah B3, setiap pengangkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dengan dokumen limbah B3. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 dan Keputusan Kepala

15 64 Bapedal No. 225 tahun Selain itu jasa pengangkutan limbah B3 yang digunakan oleh perusahaan juga telah memiliki izin operasi resmi dari Menteri Perhubungan seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo PP No. 85 tahun 1999 pasal 40 ayat (1) yaitu, Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan pengolahan dan atau penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. 3. Perizinan Pengelolaan Limbah B3 Pengelolaan atau penanganan limbah B3 di perusahaan meliputi penyimpanan sementara limbah B3 serta oli bekas di oil storage. Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 belum dapat diolah dengan segera, kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan lingkungan dapat dihindari. Perusahaan memiliki wewenang untuk mengelola limbah B3 dengan melakukan kegiatan penyimpanan sementara limbah B3 di Tempat Penyimpanan Sementara yang telah memiliki izin dari bupati wilayah setempat, yaitu berdasarkan Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Kalimantan Timur No tahun 2012, hal ini berarti perusahaan telah memenuhi Undang-undang No. 32 tahun 2009 Pasal 59 ayat (1) yang berbunyi, Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya.

16 65 Perusahaan juga telah memenuhi izin penyimpanan sesuai dengan perizinan dan rekomendasi yang diberikan oleh bupati daerah setempat dengan ketentuan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 tentang pengelolaan limbah B3 pasal 10 yaitu, Penyimpanan sementara limbah B3 kurang dari 90 hari atau maksimal penyimpanan limbah tidak lebih dari 90 hari. 4. Pengelolaan Limbah B3 Oleh Pihak Ketiga Proses pengolahan limbah B3 di perusahaan menyerahkan pengolahan limbah kepada pihak ketiga, atau pengolah limbah yang sudah memiliki izin operasi. Oleh karena itu perusahaan telah memenuhi ketentuan seperti yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 9 ayat (4) yaitu : Pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan sendiri oleh penghasil limbah B3 atau penghasil limbah B3 dapat menyerahkan pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3 yang dihasilkannya itu kepada pengolah dan/atau penimbun limbah B3. Jasa pengangkut limbah B3 yang digunakan oleh perushaan juga telah memiliki izin operasi resmi dari Menteri Perhubungan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 18 jo Peraturan Pemerintah No. 85 tahun 1999 pasal 40 ayat (1) yaitu, Setiap badan usaha yang melakukan kegiatan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan pengolahan dan atau

17 66 penimbunan limbah B3 wajib memiliki izin operasi dari kepala instansi yang bertanggung jawab. Meskipun perusahaan tidak melakukan pengolahan limbah namun untuk pelaku pengelola limbah seharusnya juga wajib dilakukan pemeriksaan kesehatan khusus secara berkala untuk memantau derajat kesehatan karyawan serta mencegah terjadinya penyakit akibat kerja, seperti yang tertulis pada Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2001 pasal 23 ayat (1) tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun yang isinya, Untuk menjaga keselamatan dan kesehatan pekerja dan pengawas B3 wajib dilakukan uji kesehatan secara berkala. Kegiatan penyerahan limbah B3 oleh PT. Arkananta Apta Pratista kepada pengumpul dan atau pemanfaat dan atau pengolah kepada pengangkut telah disertai dengan dokumen limbah B3, penggunaan dokumen manifest yang sah seperti yang tertulis pada kriteria PROPER, mengacu pada Keputusan Kepala Bapedal No. 2 tahun 1995 tentang Dokumen Limbah Berbahaya dan Beracun. Perusahaan sudah memenuhi peraturan yang berlaku karena sudah menyimpan lembar ketiga dan ketujuh dari dokumen manifest limbah, fungsi dari penyimpanan manifest limbah adalah agar penghasil limbah dapat mengetahui dan mengawasi siklus perjalanan limbah B3 sejak diangkut oleh pengangkut limbah B3 sampai dengan pengolahan dan penimbunan akhir oleh pengolah limbah. Dengan sistem manifest dapat diketahui berapa jumlah B3 yang dihasilkan, berapa yang telah dimasukkan ke dalam proses pengolahan dan

18 67 penimbunan tahap akhir yang telah memiliki persyaratan lingkungan. Namun untuk bukti dokumentasi lembar ketujuh dari dokumen manifest limbah belum lengkap, karena terkendala dari pihak pengangkut limbah. Hal ini belum memenuhi lampiran Kep. Ka. Bapedal No. 2 tahun 1995 yang isinya bahwa, penghasil limbah B3 akan menerima kembali dokumen limbah B3 dari pengumpul/pengolah selambat-lambatnya 120 hari sejak limbah diangkut. 5. Evaluasi Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 a. Kualitas Bangunan Penyimpanan Berdasarkan hasil pengamatan bangunan penyimpanan limbah B3 perusahaan telah memenuhi persyaratan bangunan yang mengacu kepada Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995 tentang tata cara dan persyaratan teknis penyimpanan dan pengumpulan limbah B3 mengenai persyaratan bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar, yaitu berisi antara lain sebagai berikut : 1) Bangunan penyimpanan limbah B3 mudah terbakar sekurangkurangnya berjarak 20 meter dari bangunan penyimpanan limbah karakteristik lain atau dari bangunan-bangunan lain dari fasilitas pengumpulan; 2) Dinding bangunan terbuat dari tembok tahan api; 3) Rangka pendukung atap terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar. Atap tanpa plafon, terbuat dari bahan yang ringan dan mudah hancur jika terbakar, sehingga apabila terjadi kebakaran

19 68 dalam tempat pengumpulan, asap dan panas menjadi mudah untuk keluar; 4) Sistem ventilasi udara dirancang untuk mencegah terjadinya akumulasi gas didalam ruang pengumpulan, serta memasang kasa atau bahan lain untuk mencegah masuknya burung atau binatang kecil lain kedalam ruang pengumpulan. 5) Memiliki sistem penerangan (lampu/cahaya matahari) yang memadai untuk operasional pergudangan atau inspeksi rutin. Jika menggunakan lampu, maka lampu penerangan harus dipasa minimal 1 meter diatas kemasan dengan sakelar (stop contact) harus terpasang disisi luar bangunan; 6) Lantai bangunan penyimpanan harus kedap air, tidak bergelombang, kuat dan tidak retak. Lantai bagian dalam dibuat melandai turun ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimum 1%. Pada bagian luar bangunan, kemiringan lantai diatur sedemikian rupa sehingga air hujan dapat mengalir menuju arah menjauhi bangunan penyimpanan; 7) Pada bagian luar bangunan harus dipasang tanda (simbol) limbah B3 mudah terbakar, sesuai dengan peraturan penandaan yang berlaku. Namun dari segi tata letak bangunan TPS limbah B3 perusahaan belum memenuhi sebagaimana dijelaskan dalam lampiran Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun1995 yang menyebutkan bahwa jarak

20 69 minimum antara bangunan dengan TPS limbah B3 adalah 20 meter, sedangkan pada kenyataannya jarak antara bangunan dengan TPS ±5 meter. b. Penataan dan Penyimpanan Berdasarkan hasil pengamatan, perusahaan telah memenuhi ketentuan dalam pengemasan limbah B3 dengan diperolehnya hasil bahwa kondisi kemasan dalam kondisi baik, tidak rusak dan bebas dari perkaratan dan kebocoran. Bentuk dan ukuran kemasan sesuai dengan sifat dan karakteristik limbah B3 seperti yang diatur dalam lampiran Keputusan Kepala bapedal No. 01 tahun 1995 yang isinya antara lain tentang persyaratan umum kemasan, prinsip pengemasan limbah B3, dan tata cara pewadahan limbah B3. Selain itu pemisahan kemasan yang tidak saling cocok dengan menggunakan palet, kemasan ditempatkan dengan baik dan benar sehingga tidak ada kemungkinan terguling atau tumpah akan tercampur atau masuk ke dalam bak penampungan bagian penyimpanan lain, kemasan disimpan di tempat terpisah dan tidak dalam satu blok. Dari hasil pengamatan maka penyimpanan kemasan limbah B3 perusahaan telah memenuhi Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995, tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.

21 70 Sebelum disimpan di TPS Limbah B3, limbah B3 yang dikemas dalam kemasan drum diberi label dan simbol yang sesuai dengan karakteristik limbahnya. Simbol yang terdapat di perusahaan antara lain limbah korosif, beracun dan cairan mudah terbakar, reaktif dan campuran. Pemasangan simbol dan label di perusahaan telah memenuhi Keputusan Bapedal No. 5 tahun 1995 tentang Tata Cara Pemberian Simbol dan Label Limbah B3 pasal 4 yang isisnya, Setiap kemasan atau tempat/wadah untuk penyimpanan, pengolahan, pengumpulan, pemanfaatan limbah B3 wajib diberi simbol dan label yang menunjukkan karakteristik dan jenis limbah B3. c. Kelengkapan yang Dipersyaratkan Proses pengelolaan limbah perusahaan menggunakan mesin dan metode kerja tersendiri untuk mempermudah proses pengelolaan limbah antara lain dengan menggunakan alat angkat berupa crane dan alat pengungkit yang digunakan untuk memindahkan drum limbah B3 ke dalam TPS. Area tempat penyimpanan sementara limbah B3 dilengkapi dengan perlengkapan untuk menanggulangi terjadinya keadaan darurat yakni APAR dan eyewash, hal ini sudah memenuhi sebagaimana dijelaskan dalam Keputusan Kepala Bapedal No. 01 tahun 1995, tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun yang menyebutkan bahwa pada tempat penyimpanan sementara harus

22 71 disediakan peralatan dan sistem pemadam kebakaran serta fasilitas pertolongan pertama. d. Housekeeping Pelaksanaan housekeeping area TPS limbah B3 kurang maksimal namun secara garis besar perusahaan sudah memenuhi sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No. 555 tahun 1995 pasal 110 tentang pemeliharaan tempat kerja. Adapun yang belum maksimal antara lain seperti : penataan drum yang terkadang masih kurang rapih, terdapat lumpur pada saluran air serta kain majun bekas yang masih beserakan.

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa

BAB V PEMBAHASAN. Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Limbah B3 Hasil observasi identifikasi mengenai limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang dihasilkan di PT Saptaindra Sejati site ADMO bahwa limbah B3 yang terdapat

Lebih terperinci

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : Kep-01/Bapedal/09/1995 Tanggal : 5 September 1995 TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995 Salinan BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN ( BAPEDAL ) KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN,

KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN, KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP-255/BAPEDAL/08/1996 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN MINYAK PELUMAS BEKAS KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK

Lebih terperinci

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 Tentang : Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Oleh : KEPALA BAPEDAL Nomor : 1 TAHUN 1995 Tanggal :

Lebih terperinci

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3

PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH B3 Oleh: Aep Purnama Kabid Prasarana Jasa dan Non Institusi Asdep Pengelolaan LB3 dan Kontaminasi LB3 DEFINISI UU No. 32/2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,

Lebih terperinci

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009

Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Persyaratan Tempat Penyimpanan Sementara Limbah B3 Yulinah Trihadiningrum 11 Nopember 2009 Sumber pencemar di perkotaan Hazardous waste storage Acuan Permen LH no. 30/2009 tentang Tentang Tata Laksana

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA 9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. besar dalam pencapaian keselamatan, kesehatan kerja dan pemeliharaan

BAB IV HASIL PENELITIAN. besar dalam pencapaian keselamatan, kesehatan kerja dan pemeliharaan BAB IV HASIL PENELITIAN A. Identifikasi Limbah B3 PT Saptaindra Sejati ialah salah satu kontraktor yang bergerak di bidang pertambangan mineral khususnya batubara mempunyai peranan yang besar dalam pencapaian

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR : KEP- 01/BAPEDAL/09/1995 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN KEPALA BADAN

Lebih terperinci

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3

PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 PENYIMPANAN DAN PENGUMPULAN LIMBAH B3 Oleh : Iyan Suwargana Mekanisme Pengelolaan Limbah B3 CRADLE TO GRAVE PENGHASIL LIMBAH B3 (Generator) Identifikasi LB3 yg dihasilkan PENGELOLAAN LANJUTAN DIMANFAATKAN/DIOLAH/

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3

IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 IMPLEMENTASI PERATURAN DAN KEBIJAKAN DI BIDANG PENGUMPULAN DAN PEMANFAATAN LIMBAH B3 Bidakara, 20 November 2014 Penyimpanan & Pengumpulan LB3 Kegiatan menyimpan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil

Lebih terperinci

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016

Disampaikan Pada Kegiatan Bimbingan Teknis Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B September 2016 PENYAMPAIAN RANCANGAN PERATURAN MENLHK TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENYIMPANAN LIMBAH B3; DAN PENGEMASAN LIMBAH B3 DALAM RANGKA REVISI KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NOMOR 01/BAPEDAL/09/1995 DAN PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999).

BAB II LANDASAN TEORI. Pemerintah No 18 tahun 1999). BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Limbah a. Definisi Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dalam/ atau kegiatan (Peraturan Pemerintah No 18 tahun 1999). Limbah adalah bahan atau sisa buangan

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Pengelolaan air limbah 2. Pengelolaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN BANJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #2 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 1. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR LIMBAH DASAR HUKUM 1.

Lebih terperinci

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan

ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan ContohPenilaianPROPER: PengelolaanLimbahB3Kegiatan Pertambangan ASISTEN DEPUTI PENGELOLAAN LIMBAH B3 DAN PEMULIHAN KONTAMINASI LIMBAH B3 DEPUTI IV MENLH Evaluasi Kinerja Pengelolaan Lingkungan Hidup Kegiatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan menghasilkan limbah B3 yang. berasal dari sumber spesifik dan sumber non spesifik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Identifikasi Limbah B3 PT. Pertamina EP Region Jawa Field Cepu merupakan perusahaan di Indonesia yang mengeksplorasi minyak bumi yang terletak di Cepu, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3

IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3 IDENTIFIKASI & TEKNIK PENYIMPANAN LIMBAH B3 Disampaikan oleh: EUIS EKAWATI Kasubdit Prasarana dan Jasa Direktorat Penilaian Kinerja Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah Non B3 Direktorat Jenderal Pengelolaan

Lebih terperinci

KOP SURAT PERUSAHAAN

KOP SURAT PERUSAHAAN KOP SURAT PERUSAHAAN Jakarta, Nomor : Sifat : Lampiran : Hal : Laporan pengelolaan limbah B3 Kepada, periode Januari-Maret 2015 Yth. Kepala BPLHD Provinsi DKI Jakarta Jl. Casablanca Kav. 1 Kuningan di

Lebih terperinci

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin

2014, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disin LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.333, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5617) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA) PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA) Rizky Widya Pratiwi 1*, Adhi Setiawan 2, Ahmad Erlan Afiuddin 3 Program Studi Teknik Keselamatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 299 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. KOOC KREASI Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI PERKANTORAN DAFTAR ISI 1. Apakah Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun itu? 2. Bahaya Limbah Bahan Berbahaya dan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 151 TAHUN 2011 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. P E R T A M I N A ( PERSERO ) UNIT PENGOLAH IV TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 245 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT PERTAMINA (PERSERO) TERMINAL BBM REWULU Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.39, 2014 KEMEN LH. Limbah. Bahan Berbahaya. Beracun. Simbol. Label PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL

Lebih terperinci

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI

TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI BAB 4. RENCANA DAN PEMANTAUAN DOKUMEN EVALUASI HIDUP TABEL 4-3. MATRIKS RENCANA HIDUP (RKL) OPERASIONAL GEDUNG KEMENKES RI TOLOK UKUR METODE HIDUP 1. Penurunan Kualitas Air permukaan Aktifitas Kantor Aktifitas

Lebih terperinci

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG SALINAN BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU UTARA NOMOR 48 TAHUN 2017 TENTANG TATA LAKSANA PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 204 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR : 1 Tahun 2011. TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA DAN/ ATAU PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa untuk mencegah terjadinya

Lebih terperinci

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3

Pengelolaan dan Pengendalian Limbah B3 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 300 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) RUMAH SAKIT KHUSUS IBU DAN ANAK KAHYANGAN Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 06 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. BUSANAREMAJA AGRACIPTA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 247 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) KLINIK UTAMA AN-NUR Menimbang : a. bahwa Bahan Berbahaya

Lebih terperinci

Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan

Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan SNI XXXX:XXXX Standar Nasional Indonesia Fasilitas penampungan limbah dan sampah dari kegiatan pelabuhan ICS XX.XXXX Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar Isi...i Prakata... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah KLASIFIKASI LIMBAH Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah 1 Pengertian Limbah Limbah: "Zat atau bahan yang dibuang atau dimaksudkan untuk dibuang atau diperlukan untuk dibuang oleh

Lebih terperinci

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice

Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 113 LAMPIRAN 113 114 Lampiran 1. Pengukuran tingkat penerapan Good Manufacturing Practice 1 Lokasi Lokasi produksi harus jauh dari tempattempat yang menjadi sumber cemaran, seperti: tempat pembuangan sampah,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 19-1994::PP 12-1995 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 31, 1999 LINGKUNGAN HIDUP. BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN. Dampak Lingkungan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010 LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NO. 09 TH. 2010 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LB3) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN

PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN PEMANTAUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PROVINSI BANTEN Limbah B3 yang dibuang langsung ke dalam lingkungan hidup dapat menimbulkan bahaya terhadap lingkungan hidup dan kesehatan manusia serta makhluk hidup

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN SEMENTARA LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI INDUSTRI ATAU USAHA SUATU KEGIATAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, S A L I N A N K E P U T U S A N MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 128 TAHUN 2003 T E N T A N G TATACARA DAN PERSYARATAN TEKNIS PENGOLAHAN LIMBAH MINYAK BUMI DAN TANAH TERKONTAMINASI OLEH MINYAK BUMI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 107 TAHUN 2016 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT. KOMITRANDO EMPORIO Menimbang : a. bahwa Bahan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASER, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK

KEPUTUSAN KEPALA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188/ 101 /KEP./ /2014 TENTANG IZIN LINGKUNGAN KAROSERI BAK TRUK PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP Jl. Jaksa Agung Suprapto No.41 Lamongan Kode Pos 62251 Telp. (0322) 321 323 Fax (0322) 321 324 Email blh@lamongankab.go.id website www.lamongankab.go.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri farmasi diwajibkan menerapkan Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.43/MENKES/SK/II/1988 tentang CPOB dan Keputusan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa lingkungan hidup perlu dijaga kelestariannya sehingga tetap mampu menunjang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI S A L I N A N KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR: 129 TAHUN 2003 TENTANG BAKU MUTU EMISI USAHA DAN ATAU KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP; Menimbang : Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 76 TAHUN 2009 TENTANG PELAKSANAAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah

BAB V PEMBAHASAN. PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah BAB V PEMBAHASAN A. Identifikasi Potensi Bahaya PT. INKA (Persero) yang terbagi atas dua divisi produksi telah mengidentifikasi potensi bahaya yang dapat ditimbulkan dari seluruh kegiatan proses produksi.

Lebih terperinci

Perancangan Proses Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT. E-T-A Indoneisa

Perancangan Proses Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT. E-T-A Indoneisa Perancangan Proses Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun di PT. E-T-A Indoneisa Megawati 1, Togar W S Panjaitan 1 Abstract: PT. E-T-A Indonesia is a company which involves in circuit breaker industry.

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN A. Cara Penyampaian Dokumen Permohonan 1. Pemohon izin harus menyampaikan

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN A. Cara Penyampaian Dokumen Permohonan 1. Pemohon izin harus menyampaikan FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN A. Cara Penyampaian Dokumen Permohonan 1. Pemohon izin harus menyampaikan surat pengantar permohonan izin pengumpulan limbah B3 sebagaimana

Lebih terperinci

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di

Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Petunjuk Keselamatan Umum Laboratorium Terpadu Universitas Diponegoro Pedoman berikut dibuat untuk meminimalkan atau menghilangkan bahaya di Laboratorium Terpadu. Pedoman ini juga disediakan untuk menjaga

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 339 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYIMPANAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) PT AMEYA LIVINGSTYLE INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2010 SERI E ------------------------------------------------------------------ PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 63 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang

Lebih terperinci

PAPARAN LAHAN TERKONTAMINASI LB3 DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA

PAPARAN LAHAN TERKONTAMINASI LB3 DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA PAPARAN LAHAN TERKONTAMINASI LB3 DI KABUPATEN TANA TIDUNG KALIMANTAN UTARA OLEH : Dinas Lingkungan Hidup dan Perhubungan Kab. Tana Tidung GAMBARAN UMUM KAB.TANA TIDUNG Pembentukan Kabupaten Tana Tidung

Lebih terperinci

PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN

PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN STANDARD OPERATION PROSEDURE PENGGUDANGAN DAN PENYERAHAN Surabaya, 8 Februari 2003 Disyahkan SOEKARMANDAPA OENTOENG, BSc. Plant Manager Peringatan : Dilarang memperbanyak dan/atau menyalin sebagian atau

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH

TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH TUGAS AKHIR PENGELOLAAN LIMBAH B3 BENGKEL RESMI KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI SURABAYA PUSAT IA NATUL MUKHLISHOH 3308100043 LATAR BELAKANG Meningkatnya jumlah limbah B3 bengkel Belum ada peraturan yang

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH

PROSEDUR PENANGANAN LIMBAH Halaman : 2 dari 6 1. TUJUAN 1.1 Memberikan panduan dalam hal penanganan Limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta Kridatama. 1.2 Memastikan bahwa semua limbah yang dihasilkan dari kegiatan PT Cipta

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

PP 19/1994, PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 19/1994, PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 19/1994, PENGELOLAAN LIMBAH BERBAHAYA DAN BERACUN *33734 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 19 TAHUN 1994 (19/1994) Tanggal: 30 APRIL 1994

Lebih terperinci

Ketentuan gudang komoditi pertanian

Ketentuan gudang komoditi pertanian Standar Nasional Indonesia Ketentuan gudang komoditi pertanian ICS 03.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Istilah dan definisi...1 3 Persyaratan

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup tent No.1535, 2014. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN LH. Sumber Tidak Bergerak. Usaha. Pertambangan. Baku Mutu Emisi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG BAKU

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 27/07/2010. Efek Limbah Batubara. Pencemaran Logam Berat (Pb, Cr, Ar) Pencemaran lindi limbah batubara

PENDAHULUAN PENDAHULUAN PENDAHULUAN 27/07/2010. Efek Limbah Batubara. Pencemaran Logam Berat (Pb, Cr, Ar) Pencemaran lindi limbah batubara DACHLIANA SARASWATI 3306.100.052 Dosen Pembimbing IDAA Warmadewanthi, ST, MT, PhD Latar Belakang Limbah PT. SRC Limbah Sisa dan Ceceran Lem Limbah Sisa dan Ceceran Tinta Limbah Batubara Wastewater Treatment

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN Menimbang Mengingat BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG

PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP DALAM SISTEM RESI GUDANG LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR : 03/BAPPEBTI/PER-SRG/7/2007 TANGGAL : 9 JULI 2007 PERSYARATAN UMUM DAN PERSYARATAN TEKNIS GUDANG TERTUTUP 1. Ruang lingkup

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR : 14/Ka-BAPETEN/VI-99 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN PABRIK KAOS LAMPU KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang : a. bahwa proses pembuatan kaos

Lebih terperinci

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Deputi IV Bidang Pengelolaan B3, LB3 dan Sampah Asdep PLB3 dan Pemulihan Lahan Terkontaminasi LB3

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Deputi IV Bidang Pengelolaan B3, LB3 dan Sampah Asdep PLB3 dan Pemulihan Lahan Terkontaminasi LB3 Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) Deputi IV Bidang Pengelolaan B3, LB3 dan Sampah Asdep PLB3 dan Pemulihan Lahan Terkontaminasi LB3 Dasar Penilaian UU 32 Tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP-110809001-LMB-01 00 `10 November 2014 1 DARI 5 STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Dibuat Oleh : Petugas Limbah/Kesling Disetujui Oleh : Kepala Puskesmas ( Iskimi,Amkl ) NIP.19631025 199103 1 009 ( dr.h.t.fadhly

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO

WALIKOTA PROBOLINGGO WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DAN PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN SERTA PENGAWASAN PEMULIHAN AKIBAT PENCEMARAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 1994 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban

Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban HOUSEKEEPING Secara harfiah berarti keteraturan, kebersihan, keselamatan dan ketertiban Penerapan housekeeping yang baik dapat mendukung terciptanya lingkungan kerja yang aman, sehat dan nyaman. Housekeeping

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2002 TENTANG KESELAMATAN PENGANGKUTAN ZAT RADIOAKTIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan Pasal 16 Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI NOMOR 61 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang :

Lebih terperinci

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN FORMULIR PERMOHONAN IZIN PENGUMPULAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN A. Cara Penyampaian Dokumen Permohonan 1. Pemohon izin harus menyampaikan surat pengantar permohonan izin pengumpulan limbah B3 sebagaimana

Lebih terperinci

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 APA ITU CPPOB? adalah cara produksi yang memperhatikan aspek keamanan pangan, antara lain dengan cara : a. mencegah tercemarnya pangan

Lebih terperinci

Penyimpanan dan. Transportasi Pestisida,

Penyimpanan dan. Transportasi Pestisida, Peranan CropLife Indonesia Penyimpanan dan Dalam Meminimalkan Pemalsuan Pestisida Transportasi Pestisida, CROPLIFE INDONESIA Deddy Djuniadi Executive Director CropLife Indonesia 19 Juni 2012 Peranan CropLife

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 28 TAHUN 2015 TENTANG IZIN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA MODUL #3 PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI PROVINSI DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2015 IDENTITAS PERUSAHAAN No. Induk Nama perusahaan Nama

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1990 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. TRI POLYTA INDONESIA Tbk CILEGON, BANTEN

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. TRI POLYTA INDONESIA Tbk CILEGON, BANTEN LAPORAN KHUSUS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3) DI PT. TRI POLYTA INDONESIA Tbk CILEGON, BANTEN OLEH: VIVIN FITRIA SARI NIM. R0006156 PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3. Oleh : Iyan Suwargana Kabid Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian Limbah B3 3R LIMBAH B3

TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3. Oleh : Iyan Suwargana Kabid Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian Limbah B3 3R LIMBAH B3 TATA CARA PENGELOLAAN LIMBAH B3 Oleh : Iyan Suwargana Kabid Pemanfaatan Limbah B3 Pada Asdep Administrasi Pengendalian Limbah B3 3R LIMBAH B3 Fly Ash Copper Slag MPB CuCl 2 dan FeCl 2 Solder Dross Katalis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG BAKU MUTU EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK BAGI USAHA DAN/ATAU KEGIATAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK TERMAL MENTERI NEGARA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK

BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK BERITA DAEARAH KOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 123 TAHUN 2016 TENTANG TATA LAKSANA PERSYARATAN TEKNIS PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015 NOMOR 13 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI KABUPATEN MAGELANG DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun

AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun AUDIT LIMBAH B3 Bahan Berbahaya dan Beracun Limbah Sisa suatu usaha dan atau kegiatan Limbah B3 Sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun Sifat, konsentrasi, dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 965/MENKES/SK/XI/1992 TENTANG CARA PRODUKSI KOSMETIKA YANG BAIK MENTERI KESEHATAN, Menimbang : a. bahwa langkah utama untuk menjamin keamanan kosmetika adalah penerapan

Lebih terperinci