PENGARUH WAKTU PENJEPITAN TALI PUSAT BAYI CUKUP BULAN TERHADAP KADAR HEMAGLOBIN DAN HEMATOKRIT BAYI PADA PERSALINAN NORMAL

dokumen-dokumen yang mirip
Perbedaan Kadar Hemoglobin dan Hematokrit Bayi Baru Lahir Akibat Perbedaan Waktu Penjepitan Tali Pusat

STUDY LITERATUR PENGARUH PENUNDAAN PEMOTONGAN TALI PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR LITERATURE STUDY THE EFFECT OF CUTTING CORD CENTER DELAY IN NEWBORN 2011

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

BAB 1 PENDAHULUAN. masa kehamilan. Anemia fisiologis merupakan istilah yang sering. walaupun massa eritrosit sendiri meningkat sekitar 25%, ini tetap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

PENUNDAAN PENJEPITAN TALI PUSAT SEBAGAI STRATEGI YANG EFEKTIF UNTUK MENURUNKAN INSIDEN ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI BARU LAHIR

Jurnal CARE, Vol.2, No. 3, 2014

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. SC, dalam 20 tahun terakhir ini terjadi kenaikan proporsi sectio caesarea dari 5

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Intra Uterine Fetal Death (IUFD)

BAB I PENDAHULUAN. besinya lebih besar daripada orang dewasa normal di dunia, terutama di

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

Laporan kasus berbasis bukti Penundaan Penjepitan Tali Pusat pada Bayi Baru Lahir Cukup Bulan

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

PENGETAHUAN IBU TENTANG PERAWATAN TALI PUSAT BERHUBUNGAN DENGAN WAKTU LEPAS TALI PUSAT

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KONSUMSI TELUR AYAM RAS REBUS TERHADAP PENINGKATAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER II DI BPM WILAYAH KERJA PUSKESMAS KLATEN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

BAB I PENDAHULUAN. panjang badan 50 cm (Pudjiadi, 2003). Menurut Depkes RI (2005), menyatakan salah satu faktor baik sebelum dan saat hamil yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat. makin besar dengan adanya anemia 51%, nifas 45%.

BAB 1 PENDAHULUAN. calon ibu dan bayi yang dikandung harus mendapatkan gizi yang cukup banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

MATERNAL FACTOR THAT RELATED WITH LOW BIRTH WEIGHT BABIES AT THE REGIONAL GENERAL HOSPITAL PRINGSEWU YEAR Siti Indarti* ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. hingga kelahiran dan pertumbuhan bayi selanjutnya. (Depkes RI, 2009)

HUBUNGAN ANTARA STATUS ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HALMAHERA, SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor

PERBEDAAN PENJEPITAN TALI PUSAT DINI DAN LAMBAT DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA BAYI BARU LAHIR DI RSKIA SADEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. pada ibu hamil disebut potensial danger to mother and child (potensial

KONSELING ZAT BESI TERHADAP KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS NY. E SUMUR PANGGANG

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

PENGARUH WAKTU PENJEPITAN TALI PUSAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN NEONATUS

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR SOEDIRMAN KEBUMEN

EFEKTIVITAS JUS JAMBU BIJI TERHADAP PERUBAHAN KADAR HB PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BACEM KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015

PENGARUH KADAR HB DAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat adalah Angka Kematian Bayi (AKB). Menurut data World

ABSTRAK. Angelia Diah Rani A., 2008; Pembimbing I: Dr,dr. Felix Kasim. M.Kes. Pembimbing II: dr. Rimonta F.G, Sp.OG.

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

BAB 1 PENDAHULUAN. nutrisi yang cukup untuk dirinya sendiri maupun bagi janinnya. Maka bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. cadangan besi kosong yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. seperti Indonesia. Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSU DR. WAHIDIN SUDIRO HUSODO MOJOKERTO SANTI WANTI NIM

BAB I PENDAHULUAN. anemia masih tinggi, dibuktikan dengan data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga ABSTRAK. Kata kunci: BBLR, kualitas, kuantitas, antenatal care. viii

PENGARUH SUPLEMENTASI ZAT BESI DAN ASAM FOLAT TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DENGAN ANEMIA DI POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA TESIS

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

PERAN PETUGAS KESEHATAN DAN KEPATUHAN IBU HAMIL MENGKONSUMSI TABLET BESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DAN III DI BPS. NY. K KOTA MOJOKERTO Oleh: DEFIRA AYU RAHAYU

JURNAL KEBIDANAN Vol 1, No 3, Oktober 2015:

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, menurut World Health Organization (WHO) (2013), prevalensi anemia

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

PERBEDAAN PERTUMBUHAN BAYI BARU LAHIR PADA METODE LOTUS BIRTH

BAB I. sel darah normal pada kehamilan. (Varney,2007,p.623) sampai 89% dengan menetapkan kadar Hb 11gr% sebagai dasarnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia pada masa mendatang (Bobak, Lowdermik & Jensen, 2005). Upaya dalam kesehatan telah dipersiapkan yang bertujuan untuk

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

BAB 1 PENDAHULUAN. postpartum adalah masa yang dimulai dari tanda akhir periode intrapartum

HUBUNGAN KEHAMILAN POST TERM DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG CARA KONSUMSI TABLET Fe DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS PLERET BANTUL YOGYAKARTA

Universitas Riau Telp. (0761) 31162, Fax (859258)

BAB 1 PENDAHULUAN. partus lama karena inertia uteri, perdarahan post partum karena atonia. uteri, syok, infeksi (baik intrapartum atau post partum).

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

HUBUNGAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU TAHUN 2010

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

Perdarahan Post Partum Akibat Anemia pada Ibu Hamil di RSUD Tugurejo Semarang

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MANFAAT TABLET FE DI DESA CANDI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. melalui alat indra (Lukaningsih, 2010: 37). Dengan persepsi ibu hamil dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

FAKTOR INTERNAL YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

TERAPI PIJAT OKSITOSIN MENINGKATKAN PRODUKSI ASI PADA IBU POST PARTUM. Sarwinanti STIKES Aisyiyah Yogyakarta

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL YOGYAKARTA TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

Transkripsi:

1 PENGARUH WAKTU PENJEPITAN TALI PUSAT BAYI CUKUP BULAN TERHADAP KADAR HEMAGLOBIN DAN HEMATOKRIT BAYI PADA PERSALINAN NORMAL Study di Wilayah Puskesmas Kendal 1 Naskah Publikasi ANA SUNDARI 201320102003 PROGRAM STUDI ILMU KEBIDANAN PROGRAM MAGISTER (S-2) STI KES AISYIYAH YOGYAKARTA 2016 1

ii ii

iii PENGARUH WAKTU PENJEPITAN TALI PUSAT BAYI CUKUP BULAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN DAN HEMATOKRIT BAYI PADA PERSALINAN NORMAL Study Di Wilayah Puskesmas Kendal 1 Ana Sundari 1, Anwar 2, Umu 3 ABSTRACT: The objective of research was to find out the effect of cord clamping timing in term infant on infant s hemoglobin and hematocrite levels in normal delivery. This study was an experimental research with randomized controlled trial design. The population of research consisted of all infants born from mothers giving birth in 37-40 week-gestation in spontaneous delivery without complication in Puskesmas Kendal I area of Kendal City Sub District. The sampling technique employed was random sampling one, obtaining 31 samples for each of treatment and control groups. Data analysis was conducted using logistic regression. Considering the result of research, it could be found that there was an effect of cord clamping timing on infant hemoglobin level with RR 4,40 (95% CI : 1,91 10,12) and on newborn hematocrite level with RR 1,84 (95% CI: 1,17-2,91). Cord clamping timing of 2 minutes had 4,40 times probability of having Hb level 14 gr% and cord clamping timing of 2 minutes had 1,84 times probability of having Ht level 43. Hemoglobin and Hematocrite levels were higher in newborns with delayed cord clamping for 2 minutes compared with early cord clamping of 15 second. Keywords : Cord clamping timing, Hemoglobin, Hematocrite ABSTRAK: Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh waktu penjepitan tali pusat bayi cukup bulan terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit bayi pada persalinan normal. Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan randomized controlled trial design. Populasi penelitian adalah semua bayi dari ibu yang melahirkan dengan umur kehamilan 37-40 minggu pada persalinan spontan tanpa komplikasi di wilayah Puskesmas Kendal I Kecamatan Kota Kendal. dengan teknik pengambilan sampel random dengan 31 sampel pada masingmasing kelompok perlakuan dan kontrol. Analisis data menggunakan regresi logistik. Hasil penelitian adanya pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hemoglobin bayi didapatkan RR 4,40 (95% CI : 1,91 10,12) dan kadar hematokrit bayi baru lahir didapatkan RR 1,84 (95% CI: 1,17-2,91). Waktu penjepitan tali pusatnya 2 menit berpeluang 4,40 kali mempunyai kadar Hb 14 gr% dan waktu penjepitan tali pusatnya 2 menit berpeluang 1,84 kali mempunyai kadar Hct 43. Kadar Hemoglobin dan Hematokrit lebih tinggi pada bayi baru lahir yang dilakukan penjepitan tali pusat ditunda 2 menit dibandingkan penjepitan tali pusat segera 15 detik. Kata kunci : Waktu penjepitan tali pusat, Hemoglobin, Hematokrit 1. Dosen AKBID PEMKAB Kendal 2. Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta 3. Dosen STIKES Aisyiyah Yogyakarta iii

Sundari A. dkk, Waktu penjepitan tali pusat 1 PENDAHULUAN Diperkirakan 3,6 milyar orang di dunia kekurangan zat besi dan 2 milyar menderita anemia zat besi. Di Negara berpendapatan rendah dan berkembang anemia zat besi ditemui pada perempuan kelompok usia reproduksi dan anakanak. Prevalensi kekurangan zat besi terjadi pada ibu, sehingga 30% bayi mengalami anemia kekurangan zat besi (WHO, 2013). Kekurangan zat besi merupakan prevalensi yang lazim terjadi, disebabkan karena rendah kadar hemoglobin dan hematokrit (Stoltzfus dan Dreyfuss, 2009). Berdasarkan data Departemen Kesehatan RI, anemia Ibu hamil di Indonesia sekitar 67%. Menurut ketetapan WHO anemia ibu hamil jika kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl. Untuk menegakkan diagnosa anemia pada kehamilan dapat dilakukan anamnesis dan pemeriksaan hemoglobin yang dilakukan dua kali selama kehamilan. Bahaya anemia dalam kehamilan memberi pengaruh yang kurang baik bagi ibu dalam kehamilan, persalinan, nifas serta berdampak terhadap hasil pembuahan dan perkembangan janin (Manuaba, 2007). Menurut penelitian Ringoringo dan Windiastuti, (2009) menyatakan bahwa usia bayi 0 bulan insiden deplesi besi, Defisiensi besi dan anemia defisiensi besi tertinggi dengan hasil berturut-turut 9,5%, 14,2%, 11,8%. Pada masa perkembangan janin sebelum lahir (prenatal), sangat membutuhkan pasokan darah yang kaya akan zat gizi dan oksigen. Plasenta merupakan organ pertukaran antara ibu dan janin (Cunningham, 2009). Fungsi dari tali pusat dan plasenta sangat penting. Tali pusat merupakan media yang berfungsi sebagai transportasi nutrisi dan oksigen, transportasi pengeluaran sisa metabolisme janin dan ibu (Kuswanti, 2014). Tali pusat secara fisiologis dan genetika merupakan bagian dari janin yang terdiri dari dua arteri (arteri umbilical) dan satu vena (vena umbilical), yang tertanam didalam jelly wharton (Reeder, Martin dan Grifin, 2005)

2 Penjepitan dan pemotongan tali pusat pada saat bayi lahir merupakan intervensi yang harus dilakukan, akan tetapi penentuan waktu yang optimal untuk dilakukannya penjepitan tali pusat sangat bervariasi, dengan penjepitan tali pusat awal yang pada umumnya dilakukan pada 60 detik pertama setelah lahir, sedangkan penjepitan tali pusat tertunda dilakukan lebih dari 1 menit atau saat denyutan pada tali pusat berhenti (Mc Donald, 2007). Menurut Kemenkes, (2010) pada asuhan persalinan normal dan perawatan neonatal esensial menjelaskan tentang intervensi berupa penjepitan tali pusat 2 menit setelah bayi lahir. Penelitian yang ditunjukkan Cohrane review menyatakan hasil yang signifikan bahwa menunda penjepitan tali pusat pada bayi cukup bulan yang sehat, meningkatkan konsentrasi hemoglobin (Hb) dan cadangan zat besi pada bayi. yang mungkin memiliki manfaat klinis khususnya pada bayi-bayi dimana akses terhadap nutrisi yang masih kurang baik, walaupun penundaan penjepitan meningkatkan risiko penyakit kuning yang memerlukan foto terapi (terapi sinar) (Mc Donald, 2007) Hutton dan Hasan (2007) menyatakan penundaan penjepitan tali pusat yang ditunda selama minimal 2 menit setelah lahir dapat meningkatkan status hematologi yang diukur sebagai hematokrit (Hct) selisih rata-rata berbobot (WMD, 19,90; 95%, CI 7,67-32,13); dan mengurangi risiko anemia (risiko relatif (RR): 0,53; 95% CI: 0,40-0,70) pada usia 2 sampai 6 bulan yang terkait dengan penjepitan tali pusat. Mercer (2006) dari hasil penelitiannya mengemukakan bahwa penundaan penjempitan dan pemotongan tali pusat bisa meningkatkan kadar hemotokrit (volume sel darah merah yang dipisahkan dari cairan darah) dalam darah, mengoptimalkan penyaluran oksigen, meningkatkan aliran sel darah merah terutama pada organorgan vital, mengurangi angka kejadian anemia pada bayi baru lahir, dan meningkatkan lama waktu menyusu atau ASI eksklusif. Dengan penundaan tersebut akan mengoptimalkan aliran darah yang

3 ditransisikan atau dipindahkan dari plasenta ke bayi World Health Organization (WHO) merekomendasikan untuk menunggu menjepit dan memotong tali pusat setelah lahirnya bayi. Rekomendasi tersebut berdasarkan pada pemahaman bahwa penundaan penjepitan karena memungkinkan mengalirnya darah secara terus menerus dari plasenta ke bayi selama 1 hingga 3 menit setelah lahir. Penundaan singkat ini diketahui menambah cadangan zat besi pada bayi muda sebanyak lebih dari 50% pada usia 6 bulan (WHO, 2014). Penundaan penjepitan tali pusat pada saat lahir dapat meningkatkan massa sel darah merah dan memperbaiki status zat besi pada masa pertumbuhan. Pada bayi cukup bulan, penundaan selama satu menit pada penjepitan tali pusat setelah lahir menghasilkan tambahan 80 ml darah dari plasenta ke sirkulasi bayi, yang naik menjadi sekitar 100 ml pada 3 menit setelah lahir. Tambahan darah (plasma dan massa sel merah) ini menambah ion ekstra, yang sama dengan 40-50 mg/kg berat badan. Zat besi tambahan dari transfusi plasenta yang dipadukan dengan sekitar 75 mg/kg zat besi tubuh yang ada saat lahir pada bayi baru lahir cukup bulan, dapat membantu mencegah kekurangan zat besi pada tahun pertama usia (Ronald, et al., 2013). Berdasarkan hasil wawancara pada bidan wilayah di Puskesmas Kendal 1 menyatakan bahwa penjepitan tali pusat dilakukan segera setelah bayi lahir tanpa menunggu denyutan tali pusat berhenti. METODE PENELITIAN Jenis penelitian eksperimen dengan rancangan randomized controlled trial design. Populasi penelitian adalah semua bayi dari ibu yang melahirkan dengan umur kehamilan 37-40 minggu pada persalinan spontan tanpa komplikasi di wilayah Puskesmas Kendal I Kecamatan Kota Kendal. Teknik pengambilan sampel dengan random dengan 31 sampel pada masingmasing kelompok perlakuan dan kontrol. Analisis data menggunakan regresi logistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada 62 subyek

4 bayi baru lahir, dibedakan menjadi dua kelompok secara random menggunakan tabel angka random, terdiri dari 31 bayi baru lahir dengan penjepitan tali pusat 15 detik sebagai. Tabel 1. Karakteristik responden kelompok kontrol dan 31 bayi baru lahir dengan penjepitan tali pusat 2 menit sebagai kelompok intervensi Variabel Waktu penjepitan tali pusat 2 menit Mean ± SD Minimal- Maksimal Waktu penjepitan tali pusat 15 detik Mean ± Minimal- SD Maksimal P value Hb BBL 14,8±1,82 11,5-18,1 11,7±2,09 9,3-16,3 0,000 Hct BBL 47,13±5,06 35,8-54,0 39,9±8,39 28,6-58,5 0,000 Tabel 2. Pengaruh lama waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar Hb bayi baru lahir Variabel Kadar Hb BBL RR (CI 95%) P-value 14 <14 N % N % Penjepitan tali pusat 2 menit 15 detik 22 5 71,0 16,1 9 26 29,0 83,9 4,40 1,91-10,12 0,000 Tabel 3. Pengaruh lama waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar Hct bayi baru lahir Variabel Kadar Hct BBL RR (CI 95%) P-value 43 < 43 N % N % Penjepitan tali pusat 2 menit 15 detik 24 13 77,4 41,9 7 18 22,6 58,1 1,84 1,17-2,91 0,00

5 Tabel 4. Pengaruh luar (Paritas, Hb ibu, Status gizi ibu) terhadap kadar Hb bayi baru lahir Variabel Kadar Hb BBL RR CI 95% P-value 14 <14 N % N % Paritas Paritas 1 Paritas >1 Hb ibu 11 <11 Status gizi ibu Normal Tidak normal 14 13 17 10 18 9 45,2 41,9 56,7 31,3 50,0 34,6 17 18 13 22 18 17 54,8 58,1 43,3 68,8 50,0 65,4 1,07 0,61-1,90 0,79 1,81 0,99-3,31 0,04 1,44 0,77-2,68 0,22 Tabel 5. Pengaruh variable luar (Paritas, Hb ibu, Status gizi ibu) terhadap kadar Hct bayi baru lahir Variabel Kadar Hct BBL RR CI 95% P-value 43 < 43 N % N % Paritas Paritas 1 Paritas >1 Hb ibu 11 <11 Status gizi ibu Normal Tidak normal 17 20 21 16 22 15 54,8 64,5 70,0 50,0 61,1 57,7 14 11 9 16 14 11 45,2 35,5 30,0 50,0 38,9 42,3 0,43 0,56-1,28 0,85 1,40 0,92-2,12 0,10 1,05 0,69-1,61 0,78

6 Tabel 6. Analisis multivariabel dengan regresi logistik ganda pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar Hb dan Hct bayi baru lahir Variabel Kadar Hb bayi Kadar Hematokrit Model I OR (95% CI) Model II OR (95% CI) Model III OR (95% CI) Model I OR (95% CI) Model II OR (95% CI) Penjepitan tali pusat 2 menit 15 detik 12,71 (3,70-43,56) 11,87 (3,39-41,55) 12,03 (3,31-43,79) 4,74 (1,57 14,31) 4,33 (1,41 13,28) Kadar Hb ibu 11 2,42 (0,71-8,26) 3,31 (0,86 12,68) 1,91 (0,63 5,82) < 11 Status gizi ibu Normal 2,90 (0,73 11,48) Tidak normal N 62 62 62 62 62 R 2 0,372 0,404 0,440 0,170 0,195 1. Pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hemoglobin bayi baru lahir Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok penelitian dengan p value sebesar 0,000. Dan adanya perbedaan mean pada kelompok yang tali pusatnya dijepit setelah 2 menit sebesar 14,8 sedangkan pada kelompok yang tali pusatnya dijepit 15 detik perbedaan mean nya hanya sebesar 11,7. Penelitian ini sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh Kosim et al, (2008) menyimpukan bahwa pada kelompok penjepitan 15 dan 45 detik terdapat perbedaan bermakna rerata Hb subjek (16,30g±1,36) dengan angka signifikansi berturut-turut p = 0,048 dan p = 0,022. kadar Hb subjek kelompok penjepitan dini (13,4-18,4) g/dl dan lanjut (14,5-20,1) g/dl. Pada penelitian ini terdapat pengaruh yang bermakna waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hemoglobin bayi baru lahir dengan

7 nilai p-value sebesar 0,000. Hasil analisis didapatkan nilai RR sebesar 4,40 (95% CI: 1,91 10,12) yang memiliki arti bahwa bayi baru lahir yang tali pusatnya dilakukan penjepitan dengan waktu 2 menit berpeluang 4,40 kali lebih besar kadar Hb nya 14 gr% dibandingkan dengan bayi baru lahir yang tali pusatnya dijepit dalam waktu 15 detik. Dari hasil uji statistik multivariat (model III) bahwa terdapat pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hemoglobin bayi jika kadar Hb ibunya 11 g/dl dan status gizi ibu normal didapatkan OR 12,03 (95% CI: 3,31-43,79) yang berarti bahwa bayi baru lahir yang waktu penjepitan tali pusatnya 2 menit, ibunya memiliki kadar Hb 11 g/dl dan memiliki status gizi ibu yang normal maka bayinya berpeluang 12,03 kali melahirkan bayi dengan kadar Hb 14 g/dl dibandingkan dengan bayi baru lahir yang waktu penjepitan tali pusatnya 15 detik, ibu dengan Hb < 11 g/dl dan status gizi ibu tidak normal. Lama waktu penjepitan tali pusat dan kadar Hb ibu 11 g/dl serta gizi ibu yang normal akan mempengaruhi kadar Hb bayi baru lahir sebesar 44,0% (R 2 0,440) dan sisanya dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Hal ini sejalan dengan pengkajian database Cochrane dari uji klinis acak yang dilakukan Mc Donald dan Middleton (2008) melaporkan bahwa menunda penjempitan tali pusat hingga 1 menit setelah kelahiran meningkatkan konsentrasi hemoglobin neonatus 2,2 g/dl dibandingkan dengan penjempitan dalam 60 detik pertama pada saat yang sama. Berdasarkan teori yang disampaikan Oski, et al., (2003) menyatakan bahwa waktu penjepitan tali pusat di tunda akan meningkatkan volume darah bayi dibandingkan dengan penjepitan tali pusat dini. Rata-rata volume darah saat satu setengah jam setelah lahir pada bayi dengan penjepitan dini 78 ml/kg BB dibanding 98,6 ml/kg BB pada bayi dengan penjepitan ditunda. Penundaan penjepitan tali pusat 2 3 menit pada bayi cukup bulan, memberikan sekitar 25 35 ml darah perkilogram berat badan terhadap bayi dari sirkulasi plasenta.

8 12 percobaan telah menguji pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap hasil status hematologi atau zat besi melalui periode neonatal hingga usia 6 bulan, didapatkan hasil bahwa waktu penjepitan tali pusat memiliki pengaruh yang nyata terhadap jumlah darah yang tetap berada dalam sirkulasi bayi saat lahir, Penundaan penjepitan memberikan status zat besi pada usia 2-3 bulan pertama hingga 6 bulan (Chaparro, 2011). Hutton dan Hassan (2007) didalam penelitiannya terhadap 15 percobaan terkontrol acak, menemukan bahwa sebuah penundaan pada penjepitan tali pusat selama minimal 2 menit bermanfaat bagi status hematologi dan zat besi bayi hingga usia 6 bulan. Penundaan penjepitan tali pusat dapat meningkatkan volume/massa RBC (red blood cell) dan zat besi RBC. Darah tersebut menyediakan sekitar 50 mg besi, kondisi ini dapat mengurangi frekuensi anemia difisiensi besi pada pertumbuhan bayi selanjutnya (Yao dan Lind, 1974 dalam Cunningham, et al., 2012). Manfaat dari penundaan penjepitan tali pusat bagi status hematologi dan zat besi yang diidentifikasikan dapat menurunkan risiko anemia yang penting secara klinis (pada usia 24-48 jam dan 2-3 bulan) dan meningkat massa sel merah (Shirvani, et al., 2010). 2. Pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hematokrit bayi baru lahir Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terdapat perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok penelitian terhadap kadar hematokrit bayi baru lahir dengan p value sebesar 0,000 dan adanya perbedaan mean pada kelompok yang dijepit 2 menit sebesar 47,13 sedangkan pada kelompok yang tali pusatnya dijepit 15 detik perbedaan mean nya hanya sebesar 39,9. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kosim et al, (2008) menyimpulkan bahwa adanya perbedaan rerata kadar Hct pada kelompok bayi penjepitan 15 detik: 37,6 s.d. 54,7% dan penjepitan 45 detik antara 41,6 s.d. 60,6%. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan Shirvani, et al., (2007) adanya perbedaan secara signifikan

9 lebih tinggi pada kelompok penjempitan tertunda dengan kadar hematokrit (Hct 47,6 vs. 42,8; p < 0,001) Hasil uji statistik terdapat hubungan yang bermakna waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hematokrit bayi baru lahir dengan nilai p-value sebesar 0,000 dan hasil analisis didapatkan nilai RR sebesar 1,84 (95% CI: 1,17-2,91) yang memiliki arti bahwa bayi baru lahir yang tali pusatnya dilakukan penjepitan dengan waktu 2 menit berpeluang 1,84 kali lebih besar kadar Hct nya 43% dibandingkan dengan bayi baru lahir yang tali pusatnya dijepit dalam waktu 15 detik. Dari hasil uji statistik multivariat (model II) Pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hematokrit bayi jika kadar Hb ibunya 11 g/dl didapatkan OR 4,33 (95% CI: 1,41 13,28) yang berarti bahwa bayi baru lahir yang waktu penjepitan tali pusatnya 2 menit dan ibunya memiliki kadar Hb 11 g/dl berpeluang 4,33 kali melahirkan bayi dengan kadar Hct 43% dibandingkan dengan bayi baru lahir yang waktu penjepitan tali pusatnya 15 detik dan ibunya kadar Hb < 11 g/dl. Lama waktu penjepitan tali pusat dan kadar Hb ibu 11 g/dl mempengaruhi kadar Hct bayi baru lahir sebesar 19,5% (R 2 0,195) dan sisanya dapat dipengaruhi oleh variabel lain. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cernadas JMC, et al., (2006) yang melaporkan bahwa kadar Hct (6 jam pertama) pada 3 kelompok penelitiannya: kelompok penjepitan talipusat dini, 1 menit dan 3 menit setelah bayi lahir, berturut-turut sebagai berikut: 53,5%±7,0; 57,0%±5,8; dan 59,4%±6,1.20. Randomized clinical trial yang dilakukan Ronald, et al., (2008) ditemui bahwa bayi yang lahir pada usia kehamilan 30 sampai 36 minggu ditemui nilai hematokrit mingguan (Hct) lebih tinggi setelah dilakukan penjepitan tali pusat tertunda sehingga dengan nilai hematokrit yang lebih tinggi menghasilkan transfusi RBC yang lebih sedikit. Hutton dan Hasan (2007) menyatakan penundaan penjepitan tali pusat yang ditunda selama minimal 2 menit setelah lahir dapat

10 meningkatkan status hematologi yang diukur sebagai hematokrit (selisih rata-rata berbobot (WMD, 19,90; 95% CI: 7,67-32,13), Hasil tersebut sesuai dengan pendapat ahli terkemuka Mercer (2006) dalam penelitian mengemukakan bahwa salah satu manfaat dari penundaan penjempitan dan pemotongan tali pusat, baik pada bayi cukup bulan maupun bayi kurang bulan adalah meningkatkan kadar hemotokrit. Hematokrit merupakan suatu ukuran dalam menentukan banyaknya jumlah sel darah merah dalam 100 ml darah yang dinyatakan dalam persent (%), kisaran hematokrit normal pada bayi adalah 43%-61% (Stright, 2005) SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kadar hemoglobin dan hematokrit pada bayi baru lahir yang dilakukan penjepitan tali pusat DAFTAR RUJUKAN WHO, (2014). Guideline: delayed umbilical cord clamping for improved maternal and infant health and nutritionoutcomes. WHO ditunda 2 menit lebih tinggi dibandingkan penjepitan tali pusat segera 15 detik. Saran Perlu mempertimbangkan evaluasi intervensi waktu penjepitan tali pusat pada bayi baru lahir pada standar operasional prosedur dalam asuhan persalinan normal. Sebagai salah satu cara preventif penanganan anemia pada bayi. Bidan dalam melakukan tindakan harus menerapkan standar operasional prosedur tentang asuhan persalinan terkait intervensi waktu penjepitan tali pusat dengan cara ditunda, Bagi peneliti selanjutnya diperlukan penelitian tentang intervensi waktu penjepitan tali pusat terhadap persalinan dengan tindakan / operasi secsio cesarea dan perlunya penelitian dengan pengamatan / kohort pada bayi Library Cataloguingin-Publication Data. Stoltzfus R J dan Dreyfuss ML, (2009 ). Guidelines for the use of iron supplements to prevent and treat iron

11 deficiency anemia. International nutritional anemia consultative group (INACG), 1-57881-020-5 Manuaba I.A.C., Manuaba I.B.G.F., dan Manuaba I.B.G, (2007). Berat badan dan pertambahan berat badan ibu hamil, dalam Pengantar kuliah obstetri, Jakarta : EGC, hal: 664-667 Ringoringo HP dan Windiastuti E, (2009). Insiden defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada bayi berusia 0-12 bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: studi kohort prospektif. Sari Pediatri. 11 (1) Cunningham F.G., Gant N.F., Leveno K.J., (2013). Plasenta dan membrane janin, Obstetri Williams, Ed. 21, Vol. 1. Eds. Profitasari., Hartanto, H., Suyono, Y.J. Jakarta: EGC. hal: 704-35 Kuswanti I, (2014). Pertumbuhan dan perkembangan hasil konsepsi. Asuhan kehamilan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. hal: 68-73. Reeder SJ., Martin LL., dan Griffin, (2005). Maternity nursing: family, newborn and women s health care, Ed. 18, Vol 1.Eds Mardella EA., Yulianti D., Subekti NB.,Karyuni. Jakarta: EGC. hal: 162 Mc Donald SJ dan Middleton P, (2008). Effect of timing of umbilical cord clamping of term infants on maternal and neonatal outcomes.cochrane database of systematic reviews 7: CD004074. KemenKes, (2010). Buku saku pelayanan kesehatan neonatal esensial, Pedoman teknis pelayanan kesehatan dasar. hal: 44 Hutton EK dan Hassan ES, (2007). Late vs early clamping of the umbilicalcord in full-term neonates systematic review and meta - analysisof controlled trials. JAMA; 297 (11)1241-52

12 Mercer JS., Betty RV., Margaret MM., James FP., Michael W., William OH, (2006). Delayed cord clamping in very preterm infants reduces the incidence of intraventricular hemorrhage and late-onset sepsis: Arandomized controlled trial. Pediatrics. 117 (4): 1235-1242. Ronald G., Strauss., Donald M., Mock., Karen J., Johnson., (2008). Arandomized clinical trial comparing immediate versus delayed clamping of the umbilical cord in preterm infants: Short-term clinical and laboratory endpoints. NIH PA Author Manuscript. 48(4):658-65 Kosim MS., Qodri S., Sudarmanto B, (2009). Pengaruh waktu penjepitan tali pusat terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit bayi baru lahir. Sari Pediatri. 10(5): 331-7. Oski FA dan Naiman JL, (1996). Normal blood values in the newborn period. Dalam: Hematologic problems in the newborn. Edisi 2. Philadelphia: W.B.Saunders; hal: 1-30 Chapparo CM (2011). Timing of umbilical cord clamping: Effect on iron endowment of the newborn and later iron status. FANTA-2/FHI Development 360 LLC. Shirvani F., Mitra R., Mojgan H., Mohamad HS., Hossein K., Mohammad AM, 2010. Effect of timing of umbilical cord clamp on newborns' iron status and its relation to delivery type, Arch Iran Med, 1029-2977- 010135 Cernadas CJM., Carroli G., Pellegrini L., Otaño L., Ferreira M., Ricci C., Casas O., Giordano D., Lardizábal J, (2006). The effect of timing of cord clamping on neonatal venous hematocrit values and clinical outcome at term: a

13 randomized, controlled trial. Pediatrics; 117(4): e779-86. Stright BR, (2005). Perawatan bayi baru lahir. Panduan belajar: Keperawatan ibu bayi baru lahir. Ed 3, Jakarta; EGC, hal: 21