BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR. Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik memiliki berbagai cabang disiplin ilmu. Cabang-cabang

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuatu yang dipertuturkan itu. Di antara penutur dan mitra tutur terdapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pragmatik merupakan salah satu ilmu yang dimasukkan dalam kurikulum tahun Ilmu

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

BAB II LANDASAN TEORI. Show Campur-Campur di Stasiun Televisi ANTV memiliki dua penelitian yang

ANALISIS PRAGMATIK PELANGGARAN TINDAK TUTUR GURU DI SMA LENTERA

II. LANDASAN TEORI. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. interaksi antarpesona dan memelihara hubungan sosial. Tujuan percakapan bukan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, harapan, pesan-pesan, dan sebagainya. Bahasa adalah salah satu

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa berfungsi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. dalam penelitian ini. Hasil penelitian yang memiliki kaitan dengan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

II. LANDASAN TEORI. bahasa dari aspek pemakaian aktualnya. Adapun hal-hal yang akan dibahas

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

BAB 2 IHWAL TINDAK TUTUR, STRATEGI MENGKRITIK, PRINSIP KERJA SAMA, DAN PRINSIP KESANTUNAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peristiwa tutur merupakan gejala sosial, sedangkan tindak tutur

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar BelakangPenelitian. Manusia dalam kesehariannya selalu menggunakan bahasa. Dengan bahasa,

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa tulis salah satu fungsinya adalah untuk berkomunikasi. Bahasa tulis dapat

BAB II LANDASAN TEORI. tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak pernah dapat dilepaskan dari

II. LANDASAN TEORI. Implikatur percakapan, lazim disebut implikatur, adalah implikasi pragmatis yang

REALISASI KESANTUNAN TINDAK TUTUR KOMISIF BERJANJI DALAM BAHASA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia ini, manusia

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Tindak tutur adalah bagian dari pragmatik yang digagasi oleh Austin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan oleh para pengguna bahasa itu sendiri. saling memahami apa yang mereka bicarakan. Fenomena ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. selalu terlibat dalam komunikasi bahasa, baik dia bertindak sebagai. sebuah tuturan dengan maksud yang berbeda-beda pula.

Realisasi Tuturan dalam Wacana Pembuka Proses Belajar- Mengajar di Kalangan Guru Bahasa Indonesia yang Berlatar Belakang Budaya Jawa

PERBANDINGAN KESANTUNAN DI PASAR TRADISIONAL DAN PASAR MODERN (Sebuah Strategi Kesantunan antara Penjual kepada Pembeli)

BAB I PENDAHULUAN. adalah alat komunikasi, manusia dapat saling memahami satu sama lain sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pada masa sekarang ini walaupun pada kira-kira dua dekade yang silam ilmu

LANDASAN TEORI. Penutur dan mitra tutur dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan gagasan, konsep, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ABSTRACT: Kata kunci: kesantunan, tuturan, imperatif. maksim penghargaan, maksim kesederhanaan,

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB 2 TINDAK TUTUR DAN SLOGAN IKLAN. Pandangan Austin (Cummings, 2007:8) tentang bahasa telah menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga pada pemilihan kata-kata dan kalimat-kalimat yang digunakan,

BAB III METODE PENELITIAN. Bagian ini menjelaskan langkah-langkah yang berkaitan dengan jenis

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

Pelaksanaan Tindak Ujaran. Dwiyanti Nandang ( ) Meita Winda Lestari ( ) Pamela Yunita Sari ( ) Riza Indah Rosnita ( )

I. PENDAHULUAN. juga dapat menyampaikan pikiran, perasaan kepada orang lain. demikian, bahasa juga mempunyai fungsi sebagai alat kekuasaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, karena melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

TUTURAN IKLAN KECANTIKAN PADA MAJALAH KARTINI DALAM KAJIAN PRAGMATIK

LANDASAN TEORI. bagaimana bahasa itu digunakan dalam komunikasi (Leech dalam Wijana, 2010:

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Tindak tutur dapat dikatakan sebagai suatu tuturan saat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

PRINSIP KESANTUNAN DALAM TUTURAN PENUTUR PADA ACARA TALKSHOW INDONESIA LAWYERS CLUB; SUATU TINJAUAN PRAGMATIK.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai

II. LANDASAN TEORI. semantik atau ilmu makna. Dalam banyak hal penggambaran relasi-relasi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa dapat menjalin hubungan yang baik, dan dapat pula

BAB I PENDAHULUAN. langsung antar penutur dan mitratutur. Penutur dan mitra tutur berintraksi

BAB I PENDAHULUAN. secara eksternal, yakni bagaimana satuan kebahasaan digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengekspresikan tulisanya baik lisan maupun tulisan dengan memanfaatkan

KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA PADA PESAN SINGKAT (SMS) MAHASISWA KE DOSEN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini membahas strategi komunikasi guru BK (konselor) dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dibedakan menjadi dua sarana,

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali

I. PENDAHULUAN. satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak dapat

KAJIAN PERILAKU PRAGMATIS TERHADAP TINDAK TUTUR SANTRI TERHADAP KYAI DI PONDOK PESANTREN DI WILAYAH KOTA SEMARANG

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 SUNGAI PINYUH

BAB 2 PRAGMATIK DAN PROGRAM TV BERSAMA ROSSY. Para pakar pragmatik mendefinisikan istilah ini secara berbeda-beda. Yule

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. ucap yang bersifat arbiter dan konvensional, yang dipakai sebagai alat komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk dapat berkomunikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial mutlak memiliki kemampuan untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja

SEMINAR NASIONAL PRASASTI (Pragmatik: Sastra dan Linguistik)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk berinteraksi antar sesama. Kridalaksana (dalam Chaer, 2003: 32)

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA BERITA ON-LINE: PEMBERITAAN TENTANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, SUSI PUDJIASTUTI.

BAB II LANDASAN TEORI. seseorang menggunakan kata-kata kerja promise berjanji, apologize minta

BAB II KAJIAN TEORI. keakuratan data. Teori-teori tersebut adalah teori pragmatik, aspek-aspek situasi

BAB I PENDAHULUAN. mendalam adalah pragmatik. Pragmatik merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMINTA DALAM INTERAKSI ANAK GURU DI TK PERTIWI 4 SIDOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada di luar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

8 BAB 2 IHWAL PRAGMATIK: PRINSIP KERJA SAMA, KESOPANAN DAN TINDAK TUTUR Berbicara mengenai maksud tuturan dalam melakukan tugas dari petugas koperasi saat melakukan transaksi dengan nasabah atau sebaliknya tuturan nasabah saat melakukan transaksi kepada petugas koperasi, kandungan tuturan mereka tidak dapat lepas dari kegiatan pragamatik sebagai aspek teori yang mendasarinya. Untuk itu beberapa konsep tentang pengemasan bahasa seperti prinsip kesoponan, prinsip kerja sama dan kajian mengenai jenis tindak tutur dalam suatu wadah pragmatik akan dijadikan sebagai landasan teori dalam penelitian ini. 2.1 Pengertian Pragmatik Levinson (dalam Nadar, 2009: 5) berpendapat bahwa pragmatik merupakan suatu istilah yang mengesankan bahwa sesuatu yang sangat khusus dan teknis sedang menjadi objek pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas. Sarle, kiefer & Bierwish (dalam Nadar, 2009: 5) Topik pragmatik adalah beberapa aspek yang tidak dapat dijelaskan dengan acuan langsung pada kondisi sebenarnya dari kalimat yang dituturkan. Gazdar, (dalam Nadar, 2009: 5 ) pragmatik adalah kajian antara lain mengenai deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur wacana.

9 Mengenai defenisi pragmatik yang bervariasi, Levinson dalam Nadar, 2009: 5-6) mengatakan bahwa beraneka ragamnya defenisi pragmatik tersebut bukanlah suatu yang janggal atau sesuatu yang perlu dirisaukan karena satu defenisi sering tidak sepenuhnya memuaskan sebagaimana dijelaskan sebagai berikut: ( keaneka ragaman defenisi yang mungkin dipakai dan kurang jelasnya batas-batas dalam defenisi tersebut mungkin saja membingungkan tetapi keaneka ragaman tersebut bukanlah sesuatu yang aneh: bidang akademis merupakan kumpulan metode yang disukai, asumsi yang bersifat implicit, dan masalahmasalah atau bidang kajian yang menjadi fokus, oleh karena itu usaha-usaha untuk mendefenisikan semuanya itu jarang sekali dapat memuaskan secara menyeluruh, memang defenisi tidak perlu menjadi masalah, sebagaimana sintaksis secara tradisional didefenisikan sebagai kajian kombinasi kata-kata dan bagianbagiannya, serta semantik sebagai kajian kombinasi kata-kata dan bagianbagiannya, serta semantik sebagai kajian tentang makna, maka pragmatik adalah kajian tentang penggunaan bahasa.) 2.2 Prinsip Kerja Sama Dalam komunikasi yang wajar agaknya dapat diasumsikan bahwa seorang penutur mengartikulasikan ujaran dengan maksud untuk mengkomunikasikan sesuatu kepada lawan bicaranya, dan berharap lawan bicaranya dapat memahami apa yang hendak dikomunikasikan itu. Untuk itu penutur selalu berusaha agar tuturannya selalu relevan dengan konteks, jelas, dan mudah dipahami, padat dan ringkas (concise), dan selalu pada persoalan (straight forward), sehingga tidak

10 menghabiskan waktu lawan bicaranya. Bila dalam suatu percakapan terjadi penyimpangan, ada implikasi-implikasi tertentu yang hendak dicapai oleh penuturnya. Bila implikasi itu tidak ada, maka penutur yang bersangkutan tidak melaksanakan kerja sama atau tidak bersifat kooperatif. Jadi secara ringkas dapat diasumsikan bahwa ada semacam prinsip kerja sama yang harus dilakukan pembicara dan lawan bicara agar proses komunikasi itu berjalan lancar. Dalam suatu pembicaraan, penutur dapat menyampaikan gagasan seandainya lawan tuturnya bekerja sama, memang kadang-kadang terjadi kesalahpahaman, tetapi kebanyakan penutur dan lawan tutur dapat saling memahami maksut tuturan yang mereka buat (Wijana1996:45). Formulasi tentang prinsip umum dalam penggunaan bahasa dan istilah yang diberikan untuk prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip kerja sama. Rumusan prinsip kerja sama tersebut bunyinya sebagai berikut: (Berikanlah kontribusi anda dalam percakapan sesuai dengan kebutuhan, pada tingkat dimana percakapan tersebut berlangsung, sesuai dengan maksut dan tujuan dimana anda terlibat.). selanjutnya prinsip kerja sama ini dijabarkan lebih lanjut ke dalam empat maksim sebagai berikut: 2.2.1 Maksim Kuantitas Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Ilustrasinya sebagai berikut:

11 ( Jika anda membuat saya memperbaiki mobil, saya mengharapkan kontribusi anda sesuai kebutuhan, tidak lebih, tidak juga kurang. Misalnya, kalu pada saat tertentu saya memerlukan sekrup, saya ingin anda memberikan kepada saya empat sekrup bukan dua atau enam ). 2.2.2 Maksim Kualitas Maksim kualitas mewajibkan setiap peserta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya di dasarkan pada buktibukti yang memadai. Apabila patuh pada prinsip ini, jangan pernah mengatakan sesuatu yang diyakini bahwa itu kurang benar atau tidak benar. Ilustrasinya sebagai berikut: ( Saya mengharapkan kontribusi Anda sungguh-sungguh,bukan palsu. Kalau saya memerlukan gulasebagai bahan pembuat kue yang anda minta saya membuatnya saya tidak mengharapkan anda memberikan garam kepada saya; kalu saya memerlukan sendok, saya ingin sendok sungguhan bukan sendok mainan yang terbuat dari karet ). 2.2.3 Maksim Relevansi Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan. Ilustrasinya sebagai berikut: ( Saya mengiginkan kontribusi pasangan saya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan pada setiap tahapan transaksi; seandainya saya sedang membuat

12 adonan kue, saya tidak mengharapkan diberi buku, atau lampin walaupun kontribusi barang-barang ini mungkin sesuai untuk tahapan berikutnya ). 2.2.4 Maksim Pelaksanaan Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tidak taksa, dan tidak berlebih-lebihan, serta runtut. Ilustrasinya sebagai berikut: ( Saya mengharapkan pasangan saya menjelaskan kontribusi apa yang diberikannya dan melaksanakan tindakan secara beralasan ). Wijana (1996, 46-52) menjelaskan agar proses komunikasi dapat berjalan lancar diperlukan kerja sama antara penutur dan lawan tutur. Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan lawan bicaranya. Maksim kualitas mewajibkan setiap pesrta percakapan mengatakan hal yang sebenarnya, di dasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Maksim relevansi mengaruskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur dan tidak berlebih-lebihan. 2.3 Prinsip Kesopanan Dalam bukunya Nadar (2009: 28-30) terdapat teori Leech menyebutkan dalam suatu intraksi para pelaku memerlukan prinsip lain selain prinsip kerja sama yaitu prinsip kesopanan politeness principle. Prinsip kesopanan memilki

13 sejumlahmaksim maxim yakni maksim kebijaksanaan (tact maxim), maksim kemurahan (generosity maxim), maksim penerimaan (approbation maxim), maksim kerendahan hati (modesty maxim), maksim kecocokan (agreement maxim), dan maksim kesimpatian (sympathy maxim). Prinsip kesopanan ini berhubungan dengan dua peserta percakapan, yakni diri sendiri (self) dan orang lain (other). Diri sendiri adalah penutur, dan orang lain adalah lawan tutur. Ada beberapa bentuk ujaran yang digunakan untuk mengekspresikan maksim-maksim di atas. Bentuk ujaran yang dimaksud adalah bentuk ujaran impositif, komisif, ekspresif, dan asertif. Bentuk ujaran komisif adalah bentuk ujaran yang berfungsi untuk menyatakan janji atau penawaran. Ujaran impositif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan perintah atau suruhan. Ujaran ekspresif adalah ujaran yang digunakan untuk menyatakan sikap psikologis pembicara terhadap sesuatu keadaan. Ujaran asertif adalah ujaran yang lazim digunakan untuk menyatakan kebenaran proposisi yang diungkapkan. 2.3.1 Maksim Kebijaksanaan Gagasan dasar dari prinsip kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan pada dirinya sendiri dan memaksimalkan pada keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Orang bertutur yang berpegang dan melaksanakan maksim kebijaksanaan akan dapat dikatakan sebagai orang santun. Apabila di dalam bertutur orang berpegang teguh pada maksim kebijaksanaan, ia akan dapat menghindarkan sikap dengki, iri hati, dan sikap-

14 sikap lain yang kurang santun terhadap simitra tutur. Demikian perasaan sakit hati sebagai akibat dari perlakuan yang tidak menguntungkan pihak lain akan dapat diminimalkan apabila maksim kebijaksanaan ini dipegang teguh dan dilaksanakan dalam kegiatan berutur. Dengan perkataan lain, menurut maksim ini, kesantunan dalam bertutur dapat dilakukan apabila maksim kebijaksanaan dilaksanakan dengan baik. Sebagai pemerjelas atas pelaksanaan maksim kebijaksanaan ini dalam komunikasi yang sesungguhnya dapat dilihat pada contoh tuturan: Tuan Rumah: silakan makan saja dulu nak! tadi semua sudah mendahuluimu. Tamu: Wah, saya jadi tidak enak Bu. Informasi indeksal: Dituturkan oleh seorang ibu kepada seorang anak muda yang sedang bertamu dirumah ibu tersebut. Pada saat itu ia harus berada dirumah ibu tersebut sampai malam karena hujan sangat deras dan tidak segera reda. Di dalam tuturan di atas tampak dengan sangat jelas bahwa apa yang dituturkan si Tuan rumah sungguh memaksimalkan keuntungan bagi sang tamu. Lazimnya, tuturan semacam itu dapat ditemukan dalam keluarga-keluarga pada masyarakat desa.tuturan berikut dapat diceramati dan dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini. Ibu: ayo dimakan bakminya! Di dalam masih banyak ko. Rekan Ibu: wah segar sekali. Siapa yang memasak ini tadi Bu? Pemaksimalan keuntungan bagi pihak mitra tutur tampak sekali pada tuturan sang Ibu, yakni ayo dimakan bakminya! Di dalam masih banyak ko. Tuturan itu disampaikan kepada sang tamu sekalipun sebenarnya satu-satunya hidangan yang

15 tersedia adalah apa yang disajikan kepada si tamu tersebut. Sekalipun sebenarnya di dalam rumah jatah untuk keluarganya sendiri sebenarnya sudah tidak ada, namun sang Ibu itu berpura-pura mengatakan bahwa di dalam rumah masih tersedia hidangan lain dalam jumlah yang banyak. Tutran itu disampaikan dengan maksud agar sang tamu merasa bebas dan dengan senang hati menikmati hidangan yang disajikan itu tanpa ada perasaan tidak enak sedikitpun. 2.3.2 Maksim Kedermawaan Dengan maksim kedermawaan atau maksim kemurahan hati, para peserta tutur diharapkan dapat menghormati orang lain. penghormatan terhadap orang lain akan terjadi apabila orang dapat mengurangi keuntungan bagi dirinya sendiri dan memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain. Tuturan pada contoh berikut dapat memperjelas pernyataan ini: Anak Kos A: mari saya cucuikan baju kotormu! Akaianku tidak banyak kok yang kotor. Anak Kos B: tidak usah, Mbak. Nanti siang saya akan mencucui juga. Dari tuturan Si A dapat dilihat dengan jelas bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri. Hal itu dilakukan dengan cara menawarkan bantuan untuk mencucikan pakaian kotornya Si B. di dalam masyarakat tuturan jawa, hal demikian sangat sering terjadi karena merupakan salah satu wujud nyata dari sebuah kerja sama. Gotong royong semacamnya dapat dianggap sebagai realisasi maksim kedermawaan atau maksim kemurahan ini dalam hidup bermasyarakat.

16 2.3.3 Maksim Penghargaan Di dalam maksim penghargaan dijelaskan bahwa orang akan dapat dianggap santun apabila dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta pertuturan tidak saling mengejek, saling mencaci, atau saling merendahkan pihak lain. peserta tutur yang sering mengejek peserta tutur lain di dalam kegiatan bertutur akan dikatakan sebagai orang yang tidak sopan. Dikatakan demikian, karena tindakan mengejek merupakan tindakan tidak menghargai orang lain. karena merupakan perbuatan tidak baik, perbuatan itu harus dihindari dalam pergaulan sesungguhnya. Untuk memprejelas hal itu contoh berikut dapat dipertimbangkan: Dosen A: Dosen B: Pak, aku tadi sudah memulai kuliah perdana untuk kelas Business English. Oya, aku tadi mendengar Bahasa Ingrismu jelas sekali dari sini Pemberitahuan yang disampaikan dosen A terhadap rekannya dosen B pada contoh di atas, ditanggapi dengan sangat baik bahkan disertai dengan pujian atau penghargaan oleh dosen A. dengan demikian, dapat dikatakan bahwa di dalam pertuturan itu dosen B berprilaku santun terhadap dosen A. 2.3.4 Maksim Kesederhanaan Di dalam maksim kesederhanaan atau maksim kerendahan hati peserta tutur diharapkan dapat bersikap rendah hati dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri. Orang akan dikatakan sombong dan congkak hati apabila di dalam kegiatan bertutur selalu memuji dan mengunggulakn dirinya sendiri.

17 Dalam masyarakat bahasa dan budaya Indonesia, kesederhanaan dan kerendahan hati banyak digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang. Contoh tuturan di bawah ini: Ibu A: Nanti ibu yang memberikan sambutan ya dalam rapat Dasa Wisma!. Ibu B: Waduh, nanti grogi aku. 2.3.5 Maksim Pemufakatan Maksim pemufakatan seringkali disebut dengan maksim kecocokan (Wijana, 1996:59). Di dalam maksim ini ditekankan agar para peserta dituturkan dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Apabila terdapat kemufakatan atau kecocokan antara diri penutur dan mitra tutur dalam kegiatan bertutur, masing-masing dari mereka akan dikatakan bersikap santun. Di dalam masyarakat tutur jawa, orang tidak diperbolehkan memenggal atau membantah secara langsung apa yang dituturkan oleh pihak lain. Hal demikian tampak sangat jelas, terutama, apabila umur, jabatan, dan status sosial penutur berbeda dengan simitra tutur. Tuturan berikut dapat digunakan untuk mengilustrasikan pernyataan ini. Guru A: Guru B: Ruanganya gelap ya, Bu! he..eh! saklarnya mana, ya? Informasi Indeksial: Dituturkan oleh seorang guru kepada rekannya yang juga seorang guru pada saat merka berda di ruang guru.

18 2.3.6 Maksim Kesimpatisan Di dalam maksim kesimpatian, di harapkan agar para peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simapati antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. Sikap antipati terhadap salah seorang pesrta tutur akan dianggap sebagai tindakan tidak santun. Masyarakat tuturan Indonesia, sangat menjunjung tinggi rasa kesimpatian terhadap orang lain ini di dalam komunikasi kesehariannya. Orang bersikap antipasti terhadap orang lain, apalagi sampai bersikap sinis terhadap pihak lain, akan dianggap sebagai orang yang tidak tahu sopan santun di dalam masyarakat. Kesimpatisan terhadap pihak lain sering ditunjukkan dengan senyuman, anggukan, gandengan tanggan, dan sebagainnya. Contoh tuturan di bawah ini: Karyasiswa A: Mas, aku akan ujian tesis minggu depan. Karyasiswa B: Wah, Proficiat ya! Kapan pesta? Informasi indeksial: Dituturkan oleh seorang Karyasiswa kepada Karyasiswa yang lain pada saat mereka berada di ruang perpustakaan kampus. 2.4 Tindak Tutur Pendapat Searle (1969,23-24) yang ditulis Putu Wijana mengemukakan bahwa secara pragmatik setidak-tidaknya ada 3 jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindakan lokusi (locutionary act), tindakan ilokusi (illocutionary act), dan tindakan perlokusi (perlocutionary act) Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakn sesuatu. Tindak tutur lokusi seringnya diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk

19 menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuat, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Tindak tutur lokusi merupakan tindak tutur yang relatif paling mudah untuk diidentifikasikan karena pengidentifikasiannya cenderung dapat dilakukan tanpa menyertakan konteks tuturan yang tercakup dalam situasi tutur. Adapun sebuah tutuan mempunyai fungsi untuk mengatakan atau menginformasikan sesuatu, dapat juga dipergunakan untuk melakuka sesuatu. Bila ini terjadi, tindak tutur yang terbentuk adalah tindak ilokusi contoh ilokusi: ( ujian sudah dekat! ), bila tuturan tersebut diutamakan seorang guru kepada muridnya, maka tuturan itu berfungsi untuk memberikan agar lawan tutur (murid) mempersiapkan diri, tindak ilokusi sangat sukar diidentifikasi karena terlebih dahulu harus mempertimbangkan siapa penutur dan lawan tutur, kapan dan dimana tindak tutur itu terjadi, dan sebagainya. Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarnya. Efek atau daya dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya tindak tutur yang pengutaraanya dimaksudkan untuk mempengaruhi lawan tutur disebut tindak perlokusi.