BAB II TEORI HIP JOINT. Gambar 2.1. Bagian-bagian hip joint normal [4].

dokumen-dokumen yang mirip
rekayasa. Sebuah perakitan antara poros dan bantalan adalah salah satu contohnya. Dalam

BAB II TEORI HIP JOINT

Gambar 1.1. Sambungan hip (hip joint) pada manusia [1].

BAB I PENDAHULUAN. Hip Joint. Femur

ANALISA KONTAK CERAMIC-ON- CROSSLINKED UHMWPE PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

BAB III KONTAK PADA KOMPONEN ACETABULAR

ANALISA KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA CERAMIC-ON-CERAMIC PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISIS PENYUSUTAN DIMENSI PRODUK INJECTION MOLDING DENGAN BENTUK ACETABULAR CUP UNTUK SAMBUNGAN HIP PADA MANUSIA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH TEKSTUR PERMUKAAN MATERIAL UHMWPE TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BEBAN KONTAK STATIC, ROLLING DAN SLIDING

ANALISA PENGARUH KETEBALAN ACETABULAR CUP TERHADAP TEKANAN KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisa Gesekan Material Implantasi Prosthesis Pada Total Hip Joint Replacement Akibat Gerak Adduksi Abduksi Menggunakan Metode Elemen Hingga

Available online at Website

SIMULASI KONTAK KOMPONEN ACETABULAR PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Gambar 1.1. Ilustrasi bagian-bagian sendi panggul (Amirouche dan Solitro, 2011)

Tembalang, Semarang, Jl. Jend. Ahmad Yani No.157, Pabelan, Surakarta, Jawa Tengah

PENGARUH PEMBEBANAN TERHADAP TEGANGAN DALAM SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN

SIMULASI KONTAK PADA SAMBUNGAN TULANG PINGGUL BUATAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

Yunandaru Sahid Putra NRP Dosen Pembimbing Ir. Sudiyono Kromodihardjo Msc. PhD

PENGEMBANGAN PROTOTIPE SAMBUNGAN TULANG PANGGUL PRODUK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. akibat adanya kontak atau gesekan. Gesekan biasanya didefinisikan sebagai gaya

Gambar 1.1 Hip fracture (Carter, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Anatomi Femoral, Tibial, dan Patellar Component (teijin-nakashima.co.jp)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar Ilustrasi sendi lutut yang sehat (kiri) dan sendi lutut yang telah cedera hingga mengalami osteoarthritis (kanan)

LAPORAN TUGAS AKHIR PREDIKSI TEGANGAN VON MISSES DAN TEKANAN KONTAK TOTAL KNEE REPLACEMENT (TKR) SELAMA PROSES GAIT CYCLE

Simulasi Dan Pemodelan Metal On Metal Bearing Menggunakan Elemen Hingga

TUGAS AKHIR SIMULASI HIP JOINT PROSTHESIS PADA ORGAN TUBUH MANUSIA

SIMULASI NUMERIK INJECTION MOLDING UNTUK PEMBUATAN SPESIMEN POLYPROPYLENE ACETABULAR CUP PADA PENGUJIAN SAMBUNGAN HIP

Gambar 1.1. Anatomi sendi lutut normal (Jun, 2011)

BAB III ANALISA TEGANGAN VON MISES

BAB I PENDAHULUAN. Biomaterial adalah substansi atau kombinasi beberapa subtansi, sintetis atau

SIMULASI DAN PEMODELAN METAL ON METAL BEARING MENGGUNAKAN ELEMEN HINGGA

PENGARUH IMPLANTASI ION NITROGEN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN STAINLESS STEEL 316L UNTUK APLIKASI SENDI LUTUT TIRUAN

PENGARUH RASIO SPOTORNO TERHADAP AKURASI PEMASANGAN STEM HEMIARTHROPLASTY MONOPOLAR AUSTIN MOORE PROSTHESIS

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. permukaan koronal mahkota klinis gigi asli, yang dapat memperbaiki morfologi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perubahan Faktor Keausan Die Drawn UHMWPE Akibat Tegangan Kontak untuk Aplikasi Sendi Lutut Tiruan

PENGARUH KONSENTRASI PROTEIN PADA PELUMAS TERHADAP KEAUSAN ULTRA HIGH MOLECULAR WEIGHT POLYETHELENE (UHMWPE) UNTUK APLIKASI SENDI LUTUT TIRUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Implan gigi digunakan untuk mengganti gigi yang hilang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital

Mengukur Kecepatan dan Percepatan Gerak Kaki Manusia Menggunakan Kamera Digital

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-108

Gambar 1. Post Trauma Arthritis [1]

BAB II METODE PERANCANGAN

Studi Eksperimental Keausan Permukaan Material Akibat Adanya Multi-Directional Contact Friction

Thompson-Epstein Classification of Posterior Hip Dislocation. Type I Simple dislocation with or without an insignificant posterior wall fragment

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu fungsi-fungsi tersebut (Okoje et al., 2012). Kerusakan pada tulang

BAB I PENDAHULUAN. sekedar jalan-jalan atau refreshing, hobi dan sebagainya. Dalam melakukan

MATERIAL MANUFAKTUR. Perbedaan sifat menyebabkan perbedaan yang mendasar pada proses manufaktur.

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

BAB. 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dan kebutuhan, industri pemotongan logam menghadapi

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

ANATOMI PERSENDIAN. 2) Sendi engsel

BAB V BAHAN KOMPOSIT

ANALISIS PELUMASAN ELASTOHYDRODYNAMIC PADA SAMBUNGAN TULANG PANGGUL BUATAN UNTUK POSISI SUJUD DALAM SALAT DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK CFD DAN FSI

VARIASI MATERIAL PENYUSUN BALL HEAD HIP JOINT PROSTHESIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Studi Eksperimental Laju Keausan (Specific Wear Rate) Resin Akrilik dengan Penambahan Serat Penguat pada Dental Prosthesis

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

TEORI SAMBUNGAN SUSUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh variasi..., Agung Prasetyo, FT UI, 2010.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-362

PENGEMBANGAN PENYANGGA BOX MOBIL PICK UP MULTIGUNA PEDESAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 4

BAB XII KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

Aplikasi Cairan Pelumas Pada Pengeboran Pelat ASTM A1011 Menggunakan Mata Bor HSS

BAB XI KOMPOSIT. Gambar 1. Skematik bentuk geometrik komposit. BENTUK UKURAN KONSENTRASI DISTRIBUSI ORIENTASI

Biokeramik pada Dental Implant

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

Oleh: JOHANA SYA BANAWATI J KARYA TULIS ILMIAH

Pengaruh Pendinginan Dalam Proses Injection Molding Pembuatan Acetabular Cup Pada Sambungan Hip

BAB 1 PENDAHULUAN. akar. 4 Pasak telah digunakan untuk restorasi pada perawatan endodonti lebih dari 100

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan, struktur sipil. yang mutlak harus dipenuhi seperti aspek ekonomi dan kemudahan

18.1 Sandwich Panel Honeycomb sandwich

STUDI ANALISIS DAN EKSPERIMENTAL PENGARUH PERKUATAN SAMBUNGAN PADA STRUKTUR JEMBATAN RANGKA CANAI DINGIN TERHADAP LENDUTANNYA

BAB 5 SAMBUNGAN BAUT

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi pada era globalisasi mengalami. perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai inovasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Bab II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TEORI KEAUSAN. 2.1 Pengertian keausan.

BAB III MENGUKUR KERENGGANGAN METAL DUDUK ENGINE DIESEL CATERPILLAR D 3208

BAB I PENDAHULUAN. pressure die casting type cold chamber yang berfungsi sebagai sepatu pendorong cairan

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. Berjalan merupakan sebuah aktifitas berpindah atau bergerak untuk

BAB III PROSES PERANCANGAN TRIBOMETER

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur merupakan terpisahnya kontinuitas tulang yang terjadi karena tekanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGARUH PROSES NITRIDASI ION PADA BIOMATERIAL TERHADAP KEKERASAN DAN KETAHANAN KOROSI

Rancang Bangun Jari-Jari Velg Sepeda Menggunakan Material Kayu

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur adalah salah satu industri yang berpeluang besar menguasai

Transkripsi:

BAB II TEORI HIP JOINT 2.1 Sambungan tulang pinggul (hip joint) Hip joint adalah sambungan tulang yang terletak diantara pinggul dan pangkal tulang paha atas. Hip joint pada manusia terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: femur, femoral head, dan rounded socked. Gambar 2.1. Bagian-bagian hip joint normal [4]. Di dalam hip joint yang normal (gambar 2.1) terdapat suatu jaringan lembut dan tipis yang disebut dengan selaput synovial. Selaput ini membuat cairan yang melumasi dan hampir menghilangkan efek gesekan di dalam hip joint. Permukaan tulang juga mempunyai suatu lapisan tulang rawan (articular cartilage) yang merupakan bantalan lembut dan memungkinkan tulang untuk bergerak bebas dengan mudah. Lapisan ini mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi gesekan di dalam hip joint. Akibat gesekan dan gerak yang hampir terjadi setiap hari, maka articular cartilage akan semakin melemah dan bisa menyebabkan arthritis seperti ditunjukkan pada gambar 2.2. Selain menimbulkan rasa sakit, juga menyebabkan gerakan hip joint menjadi tidak lancar, kadang-kadang berbunyi, dan bahkan dapat menimbulkan pergeseran dari posisi normalnya. Selanjutnya, hip joint perlu diganti dengan tulang pinggul buatan (artificial hip joint). 7

8 Gambar 2.2. Bagian-bagian hip arthritis [4]. 2.2 Gambaran umum tentang hip joint replacement Gambar-gambar di bawah menunjukkan gambaran tentang hip joint yang normal serta indikasi terjadinya radang sendi dan tahapan-tahapan proses hip replacement. Gambar 2.3. Hip joint yang normal [4]. Pada gambar 2.3 menunjukkan anatomi hip joint yang normal. Femoral head masih memiliki articular cartilage yang baik, dimana masih mampu mengeluarkan cairan yang melumasi dan mengurangi efek gesekan pada sambungan sendi.

9 Gambar 2.4. Indikasi terjadinya arthritis [4]. Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa articular cartilage pada femoral head telah berkurang, hal inilah yang menyebabkan terjadinya radang sendi. Gambar 2.5 dan 2.6 adalah gambaran tentang penggantian sambungan tulang pinggul dengan sambungan tulang pinggul tiruan (hip joint prosthesis). Gambar 2.5 menunjukkan pemotongan tulang femur, yang kemudian diganti dengan hip joint prosthesis dengan cara menanam stem pada tulang femur dan cup pada acetabulum. Gambar 2.5. Pemotongan tulang femur dan pemasangan hip joint prosthesis [4].

10 Gambar 2.6 menunjukkan perbandingan antara hip joint yang belum dilakukan penggantian sambungan tulang dan setelah dilakukan penggantian tulang. Gambar 2.6. Hip joint sebelum dan sesudah dilakukan hip replacement [4]. 2.3 Komponen tulang pinggul buatan (artificial hip joint) Keterangan: A. Acetabular Shell B. Acetabular Liner C. Femoral Head D. Femoral Stem Gambar 2.7. Artificial hip joint [5].

11 Komponen sambungan tulang pinggul buatan terdiri dari sistem acetabular dan femoral. Dalam acetabular terdiri dari komponen acetabular shell dan acetabular liner, sedangkan pada femoral terdiri dari komponen femoral head dan femoral stem. Acetabular Shell adalah bagian terluar dari total hip joint replacement sebagai metal cup yang menempel pada acetabulum (bagian tulang dari pelvis), bagian permukaan luar acetabular shell terdapat porous (permukaan kasar yang mirip jarring-jaring) fungsinya adalah merangsang tulang agar tumbuh dan merekat pada acetabular shell secara alami, sebagai penguat acetabular shell di tanam baut kedalam tulang pelvis secara permanen. Acetabular liner adalah untuk menopang femoral head yang direkatkan/diikat menempel pada acetabular shell. Femoral head merupakan implant pengganti bonggol tulang femur yang telah dinyatakan secara medis tidak berfungsi lagi (rusak) oleh karena suatu sebab, baik karena penyakit atau sebab lainnya. Desain geometri acetabular liner untuk total hip joint replacement dengan menggunakan bahan Ultra High Molecular Weight Polyethylene (UHMWPE) (polymer on metal), memungkinkan konstruksi total hip joint replacement menjadi lebih ringan dibandingkan dengan konstruksi metal on metal hip joint replacement yang dihasilkan oleh dalam negeri saat ini. Kombinasi ini telah teruji memiliki ketahan terhadap keausan yang sebanding dengan kombinasi material metal on metal. A B C Keterangan: A. Acetabular Shell. B. Acetabular Liner (Bearing) C. Femoral Head (Bearing) Gambar 2.8. Komponen acetabular [6].

12 Femoral Stem adalah komponen stem untuk total hip joint replacement yang digunakan untuk menggantikan kepala femur yang rusak dan telah dipotong/ dibuang. Fungsi Femoral Stem memberikan dudukan pada femoral head yang menggantikan fungsi kerja kepala femur yang telah hilang melalui proses operasi medis. Spesifikasi teknik : Alat ini terdiri atas femoral stem bagian atas tengah dan bawah. Tiga komponen pada femoral stem ini dapat diatur sedemikian rupa hingga dimungkinkan dapat mempermudah dokter selama proses operasi, karena ruang gerak dalam rongga hip joint pemasangan selama operasi akan lebih leluasa dibandingkan dengan komponen stem yang utuh, yaitu yang terdiri atas femoral head dan stem yang menyatu dalam satu komponen utuh [7]. Gambar 2.9. Femoral stem [7]. 2.4 Jenis-jenis material bearing pada artificial hip joint Saat ini bantalan hip (hip bearing) pada sambungan tulang pinggul buatan dikelompokkan dalam hard-on-hard bearing dan hard-on-soft bearing. Selama satu dekade terakhir, bantalan hip yang merupakan gabungan metal-on-metal (MOM) atau ceramic-on-ceramic (COC) secara luas dipakai dalam ortopedi karena kedua bahan tersebut mempunyai ketahanan aus yang sangat tinggi. Kombinasi ceramicon-metal (COM) bearing saat ini juga telah dikembangkan. Dalam skala lab saat ini MOM, COC dan COM bearing telah dilaporkan dapat mereduksi produksi wear

13 debris dua sampai tiga kali dari besar dibandingkan dengan penggunaan konvensional UHMWPE. Untuk hard-on-soft bearing yang menggunakan konvensional UHMWPE atau crosslinked UHMWPE sebagai acetabular cup dan femoral head terbuat dari bahan paduan logam seperti cobalt cromium paduan (CoCr) atau biomaterial keramik. Penggunaan hard-on-soft bearing masih besar, dan penggunaan hard-on-hard bearing khususnya metal-on-metal bearing juga mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir, begitu juga dengan ceramic-on-ceramic [8]. Trend perkembangan material bearing pada sambungan tulang pinggul buatan sebagaimana Gambar 2.10. Gambar 2.10. Perkembangan material bearing pada sambungan tulang pinggul buatan [8]. 2.4.1 Metal-on-metal hip bearing Logam paduan yang banyak digunakan dalam sambungan tulang pinggul buatan adalah paduan yang terdiri dari 66% cobalt, 28% chromium dan 6% molybdenum (dikenal dengan CoCr) dipandang sebagai standar untuk digunakan dalam MOM bearings. CoCr juga digunakan sebagai femoral head pada hard-onsoft bearing. Tahun 1938, Wiles menemukan sambungan tulang pinggul buatan yang pertama. Femoral head dan acetabular cup menggunakan material stainless steel. Komponen direkatkan pada tulang tanpa menggunakan semen. Antara tahun 1950 sampai dengan 1970, seorang ahli bedah dari Inggris mengembangkan untuk

14 pertama kali model MOM sambungan tulang pinggul buatan dengan menggunakan material cobalt chromium molybdenum alloy (CoCr). Desain MOM pertama dari McKee tahun 1957 menggunakan screw untuk fiksasi. Kemudian model McKee (1957) disempurnakan oleh model McKee-Farrar yang diperkenalkan tahun 1960. Model McKee-Farrar menggunakan semen sebagai fiksasi. Gambar 2.11. Metal-on-metal hip bearing [9]. Generasi kedua dari MOM telah diperkalkan oleh Sulzer Orthopedics pada tahun 1988. Model Sulzer sama dengan model McKee-Farrar. Bedanya, pada susunan acetabular cup tidak hanya terdiri dari CoCr, tetapi ditambahkan ultra high molecular weight polyethylene (UHMWPE). Tingkat keausan dari MOM bearing generasi kedua ini 20 sampai 100 kali lebih rendah dari metal-onkonvensional UHMWPE. Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan untuk rendahnya tingkat keausan sangat ditentukan oleh material, geometri bearing, toleransi yang sangat tinggi, clearance, dan kehalusan permukaan. Meskipun mempunyai keunggulan dalam ketahanan aus, namun MOM bearing ini mempunyai beberapa kelemahan. Gesekan dari pasangan bearing ini dapat mengakibatkan lepasnya ion logam yang dalam waktu lama akan mempunyai efek yang merusak dalam tubuh. Hipersensitif pada kulit (dermal hypersentivity) terhadap logam terjadi antara 10% sampai 15% dari keseluruhan populasi. MOM bearing dianggap mempunyai efek negatif yang lebih besar bila dibanding dengan COC maupun UHMWPE [10].

15 2.4.2 Ceramic-on-ceramic hip bearing Ceramic digunakan untuk material sambungan tulang pinggul buatan pertama diproduksi di Eropa dan Jepang. Di Perancis, pertama kali tercatat penggunaan COC pada tahun 1971 dan 1972. Tahun 1977, di Shikita, Jepang, diperkenalkan untuk pertama kali penggunaan alumina sebagai femoral head dan UHMWPE sebagai acetabular cup. Desain pertama dari COC adalah femoral head menggunakan alumina keramik (Al 2 O 3 ), demikian juga untuk acetabular cup. Tetapi femoral stem menggunakan CoCr. Desain ini dikembangkan oleh Sedel di Paris, dan Mittelmeier di Jerman. Semula fiksasi yang digunakan adalah menggunakan screw, tanpa menggunakan semen. Tahun 1980an, ceramic sudah menggunakan semen yang di perkenalkan oleh Mittelmeier. Model Mettilmeier inilah yang dari tahun 1980 banyak digunakan. Gesekan yang rendah, ketahanan aus yang tinggi, dan mempunyai biokompetibel yang baik menjadikan alumina-onalumina bearing layak menjadikanya sebagai pilihan [8]. Berdasarkan kajian secara klinis untuk material ini mengidikasikan bahwa pasangan bearing ini merupakan pilihan yang tepat untuk pasien yang berusia muda dan sangat aktif. Namun demikian masih ditemukan kelemahan-kelemahan dari pasangan bearing ini yakni timbulnya suara (noise) dan patah (fracture) [10]. Belakangan ini penelitian juga diarahkan pada pengaruh diameter bearing terhadap tingkat keausannya. Ukuran diameter bearing yang besar terbukti mempunyai tingkat keusan yang lebih rendah dibanding dengan ukuran yang lebih kecil [11]. Sedangkan pengembangan pada material keramik mengarah pada penggunaan new material ceramic formulations yaitu zirconia-toughened alumina matrix composite (ZTAM), oxidized zirconium composite (OZC) dan silicon nitride (SN) [10]. a. Zirconia-toughened alumina matrix composite Zirconia-toughened alumina matrix composite merupakan satu jenis keramik yang terdiri dari 82% alumina matrik yang di reinforced zirconia 17%, strontium aluminate 0.5%), dan chromium oxide 0.5%. Kelebihan dari material ini adalah mempunyai kekuatan, ketangguhan dan ketahanan aus yang lebih tinggi dari alumina.

16 b. Oxidized zirconium composite Oxidized zirconium composite atau di pasaran yang dikenal dengan nama OXINIUM merupakan keramik yang terbuat dengan memanaskan paduan zirconium. Fase dari material ini terdiri dari 95% monoclinic stabil. Material ini terdiri dari paduan zirconium dan 2.5% nobium c. Silicon nitride Silicon nitride (Si3N4) adalah merupakan pendatang baru dalam hard-onhard hip bearing. Material ini mempunyai modulus elastisitas 315 GPa dan mempunyai kekuatan yang lebih tinggi dari pada alumina. Keramik ini terdiri dari 90% Si3N4 bubuk (mempunyai ukuran partikel of 0.5 µm), 6% yttrium oxide (Y2O3) dan 4% alumina (Al 2 O 3 ). Pada pengujian keausan untuk COM dan COC bearing pada hip simulator menunjukkan hasil laju keausan yang lebih rendah bila dibandingkan dengan alumina-on-alumina. 2.4.3 Hard -on- soft bearing Pada awalnya penggunaan UHMWPE sebagai bearing merupakan pengembangan dari MOM bearing dimana modular UHMWPE liner diletakkan dibagian tengah bearing. Desain ini terdiri dari tiga lapisan yaitu acetabular shell dari bahan metal, UHMWPE liner dan metal insert atau ceramic insert. Gambar 2.12. Metal-on- UHMWPE hip bearing [8]. Desain ini kemudian dikembangkan dengan tanpa metal atau keramik insert. Ultra high-molecular-weight polyethylene atau yang biasa disebut dengan UHMWPE telah digunakan pada total hip arthroplasty di Amerika sejak tahun

17 1990 dan penggunaanya semakin meningkat. UHMWPE generasi awal disebut dengan konvensional UHMWPE digunakan sebagai bearing, sedangkan femoral head terbuat dari logam dan juga keramik. Permasalahan yang ada pada pemakaian material ini adalah terjadinya aus (wear) yang cukup tinggi dan retak (fracture) [12]. Salah satu upaya yang paling populer digunakan untuk meningkatkan ketahanan aus adalah crosslinked process yang dikenal dengan crosslinked UHMWPE generasi pertama dan crosslinked UHMWPE generasi kedua. Penggunaan pasangan keramik sebagai femoral head dan crosslinked UHMWPE sebagai bearing terbukti mempunyai 40% lebih tinggi ketahanan ausnya dibanding dengan penggunaan logam sebagai femoral head [11]. 2.5 Geometri komponen acetabular 2.5.1 Femoral head bone Ukuran diameter dari femoral head bone merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap penentuan dimensi dari komponen acetabular. Beberapa penelitian sebelumnya telah dikembangkan guna menentukan dimensi dari bone femoral head ini. Ukuran dari bone femoral head dipengaruhi oleh ras, keturunan, iklim dan faktor geografis lainnya. Afroze, A. pada tahun 2005 telah meneliti dimensi dari bone femoral head untuk masyarakat Banglades bagian utara. Pada menelitian tersebut telah dikembangkan penentuan diameter bone femoral head untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan antara ukuran diameter dari keduanya. Diameter femoral head laki-laki lebih besar dari ukuran diameter perempuan. Ukuran diameter rata-rata bone femoral head untuk laki-laki bagian kanan 42,3 mm dan bagian kiri 42,1 mm. Sedangkan ukuran untuk perempuan bagian kanan 37,6 mm dan bagian kiri 37,4 mm [13]. Mishra, A.K. pada tahun 2009 telah meneliti dimensi dari bone femoral head untuk masyarakat Nepal. Pada menelitian tersebut telah dikembangkan penentuan diameter femoral head bone untuk jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Hasil penelitiannya menunjukkan adanya perbedaan antara ukuran

18 diameter dari keduanya. Diameter femoral head bone laki-laki lebih besar dari ukuran diameter perempuan. Hal lain yang bisa didapat dari penelitian tersebut adalah adanya perbandingan hasilnya dengan diameter femoral head orang barat dan orang asia yang menunjukkan ukuran diameter orang asia lebih kecil dibandingkan dengan ukuran orang barat [14]. Hasil secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.1. Ukuran femoral head bone [14]. Dimension (n = 50) Femoral head bone diameter Femoral neck diameter (superinferior) Average (mm) Minimum (mm) Maximum (mm) Standard (SD) Western Asia 44.26 36 50 3.58 46.1 45 34.42 26 42 3.3 45.4 31 Pada beberapa operasi total hip replacement dan hip arthroplasty yang terjadi di Indonesia, dengan mengambil contoh kasus di RS. Ortopedi Prof.dr.R.Soeharso Solo, data rekam medis menunjukkan bahwa ukuran diameter femoral head bone orang Indonesia berkisar antara 38 mm 49 mm, dan ukuran femoral head bone yang sering muncul adalah 41 mm dan 43 mm, sehingga dalam penelitian ini dipilih kasus dengan ukuran diameter femoral head bone 43 mm. 2.5.2. Penggambaran model komponen acetabular Pada pemodelan ini penulis menggunakan software ABAQUS 6.10-1 untuk melakukan analisis masalah yang dihadapi sedangkan untuk pemodelan dari sistem acetabular menggunakan software SOLIDWORK 2010 yang compatible apabila kemudian dilakukan import kedalam software ABAQUS 6.10-1. Dari Gambar 2.13 terlihat komponen komponen acetabular yaitu acetabular shell dan acetabular liner, sedangkan komponen femoral stem yaitu femoral head dibuat rigid body karena tidak termasuk komponen sistem acetabular. Bahkan pada jurnal yang mensimulasikan acetabular liner saja maka komponen lainya akan dibuat rigid body atau dimodelkan fixed boundary seperti dalam penelitian Kurtz [3].

19 Gambar 2.13. FEM pada komponen acetabular [15]. Ukuran komponen acetabular yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan ukuran hasil wawancara serta data rekam medis dari dokter spesialis ortopedi di RS. Prof dr.r.soeharo Solo dan jurnal Gordon R. Plank seperti pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Data ukuran komponen acetabular (mm) [15]. Model Komponen Acetabular Komponen 22/39 ( r 1 =0,05) (Gordon R. Plank) 22/39 ( r 1 =0,22) (Gordon R. Plank) 28/43 ( r 1 =0,05) (Hasil Rancangan) Acetabular Shell: Outside Diameter (mm) Inside Diameter (mm) 39,00 31,70 39,00 31,80 43,00 40,00 Acetabular Liner: Outside Diameter (mm) Inside Diameter (mm) 31,50 22,10 31,39 22,30 39,90 28,10 Femoral Head (mm): Inside Diameter (mm) 22,00 21,87 28,00