ANALYSYS OF INCOME TAX RECEIPTS CORPORATE TAXPAYERS BEFORE AND AFTER THE TAX AUDIT (A Case Study at KPP Pratama Bandung Karees) Muhammad Irsan Ramadhan 113403193 Email: irsan.ramadhan@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRACT Taxes are source of funds that most contributed to finance The State Budget (APBN) of our country. So there is a demand that the tax receipts in the taxation sector should continue to rise. This study aimed to test whether there is a difference between the level of tax revenue (income tax) from taxpayer before and after the tax audit, as well as knowing how the taxpayer's income tax revenue before and after the tax audit. The object of this study is the level of income tax revenue from the taxpayer before and after the tax audit for the fiscal year of 2014. The location that used in this study is KPP Pratama Bandung Karees. Tax audit in this study is a tax inspection carried out and completed in 2014, to the annual income tax from the taxpayer in 2013. This is a descriptive study using the case study method where the data obtained during this study will be analyzed and processed further on the basis of existing theories. The hypothesis taken on this study is There are differences between income tax receipts from the tax payer before and after the tax audit. The hypothesis is tested based on data obtained from interviews and research on KPP Pratama Bandung Karees which is then processed and tested with Paired Sample T-test. The result of the level of income tax revenue from 50 corporate taxpayers before the tax assessment is Rp. 12.010.890.735 and after the inspection tax rise to Rp 14.273.148.735, positive fiscal correction plus fine is Rp. 2.262.258.012 that additional income tax revenue from taxpayer. Based on the tax audit and the results of statistical test show t value smaller than t table or -3,502< -1,299. The conclusion of this study H0 is rejected or there is a difference between the level of income tax revenue from the taxpayer before and after the tax audit. Keywords : The Tax Audit, Income Tax of Corporate Taxpayers i
ANALISIS PENERIMAAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK BADAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMERIKSAAN PAJAK (Studi Kasus Pada KPP Pratama Bandung Karees) Muhammad Irsan Ramadhan 113403193 Email: irsan.ramadhan@gmail.com Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi ABSTRAK Pajak merupakan sumber dana yang berkontribusi paling besar dalam membiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) negara kita. Sehingga ada tuntutan agar penerimaan di bidang sektor pajak harus terus meningkat. Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara tingkat penerimaan pajak penghasilan (PPh) Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak, serta mengetahui bagaimana penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak. Objek penelitian pada penulisan skripsi ini adalah tingkat penerimaan PPh Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak untuk tahun anggaran 2014. Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah KPP Pratama Bandung Karees. Pemeriksaan pajak yang dimaksud adalah pemeriksaan pajak yang dilaksanakan dan diselesaikan pada tahun 2014, terhadap SPT Tahunan PPh Wajib Pajak badan Tahun 2013. Penelitian ini bersifat deskritif dengan menggunakan metode studi kasus dimana data yang diperoleh selama penelitian ini akan dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang ada. Hipotesis yang diambil adalah Terdapat perbedaan yang antara penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak Hipotesa diuji dengan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penelitian di KPP Pratama Bandung Karees yang kemudian diolah dan diuji dengan Paired Sample T-test. Hasilnya tingkat penerimaan PPh dari 50 Wajib Pajak badan sebelum pemeriksaan pajak sebesar Rp. 12.010.890.735 dan sesudah pemeriksaan pajak naik menjadi Rp. 14.273.148.735, koreksi fiskal positif ditambah denda sebesar Rp. 2.262.258.012 merupakan tambahan penerimaan PPh Wajib Pajak badan dari hasil pemeriksaan pajak dan hasil uji statistik menunjukkan nilai t hitung lebih kecil daripada t tabel atau -3.502 < -1,299. Kesimpulan dalam penelitian ini H0 ditolak atau terdapat perbedaan antara tingkat penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak. Kata Kunci: Pemeriksaan Pajak, Penerimaan PPh Wajib Pajak Badan. ii
PENDAHULUAN Kemandirian suatu negara dapat dilihat dari sumber-sumber penerimaan baik untuk pembiayaan pemerintah maupun untuk pembangunan. Sebagaimana terlihat pada APBN, sumber penerimaan negara pada dasarnya terbagi menjadi dua sumber utama yaitu penerimaan dalam negeri dan pinjaman luar negeri. Semakin besar pinjaman luar negeri maka dapat dikatakan semakin tidak mandiri pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di negara tersebut. Untuk itu pada masa sekarang ini pemerintah mulai mengurangi ketergantungan terhadap penerimaan dari luar negeri dan berupaya untuk meningkatkan penerimaan dari dalam negeri. Penerimaan dalam negeri pada prinsipnya dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu penerimaan bukan pajak dan penerimaan pajak. Penerimaan bukan pajak seperti penerimaaan dari minyak bumi dan gas alam sangat tergantung kepada pasar minyak dunia dan kebijakan OPEC ( Organization of the Petroleum Exporting Countries) atau Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi. Demikian pula penerimaan dari ekspor non migas yang senantiasa dipengaruhi oleh kebijakan negara tujuan ekspor dan negara pesaing seperti kuota impor, dumping, dan lain-lain. Sedangkan penerimaan pajak merupakan penerimaan yang paling aman dan handal, karena ia bersifat fleksibel, dan menjadi salah satu instrumen bagi pemerintah untuk mengatur perekonomian, yang lebih mudah untuk dipengaruhi dibandingkan dengan penerimaan bukan pajak Pengaruh dan campur tangan yang dilakukan pemerintah didalam penerimaan pajak antara lain dengan mengeluarkan paket-paket kebijakan baru mengenai pajak. Kebijakan- iii
kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah tujuan utamanya untuk membantu meningkatkan konstribusi penerimaan pajak. Meningkatnya konstribusi penerimaan pajak di Indonesia mulai terlihat dari dari tahun 1980 sampai dengan saat ini. Peningkatan ini disebabkan banyak faktor antara lain adanya kebijakan baru mengenai perpajakan, menurunnya peranan penerimaan dari minyak bumi dan gas alam dan terjadinya krisis ekonomi yang dimulai pada pertengahan tahun 1997 yang berdampak besar kepada peranan penerimaan pajak dalam APBN. Dengan meningkatnya konstribusi penerimaan pajak diharapkan dapat memberikan pengaruh. Pengaruh tersebut antara lain dapat mengeser peranan penerimaan bukan pajak yaitu: minyak dan gas alam, juga mengganti peranan pinjaman luar negeri yang selama ini ternyata menjadi sumber utama dari pembiayaan pembangunan. serta adanya perubahan paradigma dalam menetapan anggaran APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara) dari anggaran defisit menuju anggaran berimbang yang juga menuntut meningkatnya konstribusi penerimaan dari sektor pajak. Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama sebagai salah satu unit pelaksana pemeriksaan pajak dibawah Direktorat Jenderal Pajak, setelah memperoleh izin berupa lembar penugasan pemeriksaan (LP2) dari direktur pemeriksaan, penyidikan, dan penagihan perpajakan Direktorat Jenderal Pajak, melaksanakan pemeriksaan pajak. Diharapkan dengan dilaksanakan pemeriksaan pajak ini, diperoleh tambahan penerimaan yang signifikan untuk memenuhi rencana atau target penerimaan pajak yang sebelumnya dibebankan kepadanya sebelum tahun anggaran tertentu. iv
Dari uraian diatas dapat timbul pertanyaan yaitu apakah kebijakan pemeriksaan khusus cukup berhasil dalam mempengaruhi pencapaian target penerimaan pajak tersebut? Untuk menilai keberhasilan dari pelaksanaan pemeriksaan khusus ini perlu dibandingkan antara tingkat penerimaan pajak sebelum dan sesudah pemeriksaan khusus. METODE PENELITIAN Metode Penelitian ini bersifat deskritif dengan menggunakan metode studi kasus dimana data yang diperoleh selama penelitian ini akan dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang ada. PEMBAHASAN Berikut ini total penerimaan pajak penghasilan WP badan sebelum dan sesudah pelaksanaan pemeriksaan pajak pada lingkungan KPP Pratama Bandung Karees pada tahun 2013-2014 yang dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini. Tabel 4.3 Tingkat Penerimaan PPh WP Badan Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pajak (dalam rupiah) No NPWP Nama Sebelum Sesudah Pemeriksaan Pemeriksaan Selisih (+/-) 1 xxxxxxxxx WP 1 100.769.635 91.313.899-9.455.736 2 xxxxxxxxx WP 2 548.714.277 487.245.077-61.469.200 3 xxxxxxxxx WP 3 50.858.100 62.924.800 12.066.700 4 xxxxxxxxx WP 4 188.509.161 119.293.700-69.215.461 5 xxxxxxxxx WP 5 281.209.199 238.607.668-42.601.531 6 xxxxxxxxx WP 6 84.112.605 132.990.713 48.878.108 7 xxxxxxxxx WP 7 492.155.981 538.251.813 46.095.832 8 xxxxxxxxx WP 8 871.667.093 933.796.514 62.129.421 9 xxxxxxxxx WP 9 254.414.712 342.951.074 88.536.362 10 xxxxxxxxx WP 10 143.005.760 183.477.978 40.472.218 11 xxxxxxxxx WP 11 752.169.899 936.307.652 184.137.753 12 xxxxxxxxx WP 12 207.799.920 236.655.946 28.856.026 13 xxxxxxxxx WP 13 345.212.719 454.048.976 108.836.257 v
14 xxxxxxxxx WP 14 661.504.424 866.293.264 204.788.840 15 xxxxxxxxx WP 15 325.223.750 424.069.750 98.846.000 16 xxxxxxxxx WP 16 211.668.822 185.878.372-25.790.450 17 xxxxxxxxx WP 17 109.158.890 144.174.542 35.015.652 18 xxxxxxxxx WP 18 178.498.370 234.970.050 56.471.680 19 xxxxxxxxx WP 19 224.917.598 174.113.782-50.803.816 20 xxxxxxxxx WP 20 112.725.116 171.873.205 59.148.089 21 xxxxxxxxx WP 21 113.725.501 171.455.621 57.730.120 22 xxxxxxxxx WP 22 261.113.250 293.750.511 32.637.261 23 xxxxxxxxx WP 23 177.501.351 353.268.440 175.767.089 24 xxxxxxxxx WP 24 301.504.112 303.174.460 1.670.348 25 xxxxxxxxx WP 25 349.075.315 324.565.784-24.509.531 26 xxxxxxxxx WP 26 148.971.622 141.627.159-7.344.463 27 xxxxxxxxx WP 27 621.783.412 623.584.423 1.801.011 28 xxxxxxxxx WP 28 84.716.384 91.379.367 6.662.983 29 xxxxxxxxx WP 29 51.784.110 38.318.560-13.465.550 30 xxxxxxxxx WP 30 257.639.411 295.619.342 37.979.931 31 xxxxxxxxx WP 31 404.374.805 397.173.442-7.201.363 32 xxxxxxxxx WP 32 171.282.373 174.343.506 3.061.133 33 xxxxxxxxx WP 33 27.682.340 29.997.305 2.314.965 34 xxxxxxxxx WP 34 41.977.364 72.103.480 30.126.116 35 xxxxxxxxx WP 35 232.586.631 215.480.080-17.106.551 36 xxxxxxxxx WP 36 270.517.860 313.688.763 43.170.903 37 xxxxxxxxx WP 37 56.070.208 58.107.353 2.037.145 38 xxxxxxxxx WP 38 334.561.820 387.629.460 53.067.640 39 xxxxxxxxx WP 39 127.480.110 129.500.760 2.020.650 40 xxxxxxxxx WP 40 318.682.262 632.704.519 314.022.257 41 xxxxxxxxx WP 41 77.930.544 48.844.980-29.085.564 42 xxxxxxxxx WP 42 5.809.800 10.904.733 5.094.933 43 xxxxxxxxx WP 43 898.930.676 1.102.910.761 203.980.085 44 xxxxxxxxx WP 44 246.773.879 649.012.893 402.239.014 45 xxxxxxxxx WP 45 54.247.983 135.668.355 81.420.372 46 xxxxxxxxx WP 46 36.059.003 43.127.727 7.068.724 47 xxxxxxxxx WP 47 81.017.514 32.722.382-48.295.132 48 xxxxxxxxx WP 48 12.956.452 9.911.734-3.044.718 49 xxxxxxxxx WP 49 98.813.842 232.201.645 133.387.803 50 xxxxxxxxx WP 50 1.024.758 1.132.415 107.657 Jumlah 12.010.890.723 14.273.148.735 2.262.258.012 Sumber: Data sekunder yang diolah. vi
Dari tingkat penerimaan 50 populasi Wajib Pajak badan diatas, terlihat perbedaan penerimaan pajak penghasilan antara sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak, ada yang mengalami peningkatan, ada juga yang mengalami penurunan, perubahan ini tergantung dari kondisi Wajib Pajak badan tersebut. Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam data penerimaan pph sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak terdapat koreksi fiskal positif dan negatif. Pengertian koreksi fiskal positif sendiri adalah penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak yang pada akhirnya akan membuat PPh WP badan terutangnya juga akan meningkat. Koreksi fiskal positif diantaranya: 1. Biaya yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan usaha perusahaan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara pendapatan 2. Biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang PKP 3. Biaya yang diakui lebih kecil, seperti penyusutan, amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan menurut WP lebih tinggi 4. Biaya yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak 5. Biaya yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final Sedangkan koreksi fiskal negatif adalah koreksi/penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak yang membuat PPh WP badan terutangnya juga akan menurrun. Koreksi fiskal negatif diantaranya: 1. Biaya yang diakui lebih besar, seperti penyusutan menurut WP lebih rendah, selisih amortisasi, dan biaya yang ditangguhkan pengakuannya vii
2. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang bukan merupakan objek pajak 3. Penghasilan yang didapat dari penghasilan yang sudah dikenakan PPh Final PENGHITUNGAN STATISTIK Output bagian pertama (Group Statistics) Pada data output bagian pertama ringkasan statistik dari kedua sampel, didapatkan data penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum pemeriksaan pajak, Wajib Pajak badan tersebut mempunyai pajak penghasilan rata-rata sebesar Rp. Rp. 240.217.814,46. Sedangkan setelah pemeriksaan pajak, Wajib Pajak badan tersebut mempunyai pajak penghasilan rata-rata sebesar Rp. 285.462.974,70. Dari output tersebut terlihat perbedaan angka rata-rata antara penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak. Tabel 4.4 Penerimaan PPh Rata-rata Sebelum dan Sesudah Pemeriksaan Pajak Sebelum Sesudah Rp. 240.217.814,46 Rp. 285.462.974,70 Sumber: Data sekunder yang diolah aplikasi SPSS Output bagian kedua (Correlations) Bagian kedua output adalah hasil korelasi antara kedua variabel, yang menghasilkan angka 0,945 dengan nilai probabilitas dibawah 0,05 (dilihat dari nilai signifikansi output yang 0,000). Hal ini menyatakan bahwa korelasi antara viii
penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak adalah sangat erat dan benar-benar berhubungan secara nyata. Output bagian ketiga (Paired Sample Test) Tabel 4.5 Hasil Olahan SPSS α df t Hitung t Tabel Probabilitas 5% 49-3,502-1,299 0,001 Berdasarkan keterangan yang didapatkan dari hasil olahan SPSS, terlihat bahwa t hitung adalah -3,502 dengan probabilitas 0,001. Untuk uji dua sisi, angka probabilitas adalah 0,001/2=0,0005. Karena 0,0005 < 0,025, maka H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak. Atau, pelaksanaaan pemeriksaan pajak tersebut efektif dalam meningkatkan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan secara nyata. PENUTUP SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis mengenai analisis penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak pada KPP (Kantor Pelayanan Pajak) Pratama Bandung Karees, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan tingkat penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak pada KPP Pratama Bandung Karees. Hal tersebut berdasarkan dari data total penerimaan pajak penghasilan Wajib ix
Pajak badan sebelum pemeriksaan pajak sebesar Rp. 12.010.890.723 dan sesudah pemeriksaan pajak sebesar Rp. 14.273.148.735, Koreksi fiskal positif dan denda sebesar Rp. 2.262.258.012 merupakan tambahan penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan yang dihasilkan oleh pelaksanaan pemeriksaan pajak. Hal tersebut membuktikan hipotesis penulis dapat diterima. 2. Penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan pada KPP Pratama adalah meningkat. Sebelum pemeriksaan pajak 50 Wajib Pajak badan tersebut mempunyai penerimaan pajak penghasilan rata-rata sebesar Rp. 240.217.814,46. Sedangkan setelah pemeriksaan pajak, Wajib Pajak badan tersebut mempunyai pajak penghasilan rata-rata sebesar Rp. 285.462.974,70. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis tentang analisis penerimaan pajak penghasilan Wajib Pajak badan sebelum dan sesudah pemeriksaan pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, penulis mencoba memberikan saran yang diharapkan dapat bermanfaat dan dapat memberikan masukan yang positif, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Bandung Karees Kinerja pelaksanaan pemeriksaan pajak agar dapat berperan dengan lebih maksimal dengan cara melakukan kegiatan pengendalian, pemantauan, evaluasi, dan pengukuran kinerja pemeriksaan yang baik. Sehingga dapat meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak badan dalam memenuhi semua kewajibannya untuk membayar pajak yang dapat meningkatkan penerimaan negara di bidang perpajakan. x
2. Bagi peneliti selanjutnya Dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini, diharapkan ada penelitian lanjutan yang serupa di masa yang akan datang untuk memperbaiki keterbatasan-keterbatasan tersebut. Untuk itu penulis memberikan saran untuk peneliti selanjutnya yaitu: a. Penelitian ini hanya mengambil objek yang terbatas yakni hanya pada satu Kantor Pelayanan Pajak, untuk peneliti selanjutnya populasi dan sampel penelitian dibuat lebih banyak lagi agar dapat digeneralisasi permasalahannya. b. Menambah variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini seperti sistem administrasi perpajakan, pelayanan, penegakan hukum perpajakan, dan tarif pajak. xi