INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Mahasiswa dikenal sebagai agen of change yaitu mahasiswa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. insan yang memiliki berbagai dimensi yaitu sebagai bagian dari civitas akademika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Andriyana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. oleh masyarakat menunjukkan bahwa Indonesia sudah menjadi negara yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesejahteraan dan keadilan bisa diterapkan ketika perilaku damai berada pada tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. yang sudah menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang

Student Government (Pemerintahan Mahasiswa)

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN LAMANYA BERORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DI KAMPUS

BAB I PENDAHULUAN. berbicara dalam konteks pendidikan formal. Mahasiswa dalam peraturan

BAB VI KESIMPULAN. kemasyarakatan yang bercorak Islam Modernis. Meskipun bukan merupakan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. merupakan amanah Muktamar Muhammadiyah ke-43 di Banda Aceh

RANCANGAN UMUM KADERISASI (RUK) KM ITB

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demokrasi. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. dalam individu sehingga referensi tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Budaya politik kampus dilakukan dan diperoleh dari sebuah pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

BAB I PENDAHULUAN. bahkan sering menjadikan manusia putus asa. Persoalan-persoalan tersebut. dari adanya perubahan-perubahan sosial di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki intelektual, mahasiswa tentunya memiliki peran dan tanggung

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di lahirkan sebagai suatu mahluk yang utuh dan mandiri, namun

PRINSIP DASAR MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN MAKHLUK SOSIAL DI MASYARAKAT

PANDUAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN (ORMAWA) UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

Sikap Mental Wirausaha (Inovatif, Kreatifitas, Motivasi, Efektif dan Efisien) Kuliah 3

Inisiasi 3 INDIVIDU DAN MASYARAKAT: KEDUDUKAN DAN PERAN INDIVIDU SEBAGAI PRIBADI DAN SEBAGAI ANGGOTA MASYARAKAT

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN POLITIK DI ORGANISASI FRONT MAHASISWA NASIONAL CABANG BANDUNG

KONSEP MBB-ISBD DALAM KERANGKA GENERAL EDUCATION DI PERGURUAN TINGGI UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan pergaulan sehari-hari, baik di lingkungan sekolah, masyarakat, maupun

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

Tri Windha Isnandar F

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

ISLAM DI INDONESIA. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK H. U. ADIL, SS., SHI., MH. Modul ke: Fakultas ILMU KOMPUTER

BAB I PENDAHULUAN. individu dan sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu manusia sudah diberi nama julukan Zoon Politicon

BAB V PENUTUP. merupakan jawaban dari rumusan masalah sebagai berikut: 1. Historisitas Pendidikan Kaum Santri dan kiprah KH. Abdurrahan Wahid (Gus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asep Mauludin Syahdani, 2013

I. PENDAHULUAN. menjadi masyarakat modern. Modernisasi memberikan banyak konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

I. PENDAHULUAN. Fakta sejarah telah mencatat bahwa peran mahasiswa sebagai agent of change

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

DEKLARASI SOLO DEKLARASI GARUT

SAMBUTAN KETUA DPR RI BAPAK H. MARZUKI ALIE, SE, MM. PADA ACARA PERESMIAN KANTOR BARU PWNU SUMATERA UTARA Medan, 06 Januari 2010

LEMBAGA KEMAHASISWAAN DALAM KONTEKS KEKINIAN 1 Oleh : Andeka Rocky Tana Amah 2

PEMBANGUNAN DAN PERUBAHAN SOSIAL

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI WAWASAN KEBANGSAAN BERBASIS KEORGANISASIAN MAHASISWA DALAM MENINGKATKAN NASIONALISME

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

RENCANA KONSEP KADERISASI MAHASISWA TEKNIK METALURGI 2009

BAB I PENDAHULUAN. lain sumber daya manusia (man), sumber daya pembiayaan (money), sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Manfaat Belajar Pendidikan Pancasila bagi Mahasiswa

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)

BAB I PENDAHULUAN. istilah unjuk rasa dan demonstrasi mahasiswa (Matulessy, 2005). Mahasiswa telah

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ar-Rahman merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam mempunyai perbedaan antar wilayah. Hubungan hidup antar sesama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. selalu menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia.

PENGEMBANGAN KEMAHASISWAAN UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kemerdekaan sampai hingga era pengisian kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. solidaritas di antara individu maupun kelompok. dengan yang lain atau (give and take) melalui berbicara atau saling menukar tanda

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. oleh tuhan dikarenakan telah dibekali akal dan pikiran. Melalui akal dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhuk sosial, yang antar individunya membutuhkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. motivasi pokok penanaman pendidikan karakter negara ini. Pendidikan karakter perlu

BAB V PENUTUP KESIMPULAN

BUPATI BURU. Bismilahirahmanirahim Assalamualaikum Wr. Wb dan salam sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. Ibid hlm. 43

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah ialah karena dirasakan tidak efektifnya lembaga-lembaga. reformulasi ajaran dan pendidikan Islam.

mengenai perubahan representasi kartun Panji Koming terhadap dua kondisi politik yang berbeda juga mewakili apa yang terjadi terhadap media-media

BAB I PENDAHULUAN. orang-orang yang terdapat dalam instansi tersebut. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mahasiswa merupakan bagian dari civitas akademika yang sedang

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB VII REFLEKSI MEMBANGUN KESADARAN PEMUDA DARI KESENJANGAN DAN HILANGNYA PERAN DALAM DESA. 1. Membangun Kesadaran Pemuda Menjadi Agen

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

PERAN LKMMD DALAM MENGUATKAN KARAKTER KEPEMIMPINAN KADER ANGGOTA HMP PGSD 2014

: MOH. RIFQI KHAIRUL UMAM B

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. andil pada perubahan sistem dan tata nilai dalam masyarakat Islam.

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

Transkripsi:

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gerakan modernisasi yang meliputi segenap aspek kehidupan manusia telah menimbulkan terjadinya pergeseran pada pola interaksi antar manusia dan berubahnya nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi antar manusia menjadi bertambah longgar, kontak sosial yang menjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya. Manusia tak ubahnya seperti robot-robot yang bekerja dan melakukan kegiatan dalam hidupnya dengan berprinsip pada norma-norma perhitungan atau norma timbal balik. Manusia hanya mau melakukan kontak sosial dan komunikasi dengan manusia lain jika ia merasa bahwa itu akan menimbulkan keuntungan bagi dirinya. Manusia menjadi semakin bertambah egois dan kurang mengindahkan norma-norma sosial yang ada. Mereka tumbuh menjadi manusia yang egosentris. Mengutip perkataan Jean Paul Sartre manusia adalah neraka bagi sesamanya (Dayakisni, 2006). Kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat berperan baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Sebagai makhluk individu, seseorang dituntut untuk selalu memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, demi kelangsungan hidupnya. Akan tetapi manusia tidak boleh lupa bahwa ia merupakan bagian dari suatu masyarakat. Manusia tidak akan hidup sendiri tanpa bantuan maupun tanpa berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial individu dituntut untuk selalu bisa menyesuaikan diri dengan 1

2 lingkungannya, karena ia harus sadar bahwa tidak dapat hidup sendiri, begitupun juga sebaliknya. Setiap individu juga harus dapat menyelaraskan dirinya baik sebagai makhluk individu maupun makhluk sosial. Kelompok, sebagai wadah dan wahana manusia untuk melangsungkan hidupnya, karena dengan berkelompoklah manusia dapat memenuhi kebutuhan, dapat mengembangkan diri, mengembangkan potensi, serta aktualisasi diri. Hal ini semuanya bertolak dari pemikiran, bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang tetap memiliki keinginan untuk bergabung dengan orang lain atau keinginan untuk berkelompok. Keinginan berkelompok juga menggambarkan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki ketergantungan yang tinggi, ditambah lagi perkembangan masyarakat modern yang menunjukkan segi differensiasi sosial dengan pembagian kerja secara kompleks sebagaimana disinyalir Durkheim dalam Division of Labour. Semua spesialisasi yang berguna bagi kehidupan, manusia, sehingga kehilangan satu fungsi sosial sangat dirasakan. Manusia tidak dapat dan tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi segala keinginan dan kebutuhannya, kehadiran kelompok merupakan suatu gejala sosial yang memang dibentuk secara sadar dan mempunyai suatu tujuan bersama (Yusuf, 1989). Kelompok sosial adalah suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua individu atau lebih yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga diantara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur dan norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut.

3 Namun kelompok dengan anggotanya-anggotanya yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang sama dan tujuan bersama tidaklah menjadi efektif jika tidak diikut sertakan faktor kepemimpinan dalam kelompok tersebut. Pemikiran ini bertolak dari asumsi bahwa suatu kumpulan manusia yang dalam perkembangan selanjutnya disebut dengan kelompok, dalam menjalankan norma-norma, nilai-nilai kelompok mengacu pada kerangka abstrak. Untuk pegangan kelompok, para anggota kelompok dengan konsensus bersama mewujudkan pemegang kendali norma dan nilai tersebut dalam wujud konkrit, meskipun nilai dan norma tersebut abstrak, namun pemegang kendali norma dan nilai kelompok dan gejala inilah yang menumbuhkan kesepakatan para anggota kelompok untuk mengangkat seorang pemimpin dari mereka, kemudian dalam perkembangan selanjutnya dilegitimasi dan dilembagakan. Kelompok sosial yang bertujuan terutama untuk mengembangkan potensi diri serta aktualisasi diri adalah organisasi kemahasiswaan yang terdiri atas individu-individu yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi. Keinginan utama mahasiswa untuk mencari ilmu adalah dilatarbelakangi oleh cita-cita mereka yaitu menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi, ketrampilan serta status di masyarakat. Akan tetapi kenyataannya untuk meraihnya tidak semudah yang diinginkan banyak hambatan dan rintangan yang harus dilewatinya. Mahasiswa tidak akan mendapatkan hasil maksimal jika hanya mengandalkan ilmu perkuliahan saja karena materi perkuliahan sebagian besar hanyalah dalam bentuk teori.

4 Djojodibroto (2004) menguraikan tentang dua sifat yang melekat pada diri mahasiswa, yakni sifat manusia muda dan calon intelektual. Sebagai calon intelektual mahasiwa bersifat kritis terhadap kenyataan sosial yang tidak sesuai dengan ide keadilan dan kebenaran. Sedangkan sebagai manusia muda mahasiswa sering tidak mengukur resiko yang akan menimpa dirinya. Berdasarkan pengamatan ditemukan fenomena-fenomena kemahasiswaan dimana ada sekelompok mahasiswa yang lebih mementingkan nilai dan ide universal serta orientasi yang keluar dari diri mereka sendiri, Kelompok mahasiswa ini biasa disebut aktivis. Di sisi lain ada sekelompok mahasiswa yang lebih berorientasi kepada diri mereka sindiri, karir, dan masa depan mereka, Kelompok ini biasa disebut bukan aktivis (Komariah, 2003). Kelompok mahasiswa aktivis biasanya memilih berinteraksi dan memimpin organisasi kelompoknya karena mempunyai keinginan untuk mencapai kematangan dalam kepribadian serta kebutuhan untuk aktualisasi diri. Kematangan mempunyai banyak kriteria yang bisa diketahui seperti kemampuan membedakan sejalan dengan perkembangan intelektual, mandiri, aktif, dan partisipatif, mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman, peka terhadap kebutuhan orang lain, mampu mengontrol frustasi dan emosi yang tidak teratur, memiliki sikap moral dan filosofi serta prinsip nilai hidup (Pikunas dalam Siswandi, 2002) Dikalangan kemahasiswaan dikenal adanya organisasi pergerakan mahasiswa yang biasanya berbeda dengan organisasi kemahasiswaan lain dimana lebih bersifat ideologis ataupun keagamaan serta ada yang berorientasi

5 politik dan non politik. Dunia gerakan mahasiswa adalah satu sisi kehidupan mahasiswa yang menarik diantaranya pengistilahan sebagai agent of change. Dengan predikat tersebut akhirnya mahasiswa mempunyai tanggung jawab sosial sebagai elemen intelektual muda. Tanggungjawab itu adalah pengadaan gerakan transformasi nilai kepada masyarakat luas (Alkhoiri, 2006). Intelektual mempunyai makna berarti reflektif dan mencerahkan. Seorang intelektual adalah seseorang yang memusatkan diri untuk memikirkan ide dan masalah non material dengan menggunakan kemampuan penalarannya, sementara kaum intelektual merupakan kelompok kecil masyarakat yang hidup dan bergaul dalam kelompok terbatas awalnya, tetapi lewat dedikasi dan keterlibatan totalnya ia menjelma menjadi secercah asa yang mencerahkan seluruh kaumnya. Kaum intelektual ibaratnya gerbong untuk menyadarkan kaumnya dari kebodohan, kebebalan dan ketertindasan. Konteks kebangsaan kaum intelektual atau disini orang-orang akademisi mengenalnya dengan istilah gerakan mahasiswa telah memainkan peranan yang sangat penting sebagai kekuatan yang secara nyata mampu mendobrak, tentu sejarah menorehkan bahwa mahasiswa selalu memainkan peranan penting di setiap dekadenya yang akan menjadi sejarah tersendiri bagi perjalanan bangsa Indonesia. Meskipun demikian kenyataan di lapangan harus diakui bahwa gerakan kemahasiswaan sebagai salah satu kekuatan reformasi bukanlah kekuatan yang solid. Keragaman latar belakang, motivasi, visi politik serta orientasi masing-masing gerakan mahasiswa telah menjadikan gerakan mahasiswa tidak bisa dilihat sebagai kekuatan yang homogen.

6 Apalagi jika dilihat dalam perkembangannya sulit menempatkan unsur gerakan mahasiswa sebagai satu barisan yang solid bersatu (Sanit, 1999). IMM dan KAMMI adalah dua organisasi gerakan mahasiswa Islam yang juga melakukan interaksi sosial dengan caranya masing-masing. IMM memiliki identitas yang biasa disebut trinitas yaitu pertama, Religiusitas dimana pengkayaan sisi agama untuk aktualisasi kader agar memahami Islam dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kaidah dan etika sebagai umat muslim. Kedua, Intelektualitas dimana sebagai mahasiswa tentunya perlu adanya kemampuan untuk belajar ilmu pengetahuan dan teknologi agar tidak tertinggal dalam perkembangannya secara personal dan organisasi. Ketiga, Humanitas dimana nilai-nilai kepedulian terhadap sesama manusia harus di kedepankan sebagai penerapan bahwasanya Islam merupakan agama rahmatan lil alamin. KAMMI mempunyai landasan yang dirumuskan dalam enam prinsip perjuangan KAMMI yaitu pertama, kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI. Kedua, kebatilan adalah musuh abadi KAMMI. Ketiga, solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI. Keempat, perbaikan adalah tradisi perjuangan KAMMI. Kelima, Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI, dan Keenam, Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI (KAMMI dalam pergulatan reformasi, 2003). Konflik kepentingan maupun konflik secara ideologis sering muncul di era pasca reformasi misalnya konflik karena kepentingan perebutan kekuasaan lembaga eksekutif kampus (Badan Eksekutif Mahasiswa dan Dewan

7 Perwakilan Mahasiswa) yang terjadi di setiap kampus setiap momen pergantian kepengurusannya, sedangkan konflik secara ideologi terjadi karena perbedaan pemahaman yang dibawa oleh gerakan mahasiswa contoh IMM identik dengan organisasi induknya yaitu Muhammadiyah dan PMII identik dengan organisasi induknya Nahdatul Ulama dan organisasi pergerakan mahasiswa lainnya. Diantara organisasi pergerakan mahasiswa Islam menurut Cahyono (2003) ada lima organisasi pergerakan mahasiswa yang memiliki label Islam yaitu : HMI DIPO (Himpunan Mahasiswa Islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah), HMI MPO (Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi) dan KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia). Interaksi sosial yang ujungnya berakhir dengan konflik kepentingan secara ideologis sering terjadi didunia aktivis gerakan mahasiswa Islam. Fenomena seperti ini merupakan fenomena universal yang sering terjadi pada dunia aktivis khususnya pada aktivis IMM dan KAMMI. Dari fenomena seperti inilah penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang dinamika interaksi sosial. Sehingga ada permasalahan yang harus penulis rumuskan, yaitu bagaimana interaksi sosial yang dilakukan pada aktivis IMM dan KAMMI? Apa yang mendasari konflik pada aktivis IMM dan KAMMI?

8 Berdasar temuan di atas dari penulis untuk melakukan penelitian tentang, Interaksi Sosial pada Aktivis IMM dan KAMMI. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Untuk mngetahui alasan menjadi aktivis gerakan mahasiswa Islam 2. Untuk mengetahui interaksi sosial pada aktivis gerakan mahasiswa Islam khususnya Aktivis IMM dan KAMMI 3. Untuk mengetahui konflik pada aktivis IMM dan KAMMI C. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain : 1. Bagi subyek sebagai aktivis gerakan mahasiswa Islam untuk istiqomah tetap beraktualisasi diri di dunia pergerakan yang penuh dengan dinamika. 2. Bagi organisasi gerakan mahasiswa Islam sebagai masukan untuk selalu menjaga ukhuwah Islamiyah 3. Untuk peneliti sejenis sebagai bahan masukan dan pijakan untuk lebih mengupas dan mendalami penelitian tentang interaksi sosial 4. Bagi dunia psikologi, menambah khazanah keilmuan khususnya pada psikologi sosial