BAB I PENDAHULUAN. dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama beberapa tahun terakhir Bangsa Indonesia banyak menghadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. Tindak kekerasan merupakan pelanggaran hak azasi manusia dan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. apabila individu dihadapkan pada suatu masalah. Individu akan menghadapi masalah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena patah hati atau yang biasa dikenal dengan sebutan broken heart,

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa (Suharto, 2015). Kehidupan anak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan suatu bangsa di masa yang akan datang. Oleh karena itu, diperlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mengenang kembali peristiwa erupsi Gunung Merapi hampir dua tahun lalu

PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

harus mengerti juga model-model komunikasi yang ada sehingga kita bisa menilai apakah selama ini sudah berkomunikasi dengan baik atau belum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan, pelecehan, dan eksploitasi seksual dewasa ini bukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, bisa mengakibatkan cedera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tindak kejahatan yang menjadi fenomena akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan diatas dan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka

Analisa Media Edisi Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

I. PENDAHULUAN. kebijakan sosial baik oleh lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan pada perempuan.

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

Suryo Dharmono Bag. Psikiatri FKUI/RSCM

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Selama periode angka perlakuan salah pada anak. justru memperlihatkan peningkatan sampai 50 % (Huraerah, 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, krisis politik yang berkelanjutan,

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB IV KETENTUAN DIBOLEHKANNYA ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DALAM PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

BAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. fenomena umum yang terjadi di seluruh dunia (World Health. KTP di Indonesia berjumlah kasus dan meningkat

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terutama bagi perempuan dewasa, remaja, maupun anak anak. Kasus kekerasan seksual

BAB III ABORSI DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

Mengenal Gangguan Stress Pasca Trauma

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

Majalah Kedokteran Andalas No.1. Vol.34. Januari-Juni

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. bermain/oddler, masa usia prasekolah, usia sekolah, remaja sampai dewasa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara umum pengertian kekerasan seksual pada anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

-2- dialami pihak korban dalam bentuk pemberian ganti rugi dari pelaku atau Orang Tua pelaku, apabila pelaku merupakan Anak sebagai akibat tindak pida

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, pada tahun 2010 tercatat 48 % kekerasan terjadi pada anak,

Bab 4. Simpulan dan Saran. disimpulkan bahwa tokoh Ruka Kishimoto dalam serial drama Jepang Last Friends

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Surakarta cukup tinggi, yaitu pada bulan Januari-Juni 2012,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengenal awal kehidupannya. Tidak hanya diawal saja atau sejak lahir, tetapi keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang menghubungkan masa kanak-kanak dan masa dewasa (Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. Perkosaan merupakan peristiwa yang mengakibatkan beban masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. berada disekitar kita. Pemerkosaan merupakan suatu perbuatan yang dinilai

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kekerasan seksual anak (KSA) adalah masalah kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB II LANDASAN TEORI. Psychological well-being merujuk pada perasaan seseorang mengenai aktivitas

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anak-anak yang mengalami kekerasan seksual memiliki gejala gangguan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. identitas dan eksistensi diri mulai dilalui. Proses ini membutuhkan kontrol yang

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja merupakan penerus generasi keluarga dan bangsa. Perlu

BAB I PENDAHULUAN. nasional bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan kesempatan untuk pertumbuhan fisik, kognitif, dan psikososial tetapi juga

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG PELAKSANAAN RESTITUSI BAGI ANAK YANG MENJADI KORBAN TINDAK PIDANA

Saat ini masyarakat mengalami depresi sosial skala tinggi. Depresi ini lahir karena tidak ada pegangan hidup.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dan memasuki tahap epidemis dengan beberapa sub-populasi beresiko

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terjadi tindak kekerasan yang terjadi di berbagai tempat di lingkungan sekitar kita. Tindak kekerasan yang terjadi berbagai macam dan diantaranya adalah tindak kekerasan dan pelecehan seksual yang mengarah pada perilaku perkosaan. Perkosaan secara umum diartikan bentuk hubungan seksual yang dilakukan dengan pemaksaan oleh salah satu pihak dan bukan suatu kehendak bersama. Menurut Poerwandari (dalam Luhulima, 2000), perkosaan merupakan hubungan seksual yang dilakukan tanpa kehendak bersama, dipaksakan oleh satu pihak pada pihak lainnya. Korban dapat berada di bawah ancaman fisik dan/atau psikologis, kekerasan, dalam keadaan tidak sadar atau tidak berdaya, berada di bawah umur, atau mengalami keterbelakangan mental dan kondisi kecacatan lain sehingga tidak dapat bertanggung jawab atas apa yang terjadi padanya. Kasus yang terjadi pada 26 Juli 2011 di tempat karaoke XKTV Senayan City, Jakarta Pusat pernah terjadi perkosaan kepada remaja berumur 19 tahun oleh teman-temannya saat melakukan karaoke. Acara santai itu diisi dengan minumminuman keras. Korban yang diperkosa dalam kamar mandi XKTV diduga akibat dicekoki oleh pelaku. Peristiwa yang terjadi pada remaja tersebut kemudian dilaporkan pada 29 Juli 2011. Perkosaan yang terjadi pada remaja yang di daerah Senayan City tersebut memberikan perhatian bagi para remaja.

Dalam suarapembaruan.com (4 Januari 2013) peristiwa perkosaan dialami seorang remaja berusia 11 tahun yang mengalami koma selama lima hari. Korban yang selama tiga minggu mengalami kejang dan gangguan pernapasan mengalami tindak perkosaan oleh gurunya. Menurut ibu korban awalnya korban mengeluh sakit pusing, mual, lemas yang diikuti oleh fisiknya yang semakin kurus dan perilakunya yang semakin murung juga sering ngucek-ngucek celana dalamnya sendiri. Dokter yang menangani korban curiga karena ada bekas luka di sekitar kemaluan. Ibu korban pun curiga karena dalam sebulan terakhir sering ditemukan bercak di celana dalam dan rok juga korban yang sering ngucek-ngucek celana dalamnya. Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Arist Merdeka Sirait menyatakan pihaknya mencurigai Rs mengalami kekerasan seksual. Untuk itu, pihaknya akan mengadukan kasus ini kepihak kepolisian agar dapat dilakukan visum terhadap korban. Perkosaan yang terjadi pada beberapa kasus memberikan dampak fisik dan psikis yang berat bagi korban juga pihak keluarga. Namun kasus perkosaan yang terjadi di Indonesia sendiri semakin marak. Menurut Indonesia Police Watch (dalam republika.co.id, 2013) terdapat 29 kasus pemerkosaan yang terjadi di berbagai daerah di nusantara hanya selama Januari 2013. Korban yang dalam perkosaan dalam kasus-kasus tersebut di dominasi oleh anak dibawah umur yang mayoritas berusia remaja. Perkosaan merupakan perbuatan dalam pelecehan seksual yang ekstrem dan tindak kejahatan yang keji.

Dalam sejumlah kasus korban yang mengalami perkosaan dapat kehilangan nyawa dan korban yang hidup dapat mengalami dampak kejahatan yang dialami. Korban yang mengalami perkosaan dapat tertular penyakit kelamin dan hamil. Dengan mengandung janin dari si pelaku perkosaan, tidak mudah bagi korban untuk menerima bayi yang akan dilahirkan merupakan buah perkosaan. Namun hukum tidak pula mengizinkan terjadinya pengguguran kandungan. Demikian pula, tidak mudah bagi seorang korban perkosaan untuk mendapatkan pasangan pernikahan. Matlin (dalam Fausiah, 2002) menekankan bahwa perkosaan adalah tindak kriminal dan tidak hanya sekedar nafsu. Dalam perkosaan, korban dipermalukan dan direndahkan lebih dari sekedar perampokan atau kekerasan fisik belaka. Hal senada juga dikemukakan oleh Poerwandari (dalam Luhulima, 2002) yang menyatakan bahwa perkosaan merupakan tindakan pseudo-seksual, yang tidak hanya sekedar dimotivasi dorongan seksual sebagai motivasi primer, namun berhubungan dengan penguasaan dan dominasi, agresi dan perendahan pada pihak korban oleh pelaku. Sebagian besar korban pelecehan seksual dan perkosaan adalah wanita, akan tetapi dalam beberapa kasus, laki laki juga dapat menjadi korban pelecehan seksual yang umumnya dilakukan oleh laki-laki juga. Pada sebagian besar kasus, pelaku perkosaan merupakan orang terdekat dikenal yang korban, misalnya teman dekat, kekasih, saudara, ayah (tiri maupun kandung), guru, pemuka agama, atasan. Sedangkan sebagian kasus lainnya, pelaku merupakan orang-orang yang baru

567dikenal dan semula nampak sebagai orang baik-baik yang menawarkan bantuan. Perkosaan yang dialami pada seseorang menjadi pengalaman yang menakutkan yang menimbulkan pengalaman traumatis terlebih lagi korban yang mengalaminya adalah remaja yang sedang berada dalam masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Menurut Halgin dan Whitbourne (2010) pengalaman traumatis (traumatic experience) adalah peristiwa yang mendatangkan bencana atau peristiwa yang menyakitkan yang menimbulkan efek psikologis dan fisiologis. Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan. Seorang remaja pada perkembangannya memiliki kondisi fisik dan mental yang belum matang. Remaja sering kali dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk dalam Ali dan Asrori, 2005). Trauma terhadap sesuatu dapat dialami oleh setiap manusia. Namun jika tidak diselesaikan akan mengakibatkan gejala-gejala yang berkepanjangan. Pengalaman yang di dapat seorang remaja akan memengaruhi perkembangan dirinya. Dimana pengalaman traumatis yang didapat dapat berkembang menjadi kecemasan pada diri seorang remaja. Kecemasan yang timbul akibat perkosaan dapat berkembang dan menjadi gangguan stress pasca traumatic atau yang disebut dalam istilah psikologi sebagai Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD.

PTSD adalah sebuah gejala pasca kejadian traumatis yang dapat mengancam kehidupan yang berakibat pada tekanan psikologis yang merusak integritas dan eksistensi dirinya atau orang lain. PTSD merupakan gangguan stres yang muncul karena pemaparan terhadap peristiwa-peristiwa traumatis. Hikmat (2005) mengatakan PTSD adalah sebuah kondisi yang muncul setelah pengalaman luar biasa yang mencekam, mengerikan dan mengancam jiwa seseorang, misalnya peristiwa bencana alam, kecelakaan hebat, sexual abuse (kekerasan seksual), atau perang. Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa perkosaan merupakan salah satu tindakan kekerasan fisik dan psikologis yang dapat menimbulkan gangguan PTSD pada remaja. Gangguan yang muncul setelah terjadinya perkosaan yaitu gangguan stres akut. Gangguan tersebut dapat berkembangan menjadi sebuah PTSD. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Rothbaum dkk, penderita perkosaan penderitanya sangat tinggi lebih dari 90%. Beberapa penderitanya berhasil mengatasi gangguan stres akut yang dialami, namun jumlah yang signifikan kemudian menderita PTSD (dalam Davison, Neale & Kring, 2010). Hal tersebut terjadi karena bermacam-macam hal seperti faktor biologis, faktor unik pada setiap individu, faktor yang terkait dengan kejadian dan kejadian setelah peristiwa itu terjadi. Korban perkosaan sangat rentan mengalami PTSD karena kurangnya penanganan yang tepat serta dukungan sosial yang di dapat. Bagi remaja yang berada dalam proses diantara anak-anak menjadi dewasa membutuhkan identitas

dalam lingkungan sebagai jati diri. Hal ini memberikan perhatian khusus bagi para korban perkosaan yang saat ini sering terjadi pada usia remaja. Banyaknya perkosaan yang terjadi pada remaja memberikan dampak langsung fisik dan psikis yang sudah selayaknya korban mendapatkan pemulihan menyeluruh untuk trauma yang mereka alami. Oleh karena itu, peneliti merasa berkepentingan unutuk mengangkat tema Post Traumatic Stress Disorder pada Remaja yang pernah Mengalami Perkosaan sebagai bahan penelitian dalam menyusun skripsi ini. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka masalah yang teridentifikasi dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana perkosaan yang dialami oleh remaja sehingga mengakibatkan gangguan PTSD? 2. Bagaimana kondisi PTSD remaja akibat pengalaman traumatic perkosaan yang dialami? 3. Bagaimana subjek mengalami kehidupan remajanya dalam kondisi PTSD? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian terhadap masalah ini yaitu mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai remaja yang mengalami PTSD akibat peristiwa perkosaan yang dialami.

1.4 Manfaat dan Kegunaan Penelitian 1.4.1 Teoritis Adapun manfaat yang diberikan dari penelitian ini dalam aspek teoritis yaitu untuk dapat membangun wacana tentang bagaimana perkosaan yang terjadi dapat mengakibatkan PTSD, sekaligus memberikan informasi dan masukan teori dari hasil penelitian tersebut. 1.4.2 Praktis Peneliti berharap dapat memberikan manfaat dan masukan bagi para pembaca, lembaga perlindungan yang menangani kekerasan seksual dan pihak orangtua remaja yang mengalami PTSD akibat perkosaan agar dapat menyesuaikan diri untuk mendukung kondisi anaknya. Adapun penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya.