TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah Apakah media tanam berupa pasir, tanah humus, tanah liat, dan serbuk sisa

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Pandey (1969) tanaman jagung diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai berbentuk perdu dengan tinggi lebih kurang cm.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk fase vegetatif dan paruh kedua untuk fase generatif. Jagung memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung merupakan tanaman berumah satu, bunga jantan terbentuk pada

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun klasifikasi Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc. menurut. : Colletotrichum gloeosporioides Penz. Sacc.

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daryanto ( 2013 ) mengemukakan bahwa Sistematika tanaman (taksonomi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

PENGARUH PEMBERIAN BAHAN ORGANIK TERHADAP PENYAKIT PADA BEBERAPA VARIETAS TANAMAN JAGUNG ( Zea mays L. ) DI LAPANGAN SKRIPSI OLEH :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

PENDAHULUAN. Tanaman jagung yang dalam bahasa ilmiahnya disebut Zea mays L.,

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani Tanaman Jagung Manis. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan tumbuh

Makalah Percobaan Pengaruh Cahaya Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah tanaman jagung sebagaimana diketahui adalah: Kelas: Monocotyledoneae. Familia: Poaceae.

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. akar-akar cabang banyak terdapat bintil akar berisi bakteri Rhizobium japonicum

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jagung manis (Zea mays sacharata Sturt.) dapat diklasifikasikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescensl.)

PEMELIHARAAN TANAMAN JAGUNG DARI PENYAKIT BULE

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. atas. Umumnya para petani lebih menyukai tipe tegak karena berumur pendek

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukmana (1997), klasifikasi tanaman jagung (Zea mays L.) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis(zea mays var saccarata) merupakan tanaman pangan yang. bahan baku industri gula jagung (Bakhri, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. diklasifikasikan sebagai berikut. Divisi: Spermatophyta; Subdivisi:

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Klasifikasi dan Deskripsi Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN LITERATUR. Klasifikasi jamur Corynespora cassiicola menurut Alexopolus dan Mims. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diklasifikasikan ke dalam Famili adalah Graminae, Genus adalah Oryza Linn, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (Monoecious) yaitu letak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Seorang ahli botani bernama Linnaeus adalah orang yang memberi nama latin Zea mays

A. Struktur Akar dan Fungsinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sharma (2002) dalam taksonomi tumbuhan, tanaman jagung. Sistem perakaran tanaman jagung mempunyai perakaran yang tersebar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Karet Sistem klasifikasi, kedudukan tanaman karet sebagai berikut :

TINJAUAN PUSTAKA. dan akar udara. Akar seminal merupakan akar-akar radikal atau akar primer

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman berumah satu (monoecious) yaitu letak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Padi. tunggang yaitu akar lembaga yang tumbuh terus menjadi akar pokok yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

TINJAUAN PUSTAKA. Sistematika tanaman tebu adalah sebagai berikut : kingdom : Plantae ;

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Perakaran kedelai akar tunggangnya bercabang-cabang, panjangnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

Transkripsi:

18 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Tanaman jagung (Zea mays L.) dalam sistematika tumbuh-tumbuhan menurut Warisno (2007) adalah sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta : Monocotyledonae : Poales : Poaceae : Zea Species : Zea mays L. Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Susunan morfologi tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah (Wirawan dan Wahab, 2007). Perakaran tanaman jagung terdiri dari 4 macam akar, yaitu akar utama, akar cabang, akar lateral, dan akar rambut. Sistem perakaran tersebut berfungsi sebagai alat untuk mengisap air serta garam-garam mineral yang terdapat dalam 6

19 tanah, mengeluarkan zat organik serta senyawa yang tidak diperlukan dan alat pernapasan. Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 1999). Batang jagung tegak dan mudah terlihat sebagaimana sorgum dan tebu, namun tidak seperti padi atau gadum. Batang tanaman jagung beruas-ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10-40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang. Panjang batang jagung umumnya berkisar antara 60-300 cm, tergantung tipe jagung. Batang jagung cukup kokoh namun tidak banyak mengandung lignin (Rukmana, 1997). Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang, antara pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada pula yang berambut. Setiap stoma dikelilingi oleh sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Wirawan dan Wahab, 2007). Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Bunga jantan tumbuh di bagian puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol yang tumbuh diantara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya dapat

20 menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga (Suprapto, 1999). Buah jagung terdiri dari tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji (AAK, 2006). Syarat Tumbuh Iklim Suhu yang dikehendaki tanaman jagung adaah antara 21 o C-30 o C. Akan tetapi, untuk pertumbuhan yang baik bagi tanaman jagung khusunya jagung hibrida, suhu optimum adalah 23 o C-27 o C. Suhu yang terlalu tinggi dan kelembaban yang rendah dapat mengganggu peroses persarian. Jagung hibrida memerlukan air yang cukup untuk pertumbuhan, terutama saat berbunga dan pengisian biji. Curah hujan normal untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah sekitar 250 mm/tahun sampai 2000 mm/tahun (Warisno, 2007). Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah daerah-daerah beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0 o -50 o LU hingga 0 o - 40 o LS. Jagung bisa ditanam di daerah dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian tempat antara 1000-1800 meter dari permukaan laut. Jagung yang ditanam di dataran rendah di bawah 800 meter dari permukaan laut dapat berproduksi dengan baik (AAK, 2006).

21 Waktu fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air. Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah (AAK, 1993). Tanah Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman jagung harus mempunyai kandungan hara yang cukup. Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus, hampir berbagai macam tanah dapat diusahakan untuk pertanaman jagung. Tanah yang gembur, subur, dan kaya akan humus dapat memberi hasil yang baik. Drainase dan aerasi yang baik serta pengelolaan yang bagus akan membantu keberhasilan usaha pertanaman jagung. Jenis tanah yang dapat ditanami jagung adalah tanah andosol, tanah latosol, tanah grumosol, dan tanah berpasir (AAK, 2006). Derajat keasaman tanah (ph) yang paling baik untuk tanaman jagung hibrida adalah 5,5-7,0. Pada ph netral, unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman jagung banyak tersedia di dalamnya. Tanah-tanah yang ph nya kurang dari 5,5 dianjurkan diberi pengapuran untuk menaikkan ph (Warisno, 2007).

22 Penyakit-penyakit Penting pada Daun Tanaman Jagung 1. Penyakit Hawar Daun (Leaf Blight) (Helminthosporium maydis Nisik) Sistematika jamur penyebab penyakit hawar daun Helminthosporium maydis Nisik diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Family Genus Species : Myceteae : Eumycota : Deuteromycetes : Moniliales : Dematiaceae : Helminthosporium : Helminthosporium maydis Nisik (Dwidjoseputro, 1978). Konidiofor terbentuk dalam kelompok, sering dari stomata yang datar, berwarna coklat tua atau hitam. Konidiofor lurus atau lentur. Kadang-kadang mempunyai bengkokan seperti lutut. Konidium jelas bengkok berbentuk seperti perahu, mempunyai 5-11 sekat palsu dan kebanyakan mempunyai panjang 70-160 μm (Dwidjisepotro, 1978). Konidia berbentuk curva yang meruncing ke ujung seperti perahu, stadia sempurnanya disebut Cochliobolus heterostrophus. Ukuran konidia 120-170 x 15-20 μm berwarna coklat pucat sampai coklat emas. Konidianya terbentuk dalam kelompok sering dari stomata yang datar. Konidia bisa terbawa angn atau percikan air pada tanaman (Shurtleff, 1980).

23 a b Gambar 1. Jamur H. maydis Nisik, a : konidia, b : konidiofor Sumber : Shurtleff (1980) Gejala serangan untuk H. maydis menyebabkan terjadinya bercak-bercak coklat kelabu atau berwarna seperti jerami yang dapat meluas ke seluruh permukaan daun. Ukuran bercak dapat mencapai 4 cm dengan lebar 0,6 cm. Sisisisinya lebih kurang sejajar dengan tulang daun utama. Jika terjadi infeksi yang berat beberapa bercak dapat bersatu dan membentuk jaringan mati yang lebar. Bercak terutama terdapat pada daun bawah (Semangun, 1993). Gejala pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuning-kuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat (Pangasara dan Rahmawati, 2007).

24 Epidemiologi penyakit H. Maydis ini akan menjadi sangat berbahaya pada kondisi yang cukup hangat dengan suhu antara 20-32 0 C. Musim panas yang panjang dan cuaca antara hujan dan panas tidak sesuai untuk perkembangan penyakit H. maydis ini. Pada kelembaban 97-98 % jamur dapat membentuk banyak konidium (Shurtleff, 1980). Gambar 2. Gejala serangan H. Maydis Sumber : Silitonga, dkk, (2007) Pengendalian terhadap penyakit H. Maydis dapat dilakukan dengan pergiliran tanaman dilakukan guna menekan meluasnya jamur, pengendalian secara mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab, secara kimiawi dengan pestisida seperti Daconil 75 WP, Difolatan 4 F, penanaman jagung dilakukan bila curah hujan rata-rata selama 10 hari kurang dari 55 mm. Menanam varietas tahan yaitu Arjuna, Antasena, Lamuru (Semangun, 1993).

25 2. Penyakit Hawar Daun (Leaf Blight) (Helminthosporium turcicum Pass.) Sistematika jamur penyebab penyakit hawar daun Helminthosporium turcicum Pass. diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Family Genus Species : Myceteae : Eumycota : Deuteromycetes : Moniliales : Dematiaceae : Helminthosporium : Helminthosporium turcicum Pass. (Dwidjoseputro, 1978). Helminthosporium turcicum atau biasa disebut Exserohilum turcicum. Konidium berbentuk lurus atau agak melengkung, jorong, halus, berukuran 300 x 7-9 μm dengan jumlah sekat 4-9 buah yang berwarna coklat jerami. Stadium sempurnanya disebut Trichometasphaeria turcica. Konidiumnya mempunyai hilum yang menonjol yang merupakan cirri khas dari genus Exserohilum (Shurtleff, 1980).

26 a b Gambar 3. H. turcicum Pass., a : konidia, b : konidiofor Sumber : Shurtleff (1980) Konidium dipencarkan oleh angin. Di udara konidium yang terbanyak terdapat menjelang tengah hari. Konidium berkecambah dan pembuluh kecambah mengadakan infeksi melalui mulut kulit atau dengan mengadakan penetrasi secara langsung, yang didahului dengan pembentukan apresorium (Wakman, 2004). Penyakit hawar daun H. turcicum dapat berkembang dengan baik pada suhu/temperature 18-27 0 C dan banyak embun di tanaman untuk perkembangan penyakit. Suhu yang kering atau panas akan menghambat perkembangan penyakit (Shurtleff, 1980). Gejala serangan H. turcicum, mula-mula menyebabkan terjadinya bercakbercak kecil, jorong, hijau tua atau hijau kelabu kebasah-basahan yang kelak akan berwarna coklat pada daun. Bercak mempunyai bentuk yang khas yaitu berbentuk kumparan atau perahu dengan lebar 1-2 cm dan panjang 5-10 cm. Beberapa

27 bercak dapat bersatu yang dapat membunuh seluruh daun dan menimbulkan gejala seperti terbakar (Semangun, 1993). Gambar 4. Gejala serangan H. turcicum Sumber : Silitonga, dkk, (2007) Cara pengendalian yang biasa dilakukan untuk mengendaliakn penyakit H. turcicum dapat dilakukan dengan cara melakukan pergiliran tanaman, mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab sehingga dapat menekan meluasnya serangan penyakit ini, dan pengendalian secara kimia dapat dilakukan dengan penyemprotan Daconil 75 WP, Difolan 4 f (Warisno, 2007).

28 3. Penyakit Bulai (Downy mildew) (P. maydis (Rac.) Shaw) Menurut Dwijoseputro (1978) jamur penyebab penyakit (P. maydis (Rac.) Shaw) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Family Genus Species : Myceteae : Eumycota : Oomycetes : Peronosprorales : Peronosporaceae : Peronosclerospora : Peronosclerospora maydis (Rac.) Shaw Suku peronosporaceae mempunyai sporangiosfor yang berbeda jelas dari hifa yang biasa. Sporangiosfor mempunyai sumbu yang jelas, umumnya mempunyai percabangan. Sporangiosfor waktu permukaan berembun, miselium membentuk konidiofor yang keluar melalui mulut kulit (Semangun, 2000). Dari satu mulut kulit dapat keluar satu konidiofor atau lebih. Konidium yang masih muda berbentuk bulat, sedang yang sudah masak dapat menjadi jorong, konidium berukuran 12-19 x 10-23 μm dengan rata-rata 19,2 x 17,0 μm. Konidium tumbuh dengan membentuk pembuluh kecambah. Sporangiosfor pada sclerospora panjang dan bercabang-cabang dekat dengan ujung. Sporangium tumbuh pada ujung cabang-cabang. Peronosporaceae tidak menghasilkan sporangium terus menerus tetapi sekali saja. Sporangium boleh dikatakan seragam, semuanya serupa jeruk nipis (Dwidjoseputro, 1978).

29 a b Gambar 5. P. maydis Rac. Shaw, a : sporangia, b : sporangiosfor Sumber : Shurtleff (1980) P. maydis tidak dapat hidup secara saprofitik. Pertanaman di bekas pertanaman yang terserang berat dapat sehat sama sekali. Jamur ini harus bertahan dari musim ke musim pada tanaman hidup. Jamur dapat terbawa ke dalam biji tanaman sakit, namun ini hanya terjadi pada biji yang masih muda dan basah pada jenis jagung yang rentan (Karen dan Ruhl, 2007). Jamur menyebar dengan konidia melalui infeksi pada stomata dan lentisel. Perkembangan jamur sangat baik pada keadaan lembab, curah hujan tinggi, dan pemupukan N yang berat. Spora disebarkan oleh angin pada cuaca kering. Konidium berkecambah paling baik pada suhu 30 o C (Pracaya, 1999). Daun yang telah terinfeksi menjadi bergaris-garis putih sampai kekuningan. Pada tingkat akhir warna daun menjadi kecoklatan dan kering. Pertumbuhan menjadi terhambat, bila yang terserang tanaman jagung yang baru saja tumbuh pada umur 2-3 minggu setelah tanam biasanya daun menjadi berwarna putih. Kalau umur tanaman sudah 3-5 minggu daun akan menguning dan yang baru muncul akan menjadi kaku dan kering. Tanaman bisa menjadi

30 kerdil dan mati serta tidak bisa berbuah. Bagian bawah daun kelihatan ada tepung putih yang berasal dari sisa konidia dan konidiofor. Bila umur tanaman sudah kira-kira satu bulan, walaupun sudah diserang oleh jamur, namun masih bisa tumbuh dan berbuah, hanya tongkolnya tidak bisa besar, kelobot tidak membungkus secara penuh pada tongkol. Ujung tongkol masih kelihatan, kadangkadang bijinya tak penuh atau ompong (Pracaya, 1999). Penyakit bulai pada jagung terutama terdapat di dataran rendah dan jarang terdapat di daerah-daerah yang lebih tinggi dari 900-1200 m dari permukaan laut. Penyakit ini lebih banyak terdapat pada daerah yang ditanam pada musim hujan dengan curah hujan lebih dari 100 mm/tahun. Infeksi hanya terjadi kalau ada air, baik air embun, air hujan atau air gutasi. Infeksi juga ditentukan oleh umur tanaman dan umur daun yang terinfeksi. Tanaman yang berumur lebih dari 3 minggu cukup tahan terhadap infeksi dan makin muda tanaman makin rentan (Pangarasa dan Rahmawati, 2007). Gambar 6. Gejala serangan P. maydis Sumber : Warisno (2007)

31 Pengendalian yang dapat dilakukan terhadap penyakit bulai pada jagung adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan varietas tahan terhadap penyakit ini seperti Kalingga, Wijasa, Bromo, Parikesit, dan jagung hibrida. 2. Bila musim hujan datang, udara lembab, dan serangan bulai banyak maka tanaman yang terserang segera dicabut 3. Melakukan rotasi tanaman, dimaksudkan untuk memutus siklus hidup penyakit 4. Pengobatan benih dengan menggunakan Ridomil 35 SD atau Saromyl 35 SD, untuk pertanaman digunakan Ridomil Gold 350 EC 5. Pemupukan bersamaan saat tanam juga dapat membantu mencegah serangan penyakit. Tanaman akan tumbuh sehat dan kokoh sehingga mempunyai kekuatan untuk menangkal penyakit (Semangun, 1993). 4. Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghi Schw.) Sistematika jamur Puccinia sorghi Schw. menurut Dwidjoseputro (1978) dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisio Class Ordo Family Genus Species : Myceteae : Eumycota : Basidiomycetes : Uredinales : Pucciniaceae : Puccinia : Puccinia sorghi Schw.

32 Urediospora berbentuk bulat atau jorong, 24-29 μm x 22-29 µm, berdinding coklat kemerahan, berduri-duri halus. Teliospora jorong, berbentuk tabung atau gada. Aesiospora bulat atau jorong, bergaris tengah 12-24 µm, berdinding hialin (Semangun, 1993). a b Gambar 7. P. sorghi Schw., a : urediospora, b : teliospora Sumber : Shurtleff (1980) P. sorghi membentuk urediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadangkadang epidermis tetap menutupi ureidiosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk banyak ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit karat menyebabkan mengeringnya bagian-bagian daun (Pangasara dan Rahmawati, 2007). Jamur karat tidak dapat hidup sebagai saprofit, sehingga tidak mempertahankan diri pada sisa-sisa tanaman jagung. P. sorghi mempertahankan diri pada tanaman jagung yang hidup dan dipencarkan oleh urediospora yang

33 dibantu oleh tiupan angin dan tetap dapat hidup karena sporanya kering dan mempunyai dinding yang cukup tebal (Semangun, 1993). Penyakit dapat berkembang pada suhu 16 o C-23 o C. Urediospora terdapat di udara paling banyak pada waktu siang, tengah hari, dan setelah tengah hari. Infeksi terjadi melalui mulut kulit, yang umumnya dengan pembentukan apresorium (Semangun, 1993). P. sorghi membentuk urediosorus bulat atau jorong. Di lapangan kadangkadang epidermis tetap menutupi ureidiosorus sampai matang. Tetapi ada kalanya epidermis pecah dan massa spora dalam jumlah besar menjadi tampak. Setelah terbuka ureidiosorus berwarna jingga atau jingga tua. Jamur membentuk banyak ureidiospora pada daun dan kadang-kadang juga pada upih daun. Karena adanya sorus ini permukaan atas daun menjadi kasar. Pada tingkatan yang jauh penyakit karat menyebabkan mengeringnya bagian-bagian daun (Pangasara dan Rahmawati, 2007). Tanaman jagung yang terserang jamur ini memperlihatkan gejala bercak kuning kemerahan (seperti karat) pada daun, bunga, dan kelobot buah. Jika serangan berat maka tanaman dapat mengalami kematian (Tjahjadi, 2005).

34 Gambar 8. Gejala serangan Puccinia sorghi Sumber :Warisno (2007) Pengendalian penyakit karat daun dapat dilakukan dengan mengatur kelembaban pada areal tanam, menanam varietas unggul atau varietas tahan terhadap penyakit, melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung, secara kimiawi dengan menggunakan pestisida seperti Daconil 75 WP, Difolatan 4 (Pangasara dan Rahmawati, 2007). Pengaruh Pemberian Pupuk N Terhadap Tanaman Jagung Tanaman jagung agar bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal, maka perlu diberi pupuk secukupnya. Manfaat pupuk unsur Nitrogen (N) untuk tanaman jagung ini adalah : a. Unsur hara N merupakan faktor yang menentukan dalam usaha peningkatan produksi b. Tanaman jagung yang masih muda lebih banyak menyerap N dalam bentuk amonium dan setelah tua menyerap nitrat c. Unsur hara N diperlukan dari mulai tanaman muda sampai tanaman tua d. Untuk jagung hibrida pupuk N yang dianjurkan adalah pupuk urea (Warisno, 2007).

35 Nitrogen merupakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pertumbuhan atau pembentukan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti daun, batang, dan akar. Tetapi kalau terlalu banyak dapat menghambat pembungaan dan pembuahan bahkan mengundang hama dan penyakit (Sutejo, 1995). Kesehatan tanaman secara langsung berhubungan dengan serangan hama dan penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur hara akan mudah terserang hama dan penyakit, sebaliknya pemupukan yang berlebihan juga akan memudahkan tanaman terserang hama dan penyakit. Pemberian pupuk yang berlebihan memberikan daya tarik bagi hama dan mendorong populasi hama berkembang lebih besar, pertumbuhan tanaman akan berlebihan tetapi rapuh terhadap serangan hama (Sutanto, 2002). Pupuk itu harus disesuaikan dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Pemupukan dengan pupuk N dilakukan 3 kali, yaitu yang pertama pada saat penanaman benih sebagai persediaan makanan di dalam tanah setelah berkecambah, yang kedua setelah tanaman kira-kira berumur 1 bulan dengan tujuan memacu pertumbuhan tanaman, dan yang ketiga dilakukan setelah tanaman berumur kira-kira 2 bulan, terutama ditujukan untuk pengisian biji (AAK, 2006). Tanaman jagung mengambil N sepanjang hidupnya. Karena nitrogen dalam tanah sudah tercuci, maka pemberian dengan cara bertahap sangat dianjurkan. Nitrogen diserap tanaman selama masa pertumbuhan sampai pematangan biji, sehingga tanaman ini menghendaki tersedianya N secara terus menerus pada semua stadia pertumbuhan sampai pembentukan biji (Patola, 2008).

36 Nitrogen diserap oleh tanaman sebagai NO3- dan NH4+ kemudian dimasukkan ke dalam semua gas amino dan Protein (Indrana, 1994). Ada juga bentuk pokok nitrogen dalam tanah mineral, yaitu nitrogen organik, bergabung dengan humus tanah ; nitrogen amonium dapat diikat oleh mineral lempung tertentu, dan amonium anorganik dapat larut dan senyawa nitrat. Nitrogen yang tersedia tidak dapat langsung digunakan, tetapi harus mengalami berbagai proses terlebih dahulu. Pada tanah yang immobilitasnya rendah nitrogen yang ditambahkan akan bereaksi dengan ph tanah yang mempengaruhi proses nitrogen. Begitu pula dengan proses denitrifikasi yang pada proses ini ketersediaan nitrogen tergantung dari mikroba tanah yang pada umumnya lebih menyukai senyawa dalam bentuk ion amonium daripada ion nitrat (Anonimus, 2009). Kekahatan atau defisiensi nitrogen menyebabkan proses pembelahan sel terhambat dan akibatnya menyusutkan pertumbuhan. Selain itu, kekahatan senyawa protein menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kelebihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Ini menyebabkan tanaman jagung yang kahat nitrogen tampak kecil, kering, tidak sukulen, dan sudut terhadap batang sangat runcing. Urea termasuk pupuk nitrogen yang higroskopis. Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Pada kelembaban 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dan udara. Oleh karena itu urea mudah larut dan mudah diserap oleh tanaman. Urea mudah larut dalam air dan jika diberikan ke tanah maka mudah berubah menjadi amoniak dan karbondioksida. Pemberian urea pada tanah bias

37 dilakukan 2-3 kali lebih efisien dengan dosis yang tidak terlalu tinggi karena jika demikian akan mengakibatkan daun akan terbakar (Anonimus, 2009).