BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat kadar kolesterol darah sangat sulit dikendalikan dan dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan jumlah penyandang diabetes cukup besar untuk tahun-tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pada pria dan 21,6% pada wanita (Zhu et al., 2011). Data tahun 2012 pada populasi

GASTROPATI HIPERTENSI PORTAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penderita DM di dunia diperkirakan berjumlah > 150 juta dan dalam 25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Jus Noni terhadap Jumlah Total Leukosit. kontrol mempunyai rata-rata 4,7x10 3 /mm 3, sedangkan pada kelompok

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis merupakan penyakit kulit yang penyebabnya sampai saat ini masih belum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Aterosklerosis merupakan penyakit akibat respon inflamasi kronis pada

BAB I PENDAHULUAN. Bawang putih (Allium sativum) adalah nama tanaman dari genus Allium

BAB I PENDAHULUAN. Cedera ginjal akut (Acute Kidney Injury / AKI) memiliki insidensi yang terus meningkat setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. proses penuaan dan meningkatkan kualitas hidup. Proses menjadi tua memang

BAB VI PEMBAHASAN. Pemberian asam lemak trans dosis 5 % dan 10 % selama 8 minggu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskular merupakan penyakit dengan angka kematian terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah satu gaya hidup masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi hiperglikemia pada saat masuk ke rumah. sakit sering dijumpai pada pasien dengan infark miokard

BAB V PEMBAHASAN. STZ merupakan bahan toksik yang dapat merusak sel ß pankreas secara langsung.

BAB 1 PENDAHULUAN. Merokok telah menjadi kebiasaan masyarakat dunia sejak ratusan tahun

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan timbulnya berbagai macam

PENDAHULUAN. Secara alamiah seluruh komponen tubuh setelah mencapai usia dewasa tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kontributor utama terjadinya aterosklerosis. Diabetes mellitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di seluruh dunia oleh World Health Organization (WHO) dengan

BAB I PENDAHULUAN. Hormon testosteron merupakan bagian penting dalam. kesehatan pria. Testosteron memiliki fungsi utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. dengan atau tanpa bahan tambahan (PP no 19, 2003).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bahkan dihentikan sama sekali dengan upaya-upaya mencegah faktor penyebab

BAB 2 KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. yang disebut arteri karotid kanan. Arteri karotid kanan merupakan cabang dari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik karbohidrat, yang

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. pilihan bagi masyarakat moderen karena lebih praktis dan bergengsi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dua puluh empat subyek penelitian ini dilakukan secara consecutive

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga pada 1972, di Indonesia

BAB 5 PEMBAHASAN. Telah dilakukan penelitian terhadap 100 penderita stroke iskemik fase akut,

BAB 5 ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dismutase Oral (SOD) terhadap kadar Glicated Albumin (GA) dan high sentitif c-

BAB 1 PENDAHULUAN. Data WHO (1995) mencatat bahwa di seluruh dunia terdapat 50 juta kematian tiap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan pembedahan ekstremitas bawah,dapat menimbulkan respons,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Nitric oxide (NO) adalah molekul radikal yang sangat reaktif, memainkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. membunuh serangga (Heller, 2010). Sebanyak dua juta ton pestisida telah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. reaksi imun berupa plak eritematosa, skuama berwarna putih keperakan berlapislapis,

BAB 6 PEMBAHASAN. darah, mereduksi kadar kolesterol, trigliserida, gula darah, menyeimbangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Merokok telah diketahui dapat menyebabkan gangguan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. jenis kanker yang mempunyai tingkat insidensi yang tinggi di dunia, dan kanker kolorektal) (Ancuceanu and Victoria, 2004).

BAB VI PEMBAHASAN. Analisis jumlah limfosit T CD4+ pada penelitian ini dijadikan baseline yang juga

I. PENDAHULUAN. Parasetamol merupakan obat antipiretik dan analgetik yang telah lama

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. respon terhadap stres adalah hippocampus. Hippocampus merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. utama morbiditas dan mortalitas ibu dan janin. The World Health

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronis yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini penyakit kardiovaskuler merupakan penyebab kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah terjadinya diskontinuitas kulit akibat trauma baik trauma

BAB I PENDAHULUAN. Sel Leydig merupakan sel berbentuk poligonal dan. berukuran besar, terletak di interstisial testis (Ross

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan, manusia amat tergantung kepada alam sekeliling. Yang

I. Pendahuluan. suatu gejala yang sebagian besar dipicu oleh adanya Coronary Heart. arteri koroner yang merupakan produk dari coronary artery disease

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penggunaan rokok sebagai konsumsi sehari-hari kian meningkat. Jumlah

BAB 5 PEMBAHASAN. penelitian terdiri atas pria sebanyak 21 (51,2%) dan wanita sebanyak 20

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. mengurangi kualitas dan angka harapan hidup. Menurut laporan status global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. orang pada tahun 2030 (Patel et al., 2012). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk persenyawaan dengan molekul lain seperti PbCl 4 dan PbBr 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

I. PENDAHULUAN. Roundup adalah herbisida yang menggunakan bahan aktif glifosat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. hanya dari segi medis namun juga psikososial, sedangkan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lunak dan tulang penyangga gigi dengan prevalensi dan intensitas yang masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK BUAH PARE

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular yang diakibatkan karena penyempitan pembuluh darah

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sebuah budaya sosial di seluruh dunia. 1 Data Survei Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan oksidatif dan injuri otot (Evans, 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergeser dari penyakit infeksi ke penyakit metabolik. Dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kebiasaan merokok berhubungan dengan peningkatan angka kesakitan dan kematian (Stirban et al., 2012). Merokok telah menjadi gaya hidup tidak sehat hampir di seluruh dunia (Sopori, 2002), yang menjadi perhatian kita saat ini adalah dari 1 juta orang perokok diperkirakan 500 ribu orang perokok akan meninggal lebih cepat. Studi epidemiologi memperkirakan 1 dari 3 orang perokok meninggal karena penyakit kardiovaskuler (Tonstad & Cowan, 2009; Rodella et al., 2010). Bahan utama dan berbahaya yang bersifat adiktif (Joukar et al., 2012) pada rokok sigaret adalah nikotin (Mao et al., 2012). Adanya paparan nikotin pada perokok diduga memainkan peran utama pada berbagai penyakit kardiovaskuler dan aterosklerosis dengan disfungsi endotel sebagai tanda awalnya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kemampuan nikotin menyebabkan penyakit aterosklerosis dengan menginduksi terjadinya inflamasi. Inflamasi berperan penting terhadap patogenesis aterosklerosis (Jialal et al., 2004; Balakumar et al., 2007; Chen et al., 2009; Tonstad & Cowan, 2009; Rodella et al., 2010; Stirban et al., 2012). Nikotin dapat memicu inflamasi karena mempunyai efek langsung pada neutrofil dan makrofag dengan mengaktifasi nicotinic acetylcholine receptor (nachr) yang terdapat pada sel-sel saraf maupun non saraf seperti monosit dan endotel. Di jaringan, monosit akan berdiferensiasi menjadi makrofag. nachr 1

2 pada makrofag yang teraktifasi kemudian akan mengaktifkan nuclear factor- κb (NF-κB). Selanjutnya aktifasi NF-κB pada makrofag menyebabkan proliferasi dan migrasi dari vascular smooth muscle cells (VSMC), produksi mediator inflamasi seperti cyclooxygenase 2 (COX-2), prostaglandin E2 (PGE2), tumor necrosis factor-α (TNF-α), interleukin-1 (IL-1β), inducible nitrit oxide synthase (inos) serta ekspresi molekul adhesi. Pelepasan sitokin-sitokin proinflamasi pada daerah inflamasi akan merangsang pembentukan C-reactive protein (CRP) oleh makrofag (Dajas-Balaidor et al., 2002). Diduga kuat CRP disintesis pada luka aterosklerosis (oleh sel otot polos dan makrofag), ginjal, saraf dan makrofag alveolar (Jialal et al., 2004). Menurut Mao et al. (2012) pemberian hexamethonium (non-selective nachr blocker) pada makrofag terbukti menghilangkan kemampuan nikotin menginduksi mrna CRP. Hal ini membuktikan bahwa nikotin menginduksi ekspresi CRP pada makrofag melalui nachr. Karena letak makrofag dalam plak aterosklerosis sehingga mempunyai kontribusi yang besar terhadap patologi aterosklerosis dalam hal ini CRP berperan dalam terjadinya aterogenesis (Mao et al., 2012; Li et al., 2012). CRP merupakan anggota keluarga pentraxin. Sintesis utamanya oleh sel hepatosit karena adanya pelepasan IL-1, IL-6, dan TNF-α. Sintesis CRP sangat cepat dimana meningkat selama 6-8 jam dan mencapai puncak sekitar 24-48 jam dengan waktu paruh dalam plasma 19 jam. Selanjutnya konsentrasi CRP akan menurun tajam bila inflamasi teratasi atau kerusakan jaringan mengalami perbaikan dan dalam waktu 24-48 jam telah kembali mencapai nilai normal. CRP berperan langsung dalam pembentukan dan perkembangan aterosklerosis (Ridker

3 et al., 2002). Menurut Wiliams et al. (2004) hal ini dapat dibuktikan dari jumlah mrna CRP pada plak aterosklerosis adalah 10.2- dan 7.2- lipatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan di pembuluh darah normal arteri dan hati. Selain sebagai penanda inflamasi sistemik, CRP merupakan faktor prediktor yang lebih kuat bila dibandingkan dengan low-density lipoprotein (LDL) terhadap terjadinya penyakit kardiovaskuler (Libby, 2001). Pengukuran konsentrasi CRP mempunyai nilai prognostik pada sindrom koroner akut (SKA), miokardial infark, penyakit arteri, stroke, penyakit arteri perifer, dan kematian mendadak (Jialal et al., 2004; Deanfield et al., 2005). Perokok dewasa menunjukkan secara signifikan tingginya konsentrasi CRP serum, dimana pada perokok berat konsentrasi CRP dua kali lebih tinggi dibandingkan yang bukan perokok. Berdasarkan Framingham risk score konsentrasi CRP < 1 mg/l adalah rendah, 1-3 mg/l sedang, dan > 3 mg/l beresiko tinggi terhadap penyakit kardiovaskuler (Jialal et al., 2004). Konsentrasi CRP secara signifikan tinggi pada pria dan wanita perokok dibandingkan yang bukan perokok. Pria yang bukan perokok konsentrasi CRP 1,0 mg/l sedangkan perokok 11,2 mg/l, demikian halnya dengan wanita bukan perokok 2,0 mg/l dan yang perokok 11,6 mg/l. Wanita dengan terapi hormon tidak dapat di observasi karena diduga dapat mempengaruhi perubahan dari konsentrasi CRP (Tonstad & Cowan, 2009). Nikotin mampu menginduksi ekspresi CRP di makrofag melalui nachr tergantung dari sinyal extracellular signal regulated kinase 1/2 (ERK1/2) dan p38 mitogen activated protein kinase (p38 MAPK) yang merupakan downstream

4 molecules dari nachr. Selain itu NF-κB yang merupakan faktor traskripsi utama pada respon inflamasi merupakan downstream molecules dari MAPK (Mao et al., 2012). CRP yang disintesis akan memicu peningkatan radikal bebas dalam tubuh (Jialal et al., 2004). Hal tersebut dikenal sebagai stres oksidatif yang merupakan suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan dalam hal ini jumlah radikal bebas lebih banyak dibandingkan antioksidan (Sies, 1997). Stres oksidatif dapat menyebabkan disfungsi endotel dengan cara menginaktifasi nitrit oksida (NO) secara langsung sehingga bioavailabilitas NO menurun. Hal ini diperankan anion superoksida (O - 2 ) yang merupakan salah satu jenis radikal bebas yang sangat reaktif yang berikatan langsung dengan NO membentuk peroksinitrit (Landmesser et al., 2003). Selain itu stres oksidatif menyebabkan oksidasi tetrahidropbiopterin (BH4) yang merupakan salah satu kofaktor pembentuk NO. Selanjutnya hal tersebut mengakibatkan endothelial nitric oxide synthase (enos) uncoupling sehingga ekspresi enos menurun dan produksi NO berkurang (Kuzkaya et al., 2003). Selain menyebabkan ekspresi enos menurun, stres oksidatif mengakibatkan kerusakan membran sel endotel melalui mekanisme pembentukan peroksidasi lipid (Behrendt & Ganz, 2002; Afanas ev, 2011). Produk akhir dari peroksidasi lipid dalam tubuh adalah malondialdehyde (MDA) yang merupakan senyawa dialdehid. Konsentrasi MDA yang tinggi menggambarkan adanya oksidasi membran sel yang dapat merusak membran sel tersebut (Böhm dan Pernov, 2007).

5 Pencegahan penyakit kardiovaskuler dimana disfungsi endotel sebagai tanda awalnya dapat dilakukan dengan pemberian antiinflamasi dan antioksidan. Pada penelitian sebelumnya digunakan golongan statin sebagai pengobatan (Barsante et al., 2005; Ionica et al., 2009). Pilihan lainnya adalah quercetin yang mempunyai efek antiinflamasi dan antioksidan. Quercetin merupakan flavonol yang paling banyak ditemukan di dalam buah dan sayuran seperti apel, teh hitam,dan bawang merah (Askari et al., 2012; Erlund, 2004). Quercetin menurut Oh et al. (2012) mempunyai efek antiaterosklerosis dan anti thrombosis karena kemampuannya sebagai antoksidan, antiplatelet, dan antiinflamasi. Cara kerja quercetin sebagai anti inflamasi dengan menghambat sinyalisasi NF-κB (Kleemann et al., 2011; Mahmoud et al., 2013) sehingga fosforilasi IκBα dan IκBβ berkurang. Hal ini dapat menurunkan faktor transkripsi NF-κB dan ekspresi sitokin secara signifikan sehingga mencegah peningkatan konsentrasi CRP (Mahmoud et al., 2013). Selain sebagai antiinflamasi, cara kerja quercetin sebagai antioksidan dengan menangkap reactive oxigen species (ROS) sebagai penyebab utama terjadinya stres oksidatif sehingga mencegah produksi NO menurun dan peningkatan konsentrasi MDA (Cos et al., 1998). Berdasarkan uraian tersebut di atas penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian quercetin terhadap konsentrasi CRP dan MDA pada tikus wistar jantan yang diinduksi nikotin secara subkutan. Dipilih jenis tikus (rat) karena mempunyai jalur metabolisme yang mirip manusia, serta karakteristik anatomi dan fisiologi yang serupa (Kacew & Festing, 1999).

6 I.2 Perumusan Masalah Pemberian quercetin dapat mencegah terjadinya inflamasi akibat induksi nikotin dengan menghambat aktifasi NF-κB, selain itu quercetin merupakan antioksidan kuat, sehingga masalah yang akan dipecahkan pada penelitian ini adalah : 1. Apakah konsentrasi CRP tikus wistar jantan yang diberi quercetin dan diinduksi nikotin lebih rendah daripada konsentrasi CRP tikus wistar jantan yang diinduksi nikotin tanpa pemberian quercetin? 2. Apakah konsentrasi MDA tikus wistar jantan yang diberi quercetin dan diinduksi nikotin lebih rendah daripada konsentrasi MDA tikus wistar jantan yang diinduksi nikotin tanpa pemberian quercetin? I.3. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengkaji pengaruh pemberian quercetin dalam mencegah terjadinya inflamasi dengan cara mencegah peningkatan konsentrasi CRP dan MDA pada tikus wistar jantan yang diinduksi nikotin. 2. Tujuan Khusus 1. Untuk mempelajari pengaruh pemberian quercetin terhadap konsentrasi CRP tikus wistar jantan yang diinduksi nikotin. 2. Untuk mempelajari pengaruh pemberian quercetin terhadap konsentrasi MDA tikus wistar jantan yang diinduksi nikotin.

7 I.4. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian nikotin terhadap konsentrasi CRP dan MDA telah banyak dilakukan. Demikian pula dengan penelitian pemberian quercetin sebagai antiinflamasi dan antioksidan, tetapi belum ada penelitian yang menghubungkan pengaruh pemberian quercetin terhadap konsentrasi CRP dan MDA setelah diinduksi nikotin. Adapun penelitian yang sudah dilakukan antara lain adalah: 1. Mao et al. (2012) membuktikan bahwa pemberian hexamethonium ( nonselective nachr blocker ) pada makrofag U937 terbukti menghilangkan kemampuan nikotin menginduksi CRP pada level mrna dan protein, dimana nikotin menginduksi ekspresi CRP pada makrofag melalui nachr. 2. Penelitian (Tonstad & Cowan, 2009) menyampaikan bahwa konsentrasi CRP secara signifikan tinggi pada pria dan wanita perokok dibandingkan dengan bukan perokok dimana pria bukan perokok level CRP 1,0 mg/l sedangkan perokok 11,2 mg/l begitupun juga halnya dengan wanita bukan perokok 2,0 mg/l dan yang perokok 11,6 mg/l. 3. Dajas et al. (2002) membuktikan bahwa nikotin mengaktifasi nachr di makrofag sehingga memperantarai proliferasi dan migrasi dari VCMC, produksi mediator inflamasi seperti COX-2, PGE2, TNF-α, IL-β dan inos, ekspresi molekul adesi, dan mengaktifasi NF-κB.

8 4. Menurut Williams et al. (2004) mrna CRP pada plak aterosklerosis adalah 10.2- dan 7.2- lipatan yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembuluh darah normal di arteri dan hati 5. Mahmoud et al. (2013) membuktikan bahwa quercetin merupakan anti inflamasi yang mempunyai efek untuk menghambat aktifasi sinyal NF-κB yang secara signifikan menurunkan konsentrasi CRP dan meningkatkan enos. 6. Joukar et al. (2012) membuktikan bahwa dengan pemberian nikotin menyebabkan peroksidasi lipid yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi MDA. Penelitian yang akan dilakukan ini untuk melihat efek pemberian quercetin sebagai pencegahan terjadinya disfungsi endotel pada tikus wistar jantan yang diinduksi nikotin dengan melakukan pengukuran terhadap konsentrasi CRP dan MDA. I.5. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Penelitian mengenai nikotin dan quercetin diharapkan dapat menambah wawasan masyarakat mengenai dampak buruk nikotin dan manfaat menggunakan quercetin. 2. Bagi Ilmu Pengetahuan Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendukung secara ilmiah bahwa dengan pemberian quercetin dapat mencegah peningkatan

9 konsentrasi CRP dan MDA setelah diinduksi nikotin sebagai pencegahan terhadap aterosklerosis.