1. PENDAHULUAN. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap. Supardi 1)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPIS PERMUKAAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN HARAPAN JAYA) KOTA PONTIANAK

Kata-kata kunci: Damaje Jalan Kuala Dua, rigid pavement, Metode PCI. 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN RAYA PADA LAPISAN PERMUKAAN

2.4.5 Tanah Dasar Lapisan Pondasi Bawah Bahu Kekuatan Beton Penentuan Besaran Rencana Umur R

STUDI PENANGANAN JALAN BERDASARKAN TINGKAT KERUSAKAN PERKERASAN JALAN (STUDI KASUS: JALAN KUALA DUA KABUPATEN KUBU RAYA)

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT Teguh Yuono. Abstrak

BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jalan raya merupakan prasaranan perhubungan untuk melewatkan lalu lintas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

ANALISA KONDISI KERUSAKAN JALAN PADA LAPISAN PERMUKAAN (STUDI KASUS : JALAN ADI SUCIPTO SUNGAI RAYA KUBU RAYA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENILAIAN KONDISI PERKERASAN PADA JALAN S.M. AMIN KOTA PEKANBARU DENGAN PERBANDINGAN METODE BINA MARGA DAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (PCI)

BAB I PENDAHULUAN. kendaraan, terutama pada saat melakukan pengereman dan berhenti. Kendaraan

PENENTUAN JENIS PEMELIHARAAN JALAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS: KECAMATAN JABUNG, KABUPATEN MALANG) Dian Agung 1 Saputro

I. PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, pendidikan, dan pekerjaan. Ketersediaan jalan adalah

EVALUASI KUAT TEKAN JALAN BETON YANG POLA PEMBANGUNANNYA DENGAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Teguh Yuono ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Permukaan tanah pada umumnya tidak mampu menahan beban kendaraan

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KERUSAKAN DAN PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN JALAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2003 (Studi Kasus: Jl. Raya Bojonegara Serdang KM 2)

Dosen, Diploma 4 Perancangan Jalan dan Jembatan, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe, Buketrata,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Perkembangan Teknologi Jalan Raya

Bab III Metodologi Penelitian

Tabel Tingkat Kerusakan Struktur Perkerasan Lentur

STUDI PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU JALAN BARU PADA PROYEK JALAN SURAMADU SISI MADURA

ANALISIS KERUSAKAN KONSTRUKSI JALAN ASPAL DI KOTA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX (STUDI KASUS : JALAN LETJEND HERTASNING)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. atau jalan rel atau jalan bagi pejalan kaki.(

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. kerusakan ruas Jalan Pulau Indah, Kupang dari STA 0+00 STA 0+800, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KERUSAKAN JALAN PROVINSI PADA RUAS NANGA PINOH SOKAN KABUPATEN MELAWI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. volume maupun berat muatan yang membebani jalan. Oleh karena perubahan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dijelaskan dalam bagan alir pada Gambar 4.1. Mulai. Studi Pustaka.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bahan khusus yang mempunyai kualitas yang lebih baik dan dapat

KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN FLEXIBLE PAVEMENT DAN RIGID PAVEMENT. Oleh : Dwi Sri Wiyanti

DENY MIFTAKUL A. J NIM. I

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi pustaka. Metode penelitian. Orientasi lapangan.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB III METODA PENELITIAN

DR. EVA RITA UNIVERSITAS BUNG HATTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KERUSAKAN PERKERASAN JALAN DITINJAU DARI DAYA DUKUNG TANAH DAN VOLUME LALU LINTAS

Kata Kunci : Jalan Raya, Kerusakan Jalan, Metode Pavement Condition Index (PCI).

BAB III METODOLOGI. Mulai. Persiapan. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan Data. Pengumpulan Data. 1. Kondisi Data Primer eksisting : jalan, meliputi :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

PERENCANAAN JALAN DENGAN PERKERASAN KAKU MENGGUNAKAN METODE ANALISA KOMPONEN BINA MARGA (STUDI KASUS : KABUPATEN LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

JENIS KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN LENTUR LOKASI CIRI CIRI PENYEBAB AKIBAT CARA PENANGANAN

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

LAPORAN PENINJAUAN PADA LINTAS SELATAN JAWA BARAT ( TANGGAL 22 S/D 24 JANUARI 2009 ) Daftar Isi

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Studi Pustaka. Metode Penelitian. Persiapan. Pengambilan Data

BAB I PENDAHULUAN. terjamin kekuatan dan ketebalannya sehingga tidak akan mengalami distress yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan tahap-tahap penelitian yang dapat dilihat pada Gambar 4.1.

IDENTIFIKASI KERUSAKAN JALAN BETON DITINJAU DARI JENIS KERUSAKANNYA IDENTIFICATION OF CONCRETE ROAD DAMAGE SEEN FROM THE DAMAGE TYPE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: Kerusakan Jalan, bangunan pelengkap, fasilitas pendukung.

BAB V ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. A. Data Survei. 1. Kelengkapan Infrastruktur Perlintasan Sebidang

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Tahap Penelitian. Tahapan analisis data dijelaskan dalam bagan alir seperti Gambar 4.1. Start.

Abstrak BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II PERKERASAN JALAN RAYA. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

ANALISA DESAIN OVERLAY DAN RAB RUAS JALAN PONCO - JATIROGO LINK 032, STA KM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB III LANDASAN TEORI. digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement Condition Index

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pertumbuhan penduduk berdampak pada. perkembangan wilayah permukiman dan industri di daerah perkotaan, maka

METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian dilakukan untuk mengetahui langkah-langkah yang harus

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu Penelitian yaitu pada jam-jam sibuk sekitar jam 06:00 sampai jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Peningkatan Ruas Jalan Ketapang Pasir Padi (KM PKP s/d KM PKP ) Di Kota Pangkalpinang Provinsi Kep.

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Perlintasan Sebidang

BAB IV METODE PENELITIAN

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN KAKU DENGAN METODE BINA MARGA 2013 DAN AASHTO 1993 (STUDI KASUS JALAN TOL SOLO NGAWI STA

ANALISIS KERUSAKAN JALAN BETON DI KAWASAN INDUSTRI KIMA MAKASSAR DENGAN METODE PAVEMENT CONDITION INDEX

Perencanaan Ulang Jalan Raya MERR II C Menggunakan Perkerasan Kaku STA Kota Surabaya Provinsi Jawa Timur

D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung II - 6

III. METODOLOGI PENELITIAN

melintang atau memanjang dan disebabkan oleh pergerakan plat beton dibawahnya) Kerusakan alur/bahu turun (lane / shoulder drop-off)...

Transkripsi:

EVALUASI KERUSAKAN JALAN PADA PERKERASAN RIGID DENGAN MENGGUNAKAN METODE BINA MARGA (STUDI KASUS RUAS JALAN SEI DURIAN RASAU JAYA km 21 + 700 S.D. km 24 + 700) Supardi 1) Abstrak Jalan Sei Durian Rasau Jaya merupakan salah satu jalan provinsi yang mempunyai fungsi sebagai penghubung antara Kabupaten Kubu Raya dengan kabupaten-kabupaten lainnya. Jalan ini memegang peranan penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi jenis kerusakan, mengidentifikasi tingkat kerusakan jalan dan memberikan alternatif perbaikan kerusakan jalan. Tempat penelitian pada ruas jalan Sei Durian Rasau Jaya dengan panjang jalan 3 km, jenis perkerasan kaku (rigid pavement), memiliki satu jalur lebar jalan 5 m. Metode penelitian Bina Marga. Jenis kerusakan yang terjadi terdiri dari 10 jenis, yaitu retak memanjang (200,8 m 2 ), retak melintang (65,76 m 2 ), punch-out (92,75 m 2 ), lubang (84 m 2 ), retak berkelok-kelok (19,25 m 2 ), retak diagonal (15,62 m 2 ), penurunan (20 m 2 ), retak bersilang pelat pecah (3 m 2 ), retak sudut (1,45 m 2 ), dan gompal (0,135 m 2 ). Total kerusakan seluas 502,765 m 2 atau 3,35% dari luas total 15000 m 2. Kerusakan paling dominan adalah retak memanjang 39,94%, punch-out 18,45%, lubang 16,71% dari total luas kerusakan. Perbaikan kerusakan dengan memperbaiki spot-spot kerusakan pada stasiun tertentu dan bersifat pemeliharaan jalan rutin atau dengan cara rehabilitasi (peningkatan mutu dan kualitas jalan). Kata-kata kunci: evaluasi kerusakan, perkerasan rigid, metode binamarga 1. PENDAHULUAN Ruas Jalan Sei Durian Rasau Jaya merupakan salah satu ruas jalan yang menghubungkan antara Kota Pontianak dan Rasau Jaya, yang menghubungkan Kabupaten Kubu Raya dengan Kabupaten Kayong Utara, dan daerah transmigrasi yang termasuk berkembang pesat. Sektor perkebunan, pertanian, dan perdagangan termasuk dalam salah satu sektor yang berkembang pesat. Salah satu pendukung majunya sektor tersebut adalah jalan yang menunjang. Jalan memiliki syarat umum yaitu dari segi konstruksi harus kuat, awet dan kedap air. Jika dilihat dari segi pelayanan, jalan harus rata, tidak licin, geometrik memadai dan ekonomis. Untuk itu, dibutuhkan suatu rancangan perkerasan yang mampu melayani beban berupa lalu lintas yang melewati perkerasan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengidentifikasi jenis kerusakan jalan. 2) Mengidentifikasi tingkat kerusakan jalan (ringan, sedang, maupun berat). 3) Memberikan rekomendasi untuk perbaikan kerusakan jalan berdasarkan tingkat dan jenis kerusakan yang terjadi. 1) Alumnus Prodi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura 129

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 JUNI 2013 Tabel 1. Perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku No Perkerasan lentur Perkerasan kaku 1 Bahan pengikat Aspal Semen 2 Repetisi beban Timbul rutting (lendutan pada jalur roda) Timbul retak-retak pada permukaan 3 Penurunan tanah Jalan bergelombang (mengikuti Bersifat sebagai balok di atas dua dasar tanah dasar) perletakan 4 Perubahan Modulus kekakuan berubah Modulus kekakuan tidak berubah temperatur Timbul tegangan dalam yang kecil Timbul tegangan dalam yang besar. 2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Hardiyatmo (2007), berdasarkan bahan pengikatnya, kontruksi perkerasan jalan dapat dibedakan atas: 1) Kontruksi perkerasan lentur (flexible pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasan bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. 2) Kontruksi perkerasan kaku (rigid pavement), yaitu perkerasan yang menggunakan semen (portland cement) sebagai bahan pengikat pelat beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan di atas tanah dasar dengan atau tanpa lapis fondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh pelat beton. 3) Kontruksi perkerasan komposit (composite pavement) yaitu perkerasan kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur di atas perkerasan kaku atau perkerasan kaku di atas perkerasan lentur. Perbedaan perkerasan lentur dan perkerasan kaku dapat dilihat pada Tabel 1 (Hardiyatmo, 2007). 2.1 Klasifikasi dan Kelas Jalan Menurut Ditjen Bina Marga (1970), jalan diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu Jalan Utama, Jalan Sekunder, dan Jalan Penghubung. Fungsi dan kelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. 2.2 Tipe-Tipe Kerusakan Perkerasan Kaku Menurut Hardiyatmo (2007), kerusakan perkersan kaku dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1) Deformasi (deformation), terdiri dari pemompaan, blow-up, penurunan, punch out, dan rocking. 2) Retak (cracks), terdiri dari retak memanjang, retak melintang, retak diagonal, retak berkelok, retak sudut, retak tekuk, retak susut, retak Tabel 2. Klasifikasi jalan Klasifikasi Lalu-lintas harian ratarata Fungsi (LHR) dalam smp Kelas Utama I > 20.000 II A 6000 20.000 Sekunder II B 1500 8000 II C < 2000 Penghubung III 130

Evaluasi Kerusakan Jalan pada Perkerasan Rigid dengan Menggunakan Metode Bina Marga (Studi Kasus Ruas Jalan Sei Durian Rasau Jaya km 21 + 700 s.d. km 24 + 700) (Supardi) bersilang pelat, telat terbagi, dan retak daya tahan. 3) Desintegrasi (disintegration), terdiri dari scaling, gompal, agregat licin, dan popount. Identifikai masalah Studi literatur Permasalahan Pengumpulan data 3. METODOLOGI Langkah-langkah penelitian yang ditempuh disajikan pada Gambar 1. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pada ruas jalan Sei Durian Rasau Jaya, mulai dari lewat pintu gerbang Rasau Jaya sampai jalan menuju Pelabuhan Rasau Jaya. 2. Ruas jalan sepanjang 3 km yang hanya memiliki satu jalur dan terbagi menjadi dua lajur, dengan lebar jalan 4,5 5 m. 3. Pengambilan data lapangan rencananya akan dilakukan kurang lebih 2 minggu. 3.2 Data Lapangan dan Alat Yang Digunakan Data dalam penelitian ini terdiri atas data primer (didapat langsung dari lapangan) dan data sekunder. Alat-alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian yaitu: 1) Meteran pita untuk mengukur panjang dan luas kerusakan serta panjang per segmen penelitian. Data sekunder Data primer 1. Peta wilayah 1. Geomtrik jalan 2. Jenis konstuksi 2. Volume lalu lintas 3. Peta jaringan jalan 3. Jenis dan tingkat 4. Data curah hujan kerusakan pada Analisis 1. Nilai kondisi jalan permukaan jalan 4. Data kondisi lingkungan 2. Rekomendasi pemeliharaan perbaikan jalan Kesimpulan Gambar 1. Bagan alir penelitian 2) Penggaris untuk mengukur kedalaman kerusakan alur lubang, amblas, dsb. 3) Form survei untuk data hasil survei penelitian kondisi jalan. 4) Cat semprot untuk menulis tiap satuan stasiun. 5) Kamera untuk mengambil foto dokumentasi. 6) Buku Manual Pemeliharaan Rutin Untuk Jalan Nasional dan Jalan 131

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 JUNI 2013 Tabel 3. Kondisi dan hasil pengukuran survei pemeliharaan rutin jalan Form 1 Provinsi : Tanggal survei : Cabang dinas : Cuaca : Nama ruas jalan : Status jalan : No STA (km) Kiri Posisi Kanan Kategori kerusakan Ukuran P L D A V J (m) (m) (m) (m 2 ) (m 3 ) (buah) Ket Provinsi. Contoh disajikan pada Tabel 3 (Ditjen Bina Marga, 1995). 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Geometrik, Klasifikasi Jalan, Kondisi Lingkungan, dan Volume Lalu lintas Kondisi geometrik, kondisi lingkungan, volume lalu lintas dan curah hujan adalah sebagai berikut: 1) Kondisi ruas jalan Sei Durian Rasau Jaya adalah jenis medan datar. Ruas jalan ini merupakan jalan satu jalur untuk dua arah dengan lebar perkerasan 5 m dan lebar bahu 0,5 1,5 m. 2) Jalan ini menghubungkan antara Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Kayong Utara dan daerah sekitarnya. Jalan ini juga diklasifikasikan pada Jaringan Jalan Strategis (JJS) atau Jalan Penghubung di mana jalan tersebut menghubungkan antara jalan-jalan dari golongan yang sama atau berlainan, dan jika dilihat dari fungsinya jalan ini termasuk jalan kelas III. 3) Kondisi lingkungan (faktor regional) adalah faktor setempat, menyangkut keadaan lapangan dan iklim, yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan dan daya dukung tanah. 4) Rata-rata jumlah kendaraan yang melewati jalan Sei Durian Rasau Jaya disajikan pada Tabel 4. 4.2 Analisis Data dan Tindakan Perbaikan Tabel 5 memperlihatkan total kerusakan yang terjadi sebesar 502,765 m 2 atau sebesar 3,35% dari luas total 15000 m 2 dengan rincian sebagai berikut: 1) Kerusakan retak memanjang (Gambar 2) yang terjadi sebesar 200,8 m 2 atau 39,94% dari luas total kerusakan (502,765 m 2 ), merupakan kerusakan yang paling dominan dibanding kerusakan lainnya dan terjadi hampir di sepanjang ruas jalan. Perbaikan untuk celah kecil kurang dari 5 mm dapat dilakukan dengan pengisian 132

Evaluasi Kerusakan Jalan pada Perkerasan Rigid dengan Menggunakan Metode Bina Marga (Studi Kasus Ruas Jalan Sei Durian Rasau Jaya km 21 + 700 s.d. km 24 + 700) (Supardi) Tabel 4. Jumlah rata-rata kendaraan per smp pada masing-masing pos dan masingmasing hari Hari Rata-rata kendaraan smp per jam Pos pengamatan Kendaraan Kendaraan Sepeda Total berat (HV) ringan (LV) motor (MC) kendaraan Sabtu 1 17 81 115 213 2 17 78 95 189 Minggu 1 11 45 91 146 2 11 43 93 147 Senin 1 16 58 121 196 2 16 59 110 185 Tabel 5. Persentase kerusakan terhadap luas total kerusakan No Kerusakanan Luas kerusakan Luas total semua kerusakan 1 Retak memanjang 200,8 m 2 39,94% 502,765 m 2 2 Retak melintang 65,76 m 2 13,08% 502,765 m 2 3 Punch out 92,75 m 2 18,45% 502,765 m 2 4 Lubang 84 m 2 16,71% 502,765 m 2 5 Retak bekelok-kelok 19,25 m 2 3,83% 502,765 m 2 6 Retak diagonal 15,62 m 2 3,11% 502,765 m 2 7 Penurunan 20 m 2 3,98% 502,765 m 2 8 Retak bersilang pelat pecah 3 m 2 0,60% 502,765 m 2 9 Retak sudut 1,45 m 2 0,29% 502,765 m 2 10 Gompal 0,135 m 2 0,03% 502,765 m 2 Jumlah kerusakan 502,765 m 2 100,00% Gambar 2. Retak memanjang celah, sedangkan untuk celah lebih dari 5 mm dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal dan penambalan di seluruh kedalaman. 2) Kerusakan retak melintang (Gambar 3) yang terjadi sebesar 67,76 m 2 atau 13,08% dari luas total kerusakan (502,765 m 2 ). Kerusakan ini juga terjadi di beberapa STA dan mempengaruhi kualitas jalan tersebut. Perbaikan untuk celah kecil kurang dari 5 mm dapat dilakukan dengan pengisian celah, sedangkan untuk celah lebih dari 5 mm dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal dan penambalan di seluruh kedalaman. 133

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 JUNI 2013 Gambar 3. Retak melintang 3) Kerusakan punch out (Gambar 4) yang terjadi sebesar 92,75 m 2 atau 18,45% dari luas total kerusakan (502,765 m 2 ). Kerusakan ini juga terjadi pada STA tertentu pada ruas jalan dan mempengaruhi kualitas jalan tersebut. Penyebab kerusakan ialah pelat beton terlalu tipis dan pengecoran beton buruk. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi retakan dan penambalan di seluruh kedalaman pelat yang pecah. Gambar 5. Lubang m 2 ). Pada Tabel 5 dapat dilihat kerusakan ini terjadi di beberapa STA pada ruas jalan dan sangat mengganggu kelancaran aktivitas pengguna jalan. Untuk perbaikan sementara, dapat dilakukan perbaikan dengan menambal beton yang rusak. Untuk perbaikan permanen harus dilakukan penambalan keseluruhan. 5) Kerusakan retak berkelok-kelok (Gambar 6) yang terjadi sebesar 19,25 m 2 atau 3,83% dari luas total kerusakan (502,756 m 2 ). Kerusakan Gambar 4. Punch Out 4) Kerusakan lubang (Gambar 5) yang terjadi sebesar 84 m 2 atau 16,71% dari luas total kerusakan (502,756 Gambar 6. Retak berkelok-kelok 134

Evaluasi Kerusakan Jalan pada Perkerasan Rigid dengan Menggunakan Metode Bina Marga (Studi Kasus Ruas Jalan Sei Durian Rasau Jaya km 21 + 700 s.d. km 24 + 700) (Supardi) ini terjadi tidak di semua ruas jalan. Kerusakan ini, jika tidak ditangani akan berpotensi menjadi lubang dan dapat mengganggu pengguna jalan. Perbaikan untuk celah kecil kurang dari 5 mm dapat dilakukan dengan pengisian celah, sedangkan untuk celah lebih dari 5 mm dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal dan penambalan di seluruh kedalaman. 6) Kerusakan retak diagonal (Gambar 7) yang terjadi sebesar 15,62 m 2 atau 3,11% dari luas total kerusakan (502,756 m 2 ). Kerusakan ini terjadi di beberapa STA pada ruas jalan. Perbaikan untuk celah kecil kurang dari 5 mm dapat dilakukan dengan pengisian celah, sedangkan untuk celah 5 mm dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal dan penambalan di seluruh kedalaman. Gambar 8. Penurunan (502,756 m 2 ). Kerusakan ini sangat mengganggu kelancaran lalu lintas. Perbaikan untuk beda elevasi kurang dari 25 mm dapat diberikan lapisan perata dan pengisi retakan, dan jika beda elevasi lebih dari 25 mm maka perbaikan dilakukan dengan penambalan lapisan aspal (overlay). 8) Kerusakan retak bersilang (Gambar 9) berupa pelat pecah yang terjadi sebesar 3 m 2 atau 0,60% dari luas Gambar 7. Retak diagonal 7) Kerusakan penurunan (Gambar 8) yang terjadi sebesar 20 m 2 atau 3,98% dari luas total kerusakan Gambar 9. Pelat pecah 135

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 JUNI 2013 total kerusakan (502,756 m 2 ). Kerusakan ini sangat menggangu kelancaran lalu lintas. Perbaikan dapat dilakukan dengan pembangunan kembali pelat beton di area pecah secara lokal. Jika problemnya melebar maka dilakukan pembangunan kembali perkerasan dengan lapisan tambahan bias berupa aspal. 9) Kerusakan retak sudut (Gambar 10) yang terjadi sebesar 1,45 m 2 atau 0,29% dari luas total kerusakan (502,756 m 2 ). Retak sudut ini hanya terjadi di STA tertentu ruas jalan. Kerusakan ini dirasa tidak terlalu mengganggu kelancaran lalu lintas. Perbaikan dapat dilakukan dengan penambalan di seluruh kedalaman; pengisian retak dengan aspal untuk retakan yang melebihi 3 mm kemudian dibersihkan dan ditutup untuk mencegah infiltrasi air ke dalam perkerasan. Untuk celah yang lebar melebihi 5 mm dilakukan pembangunan kembali pelat secara lokal. 10) Kerusakan gompal (Gambar 11) yang terjadi sebesar 0,135 m 2 atau 0,03% dari luas total kerusakan (502,756 m 2 ). Kerusakan ini hanya terjadi di STA tertentu saja pada ruas jalan dan tidak terlalu signifkan. Perbaikan dapat dilakukan dengan penambalan untuk kedalaman kurang dari 50 mm dan jika lebih dari 50 mm dilakukan pelapisan tambahan tipis. Gambar 11. Gompal Kerusakan yang paling dominan terjadi adalah retak memanjang yang terjadi hampir di seluruh ruas jalan. Namun hal yang harus cepat ditanggulangi ialah kerusakan lubang dan punch out. Kerusakan ini harus cepat ditangani dengan cara menambal dengan mengkombinasikan spot-spot lubang dan overlay. Gambar 10. Retak sudut Tindakan perbaikan yang paling tepat adalah dengan cara kombinasi spot-spot lubang, punch out dan overlay pada STA tertentu. STA yang harus di-overlay 136

Evaluasi Kerusakan Jalan pada Perkerasan Rigid dengan Menggunakan Metode Bina Marga (Studi Kasus Ruas Jalan Sei Durian Rasau Jaya km 21 + 700 s.d. km 24 + 700) (Supardi) secepatnya adalah STA 00+300 s.d. STA 00+400, karena di STA tersebut mengalami kerusakan yang sangat parah. Jika dilihat dari hasil analisis data, kerusakan lubang-lubang perlu dilakukan penambalan (patching) serta dilapisi ulang (overlay) agar retakan-retakan serta keruskan-kerusakan lain yang terjadi di sepanjang jalan tersebut tertutupi oleh aspal hotmix. Sehingga dengan demikian, air tidak cepat meresap ke lapisan jalan yang menyebabkan semakin bertambahnya kerusakan yang terjadi. 5. PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dan analisis data maka dapat diambil kesimpulan yang bersifat terbatas sebagai berikut: a) Jenis pkerusakan yang terjadi ada sepuluh macam yang terdiri dari kerusakan retak memanjang (200,8 m 2 ), kerusakan retak melintang (65,76 m 2 ), kerusakan punch out (92,75 m 2 ), kerusakan lubang (84 m 2 ), kerusakan retak berkelok-kelok (19,25 m 2 ), kerusakan retak diagonal (15,62 m 2 ), kerusakan penurunan (20 m 2 ), kerusakan retak bersilang (pelat pecah) (3 m 2 ), kerusakan retak sudut (1,45 m 2 ), dan kerusakan gompal (0,135 m 2 ). b) Kerusakan yang terjadi didominasi oleh kerusakan retak memanjang sebesar 200,8 m² atau 39,94%, punch-out 92,75 m 2 atau 18,45%, kerusakan lubang 84 m 2 atau 16,71% dari total kerusakan 502,756 m². c) Perbaikan yang paling tepat adalah dengan cara kombinasi spot-spot lubang dan overlay pada stationstasion tertentu. 5.2 Saran Dari hasil penelitian ini, disarankan halhal sebagai berikut: a) Jika kerusakan-kerusakan yang terjadi di lapangan akan dilakukan perbaikan, hendaknyan terlebih dahulu dilakukan observasi langsung di lapangan oleh pihak terkait, agar perbaikan yang dilakukan sesuai dengan kondisi kerusakan yang terjadi, sehingga perbaikan yang dilakukan akan lebih efektif dan efisien. b) Melihat kondisi drainase yang kurang berfungsi dengan baik bahkan sebagian besar drainase tidak berfungsi, maka sebelum melakukan perbaikan jalan perlu dilakukan normalisasi saluran drainase. Drainase yang rusak segera diperbaiki agar tidak terjadi genangan air pada badan jalan. c) Perlu diadakannya pengawasan terhadap kapasitas muatan kendaraan yang melewati jalan tersebut, sehingga kendaraan-kendaraan yang muatannya melebihi kapasitas kemampuan jalan tersebut dapat tekontrol. Oleh sebab itu, perlu menyediakan jembatan timbang, atau jika dana memungkinkan dilakukan peningkatan perkerasan jalan dengan kapasitas yang lebih besar. 137

JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN / VOLUME 13 NOMOR 1 JUNI 2013 Daftar Pustaka Direktorat Jenderal Bina Marga. 1970. Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Raya, No. 13/1970. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Direktorat Jenderal Bina Marga. 1995. Manual Pemeliharaan Rutin Untuk Jalan Nasional dan Propinsi, No: 001/T/Bt/1995 Jilid I. Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. Hardiyatmo, Hary Christady. 2007. Pemeliharaan Jalan Raya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 138