Social/Network Power:

dokumen-dokumen yang mirip
PSIKOLOGI KEPEMIMPINAN

Beberapa pandangan tentang pengertian Kekuasaan :

KEKUASAAN DAN PENGARUH IKA RUHANA

SOCIAL CAPITAL. The important thing is not what you know, but who you know

BAB 10 KEKUASAAN DAN POLITIK

KEKUASAAN,POLITIK, & KEPEMIMPINAN

BAB I. Pendahuluan. Pada jaman yang semakin maju ini, globalisasi dan persaingan yang semakin

MODUL PERKULIAHAN ORGANIZATION THEORY AND DESIGN POKOK BAHASAN : Manajemen Konflik. Tatap Muka Prof. Dr. Ir. Hapzi Ali, MM, CMA.

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) TATAP MUKA KE : 1 s.d 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Modal sosial atau social capital merupakan satu terminologi baru yang

Kepemimpinan, Kekuasaaan & Wewenang

TI-3252: Perancangan Organisasi PENDEKATAN POWER

G. Kegiatan Pembelajaran z

PENGAMBILAN KEPUTUSAN, KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM ORGANISASI IKA RUHANA

BAB VII KEPEMIMPINAN,PENGARUH, DAN KOMUNIKASI DALAM BISNIS

BAB 10 KELOMPOK DAN TIM

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TEORI-TEORI KOMUNIKASI ORGANISASI

PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) MATA KULIAH MANAJEMEN OLAHRAGA

Oleh : SUGIYARTA, SH NIM : P NIRM :

KEPEMIMPINAN. Kekuasaan dan Pengaruh. Kelompok 5

6/8/2010 CULTURE 2 TIPE POWER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI) UIN AR RANIRY

KEPEMIMPINAN PENGARUH KOMUNIKASI DALAM BISNIS PERTEMUAN KEENAM

TEORI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA MEMBANTU PEMIMPIN TRANSAKSIONAL MEMIMPIN SUMBERDAYA MANUSIA MELALUI PROSES PERTUKARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ORIENTASI KONSEP PO YUDHA PRAKASA, S.AB, M.AB L/O/G/O

ASUMSI DAN PROSES KONFLIK

Realizing Business Benefits Through CRM : Hitting the Right Target in the Right Way

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

II. TINJAUAN PUSTAKA Modal Sosial

PROGRAM RINTISAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN DAN PEREKONOMIAN KAWASAN BERBASIS IPTEK (KIMBIS) DI LAMONGAN

KONFLIK DAN NEGOSIASI

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Pemilihan

PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

Persoalan Ekonomi dan Sosiologi

Kekuasaan dan Wewenang. Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR PERANCANGAN PERILAKU ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan terdapat orang-orang yang dapat berkomunikasi satu sama

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

Materi 10 Organizing/Pengorganisasian: Manajemen Team

MODAL SOSIAL PADA PENGUATAN KELEMBAGAAN KELOMPOK AFINITAS (Studi Kasus Program Aksi Desa Mandiri Pangan) Sofyan Nurdin K., Sitti Nurani S.

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

PEMBANGUNAN & PERUBAHAN SOSIAL. Modal Sosial (Social Capital)

KEKUASAAN DAN DISTRIBUSI WEWENANG DOSEN : DIANA MA RIFAH

Karyawan Manusia. Material Needs. Social Needs. Makhluk Sosial KELOMPOK FORMAL KELOMPOK INFORMAL. Kinerja Organisasi

ORGANIZATIONS 8 th. th edition

SATUAN ACARA PERKULIAHAN FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA MATA KULIAH : PSIKOLOGI MANAJEMEN KODE MATAKULIAH / SKS = IT / 2 SKS

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, aktivitas perekonomian dan teknologi secara terus menerus

Interpersonal Skills Communications

BAB 8 KEPEMIMPINAN (LEADERSHIP)

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEWENANGAN MANAJER PADA CV SINAR PUTRA MAHKOTA DI PONTIANAK

BAB VII. Kepemimpinan Wirausaha

Kekuasaan, Wewenang dan Pengaruh

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS EKONOMI

KONSEP MODUL DAN METODE PEMBELAJARAN STEPHEN P. ROBBINS, RISET EKSPERIMEN MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI. Arrizal

MODEL PERILAKU ORGANISASI

POWER AND POLITICS. Presented by : M Anang Firmansyah

BAB II BAHAN RUJUKAN

Negosiasi Bisnis. Minggu-11: Hubungan Dalam Negosiasi. By: Dra. Ai Lili Yuliati, MM, Mobail: ,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

5/2/2012 pmb/nts/tiuajm

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu agenda penting dan strategis dari sekian

KEPUASAN KERJA. Tugas Mata Kuliah Perilaku Organisasi. DISUSUN OLEH : 1. Ulfa Qorrirotun Nafis ( ) 2. Dede Hidayat ( )

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

KESEIMBANGAN KEKUASAAN DAN PENGARUH DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ORGANISASI

ORGANIZATIONAL BEHAVIOR S T E P H E N P. R O B B I N S

3. Kekuasaan 3.1. Sumber Kekuasaan 3.2. Panduan Penggunaan Kekuasaan 3.3. Taktik Kekuasaan

PERANAN KEKUASAAN DAN POLITIK DALAM PRAKTIK PENGEMBANGAN ORGANISASI. Edduar Hendri *) ABSTRAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. disekelilingnya. Ini merupakan salah satu pertanda bahwa manusia itu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Perilaku Organisasi (Organizational Behavior)

BAB IV ANALISIS DATA

Pelaksanaan Program Kesehatan. Muhammad Anwar, SKM, MPH

HUBUNGAN SUMBER-SUMBER KEKUATAN KEPALA SEKOLAH DENGAN KEPUASAN KERJA GURU

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SELF ATRIBUT PADA MAHASISWA S1 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN SARAH F FATHONI ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individual sendiri tetapi juga mencakup perilaku ekonomi yang lebih luas, seperti

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. LANDASAN TEORI. menentukan karena tidak hanya memperhatikan satu faktor saja, tapi seluruh

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Perilaku Organisasi (Organizational Behavior) Pertemuan ke-5 (UAS)

KAJIAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN DI DUNIA PENDIDIKAN MAHIDIN

BAB 1 PENDAHULUAN. dimiliki, dengan demikian karyawan menjadi aset penting bagi perusahaan. Rasa suka rela

Interpersonal Communication Skill

Perkembangan Ilmu Perilaku Organisasi a.posisi ilmu perilaku organisasi dalam kajian organisasi secara umum b. Peranan dan kontribusi ilmu perilaku

School of Communication Inspiring Creative Innovation. Pengembangan Kepemimpinan Pertemuan 6 SM III

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU ORGANISASI MODUL 01

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BUDAYA ORGANISASI SEKOLAH. Nyak Amir 1. Abstrak

PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN

Transkripsi:

Social/Network Power: Applying Social Capital Concept to Individual Behavior in the Organizational Context Imam Salehudin, SE. Department of Management Faculty of Economics University of Indonesia Social/Network Power merupakan pengembangan atas konsep Social Capital pada konteks perilaku individu. merupakan kekuasaan yang berasal dari akses individu terhadap basis kekuasaan yang sudah ada, baik formal maupun personal. Social/Network Power dapat lebih kuat menjelaskan pola perilaku individu pada konteks masyarakat timur yang lebih kolektif dan kekeluargaan dibandingkan dengan konsepkonsep kekuasaan yang sudah ada yang lebih mencerminkan konseks perilaku dan nilai budaya masyarakat barat yang lebih individualistis. Kata Kunci: Kekuasaan, Social Capital, Perilaku Individu Jenis dan Sumber Kekuasaan Kekuasaan merupakan salah satu konsep yang tidak dapat dipisahkan dari perilaku individu, khususnya dalam konteks organisasi. Pemimpin yang efektif harus dapat memahami sumbersumber kekuasaan dan taktik taktik penggunaannya dengan baik. Bisa dikatakan bahwa kekuasaan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan. Max Weber dalam bukunya yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris pada tahun 1962, Basic Concepts in Sociology, mendefinisikan kekuasaan sebagai peluang yang terjadi dalam suatu hubungan sosial, yang memungkinkan seseorang mendapatkan apa yang ia inginkan walaupun terdapat resistensi. Sementara, definisi kekuasaan yang sering digunakan pada ilmu politik adalah sebagai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain, baik dengan maupun tanpa adanya resistensi. Sejalan dengan definisi diatas, Stephen Robbins (2007) dalam bukunya Organizational Behavior memberikan definisi power atau kekuasaan sebagai kapasitas yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar bertingkah laku sesuai apa yang ia kehendaki. Robbins (2007) juga memaparkan klasifikasi kekuasaan dari French and Raven (1959) berdasarkan sumbernya, yaitu kekuasaan formal dan personal. Kekuasaan formal merupakan kekuasaan yang berasal dari posisi formal individu

pada suatu organisasi. Kekuasaan formal dapat bersumber dari kemampuan individu untuk memaksa menggunakan ancaman hukuman (coercive power), mengiming imingi imbalan (reward power), ataupun dari wewenang resmi yang ia miliki (legitimate power). Sementara, kekuasaan personal merupakan kekuasaan yang muncul dari karakteristik unik individu. Kekuasaan personal ini dapat bersumber dari keahlian tertentu yang ia miliki (expert power) atau dari karakteristik individu yang unik sehingga dapat membuat orang ingin mengikuti (referent power). Robbins menjelaskan bahwa kelima jenis kekuasaan ini (coercive, reward, legitimate, expert, dan referent) sama sama bersumber dari ketergantungan subjek (client) terhadap sumber daya yang dimiliki pemegang kekuasaan (patron). Semakin besar ketergantungan client terhadap sumber daya patron, maka semakin besar kekuasaan patron terhadap client. Seberapa besar ketergantungan ini didasarkan pada kepemilikan patron atas suatu sumber daya yang penting (important), langka (scarce) dan tidak ada gantinya (non substitutable). Konsep Social Capital Cornwell dan Cornwell (2008) merangkum beberapa hasil penelitian sebelumnya mengenai Social Capital (Burt 1992; Coleman 1988; Granovetter 1973; Lin 1999; Portes 1998) dan menyimpulkan secara sederhana bahwa inti Social Capital Theory atau Teori Modal Sosial adalah bahwa individu dapat mengakses sumber daya melalui hubungan mereka dengan orang lain. Modal sosial menyangkut struktur dan hubungan sosial yang memungkinkan individu mengakses sumber daya tertentu. Berbeda dengan sumber daya personal yang dimiliki sendiri oleh aktor individual dan digunakan sesuka mereka, penggunaan sumber daya sosial menyangkut hubungan interpersonal. Cornwell dan Cornwell (2008) merangkum sedikitnya tiga manfaat modal sosial pada tataran individu yang sudah teridentifikasi pada penelitian penelitian sebelumnya, yakni: (1) akses terhadap informasi, (2) kendali sosial, dan (3) dukungan dan solidaritas sosial (Coleman 1988; Sandefur and Laumann 1998). Modal sosial merupakan istilah yang sedang trendi di kalangan akademisi dan praktisi ilmu sosial. Penggunaan istilah ini muncul dari ilmu sosiologi pada tataran individu dan kemudian berkembang ke bidang ilmu lain dalam tataran yang lebih luas. Portes (2000) yang menelusuri penggunaan istilah ini, mengemukakan bahwa Bourdieu (1985) menggunakan konsep ini pertama kali untuk menjelaskan bahwa salah satu tujuan individu menjalin hubungan dengan individu lain adalah untuk memperoleh manfaat yang akan muncul dikemudian hari. Sementara Putnam (1993) mengembangkan konsep modal sosial individu menjadi modal sosial yang dimiliki oleh komunitas, masyarakat dan negara dengan aplikasi yang lebih luas.

Pengembangan aplikasi konsep ini dari tataran individu ke tataran yang lebih luas seringkali menimbulkan kerancuan antara penggunaan istilah pada satu tataran dengan tataran yang lain. Untuk menghindari kerancuan penggunaan istilah maka tulisan ini membatasi penggunaan istilah modal sosial pada tataran individual saja. Berdasarkan pembahasan diatas, jika semua kekuasaan bersumber pada ketergantungan pada suatu sumber daya, dan berdasar teori modal sosial seseorang dapat mengakses sumber daya melalui hubungan sosial yang ia miliki, maka berdasarkan logika saja dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang dapat mengakses basis kekuasaan orang lain melalui hubungan sosial ia miliki. dapat didefinisikan sebagai kekuasaan yang bersumber dari kemampuan seseorang mengakses basis basis kekuasaan yang lain melalui hubungan sosial yang ia miliki, terlepas dari apa sumber daya yang menjadi basis kekuasaan, baik kekuasaan formal maupun personal. menekankan bahwa sebagaimana seseorang yang memiliki modal sosial dapat mengakses sumber daya melalui hubungan mereka dengan orang lain, modal sosial dapat dirubah menjadi kekuasaan dengan mengakses basis kekuasaan orang lain melalui hubungan interpersonal. Lebih jauh lagi, modal sosial dirubah menjadi Social/Network Power melalui setidaknya tiga cara, antara lain: 1. Link to power holders (hubungan langsung dengan pemegang kekuasaan) Terlepas dari nilai benar salah, sudah terbukti dalam sejarah bagaimana orang orang yang tidak memiliki kekuasaan secara langsung, dapat memiliki dan menggunakan kekuasaan melalui hubungan interpersonal yang ia baik dengan orang orang yang memegang kekuasaan secara langsung. Orangorang ini bahkan tidak perlu melakukan tindakan eksplisit untuk menggunakan kekuasaan tersebut, karena hanya dengan keyakinan adanya hubungan yang baik antara dia dengan seorang patron, orangorang yang menjadi client dari patron tersebut akan menuruti orang tersebut sebagaimana mereka menuruti patron nya. 2. Relationship to future power holder (hubungan dengan individu yang akan memegang kekuasaan) Menjalin hubungan membutuhkan waktu. Sementara itu, untuk menjalin hubungan dengan individu, seringkali lebih sulit untuk dilakukan ketika patron sudah memiliki kekuasaan. Dalam situasi seperti itu, umumnya usaha yang diperlukan untuk menjalin hubungan akan lebih besar dan hubungan yang terjalin tidak memiliki stabilitas yang tinggi. Terutama dalam kasus pemegang kekuasaan formal dengan

waktu terbatas, seringkali tidak tersedia waktu yang cukup untuk menjalin hubungan yang kuat. Oleh karena itu, salah satu cara mengubah Social Capital menjadi Social/Network Power adalah dengan berinvestasi pada hubungan dengan individuindividu yang memiliki prospek untuk memegang kekuasaan sebelum individu tersebut memegang kekuasaan. Sejalan dengan prinsip high riskhigh return, investasi pada hubungan dengan calon patron yang memiliki tingkat ketidak pastian tinggi untuk memegang kekuasaan umumnya menghasilkan imbal modal sosial yang lebih tinggi karena patron tersebut akan merasakan ketergantungan yang lebih besar dibanding patron yang memiliki kepastian tinggi untuk memegang kekuasaan. Modal sosial yang lebih besar akan menghasilkan Social /Network Power yang lebih besar pula. 3. Shared membership in an exclusive social group with the power holder (keanggotaan dalam kelompok sosial eksklusif yang sama dengan pemegang kekuasaan) Sumber modal sosial tidak terbatas pada hubungan langsung antara individu, namun juga melalui adanya identifikasi dan asosiasi pada kelompok sosial eksklusif yang sama dengan pemegang kekuasaan, seperti: klub sosial, forum, penghobi, band, acara jamuan makan, dsb. Penekanan diberikan pada sifat eksklusif atas kelompok sosial tersebut, karena semakin sulit dan terbatas keanggotaan maka semakin besar asosiasi dan identifikasi yang dapat timbul antar anggotanya. Modal sosial yang diperoleh dari keanggotaan ini mungkin tidak sekuat modal sosial yang diperoleh dari hubungan yang langsung, namun bisa menjadi salah satu sumber untuk memperoleh modal sosial pada jumlah patron yang lebih banyak. Aplikasi Social/Network Power dalam Konteks Perilaku dan Budaya Timur Konsep Social/Network ini dapat menjadi sangat kuat dalam menjelaskan perilaku individu, khususnya yang menyangkut politik dan penggunaan kekuasaan baik didalam maupun diluar organisasi. Dalam aplikasinya, penggunaan kekuasaan ini sangat mungkin untuk menimbulkan benturan dengan norma dan etika formal yang ada. Namun demikian, dalam situasi dimana aturan dan etika formal tidak mengikat, aplikasi konsep ini tidak bertentangan dengan nilai nilai adat timur yang menekankan nilai kekeluargaan dan pentingnya hubungan jangka panjang. Oleh karena itu, tidak jarang seseorang yang memegang kekuasaan, baik formal maupun personal, bersedia memberikan akses pada basis kekuasaan yang ia miliki kepada individu yang memiliki hubungan yang baik dengannya, terlebih lagi jika hubungan tersebut melibatkan adanya perasaan balas budi yang dimiliki pemegang

kekuasaan terhadap individu yang meminta akses tersebut. Sebagai penutup, perlu ditekankan bahwa kekuasaan merupakan alat yang netral. Kekuasaan menjadi positif jika digunakan oleh orang yang benar dengan tujuan yang baik, dan menjadi negatif jika digunakan oleh orang yang salah dengan tujuan yang buruk. Konsep Social/Network Power tidak dapat begitu saja diasosiasikan dengan perilaku negatif maupun positif, namun penggunaannya sebaiknya dilakukan dalam koridor norma dan etika yang berlaku. Robbins, S.P. dan Judge, T.A. (2007). Organizational Behavior. Upper Saddle River, N.J: Pearson Prentice Hall. Weber, M. (1962) Basic Concepts in Sociology. Translated by H. P. Secher. The Citadel Press. Diakses dalam bentuk html melalui: http://www.ne.jp/asahi/moriyuki/abuku ma/weber/method/basic/basic_concept_f rame.html Referensi Cornwell, E.Y dan Cornwell, B. (2008) Access to Expertise as a Form of Social Capital: An Examination of Raceand Class Based Disparities in Network Ties to Experts. Sociological Perspectives, Vol. 51, No. 4, pp. 853 876, ISSN 0731 1214, electronic ISSN 1533 8673. Portes, A. (2000) The Two Meanings of Social Capital. Sociological Forum, Vol. 15, No. 1 (Mar., 2000), pp. 1 12. Springer, Diakses melalui: http://www.jstor.org/stable/3070334 pada: 15 Februari 2009