BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada peningkatan usia harapan hidup di Indonesia. Lansia

PERBEDAAN AQUATIC EXERCISE THERAPY DAN SENAM AEROBIC LOW IMPACT DALAM MENINGKATKAN KESEIMBANGAN DINAMIS PADA LANSIA DI BANJAR DHARMA SANTI DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hukum 1%, yang menyatakan bahwa fungsi organ akan mengalami penurunan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Sampel Penelitian. usia minimal 60 tahun yang telah memenuhi kriteria inklusi dan

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

KATA PENGANTAR. menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul Perbedaan Antara Intervensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada keseimbangan gaya berdiri (center of gravitiy) dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya usia harapan hidup menyebabkan jumlah penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan. Pada tahun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. 9 Secara garis besar

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. tubuh baik pada kondisi diam maupun bergerak (Depkes,1996). Klasifikasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang kesehatan, dimana terdapat lima fenomena utama yang mempengaruhi

BAHASAN ADANYA GERAK FUNGSI DARI GERAK SISTEM GERAKAN TUBUH FUNGSIONAL LOKAL / KESELURUHAN 1. SISTEM OTOT, TULANG, SENDI : DASAR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan pada Tabel 5.1 di bawah. Tabel 5.1. Karakteristik Sampel

BAB I PENDAHULUAN. Selama masa awal anak-anak, seorang anak mengalami peningkatan yang

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/ mengganti diri dan. mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan fase bayi. Anak usia 4 6 tahun rata-rata penambahan

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

FISIKA TRAKSI. Eko Suhartono, M.Si. Biomekanika/ikun/2003 1

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk diamati karena dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, dan interaksi dengan lingkungan sehingga mengakibatkan anak-anak

BIOMEKANika olahraga. dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO. Biomekanika/ikun/2003 1

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

Latihan 1: untuk menyiapkan kondisi secara fisiologis maupun psikologis agar dapat melaksanakan latihan gerakan senam dengan baik dan benar

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB V HASIL PENELITIAN. Penelitian yang telah dilaksanakan di SMP N 11 Denpasar, selama enam

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I PENDAHULUAN. orang sakit (curative), tetapi kebijakan yang lebih ditekankan kearah

BAB I PENDAHULUAN. kontraksi otot, elastisitas dan fleksibilitas otot, serta kecepatan dan waktu

PERBANDINGAN KOMBINASI BERGANTIAN SENAM LANSIA DAN LATIHAN CORE STABILITY DENGAN HANYA SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KESEIMBANGAN STATIS LANSIA

PENINGKATAN KECEPATAN JALAN DAN KESEIMBANGAN USIA LANJUT MENGGUNAKAN MODEL AQUATIC EXERCISE DAN LAND EXERCISE THERAPY

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi muda yang memiliki potensi untuk. meneruskan cita-cita perjuangan bangsa yang sedang tumbuh dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. program pelatihan peningkatan agility pada periode April - Mei 2015.

SENAM TAI CHI LEBIH EFEKTIF MENINGKATKAN FLEKSIBILITAS DAN KESEIMBANGAN DARIPADA SENAM BUGAR LANSIA PADA LANSIA DI KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

I. DEFINISI. Keseimbangan terbagi atas dua kelompok, yaitu : 1) Keseimbangan statis:

BAB VI PEMBAHASAN. mahasiswa usia tahun dengan kurang aktivitas fisik. Mahasiswa usia tahun pada prodi D-IV Fisioterapi seluruhnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. bermata pencaharian di bidang pertanian. Sektor perkebunan merupakan salah

PENGARUH CORE STABILITY EXERCISE DAN ANKLE BALANCE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN STATIS

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah bagian dari proses tumbuh kembang yang

RUNNING SKILLS. Skill highlights

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pandega wreksa 10 Jalan Kaliurang 5,6 Yogyakarta, latihan bertempat di

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas dapat di definisikan sebagai kelebihan berat badan, yang dapat

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian. Tabel 5.1

BAB I PENDAHULUAN. dimiliki. Saat menghadapi persaingan kerja, penampilan juga merupakan salah

PENGARUH ANKLE STRATEGY EXERCISE TERHADAP KESEIMBANGAN POSTURAL PADA LANSIA DI UNIT PELAYANAN SOSIAL LANJUT SOSIAL WENING WARDOYO UNGARAN TAHUN 2016

BAB VI PEMBAHASAN. kelompok perlakuan, masing-masing kelompok berjumlah 30 orang.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan. Proses pertumbuhan dan berkembang dimulai sejak konsepsi

BAB III METODE PENELITIAN. - Tempat : Ruang Skill Lab Gedung E Fakultas Kedokteran. Universitas Diponegoro Semarang. bulan April Mei 2016.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan terjadinya perkembangan fisik motorik, kognitif, dan

DAFTAR ISI. Halaman LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAKSI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak 17 orang dari 25 orang populasi penderita Diabetes Melitus. darah pada penderita DM tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB V HASIL PENELITIAN. perlakuan masing-masing kelompok 1 dengan pelatihan berjalan dengan

Mempelajari Proses Produksi Dan Postur Kerja Operator Pada Pemindahan Karung Pupuk Urea Bersubsidi Di PT Pupuk Kujang

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek penelitian yang meliputi: usia, berat badan, dan tinggi badan responden. Hasil deskripsi karakteristik subjek penelitian disajikan dalam Tabel 5.1. Tabel 5.1 Karekteristik Subjek Penelitian Karakteristik subjek Kelompok I (n=15) Kelompok II (n=15) Mean±SD Mean±SD Umur (th) 64,33±3,519 64,33±3,331 Berat Badan (kg) 56,67±3,697 56,73±4,448 Tinggi Badan (cm) 158,13±2,295 157,93±3,674 IMT (kg/m 2 ) 22,64±1,05 22,72±1,30 Berdasarkan dari tabel 5.1 di atas, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan data pada nilai umur, berat badan, tinggi badan dan indeks massa tubuh pada masing-masing kelompok. 58

59 5.2 Deskripsi Keseimbangan Dinamis Terhadap Risiko Jatuh Risiko Jatuh Tinggi (>15 detik) Sedang (11 15 detik) Rendah (<11 detik) Tabel 5.2 Deskripsi Keseimbangan Dinamis Terhadap Risiko Jatuh Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan Kelompok I Kelompok II Kelompok I Kelompok II 20 % 86,7 % 0% 6,7 % 80 % 13,3 % 60 % 86,6 % 0% 0% 40 % 6,7 % Berdasarkan tabel 5.2, menunjukkan bahwa pada kelompok I nilai keseimbangan dinamis sebelum perlakuan yang masuk kategori sedang lebih banyak dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori tinggi. Kelompok II nilai keseimbangan dinamis sebelum perlakuan yang masuk kategori tinggi lebih banyak dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori sedang. Kelompok I nilai keseimbangan dinamis setelah perlakuan mengalami peningkatan yaitu tidak ada yang masuk dalam kategori tinggi dan kategori sedang lebih banyak dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori rendah. Kelompok II nilai keseimbangan dinamis setelah perlakuan mengalami peningkatan yang masuk kategori tinggi lebih sedikit dibandingkan dengan yang masuk dalam kategori sedang.

60 5.3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Tabel 5.3 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Keseimbangan Dinamis Normalitas (p) (detik) Kelompok I Kelompok II Homogenitas (p) Sebelum Perlakuan 0,286 0,897 0,200 Setelah Perlakuan 0,163 0,726 Selisih 0,337 0,183 Berdasarkan tabel 5.2, menunjukan bahwa pada uji normalitas (Shapiro- Wilk test) dan homogenitas (Levene s-test) semua nilai p>0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data-data tersebut dapat dinyatakan berdistribusi normal dan homogen sehingga uji beda yang digunakan adalah uji parametrik. 5.4 Pengaruh Aquatic Exercise Therapy dan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Keseimbangan Dinamis Tabel 5.4 Pengaruh Aquatic Exercise Therapy dan Senam Aerobic Low Impact Kelompok Perlakuan Terhadap Keseimbangan Dinamis Sebelum Setelah Selisih P* (Mean±SD) (Mean±SD) (Mean±SD) I 13,21±1,63 11,16±1,52 2,05±0,33 0,001 II 13,45±1,35 12,40±1,26 1,05±0,39 0,001 P** 0,667 0,022 Keterangan: * paired t-test ** independent t-test

61 Berdasarkan tabel 5.4, menunjukan hasil uji paired t-test kelompok I sebelum dan sesudah perlakuan didapat nilai p=0,001. Dari nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakukan aquatic exercise therapy pada lansia. Hal ini juga menunjukkan bahwa aquatic exercise therapy meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Pada kelompok perlakuan II menunjukkan hasil uji t sebelum dan sesudah perlakuan didapat nilai p=0,001. Nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dari keseimbangan dinamis sebelum dan sesudah perlakukan senam aerobic low impact pada lansia. Hal ini juga menunjukkan bahwa senam aerobic low impact meningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia. Berdasarkan tabel 5.4, menunjukkan bahwa hasil uji independent t-test pada data setelah perlakuan antara kelompok I dan kelompok II didapat nilai p=0,022. Maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara aquatic execise therapy dengan senam aerobic low impact terhadap keseimbangan dinamis. Dengan kata lain, hipotesis ke-3 dapat diterima yakni aquatic execise therapy lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam aerobic low impact pada lansia. Berdasarkan nilai selisih, menunjukkan bahwa pada aquatic execise therapy lebih besar perubahannya dibandingkan pada senam aerobic low impact. 5.5 Pembahasan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian dilakukan di dua tempat yaitu kolam renang Hotel Kelapa Gading sebagai tempat kelompok I dan Balai Banjar Dharma Santi Denpasar

62 sebagai tempat pelatihan kelompok II. Jumlah subjek pada masing-masing kelompok adalah 15 orang. Data karakteristik yang diambil dalam penelitian meliputi usia, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh. Kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan dalam lingkungan tempat tinggalnya dan tidak ada aktivitas berat yang dilakukan sehari-hari. 5.6 Pengaruh Aquatic Exercise Therapy Terhadap Keseimbangan Dinamis Berdasarkan analisis data sebelum dan setelah diberikan program latihan kelompok I pada tabel 5.4, menujukkan bahwa pemberian aquatic exercise therapy selama 12 kali menunjukkan peningkatkan keseimbangan dinamis pada lansia yang signifikan. Penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Lestianti (2012) yang berjudul Pengaruh Aquatic Exercise Therapy Terhadap Keseimbangan Statis Pada Lansia. Dalam penelitian tersebut meneliti peningkatan keseimbangan statisnya saja berbeda dengan penelitian ini yang meneliti penigkatan keseimbangan dinamis. Tetapi dosis latihan yang diberikan sama, yaitu dengan frekuensi selama 6 minggu. Gerakan pada latihan tersebut diambil dari buku Bates (1996) dan penambahan dari buku Brody (2009) serta dimodifikasi. Adapun penelitian lain yang dilakukan oleh Smulders (2005) menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan setelah diberikan aquatic exercise therapy dapat mengurangi resiko gangguan keseimbangan dan mencegah kejadian jatuh pada lansia. Aquatic exercise therapy juga memiliki efek positif untuk mencegah insiden jatuh pada lansia. Seseorang dapat bergerak bebas didalam air dalam lingkup gerak sendi yang luas karena air memberikan sanggaan terhadap tubuh

63 ketika masuk kedalam air, sehingga tidak terjatuh. Hasil uji t-test dari penilitian tertebut didapatkan nlai p=0,001 sama dengan penelitian ini karena gerakan dan dosis yang diberikan sama dengan penelitian ini. Aquatic exercise therapy dapat memanfaatkan lima prinsip fisik dari air yaitu buoyancy, hydrostatic pressure, fluid resistance, turbulence dan relative density. Saat melakukan latihan di dalam air, gaya apung (buoyancy) dapat digunakan untuk mengurangi pembebanan di dalam air serta memberikan efek rileksasi. Tekanan hidrostatis memberikan tahanan pada saat melakukan latihan di dalam air. Tahanan tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot, yaitu, otot-otot lengan, otot-otot tungkai dan yang terpenting adalah otot-otot postural. Otot-otot postural berfungsi untuk menjaga tubuh agak tetap tegak saat melakukan aktivitas. Bila otot-otot postural meningkat dapat meningkatkan respon perubahan posisi, gravitasi, titik tumpu, serta aligmen tubuh sehingga dapat mempertahankan keseimbangan (Wollam, 2009). Selain itu, prinsip fisik air yaitu fluid resistance mampu meningkatkan somatosensoris pada tubuh saat melakukan latihan di dalam air. Peningkatan somatosensori dapat membantu mempertahankan keseimbangan tubuh karena somatosensoris berfungsi sebagai pemberi informasi posisi tubuh dan perubahan gravitasi saat bergerak. Dalam penelitian ini, ada gerakan memutar tungkai, gerakan menyilang kaki dan berjalan di dalam air. Gerakan tersebut dapat meningkatkan gaya turbulence dalam air sehingga otot-otot tungkai dan otot-otot postural akan mendapat tahanan dari air yang akan mengganggu kestabilan tubuh. Otot-otot tungkai dan postural akan bekerja mempertahankan posisi tubuh agar

64 tetap tegak saat melakukan latihan di dalam air sehingga terjadi peningkatan keseimbangan pada tubuh. Oleh karena lingkungan air tidak selalu dalam kondisi yang stabil, orang itu harus mampu mengantisipasi terhadap gangguan yang akan muncul saat latihan. Hal ini melatih otot-otot postural agar dapat menjaga tubuh tetap stabil dan dapat dengan cepat mengantisipasi gangguan yang muncul. Dengan semakin cepat daya antisipasi seseorang, waktu reaksi akan semakin meningkat yang memberikan umpan balik pada keseimbangan tubuh saat bergerak sehingga kejadian jatuh pada lansia dapat berkurang (Henley, 2009). 5.7 Pengaruh Senam Aerobic Low Impact Terhadap Keseimbangan Dinamis Hasil analisis data sebelum dan setelah diberikan program latihan pada kelompok II pada tabel 5.4, menunjukkan bahwa senam aerobic low impact selama 12 kali mengalami peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia yang signifikan. Peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2004) yang berjudul Pengaruh Senam Lansia Terhadap Keseimbangan Pada Orang Lanjut Usia dalam penelitian tersebut para lansia mendapatkan porsi latihan yang sama dengan frekuensi selama 6 minggu. Adapun penelitian yang dilakukan Bertiyana (2012) yang berjudul Senam Aerobic Low Impact Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Lansia. Pada penelitian tersebut, keseimbangan dinamis setelah diberikan senam aerobic low impact meningkat 5% sedangkan pada penelitinan ini keseimbangan

65 dinamis meningkat 10%. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini banyak gerakan baru yang disesuaikan untuk meningkatkan keseimbangan dinamis. Peningkatan keseimbangan dinamis pada lansia yang diberikan senam aerobic low impact secara terprogram tidak lepas dari aktifnya otot-otot tubuh secara general. Pada lansia terjadi penurunan input sensoris, perlambatan respon motoris, serta keterbatasan kondisi muskuloskeletal (Salzman, 2010). Pada senam aerobic low impact otot-otot tubuh secara general akan dipacu untuk bergerak. Gerakan-gerakan yang terpola dan terprogram akan memberikan respon adaptif secara fisiologis pada sistem muskuloskeletal. Kemampuan otot besar yang baik akan meningkatkan respon otot-otot postural yang sinergis. Pada tungkai, gerakan dari senam aerobic low impact akan memperkuat kemampuan otot tungkai dalam mempertahankan keseimbangan. Menurut Scott (2013) kemampuan ankle strategy yang ditopang oleh otototot plantaris, gastrocnemius, grup quadriceps dan hamstring serta gluteal akan lebih optimal. Otot-otot tungkai yang baik akan mamapu menyangga tubuh bagian atas secara lebih sempurna sehingga keseimbangan lebih terjaga. Aktivasi dari otot hamstring dan otot-otot paraspinal mempertahankan sendi panggul dan sendi lutut dalam keadaan ekstensi (Shumway, 2007). Respon otot-otot postural tubuh yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postural. Beberapa kelompok otot baik pada tubuh bagian atas (kelompok otot abdomen dan back muscle) maupun bagian bawah (otot-otot tungkai) berfungsi mempertahankan

66 postur tubuh saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh terhadap base of support (Suhartono, 2005). Gerakan kepala yang terdapat pada senam aerobic low impact saat pemanasan dan inti latihan akan menstimulus sistem vestibular dan visual yang berperan sebagai faktor internal dalam keseimbangan. Gerakan yang bervariatif akan menjaga koordinasi mata dan respon visual. Respon visual akan memberikan informasi ke susunan sarat pusat tentang posisi tubuh terhadap kondisi lingkungan di sekitar dan antar bagian tubuh sehingga kesiagaan postural dengan lingkungan menjadi lebih baik. Sistem vestibular yang baik akan membantu tubuh dalam menjaga keseimbangan dan mengontrol kepala (Miller, 2009). 5.7 Perbandingan Aquatic Exercise Therapy dan Senam Aerobic Low Impact Terhadap Keseimbangan Dinamis Hasil analisis dilihat dari nilai keseimbangan dinamis setelah perlakuan pada kelompok I dan kelompok II pada tabel 5.4, menunjukkan bahwa aquatic exercise therapy lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam aerobic low impact pada lansia. Adapun penelitian yang dilakukan oleh Avelar (2009), menunjukkan bahwa Aquatic exercise lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada noaquatic exercise pada lansia dengan nilai p=0,001. Hal tersebut berbeda dengan penelitian ini dengan nilai p=0,022 dikarenakan penelitian tersebut dilakukan selama 8 minggu, pertemuan sebanyak 18 kali. Jadi semakin lama perlakuan diberikan, maka hasil keseimbangan dinamis akan semakin terlihat. Aquatic

67 exercise therapy dan senam aerobic low impact sangat berbeda, dapat dilihat dari stimulasi yang diberikan kepada tubuh sebagai berikut: 1. Visual-auditori Pada aquatic exercise therapy sangat mempengaruhi visual-auditori dibandingkan dengan senam aerobic low impact. Hal ini, dikarenakan saat melakukan latihan di air, suara dari gemuruh air akan mengganggu visualauditori sehingga berakibat pada ketidakstabilan tubuh. Tubuh akan merespon gangguan tersebut yang akan mempertahankan kestabilan agar menimbulkan keseimbangan secara otomatis (Devenruex, 2006) 2. Vestibular Senam aerobic low impact lebih baik dalam merangsang vestibular, karena dalam senam banyak terdapat gerakan-gerakan kepala daripada aquatic exercise therapy. Gerakan kepala tersebut terdapat pada bagian pemanasan, inti dan pendinginan. Gerakan kepala yang paling mempengaruhi keseimbangan adalah gerakan lateral fleksi dan gerakan rotasi. Gerakan lateral fleksi kepala akan mempengaruhi sistem vestibular yaitu utrikulus dan sakulus. Pergerakan linier seperti gerakan fleksi kepala akan merangsang makula dan menyebabkan membran otolithic untuk meluncur di atas makula arah gravitasi. Membran otolithic bergerak, stereosilia menekuk menyebabkan beberapa sel rambut untuk mendepolarisasi dan yang lain hiperpolarisasi. Posisi yang tepat dari kepala ditafsirkan oleh otak berdasarkan pola depolarisasi sel rambut. Perbedaan inersia antara stereosilia sel rambut dan membran otolithic mengarahkan ke

68 gaya geser yang menyebabkan stereosilia untuk menekuk ke arah akselerasi linear dan tubuh harus merespon secara tepat agar seimbang (Gananca, 2006). Gerakan rotasi pada senam aerobic low impact akan mempengaruhi semisirkular kanal oleh mekanisme sistem push-pull. Pergerakan rotasi kepala akan menyebabkan seluruh cairan keluar kanal dan selama gerakan rotasi maka terjadi pergerakan kupula dan rambut sensorik. Pergerakan silia menyebabkan exictation sel menuju kinocilium dan frekuensi perubahan kecepatan gerak rotasi yang ditransmisikan kinocilium akan menggerakan serabut saraf vestibular memberi input menuju ke saraf kranial. Sinyal yang dikirim ke saraf ini menyebabkan refleks vestibulo-okular yang akan memungkinkan mata untuk memperbaiki posisi pada objek bergerak. Gerakan baru akan dikirim ke retikular kemudian dikirim ke sumsum tulang belakang dan terjadi reaksi refleks cepat untuk kedua tungkai dan batang untuk mendapatkan kembali keseimbangan (Saladin, 2011). 3. Somatosensoris Somatosensori mendapat rangsangan dari aquatic exercise therapy dan senam aerobic low impact karena keduanya memiliki gerakan yang sama, yaitu gerakan pada posisi kaki rapat, kaki membuka-menutup, berjalan, berdiri, berdiri satu tungkai dan tungkai yang bersilangan. Gerakan pada posisi kaki rapat mengakibatkan base of support menjadi sempit. Sempitnya base of support akan meminimalisir kerja visual dan meningkatnya body sway. Minimalnya kerja visual akan mengakibatkan berkurangnya input vestibular sehingga mengakibatkan propioseptif bekerja

69 mempertahankan keseimbangan akibat adanya persepsi ketidakseimbangan. Respon keseimbangan akan muncul sebagai umpan balik adanya ketidakstabilan akibat BOS yang sempit. Respon umpan balik terjadi secara cepat dengan adanya aktifasi desenden dan tanggapan singkat atency refleks akibat adanya gerakan kompensasi mekanik pergelangan kaki menstabilkan otot dan mengubah informasi proprioseptif (Chang, 2009) Gerakan kaki terbuka mengakibatkan base of support menjadi bervariasi. Base of support yang bervariasi akan merangsang propioseptif untuk identifikasi posisi sendi. Identifikasi posisi sendi direspon tubuh sebagai informasi gerakan baru kemudian timbul umpan balik untuk mempertahankan posisi tetap seimbang. Pengulangan posisi dengan BOS yang besar akan diterima oleh otak dan COG untuk secara cepat memberikan umpan balik sehingga keseimbangan dapat dicapai secara otomatis (Streepey, 2007) Gerakan berdiri dan gerakan berdiri satu kaki terjadi masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon dan otot dari kulit di telapak kaki juga merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri statis maupun dinamis. Pengaturan posisi tubuh akan merangsang central processing yang berfungsi untuk memetakan lokasi titik gravitasi, menata respon sikap, serta mengorganisasikan respon dengan sensorimotor. Selain itu, efektor berfungsi sebagai perangkat biomekanik untuk merealisasikan respon yang telah terprogram sistem saraf pusat, yang terdiri dari unsur

70 lingkup gerak sendi, kekuatan otot, aligmen sikap, serta stamina (Suhartono, 2005). Gerakan persilangan akan mengkoordinasikan otak atas (korteks) dan batang otak kemudian ke pusat gerak dan pusat nerves cranialis yang akan aktivasi di serebelum sehingga merangsang vestibular system (Thomas, 2012). 4. Muskuloskeletal Muskuloskeletal adalah komponen terpenting dalam menjaga keseimbangan tubuh agar tidak mengalami jatuh. Dari kedua perlakuan yang diberikan dalam penelitian ini, keduanya berperan dalam meningkatkan kekuatan pada otot terutama pada otot-otot tungkai dan postural. Pada senam aerobic low impact terdapat gerakan-gerakan yang terpola dan terprogram akan memberikan respon adaptif secara fisiologis pada sistem muskuloskeletal. Kemampuan otot besar yang baik akan meningkatkan respon otot-otot postural yang sinergis. Pada tungkai, gerakan dari senam aerobic low impact akan memperkuat kemampuan otot tungkai dalam mempertahankan keseimbangan (Shumway, 2007). Sedangkan aquatic exercise therapy lebih memberikan tahanan terhadap otot-otot tungkai dan postural karena aquatic exercise therapy memiliki prinsip buoyancy dengan keuntungan saat melakukan latihan di dalam air, yaitu dukungan yang membantu meringankan gerakan di dalam air dan tahanan yang dapat meningkatkan kekuatan otot jika tubuh digerakan menjauhi permukaan air. Ketika melakukan latihan di dalam air, gerakan

71 akan dihambat oleh tekanan air sehingga otot akan berkontraksi lebih kuat untuk melawan dan mempertahankan posisi tubuh agar mencapai keadaan stabil (Kaneda, 2008). Prinsip air yang menjadi tahanan saat melakukan latihan di dalam air terutama prinsip turbulence yang menimbulkan efek dari pusaran air memberikan tahanan dan gangguan yang membuat kondisi tubuh di dalam air tidak stabil sehingga otot-otot postural dan otot-otot tungkai akan bekerja lebih kuat mempertahankan kestabilan dan keseimbangan tubuh (Resende, 2008). Selain itu, air juga memiliki gaya tahanan cairan yang tidak terdapat pada senam aerobic low impat karena dapat memberikan hambatan gerakan pada tubuh dari segala arah sedangkan bila latihan di darat hanya dari satu arah yang tergantung pada arah beban yang diberikan. Tahanan cairan juga memberikan efek kesadaran sensoris dan meningkatkan waktu reaksi gerakan pada tubuh. Hal ini akan memberikan umpan balik pada keseimbangan sehingga keseimbangan dapat terjadi secara optimal (Kaneda, 2008) Walaupun data statistik menunjukkan bahwa aquatic exercise therapy lebih meningkatkan keseimbangan dinamis daripada senam aerobic low impact pada lansia secara signifikan. Akan tetapi, nilai keseimbangan dinamis pada kedua kelompok bila dimasukan dalam klinis resiko jatuh, nilai keseimbangan dinamis pada lansia tetap dalam range resiko jatuh sedang, yaitu 11 15 detik. Maka, perlu adanya penelitian lanjutan dengan dosis pelatihan yang berbeda.