TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI.

dokumen-dokumen yang mirip
Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)

Reality Therapy. William Glasser

BAB II LANDASAN TEORI. Unconditional Self-Acceptance (USA). USA yang timbul dari penilaian individu

Psikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

NO. Hal yang diungkap Daftar Pertanyaan

PERSPEKTIF TERPADU: ALTERNATIF TERBAIK ATAS KONSELING KONVENSIONAL. Wening Cahyawulan 1 Arga Satrio Prabowo 2

Psikologi Konseling MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh 10

PENTINGNYA KUALITAS HUBUNGAN ANTAR PRIBADI KONSELOR DALAM KONSELING REALITAS. Abstrak :

Intervensi Kelompok (pengantar II) Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB II TEKNIK KONSELING DALAM TEORI GESTALT

BAB II LANDASAN TEORI. pada lingkungannya (Sunarto dan Hartono, 2008). Penyesuaian merupakan

PENGARUH KONSELING REALITA TERHADAP PEMBENTUKAN KEMANDIRIAN PADA SISWA SMPN 2 KURIPAN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB II LANDASAN TEORI

KKD 2063 Pembangunan Sahsiah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen kasus tunggal (singlecase

Konseling Kelompok. Pertemuan ke-13

BAB II TINJAUAN TEORETIS

ABSTRAK MENGENAL TERAPI REALITAS (REALITY THERAPY) Manusia adalah makhluk yang penuh dengan masalah. Tiada seorang pun hidup di dunia ini tanpa suatu

Mekanisme dan Taktik Bertahan ; Penolakan Realita Dalam Konseling Oleh : Sigit Sanyata

BAB I 1.1 Latar Belakang

1. Bab II Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

KONSELING REMAJA Putri Marlenny P, S.Psi, M.Psi, Psikolog Rumah Duta Revolusi Mental HP/WA :

TAHAP AKHIR SEBUAH KELOMPOK oleh: Dra.Ehan.M.Pd BAB I PENDAHULUAN

MENGATASI PERILAKU MEMBOLOS MELALUI PENDEKATAN KONSELING REALITA PADA SISWA KELAS VII Di MTS NU UNGARAN. Oleh M. Andi Setiawan, M.

Psikologi Konseling. Review Materi dan Praktikum. Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Edukasi Kesehatan Mental Intensif 15. Lampiran A. Informed consent (Persetujuan dalam keadaan sadar) yang digunakan dalam studi ini

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS. DITA RACHMAYANI, S.Psi., M.A dita.lecture.ub.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Teori Bimbingan dan Konseling Kelompok (Teori Realitas Kelompok)

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

KONSEP PERAWATAN KESEHATAN JIWA

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah lembaga formal tempat siswa menimba ilmu dalam

BAB IV ANALISIS DATA. A. Analisis Tentang Proses Konseling Keluarga Dalam Mengatasi Perilaku

SEKOLAH IDEAL. Oleh: Damar Kristianto

Group COUNSELING NANANG ERMA GUNAWAN

Modul intervensi merupakan tindak lanjut dari hasil assesment. Modul intervensi seyogyanya tailor made, rasional dan mampu laksana

Psikologi Konseling Konseling dengan Psikoterapi. Guidance

BAB I PENDAHULUAN. orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua pasangan dikarunia anak. merasa bangga dan bahagia ketika harapan tersebut

PENERAPAN PERSON CENTERED THERAPY DI SEKOLAH (EMPATHY, CONGRUENCE, UNCONDITIONAL POSITIVE REGARD) DALAM MANAJEMEN KELAS

THEORY AND PRACTICE OF COUNSELING AND PSYCHOTHERAPY (TEORI DAN PRAKTEK DARI KONSELING DAN PSIKOTERAPI) TERAPI ADLER

KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

Konsep Diri Rendah di SMP Khadijah Surabaya. baik di sekolah. Konseli mempunyai kebiasaan mengompol sejak kecil sampai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka

ANALISIS KECEMASAN MAHASISWA PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FKIP UNLAM BANJARMASIN DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER.

PRIBADI CARL ROGERS. Setelah mendapat gelar doktor dalam psikologi Rogers menjadi staf pada Rochester Guidance Center dan kemudian menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

MATERI DAN PROSEDUR. Pertemuan I : Pre-Session

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

PENDEKATAN PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA USIA DINI

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, manusia selalu membutuhkan

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan

Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy

BAB I PENDAHULUAN. atau tugas yang diberikan dengan segenap kemampuannya terutama dalam

BAB IV ANALISIS DATA. penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Setelah data diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN TEORI

EFEKTIVITAS TERAPI REALITAS UNTUK MENINGKATKAN SELF- REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA UNDERACHIEVER

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

Psikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

BAB I PENDAHULUAN. yang sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan manic depresif

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa karakteristik anak autis, yaitu selektif berlebihan

Teori dan Teknik Konseling. Nanang Erma Gunawan

BAB I PENDAHULUAN. banyak pilihan ketika akan memilih sekolah bagi anak-anaknya. Orangtua rela untuk

Fenomenologi Intuitif Carl Rogers: Psikolog (Aliran Humanisme) D. Tiala (pengampu kuliah Psikoterapi dan Konseling Lintas Budaya)

MODEL TERAPI KONSELING. Teori dan Praktek

SILABUS TEORI DAN PRAKTEK KONSELING INDIVIDUAL

Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi

APLIKASI KONSEP-KONSEP PSIKOANALAISIS DALAM KONSELING KELUARGA

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis tentang Gejala Gejala Depresi Yang Di Tampakkan Seorang

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

MODUL PEDOMAN DAN MATERI KONSELING INDIVIDUAL PENANGGULANGAN NAFZA BAGI FASILITATOR DENGAN SASARAN ORANG TUA DAN REMAJA

Kesehatan Mental. Pengantar Kesehatan Mental. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

Penyesuaian Diri LIA AULIA FACHRIAL, M.SI

BAB IV ANALISA DATA. A. Analisis Faktor-faktor yang melatar belakangi post power syndrome. seorang pensiunan tentara di Kelurahan Kemasan Krian

Menggunakan bahasa yang selaras untuk membangun Rapport. Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi., Psikolog

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BK KELOMPOK Diana Septi Purnama TAHAP AWAL KEGIATAN KELOMPOK

BAB I PENDAHULUAN. Keterlibatan Belajar Siswa, (Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011), 2

BAB I PENDAHULUAN. Stres senantiasa ada dalam kehidupan manusia yang terkadang menjadi

Transkripsi:

TERAPI REALITAS UNTUK MEMBAWA GENERASI MUDA INDONESIA KEMBALI KEPADA REALITA KEHIDUPAN SAAT INI. Yusak Novanto, S.Psi, M.Psi, Psikolog Fakultas Psikologi Universitas Pelita Harapan Surabaya yusak.novanto@uphsurabaya.ac.id A. Perkenalan Bab I Pendahuluan Dalam beberapa hal Teori Kontrol / Terapi Realitas memiliki kesamaan dengan terapi eksistensial, person centered therapy, dan terapi Gestalt. Seperti ketiga teori tersebut, terapi realitas memusatkan perhatian kepada dunia fenomenologi klien dan menekankan pada penjelasan subyektif dalam tindakan klien untuk menghadapi dan bereaksi terhadap dunianya yang bersumber dari evaluasi dalam dirinya sendiri. Glasser ( 1985 ) menyatakan bahwa kita mempersepsi dunia dalam konteks lima kebutuhan genetik dasar dan tidak mempersepsi dunia seperti kenyataannya. Klien hidup di dua dunia baik dunia luar dan dunia dalam diri mereka sendiri. Glasser menekankan bahwa bukanlah kehadiran dunia luar yang berpengaruh terhadap perilaku kita, tetapi bagaimana cara kita mempersepsikannya yang membuat hal itu menjadi tampak. Jadi perilaku kita adalah selalu merupakan usaha terbaik kita untuk mengkontrol persepsi kita terhadap dunia luar supaya dunia luar itu cocok dengan gambaran keadaan yang dapat memenuhi kebutuhan internal kita. Berbeda dengan ketiga teori di atas, Glasser mengajarkan bahwa perilaku itu adalah sesuatu hal yang total meliputi empat komponen yaitu : Melakukan, Berpikir, Merasakan, dan fisiologi. Seperti terapi eksistensial, terapi realitas didasarkan pada asumsi bahwa kita tidak perlu menjadi korban dari masa lalu atau masa sekarang kita, sepanjang kita tidak memilihnya untuk menjadi korban. Kita mempunyai kontrol terhadap hidup lebih dari apa yang kita percayai. Dengan kata lain kita seharusnya tidak pernah menjadi korban dari keadaan di luar kita, karena kemampuan untuk mengadakan perubahan tersebut ada di dalam diri kita sendiri. B. Tujuan Terapi Tujuan dari terapi ini adalah menyediakan kondisi yang dapat membantu klien untuk mengembangkan kekuatan psikologis untuk mengevaluasi keseluruhan perilaku mereka saat ini, secara spesifik berarti melakukan, berpikir,merasakan dan komponen fisiologi. Jika mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan mereka, klien akan dibantu untuk mengembangkan perilaku total yang lebih efektif. Seperti pada terapi person centered, lingkungan konseling yang hangat dan penuh penerimaan adalah dasar dari pelaksanaan terapi realitas. Pada terapi ini, terapis mendorong klien untuk membuat sebuah assesmen tentang gaya hidup mereka sekarang. Assesmen ini membuat mereka dapat mengukur perilaku yang mereka pilih, apakah hal itu sudah bermanfaat untuk mereka. Individu dapar meningkatkan kualitas hidupnya melalui proses evaluasi diri yang jujur. Klien diajarkan tentang fungsi dari kebutuhan dasar mereka dan mereka diminta untuk mengenali keinginan mereka ( keinginan spesifik, tujuan, dan arah ) yang mengarah pada pemenuhan salah satu atau lebih dari kebutuhan kebutuhan di atas. Jika mereka memutuskan untuk membuat beberapa perubahan, mereka diharapkan untuk merancang rencana aksi, untuk mengkomitmenkan diri mereka dengan rencana itu, dan menjalankan komitmen mereka. C. Alasan Pemilihan Metode Terapi Alasan penulis untuk membuat tulisan mengenai realitas terapi adalah : Pendekatan ini agak berbeda dibandingkan dnegan pendekatan konseling yang lain Terapi realitas sudah dikenal di kalangan konselor sekolah, guru, pekerja rehabilitasi,

dan orang orang yang melakukan konseling di insitusi publik. Prinsip Teori Kontrol tidak mutlak hanya untuk seorang psikoterapis namun prinsip itu dapat digunakan juga oleh orang tua, pendeta, dokter, pasangan suami isteri yang ada dalam hubungan interpersonal. Teori ini mewakili hal hal dasar dalam konseling seperti pertanyaan : Apakah yang memotivasi orang untuk melakukan tindakan tertentu? Bagaimana klien dapat didorong untuk membuat penilaian diri yang jujur? Jika terapis memusatkan klien terhadap apa yang mereka kerjakan, apakah hal ini akan mempengaruhi bagaimana mereka berpikir dan apa yang mereka rasakan? Bagaimanakan aturan nilai nilai dalam suatu konseling? Yang terakhir haruskan terapis mengajar kliennya? Bab II Tinjauan Pustaka A.Pandangan mengenai manusia Kontrol teori menekankan bahwa perilaku manusia itu ditentukan tujuannya dari dalam diri individu itu sendiri, bukan oleh daya dari luar. Meskipun faktor lingkungan mempunyai pengaruh pada keputusan kita, perilaku kita tidak disebabkan oleh hal tersebut. Semua perilaku kita termotivasi dari dalam diri kita sendiri dengan tujuan untuk memenuhi salah satu atau lebih dari kebutuhan dasar kita. Glasser ( 1985, 1989 ) menjelaskan adanya empat kebutuhan psikologis manusia, yaitu Rasa memiliki, Kekuasaan, Kebebasan, dan Kegembiraan dan kebutuhan fisiologis untuk mempertahankan diri demi kehidupan. Meskipun kita semua berusaha untuk memenuhi lima kebutuhan dasar yang sama itu, namun setiap kita memiliki cara yang unik untuk memenuhinya. Kita mengembangkan album gambar dalam diri kita yang disebut juga Dunia Kualitas. Melalui terapi ini, di dalam masyarakat yang demokratis, orang dapat belajar bagaimana mencapai kebebasan tanpa menyebabkan terjadinya penderitaan pada orang lain di dalam prosesnya. B. Penjelasan Terjadinya Perilaku dari sudut pandang Teori Kontrol Perilaku total kita dibagi menjadi empat komponen yang meliputi kegiatan melakukan ( perilaku aktif seperti bangun tidur dan berangkat bekerja ) ; berpikir ( mengeluarkan pikiran dan pendapat pribadi ) ; merasakan ( seperti marah, sukacita, kesedihan, depresi, dan kekuatiran ) ; dan fisiologi ( seperti berkeringat atau munculnya simptom psikosomatis ). Glasser ( 1992 ) memberikan tekanan pada dua roda depan mobil yang mengarahkan mobil ke arah yang dituju ( dalam analogi yang dibuatnya ) adalah melakukan dan berpikir yang mengarahkan kita untuk berperilaku. Setiap perilaku yang kita lakukan harus memiliki tujuan karena perilaku ini dibuat untuk menutupi perbedaan antara hal yang kita inginkan dan apa yang kita pikir kita dapat lakukan untuk mencapainya. C. Karakteristik Terapi Realitas 1.Penolakan model medis Penolakan konsep ortodoks mengenai penyakit jiwa, termasuk neurotik dan gangguan psikotik telah menjadi ciri terapi realitas semenjak mulanya. Formulasi seperti schizohrenic dan psikosis depresif didasarkan pada pengertian bahwa penyakit itu muncul sebagai reaksi dari kejadian eksternal. Terapis realitas memandang kedua hal itu sebagai perilaku yang kita pilih untuk mengkontrol dunia kita. Meskipun beberapa perilaku seperti gangguan psikosomatis dan ketergantungan pada narkoba dapat menyebabkan hal hal yang menyakitkan, hal itu kadang dapat kita lakukan untuk tujuan tertentu, atau kita dapat memilih untuk tidak melakukannya. 2. Identitas Sukses dan Ketergantungan Positif Konsep dari identitas sukses dapat membantu kita untuk mengerti terapi realitas. Orang yang memiliki identitas sukses melihat diri mereka sendiri sebagai pribadi yang mampu untuk memberikan dan menerima cinta, merasa bahwa mereka dibutuhkan oleh orang lain, merasa berkuasa, memiliki rasa percaya diri, dan dapat memenuhi kebutuhan mereka tanpa membuat orang lain menderita. Jadi orang yang memiliki identitas sukse memiliki kekuatan yang membantu mereka untuk menciptakan kehidupan yang bahagia. Glasser ( 1976 ) juga mengembangkan ide tentang «ketergantungan positif sebagai sumber utama kekuatan psikologis dalam hidup kita. Dua cara untuk mengembangkan ketergantungan positif adalah dengan pengharapan dan meditasi. 3. Penekanan pada Tanggung Jawab

Tanggung jawab diartikan oleh Glesser sebagai perilaku yang memuaskan kebutuhan seseorang tanpa mencampuri urusan orang lain atau mengijinkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka. Dengan kata lain, Tanggung Jawab berarti orang tersebut telah mempelajari cara untuk menguasai kehidupan mereka secara efektif. 4.Tidak menekankan pada Transference Dengan membuat penolakan terhadap ide transference sebagai suatu konsep yang salah, Glasser menentang pernyataan bahwa terapis yang konvensional hanya menaruh ide ide ke dalam kepala klien dengan menekankan hal itu. Terapi Realitas melihat transference sebagai salah satu cara terapis untuk menyembunyikan dirinya sendiri dari klien. Glasser mengajarkan kepada pada terapis untuk menjadi diri mereka sendiri dan tidak bertingkah laku sebagai ayah atau ibu dari klien. D. Proses Terapetik 1.Tujuan Terapetik Secara umum tujuan dari terapi realitas ini adalah untuk membantu individu untuk menemukan cara yang lebih efekti untuk memenuhi kebutuhan mereka untuk saling memiliki, kekuasaan, kebebasan, dan kegembiraan. Dalam workshopnya Glasser menekankan bahwa konseling terdiri dari kegiatan untuk membantu klien untuk belajar memegang kendali terhadap hidupnya dan dapat hidup lebih efektif. Terapi realitas memusatkan perhatian kepada apa yang sedang disadari oleh klien dan membantu mereka untuk meningkatkan level kesadarannya. Semakin klien menjadi sadar terhadap perilaku mereka yang tidak efektif yang mereka gunakan untuk mengkontrol dunia, mereka akan lebih terbuka untuk mempelajari langkah alternatif untuk bertingkah laku. Glasser menekankan bahwa kita hanya dapat mengkontrol perilaku kita sendiri. Jadi karena kita tidak dapat mengkontrol perilaku orang lain, jalan yang terbaik untuk mengkontrol kejadian kejadian di sekeliling kita adalah dengan apa yang kita lakukan. 2. Fungsi Terapis dan Aturannya. Tugas dari terapis realitas adalah untuk bergabung dengan klien dan mengembangkan hubungan dengan mereka yang menjadi dasar untuk proses konseling yang baik. Fungsi konselor sebagai instruktor dengan mengajar mereka tentang teori kontrol, menawarkan pilihan untuk berperilaku tertentu kepada mereka, dan menjadi aktif dalam sesi sesi. Konselor juga mengajar klien bagaimana mereka dapat menciptakan identitas sukses dengan menerima tanggung jawab atas perilaku yang mereka pilih. Fungsi dari konselor antara lain adalah untuk menentukan struktur dan batasan waktu untuk sesi, kemudian membangun rapport dengan penuh perhatian dan hormat, memusatkan pada kekuatan individual dan potensi yang dapat menuju kesuksesan. Kemudian konselor juga dituntut untuk secara aktif mendiskusikan perilaku klien sekarang dan secara aktif menghilangkan perilaku yang tidak efektit itu. Selanjutnya adalah memperkenalkan dan melakukan proses evaluasi pada keinginan keinginan yang secara realistis dapat dicapai. Tugas konselor yang lainny adalah mengajar klien untuk membuat perencanaan untuk merubah perilakunya, serta menolong klien untuk menemukan cara terbaik untuk memenuhi kebutuhan mereka dan mendorong mereka untuk tidak cepat menyerah. 3. Pengalaman Klien dalam terapi. Orang yang datang untuk konseling adalah orang yang berperilaku secara tidak efektif. Perilaku mereka adalah sebuah usaha untuk memenuhi kebutuhan mereka, sedangkan apa yang mereka lakukan sekarang tidak menghasilkan sesuatu. Jadi, klien yang meminta konseling dengan tanda tanda depresi adalah seseorang yang sedang melakukan apa yang dapat dia lakukan untuk menutupi perbedaan apa yang ia inginkan dan apa yang ia miliki. 4.Hubungan antara terapis dan klien Klien perlu untuk mengetahui bahwa orang yang menolongnya mempunyai perhatian yang cukup dan mau menerima serta menolong mereka untuk memenuhi kebutuhan di dunia sesungguhnya. Terapi ini menekankan pada pengertian dan hubungan supportif. Faktor penting di sini adalah kemauan konselor untuk mengembangkan gaya terapeutik mereka sendiri. Beberapa kualitas yang harus dimiliki seorang konselor antara lain adalah kehangatan, pengertian, penerimaan, perhatian, menghormati klien, keterbukaan, dan kemauan untuk dikritik oleh orang lain. Salah satu cara untuk membangun hubungan adalah dengan mendengarkan klien. E. Praktik Terapi Realitas Praktek terapi realitas dapat dikonseptualisasikan ke dalam lingkaran

konseling yang terdiri dari dua komponen utama : 1 lingkungan konseling 2 Prosedur khusus yang digunakan untuk merubah perilaku. 1. Lingkungan Konseling Keterlibatan pribadi dengan klien. Praktik ini dimulai ketika konselor melakukan usaha untuk menciptakan lingkungan yang mendukung klien merubah hidupnya. Konselor harus masuk ke dalam kehidupan klien dan membina rapport. Keterlibatan ini timbul dari proses gabungan dari mendengarkan cerita klien dan pertanyaan yang sudah diatur sebelumnya. Sikap konselor dan Perilaku yang membantu terjadinya perubahan. Konselor memusatkan klien pada apa yang mereka lakukan sekarang dan cenderung untuk menghindari pembicaraan yang mengarah ke hal perasaan dan fisiologi. Konselor membantu klien untuk menemukan hubungan antara apa yang mereka rasakan dan perilaku / pikiran mereka sekarang. Terapi realitas menyatakan bahwa hukuman tidak bermanfaat untuk merubah perilaku. Prinsip ini diterapkan dalam pengasuhan anak atau manajemen. Hukuman spesifik yang harus dihindari termasuk menghukum seseorang untuk kesalahan yang mereka lakukan atau membuat celaan pada diri mereka. Selain melalui hukuman, individu dapat belajar untuk menerima konsekuensi yang masuk akal dari perbuatannya. Dengan tidak membuat komentar yang mengkritik, konselor sedang berada dalam posisi untuk meminta kesediaan klien untuk berubah. Hal yang penting adalah konselor tidak boleh cepat putus asa meskipun klien hanya membuat sedikit kemajuan dalam proses terapi. 2. Prosedur yang membawa perubahan perilaku: Sistem WDEP Menurut Glasser ( 1992 ), prosedur yang merubah seseorang didasarkan pada dua asumsi dasar bahwa manusia dapat dimotivasi untuk berubah ketika ( 1 ) mereka menyadari pada perilaku mereka sekarang tidak membawa kepada hal hal yang mereka inginkan, dan ( 2 ) mereka percaya bahwa mereka dapat memilih perilaku lain yang akan membawa mereka semakin dekat pada apa yang mereka inginkan. Glasser dan Wubbolding (1995) menggunakan akronim WDEP untuk menerangkan prosedur kunci yang digunakan dalam terapi realitas. W = Wants, D=Direction dan Doing, E = Evaluation, dan P = Planning. Wants ( Meneliti keinginan, kebutuhan dan persepsi ). Melalui pertanyaan para terapis yang disusun berdasarkan suatu teori, klien didorong untuk mengenali dan mendefinisikan ulang apa yang menjadi keinginan mereka. Salah satu bagian dari konseling adalah penelitian album photo untuk membawa persepsi mereka kepada dunia dalam diri mereka sendiri. Contoh pertanyaan dalam proses ini adalah : Jika kamu dapat menjadi orang yang kamu inginkan, orang seperti apa yang kamu bayangkan? ; Apakah keluargamu akan suka jika keinginan mereka dan keinginanmu cocok? dan sebagainya. Direction And Doing. Terapi realitas menekankan pada perilaku saat ini dan memberi perhatina kepada kejadian yang telah berlalu jika mereka mempengaruhi bagaimana klien berperilaku sekarang. Kejadian masa lampau dibicarakan jika kita ingin membantu klien untuk merencanakan sesuatu yang lebih baik di masa yang akan datang. Pada awal konseling hal yang penting untuk dilakukan adalah mengarahkan klien kepada kehidupannya secara umum, termasuk ke mana mereka akan melangkah dan ke mana perilaku mereka akan membawa mereka. Terapi realitas berkonsentrasi pada perubahan perilaku total saat ini, bukan hanya perubahan sikap dan perasaan saja. Mendengarkan apa yang dikatakan oleh klien dapat menjadi sangat produktif, tetapi hanya jika hal itu berhubungan dengan apa yang mereka lakukan. Menurut Glasser ( 1980, 1981, 1985, 1992 ), apa yang kita lakukan sebenarnya mudah untuk dilihat dan memungkinkan untuk dihilangkan, dan hal itu menjadi fokus dalam terapi. Diskusi yang berpusat pada perasaan, tanpa menghubugkan hal tersebut dengan apa yang sedang dilakukan seseorang merupakan suatu hal yang counterproductive ( Glasser, 1980 ) Evaluation Salah satu bentuk pertanyaan dalam tahapan ini adalah Apakah yang anda lakukan sekarang menyakiti atau membantu diri anda sendiri? ; Apakah anda telah melakukan sesuatu yang anda inginkan? Jadi dalam hal ini, tugas konselor adalah untuk menanyakan kepada klien tentang akibat dari perilakunya dan membantu mereka untuk menilai kualitas perilaku mereka. Tanpa penilaian diri sendiri ini klien mungkin tidak akan berubah. Meminta klien untuk mengevaluasi setiap komponen dari perilaku total mereka adalah

tugas utama dalam terapi realitas. Ketika terapis meminta klien yang depresi untuk menilai apakah perilaku mereka selama ini sudah membantu mereka untuk berubah, sebenarnya saat itu terapis sedang menawarkan pilihan pada klien. Proses evaluasi dalam hal melakukan, berpikir, merasakan, dan komponen fisiologi dari total perilaku berada di dalam tanggung jawab klien sendiri. Planning & Commitment. Ketika seorang klien memutuskan apakah dia mau berubah atau tidak, sebenarnya mereka secara umum telah siap untuk melakukan perilaku yang mungkin dilakukan dan membuat suatu rencana tindakan. Wubbolding ( 1988, 1991 ) mendiskusikan pedoman sentral perencanaan dan komitmen. Titik kulminasi dari lingkaran konseling ada pada rencana tindakan. Beliau menggunakan akronim SAMIC untuk memberi istilah pada sebuah rencana yang baik yaitu Simple, Attainable, Measurable, Immediate, Involved, Controlled oleh perencana, dan dilakukan terus menerus sesuai dengan komitmen individu. 3. Aplikasi Terapi Realitas Terapi ini dapat diterapkan dalam konseling, pekerja sosial, pendidikan, intervensi krisis, koreksi dan rehabilitasi, manajemen institusi, dan pengembangan komunitas. Ini merupakan pendekatan yang tidak asing di dalam sekolah, institusi koreksional, Rumah Sakit Umum, Rumah sakit jiwa pemerintah, dan pusat penanggulangan narkoba. Glasser menyatakan bahwa terapi ini dapat diterapkan pada semua orang dengan problem psikologis, dari yang mengalami gangguan emosional ringan sampai orang yang menarik diri secara psikologis. Terapi ini dapat digunakan pada anak anak, remaja, dan orang dewasa, dan orang yang lanjut usia. Menurut Glasser, faktor yang membatasi pada penerapan terapi ini adalah kemampuan teknis dari terapis. Bab III Kontribusi dan Keterbatasan Terapi Relitas 1.Kontribusi Salah satu kelebihan dari terapi ini adalah tidak memerlukan waktu yang lama dan memusatkan perhatian pada problem perilaku yang disadari. Evaluasi diri klien, rencana tindakan, dan komitmen merupakan pusat dari proses terapi. Terapi ini membuat suatu struktur di mana kedua pihak baik klien maupun terapis dapat mengukur tingkatan dari perubahan. Hal ini membuat klien dapat secara cepat merubah rencana yang dibuatnya, bila ternyata tersebut dalam penerapannya tidak berjalan seperti yang diharapkan. Pandangan tentang Psikosis. Terapi ini memandang psikosis dapat dihubungkan dengan tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu. Orang psikotik mungkin saja tidak dapat menampilkan perilaku yang memuaskan sehingga mereka berbalik untuk hidup dengan distorsi. Dalam dunia dalam mereka, mereka membuat suatu cara yang tidak realistik untuk mengurangi kesakitan / penderitaan yang mereka alami dalam rangka usaha untuk mengatasi keadaan yang ada dalam dunia luar. Dengan menerima kemampuan seseorang untuk membuat suatu situasi tertentu, individu dapat memperlengkapi diri mereka sendiri sehingga mereka dapat menemukan cara untuk hidup dengan lebih baik. Kenyataan tentang penyakit psikiatris yang berat mungkin ada, karena tidak semua gangguan emosional dan jiwa dapat direduksi ke dalam sebuah istilah saja. Sebagai terapis kita perlu membedakan antara gangguan psikiatris dan tindakan yang tidak bertanggung jawab. Kontribusi pada Konseling Multikultural. Prinsip utama terapi realitas memiliki banyak kesamaan dalam area konseling multikultural. Dalam terapi antar budaya, hendaknya konselor menghormati perbedaan yang ada antara dirinya dan kliennya. Konselor menunjukkan penghargaan mereka pada nilai nilai budaya klien mereka untuk membantu mereka melakukan perilaku yang memuaskan bagi mereka. Melalui pertanyaan yan diajukan konselor, klien dapat membuat penilaian diri apakah perilaku mereka selama ini sudah sesuai dengan nilai nilai budaya di sekelilingnya. Golongan minoritas dalam suatu lingkungan juga dapat dibantu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dominannya. Sangatlah mungkin bagi mereka untuk tetap mempertahankan nilai budaya mereka sendiri di samping memasukan beberapa nilai dari group yang dominan. Hal yang harus diperhatikan ketika terapis bekerja dengan klien yang berbeda secara budaya, terapi mempunyai banyak perilaku yang dapat dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka. Seperti juga teknik dan teori yang diterapkan untuk konseling multikultural ini, fleksibilitas adalah suatu hal yang sangat diperlukan.

2.Keterbatasan dan Kritik Terapi Realitas. Salah satu keterbatasan dari terapi realitas ini adalah tidak memberikan penekanan yang kuat pada aspek aspek lain dalam proses konseling seperti ketidak sadaran, kekuatan dari masa lampau dan pengalaman yang traumatik pada usia anak, nilai terapetik dari mimpi, dan adanya transference. Kelihatannya terapi ini hanya memusatkan perhatian pada kesadaran saja secara eksklusif, dan tidak memperdulikan faktor yang direpress dalam ketidaksadaran yang mempunyai pengaruh juga pada proses berpikir, merasakan, berperilaku, dan memilih sesuatu.. Salah satu yang pandangan Glasser yang banyak dikritik para ahli adalah pandangan Glasser yang menyatakan bahwa transference adalah konsep yang salah. Karena dalam kenyataannya klien bisa menyadari bahwa orang orang penting dalam hidupnya mempunyai pengaruh dalam kehidupannya sekarang dan bagaimana cara mereka menghadapi orang lain. Terapi realitas juga dikritik karena adanya usaha dari konselor untuk menyampaikan nilai nilai dirinya sendiri dan secara tak sadar memasukkannya pada klien. Jika konselor melakukan ini, mereka telah melanggar salah satu hal penting dari terapi ini yaitu membiarkan klien untuk mengevaluasi perilakunya sendiri. Keterbatasan pada Konseling Multikultural. Salah satu keterbatasan terapi ini untuk diterapkan dalam lingkungan yang berbeda budaya adalah adanya keharusan untuk merubah perilaku seorang individu secara cepat. Hal ini seringkali sulit dilakukan ketika hal tersebut menyangkut masalah SARA yang akarnya sudah ada sejak dulu. Kadang kadang konselor terlalu cepat untuk menekankan pada klien agar segera merubah perilakunya. Masalah lain lagi adalah ketika klien tidak merasa enak untuk menyampaikan apa yang mereka inginkan. Mereka lebih banyak memikirkan kepentingan kelompok atau masyarakatnya daripada kepentingannya sebagai individu., karena dalam beberapa budaya, hal tersebut merupakan tindakan yang tidak sopan. Dalam penerapannya klien yang bermasalah dengan nilai ini harus diperlakukan lebih lembut dan tidak boleh ditekan untuk menyampaikan keinginannya. Hal ini sangat penting sekali, karena jika klien merasa dirinya terancam, maka dia akan keluar dari proses terapi. Daftar Pustaka/Referensi Corey, Gerald. ( 1996 ). Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy 5 th ed. California : Brooks/ Cole Publishing Company Glasser, N. ( 1980 ) What are You doing? How people are helped through reality therapy. New York : Harper & Row Glasser, W. ( 1976 ) Positive Addiction. New York : Harper & Row Glasser, W. ( 1985 ) Control Theory. A New Explanation of how we control our lives. New York : Harper & Row. Glasser, W. ( 1989 ) Control Theory in the practice of reality therapy in N. Glasser Control theory in the practice of reality therapy: Case Studies. New York :Harper & Row. Glasser, W. ( 1992 ) Reality Therapy. New York State Journal for Counseling and Development Wubbolding, R.E ( 1988 ). Using reality therapy. New York : Harper & Row Wubbolding, R.E ( 1991 ) Understanding reality therapy. New York : Harper & Row