Oleh : Aji Tri Utomo, Aufarul Marom. Universitas Diponegoro

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial diketahui tidak dapat hidup sendiri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik (Public Service) merupakan segala macam kegiatan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

Oleh: Ardhianto Fajar Rizky, Ari Subowo

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI MULAI. Permasalahan

Peningkatan Pelayanan Bus Transjakarta Berdasarkan Preferensi Pengguna (Studi Kasus: Koridor I Blok M Kota, Jakarta)

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat kota Padang dalam menjalankan aktifitas sehari-hari sangat tinggi.

I. PENDAHULUAN. Menurut C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil (1995:104):

Oleh : Rista Dewi Putriana, Hartuti Purnaweni

EVALUASI KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN

PILIHAN PELAYANAN PENUMPANG ANGKUTAN PERKOTAAN INDONESIA

BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

EVALUASI PELETAKAN TERMINAL BANYUMANIK DAN TERMINAL PENGGARON DALAM MENDUKUNG SISTEM AKTIVITAS SEKITAR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan masyarakat dapat melakukan segalanya secara cepat. Dalam

TERMINAL BUS TIPE A DI KABUPATEN DEMAK Dengan penekanan desain Triple Zero, Werner Sobek

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sarana dan prasarana pendukung salah satunya adalah sarana

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

ANALISIS KUALITAS PELAYANAN BRT TRANS SEMARANG KORIDOR II RUTE TERBOYO SISEMUT. Oleh: Fika Rachmawati, Ida Hayu Dwimawanti, Rihandoyo *)

BAB I PENDAHULUAN. Dishubkominfo DIY dalam hal ini UPTD Jogja Trans dalam penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kota Medan, disamping sebagai ibukota Propinsi Sumatera Utara, telah

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

KARAKTERISTIK PENGOPERASIAN ANGKUTAN OJEK SEBAGAI SARANA ANGKUTAN DI KOTA GUBUG TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS KOMUNITAS DI KELURAHAN SAMBIROTO KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG. Oleh: Ulfa Azizah, Aufarul Marom

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas untuk mempermudah mobilitas masyarakat kota melalui sistem dan. maupun berpindah tempat untuk memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Armandha Redo Pratama, 2015

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tingginya populasi masyarakat Indonesia berimbas pada tingkat

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUASAN PENGGUNA BUSWAY Pite Deanda NRP :

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Studi Pengembangan Angkutan Massal Berbasis Jalan yang Ramah Lingkungan Dan Hemat Energi BAB VIII PENUTUP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. juga meningkat bahkan melebihi kapasitas sarana dan prasarana transportasi yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan transportasi saat ini semakin

Evaluasi Kinerja Pelayanan UtilitasTerhadap Transportasi Publik di Kota Semarang. Oleh: Aldio Gema Penta Mahadika ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KINERJA PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA DI PURWOKERTO. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 2

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Transportasi di Indonesia mengalami perkembangan sangat pesat pada saat

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DUKUH ATAS COMMUTER CENTER 2019

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sarana dan Prasarana Transportasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi sebaliknya, bila transportasi tidak ditata dengan baik maka mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENILAIAN MASYARAKAT NON PENUMPANG TERHADAP ANGKUTAN PERKOTAAN

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

EVALUASI SISTEM PELAYANAN TRANSIT ANTAR KORIDOR BUS RAPID TRANSIT TRANS SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dari masyarakat kuno sampai pada masyarakat modern saat ini. Aktivitas yang

BAB. I. Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat kompleks terhadap kehidupan masyarakat termasuk diantaranya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB I PENDAHULAN 1.1 Tinjauan Umum 1.2 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian. Untuk mendapatkan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk maka semakin banyak kebutuhan masyarakat. mampu menampung arus pergerakan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. beraktivitas dan pergerakan roda perekonomian suatu daerah. Salah satu jenis angkutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam sejarah

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA. A. Akses Penyandang Disabilitas Pada Penggunaan Transportasi Publik Bus Damri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

Transkripsi:

EVALUASI PELAYANAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) DI KOTA SEMARANG Oleh : Aji Tri Utomo, Aufarul Marom Departemen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman : http//www.fisip.undip.ac.id email fisip@undip.ac.id ABSTRAK Moda transportasi umum yang ada dan banyak beroperasi di Kota Semarang adalah Angkot Mini Bus yang notabene tidak mampu menampung penumpang dengan jumlah banyak, tetapi jumlahnya yang banyak juga menyebabkan bertambahnya kepadatan lalu lintas di Kota Semarang. Oleh karena itu, sangat diperlukan peningkatan pelayanan pada transportasi umum agar pengguna jasa transportasi umum semakin banyak dan dapat terpuaskan oleh pelayanan yang diberikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Semarang dengan regulasi yang telah ditetapkan serta untuk mengetahui upaya Pemerintah Kota Semarang dalam meningkatkan pelayanan BRT di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu interview (wawancara), observasi, studi dokumentasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Kebijakan Transportasi Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Semarang sudah sudah cukup tepat dan efektif. Namun kondisi saat ini masih menunjukkan beberapa kekurangan yang harus segera ditingkatkan, untuk menunjang pencapaian tujuan yang maksimal. Kata Kunci : Evaluasi Pelayanan, Moda Transportasi Umum, Bus Rapid Transit.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kota Semarang adalah salah satu kota besar yang ada di Indonesia merupakan Ibukota Provinsi Jawa Tengah, Kota Semarang menjadi kota metropolitan terbesar kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa dan siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa. Bahkan, Area Metropolitan Kedungsapur (Kendal, Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi Kabupaten Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan Wilayah Metropolis terpadat keempat, setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusila (Surabaya), dan Bandung Raya. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan Semarang ditandai pula dengan munculnya beberapa gedung pencakar langit di beberapa sudut kota. Pesatnya jumlah penduduk membuat lalu lintas di Kota Semarang semakin padat, hal ini disebabkan infrastruktur kota berupa ruas jalan yang kurang memadai dan tidak seimbang dengan volume kendaraan yang semakin meningkat jumlahnya. Selain itu, moda transportasi umum yang ada dan banyak beroperasi di Kota Semarang adalah Angkot Mini Bus yang notabene tidak mampu menampung penumpang dengan jumlah banyak, tetapi jumlahnya yang banyak juga menyebabkan bertambahnya kepadatan lalu lintas di Kota Semarang. Oleh karena itu, sangat diperlukan peningkatan pelayanan pada transportasi umum agar pengguna jasa transportasi umum semakin banyak dan dapat terpuaskan oleh pelayanan yang diberikan. Pada pengoperasianya, BRT masih memiliki berbagai kekurangan karena dinilai masih belum tepat dan sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal yang tercantum dalam Peraturan Kementrian Perhubungan No. 10 tahun 2012. Salah satu kekurangan yang dapat kita lihat ialah, sistem tiketing yang masih menggunakan sistem manual belum menggunakan mesin tiket otomatis. Kondisi halte yang kurang baik juga menjadi masalah dalam pengoperasian BRT, ditambah lagi banyak halte yang kosong dan tidak adanya petugas yang beroperasi akan membuat keamanan dan kenyamanan pengguna jasa layanan tidak terjamin. Selain itu lokasi halte yang terkadang tidak strategis juga dapat menimbulkan masalah lain seperti, letak halte di jalan yang kapasitasnya kecil akan

semakin membuat kapasitas jalan tersebut berkurang. Armada yang tersedia juga memiliki kondisi yang kurang baik, hal ini dapat terlihat dari asap buangan dari armada BRT yang banyak mengeluarkan asap hitam sehingga membuat kenyamanan masyarakat terganggu. Selain itu tidak tersedianya fasilitas bagi penyandang cacat dalam armada juga membuat pengguna jasa layanan yang berkebutuhan khusus mengalami kesulitan. Rute BRT juga masih belum mencakup Kota Semarang dan daerah di sekitarnya secara keseluruhan, sehingga masih banyak pengguna jasa layanan yang kesulitan untuk sampai ke tempat yang dituju. B. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Semarang dengan regulasi yang telah ditetapkan serta untuk mengetahui upaya Pemerintah Kota Semarang dalam meningkatkan pelayanan BRT di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan tipe deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu interview (wawancara), observasi, studi dokumentasi dan studi pustaka. C. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka dalam penelitian ini adalah administrasi public, kebijakan publik, evaluasi kebijakan, pelayanan publik. Menurut John M. Pfeiffer dan Robert V. Presthus (Syafiie, 2006: 23) Administrasi Publik adalah (1) Administrasi Publik meliputi implementasi kebijaksanaan pemerintah yang telah ditetapkan oleh badan-badan perwakilan politik. (2) Administrasi Publik dapat didefinisikan koordinasi usaha-usaha perorangan dan kelompok untuk melaksanakan kebijaksanaan pemerintah. Hal ini terutama meliputi pekerjaan sehari-hari pemerintah. (3) Secara global, administrasi adalah suatu proses yang bersangkutan dengan pelaksanaan kebijaksanaan pemerintah, pengarahan kecakapan, dan teknik-teknik yang tidak terhingga jumlahnya, memberikan arah dan maksud terhadap usaha sejumlah orang. Marshall E. Dimock, Gladys O. Dimock dan Louis W. Koening (Purwanto, 2012:58), mengatakan bahwa administrasi publik adalah kegiatan pemerintah di dalam melaksanakan kekuasaan politiknya. Berdasarkan berbagai definisi para ahli kebijakan publik, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah sebagai pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu di masyarakat di mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn (1990) adalah (1) Penyusunan agenda, (2) Formulasi kebijakan, (3) Adopsi/legitimasi kebijakan, (4) Penilaian/evaluasi kebijakan. Anderson (Winarno, 2008:227) membagi evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe. Masing-masing tipe evaluasi yang diperkenalkan ini didasarkan pada pemahaman para evaluator terhadap evaluasi. Tipe pertama, evaluasi kebijakan dipahami sebagai kegiatan fungsional. Tipe kedua, merupakan tipe evaluasi yang memfokuskan diri pada bekerjanya kebijakan atau program tertentu. Tipe ketiga adalah tipe evaluasi sistematis. Menurut Litjan Poltak Sinambela, dkk (2011: 5) pelayanan publik diartikan sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi tertentu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetepkan. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menyebutkan pelayanan publik ialah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. D. Fenomena Penelitian Berdasarkan dengan kerangka pemikiran teoritis yang telah disampaikan oleh Anderson (Winarno, 2008:227), ada 3 (tiga) tipe dalam evaluasi yang masing-masing tipe didasarkan pada pemahaman evaluator terhadap evaluasi. Dalam penelitian kali ini, meneliti fenomena yang ditemukan dalam pelaksanaan pelayanan BRT antara lain (1) Ketepatan jadwal armada, (2) Ketersediaan fasilitas pendukung di dalam Halte/shelter, (3) Ketersediaan fasilitas pendukung untuk pengguna jasa layanan berkebutuhan khusus di dalam armada, (4) Ketersediaan jumlah armada, (5) Kesesuaian pelayanan terhadap regulasi yang telah ditetapkan. E. Metode Penelitan Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penggunaan desain penelitian deskriptif ini bertujuan untuk dapat menjelaskan penelitian yang dilakukan secara lebih mendalam. Subyek penelitian dalam penelitian ini ialah Kepala BLU UPTD Terminal Mangkang, Kepala Divisi Operasional Trans

Semarang, dan Masyarakat sebagai pengguna jasa layanan. Pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi yang dilakukan peneliti, wawancara, studi dokumentasi dan studi pustaka. Analisis data dalam penelitian ini mengikuti konsep yang diberikan Sugiyono (2009: 247-253), yaitu: reduksi data, penyajian data dan conclusion drawing/verification. PEMBAHASAN A. Kesesuaian Pelayanan BRT di Kota Semarang Dengan Regulasi Yang Telah Ditetapkan 1. Kesesuaian Pelayanan BRT Dengan Regulasi Yang Telah Ditetapkan Untuk Menarik Minat Masyarakat Pelaksanaan BRT telah sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan yakni Peraturan Kementrian Perhubungan No.10 tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Minimal Angkutan Massal, namun kondisi saat ini masih menunjukan diperlukannya peningkatan agar kedepannya BRT semakin berkembang dan lebih baik lagi. 2. BRT Mengutamakan Keamanan, Kenyamanan, dan Murah Pelaksanaan pelayanan BRT mengutamakan aspek keamanan, kenyamanan, dan murah. Hal ini dikarenakan armada BRT yang menggunakan Air Conditioner (AC), memiliki petugas yang beroperasi di dalam armada maupun di dalam shelter, dan tarif jasa layanan yang murah. 3. BRT Tidak Mementingkan Keuntungan Pelaksanaan BRT mengutamakan pemberian pelayanan transportasi terhadap warga Kota Semarang untuk mendukung aktifitas sehari-harinya sebagai bentuk perhatian atas pembayaran pajak yang dilakukan oleh warga Kota Semarang. B. Upaya Pemerintah Kota Semarang Untuk Meningkatkan Pelayanan Bus Rapid Transit (BRT) di Kota Semarang 1. Peningkatan Pelayanan Administrasi Pemerintah Kota Semarang telah berusaha melakukan peningkatan pelayanan yang diberikan terhadap pengguna jasa layanan agar selalu sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ada. Terutama dalam rangka memenuhi tujuan utama dari berdirinya BRT ini, khususnya memberikan pelayanan administrasi yang maksmimal. 2. Peningkatan Jumlah Armada Pemerintah Kota Semarang tengah berupaya untuk menambah jumlah armada guna memenuhi kebutuhan pengguna jasa layanan yang semakin meningkat setiap tahunnya.

3. Membangun Lajur Khusus Pemerintah Kota Semarang tengah berusaha untuk membangun lajur khusus, agar konsep utama dari Bus Rapid Transit terpenuhi yang salah satunya ialah memiliki lajur khusus yang memiliki fungsi untuk meningkatkan ketepatan jadwal armada dan terhindar dari padatnya lalu lintas. 4. Peningkatan Shelter Yang Aman, Nyaman, dan Fleksibel Pemerintah Kota Semarang tengah berupaya mendirikan halter yang dapat menjamin keamanan, kenyamanan pengguna jasa layanan dengan cara menambahkan fasilitas pendukung yang ada di shelter seperti ruang bagi pengguna jasa layanan yang memiliki kebutuhan khusus. PENUTUP A. Kesimpulan Pelayanan Bus Rapid Transit di Kota Semarang, pelaksanaanya sudah cukup tepat dan efektif. Namun, masih terdapat beberapa permasalahan yang menghambat pelayanan tersebut sehingga belum terlaksana dengan maksimal. Masalah yang masih terlihat ialah pelayanan yang masih harus ditingkatkan, serta pembangunan sarana dan prasarana pendukung yang harus segera dilaksanakan. Pelayanan yang diberikan juga telah sesuai dengan regulasi yang telah ditetapkan, namun masih ada beberapa pelayanan yang belum memenuhi standar. Pemerintah Kota Semarang pun selalu berupaya untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan terhadap pengguna jasa layanan, agar kedepanya pelayanan yang diberikan menjadi lebih baik dan maksimal. B. Saran 1. Selalu mengevaluasi kinerja pelayanan terhadap penyelenggaraan BRT, untuk meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada warga Kota Semarang dari prosentase yang awalnya cukup puas menjadi sangat puas. 2. Melakukan perbandingan terhadap kotakota lain di Indonesia dan luar Indonesia, hal ini akan menjadi masukan yang baik dalam mengembangkan pelayanan angkutan umum dalam usaha melayani masyarakat dan menciptakan sistem transportasi yang murah, aman dan efisien. 3. Meningkatkan koordinasi kelembagaan, hal ini dikarenakan komitmen pusat ke daerah masih lemah. Sehingga beban terbesar justru ada di Pemerintah Kota Semarang, yang menyelengarakan operasional BRT yang menjadi beban tetap tiap tahun.

DAFTAR PUSTAKA Dunn, William N. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Syafiie, Inu Kencana. (2006). Ilmu Administrasi Publik.Jakarta : Rineka Cipta Purwanto, Agus. Sulistyastuti, Dyah Ratih. 2012 Implemntasi Kebijakan Publik Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media. Republik Indonesia. 2012. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 10 tentang Pelayanan Minimal Angkutan Massal Berbasis Jalan. Sugiyono.2009. Metode Penelitian Administrasi. Bandung : Alfabeta. Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 25 tentang Pelayanan Publik