BAB I PENDAHULUAN. pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan Kesehatan merupakan bagian integral dari Pembangunan. Indonesia. Pembangunan Kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Rabies merupakan penyakit menular akut yang dapat menyerang susunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan di setiap sudut dunia. Anak-anak menghadapi risiko paling besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan bersifat zoonosis. Flu burung telah menjadi perhatian yang luas

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGASAHAN... RIWAYAT HIDUP... ABSTRAK... v. KATA PENGANTAR. vii. DAFTAR ISI. ix. DAFTAR TABEL.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Rabies merupakan suatu penyakit zoonosis yaitu penyakit hewan berdarah panas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 ayat (1). Pembangunan bidang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rabies yang dikenal juga dengan nama Lyssahydrophobia, rage, tollwut,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat yang utama di Indonesia, salah satunya penyakit Demam

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingginya angka kejadian Rabies di Indonesia yang berstatus endemis

BAB I PENDAHULUAN. diberbagai belahan dunia. Selama 1 dekade angka kejadian atau incidence rate (IR)

ISSN situasi. diindonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesejahteraan. Setelah era Millennium Development Goals (MDGs) berakhir pada

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. Rabies merupakan Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) Golongan II

PENDAHULUAN. Latar Belakang. penderitaan yang berat dengan gejala saraf yang mengerikan dan hampir selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian, karena racun yang dihasilkan oleh kuman

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Filariasis limfatik atau lebih dikenal dengan. penyakit kaki gajah adalah salah satu masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian (Peraturan Menteri Kesehatan RI, 2013). Lima ratus juta

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan faktor..., Amah Majidah Vidyah Dini, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. misalnya akibat gigitan nyamuk dapat menyebabkan dermatitis, alergika dan

BAB I PENDAHULUAN. puncak kejadian leptospirosis terutama terjadi pada saat musim hujan dan

BAB I : PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus dengue, virus ini ditularkan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. terkena virus rabies kepada manusia yang disebut dengan zoonosis. Penyakit rabies

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara khususnya negara-negara berkembang. Berdasarkan laporan The World

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah. Filariasis limfatik atau yang biasa disebut dengan kaki

masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak lama tetapi kemudian merebak kembali (re-emerging disease). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemajuan yang cukup bermakna ditunjukan dengan adanya penurunan

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue, ditularkan

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

Ekologi dan Demografi Anjing di Kecamatan Denpasar Timur

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk Aedes aegypti dan Aedes

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh TIWIK SUSILOWATI J

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi dan dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit jenis ini masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. Berdarah Dengue (DBD). Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari 17% penyakit infeksi ditularkan melalui gigitannya dan lebih dari 1 juta orang

Judul : Nyamuk, Spesies Paling Mematikan Media : Kompas Wartawan : Tanggal : Feb 2016 Halaman : 14

BAB 1 PENDAHULUAN. jenis penyakit menular yang disebabkan oleh virus Chikungunya (CHIK)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lebih dari 2 miliar atau 42% penduduk bumi memiliki resiko terkena malaria. WHO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. mamalia dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi. Sangat sedikit penderita

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang akan memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit zoonosis yang ditularkan oleh virus Avian Influenza tipe A sub tipe

BAB I PENDAHULUAN. Turki dan beberapa Negara Eropa) beresiko terkena penyakit malaria. 1 Malaria

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), juta orang di seluruh dunia terinfeksi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBEKALAN DOKTER/DOKTER GIGI PTT PERIODE SEPTEMBER 2013 PROVINSI LULUSAN DKI JAKARTA

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN RABIES DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat karena menyebar dengan cepat dan dapat menyebabkan kematian (Profil

Bambang Sumiarto1, Heru Susetya1

BAB I. Pendahuluan. A. latar belakang. Di indonesia yang memiliki iklim tropis. memungkinkan nyamuk untuk berkembang biak dengan baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran epidemiologi..., Lila Kesuma Hairani, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. (AKB) di Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia yang cenderung jumlah pasien serta semakin luas. epidemik. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Campak merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (Infeksius) dan dapat mengakibatkan kesakitan yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang berada pada periode triple

BAB I PENDAHULUAN. terakhir, tidak hanya menimbulkan kepanikan bagi masyarakat tetapi juga menjadi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dalam beberapa tahun terakhir

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

Buletin SKDR. Minggu ke: 5 Thn 2017

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit kaki gajah atau dalam bahasa medis. disebut filariasis limfatik atau elephantiasis adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. mentalnya bertambah, pada masa ini juga anak-anak sudah mulai. mengenal dunia luar sehingga pada masa ini anak-anak sangat rentan

BAB I PENDAHULUAN. kepadatan penduduk. Menurut WHO (2009), Sekitar 2,5 miliar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi oleh setiap bangsa dan negara. Termasuk kewajiban negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemorrhagic fever

BAB I PENDAHULUAN. umum dari kalimat tersebut jelas bahwa seluruh bangsa Indonesia berhak untuk

Epidemiologi dan aspek parasitologis malaria. Ingrid A. Tirtadjaja Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Sebaran Umur Korban Gigitan Anjing Diduga Berpenyakit Rabies pada Manusia di Bali. (The Distribution of Ages on Victims of Rabies in Bali)

BAB 1 PENDAHULUAN. anak-anak.penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya perbaikan kesehatan masyarakat

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun menunjukkan adanya penurunan Angka Kematian Balita (AKABA) dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian di seluruh dunia akibat rabies mencapai kisaran jiwa, terbanyak di daerah pedesaan Afrika

BAB I PENDAHULUAN. Akibat yang paling fatal bagi penderita yaitu kecacatan permanen yang sangat. mengganggu produktivitas (Widoyono, 2008).

KATA PENGANTAR. Semoga Peta Kesehatan Indonesia Tahun 2012 ini bermanfaat. Jakarta, September 2013 Kepala Pusat Data dan Informasi

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Visi rencana pembangunan jangka panjang nasional 2005-2025 adalah Indonesia yang maju, adil, dan makmur. Visi tersebut direalisasikan pada empat misi pembangunan. Misi pembangunan kesehatan 2010-2014 adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani; melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan; menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan; dan menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik (Kemenkes, 2013). Pembangunan kesehatan yang dicanangkan pada periode pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu II telah memperhatikan berbagai masukan dari pemangku kepentingan (stakeholders) sebagaimana telah didiskusikan dalam National Summit pada tanggal 30 Oktober 2009. Dalam National Summit tersebut, telah dibahas 4 (empat) isu pokok pembangunan kesehatan, yaitu: 1) Peningkatan pembiayaan kesehatan untuk memberikan jaminan kesehatan masyarakat; 2) Peningkatan kesehatan masyarakat untuk mempercepat pencapaian target MDGs; 3) Pengendalian penyakit dan penanggulangan masalah kesehatan akibat bencana; dan 4) Peningkatan ketersediaan, pemerataan, dan kualitas tenaga kesehatan 1

2 terutama di DTPK. Di samping 4 isu pokok tersebut, Kementerian Kesehatan memandang perlu untuk menambahkan isu penting lainnya yaitu dukungan manajemen dalam peningkatan pelayanan kesehatan, yang termasuk di dalamnya adalah good governance, desentralisasi bidang kesehatan, dan struktur organisasi yang efektif dan efisien. Salah satu penjabaran isu pokok pembangunan kesehatan adalah masih tingginya kesakitan dan kematian akibat penyakit menular dan tidak menular (Kemenkes, 2013). Beberapa penyakit dapat menular melalui binatang yang biasa disebut penyakit bersumber binatang. Penyakit bersumber binatang di antaranya adalah Malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, dan Rabies. Penyakit tersebut dapat mengakibatkan kerugian secara ekonomi bahkan beberapa menyebabkan kematian (Kemenkes, 2013). Rabies merupakan penyakit zoonosys yaitu penyakit yang menular dari hewan ke manusia. Infeksi ini ditularkan ke manusia oleh hewan yang sudah terkena penyakit rabies. Hewan-hewan yang terutama dilaporkan sebagai penyebab rabies adalah : anjing, rakun, rubah, monyet dan kelelawar (Yausaf, 2012). Ada sebelas Negara anggota WHO di kawasan Asia Tenggara antara lain (Bangladesh, Bhutan, Democratic People s Republic of Korea, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand, Timor-Leste) dimana delapan di antaranya adalah endemik rabies (Gongal dan Alice, 2011). Terdapat 50.000-55.000 orang meninggal akibat rabies di seluruh dunia setiap tahunnya, dengan

3 lebih dari 95% dari korban rabies dilaporkan berada di Asia dan Afrika dan hampir semua korban adalah gigitan anjing rabies (Wunner dan Deborah, 2010). Rabies pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 1884 dan sekarang terjadi di 24 dari 33 provinsi (Putra et al., 2013). Dimana sembilan provinsi yang bebas dari rabies, yaitu Bangka Belitung, DKI Jakarta, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Papua, dan Papua Barat (Menkokesra, 2010).Sebelum tahun 2008, Bali dianggap bebas rabies (Putra et al., 2013). Pada tanggal 17 November 2008, kematian manusia pertama dari infeksi virus rabies terjadi di Ungasan, Bali, setelah gigitan anjing. Pada 27 Desember 2009, 27 kasus manusia telah dilaporkan terjadi di bagian yang terpisah dari pulau, tapi terutama di selatan, di Tabanan dan Ungasan. Pada 13 Maret 2010, jumlah kematian manusia dilaporkan telah melampaui 40 orang (Gautret et al., 2010). Dalam setahun berikutnya, total lebih dari 130 orang meninggal akibat rabies (terutama orang-orang yang tidak menerima profilaksis pasca pajanan). Dengan wabah saat ini dan populasi anjing diperkirakan saat ini di Pulau Bali menjadi 500.000, Badan Veterinari Bali berupaya untuk mengendalikan wabah rabies pada anjing, melalui program vaksinasi masal dan pembunuhan hewan (Putra et al., 2013). Menurut data yang dikumpulkan oleh Yayasan Yudistira sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perbandingan populasi manusia dan anjing di Bali diperkirakan 1:6,5 (antara 5-8). Dengan jumlah penduduk Bali sebanyak 3,5 juta

4 jiwa, jumlah populasi anjing diperkirakan sekitar 540.000 ekor, atau 96 ekor/km2. Jumlah tersebut termasuk anjing yang dirumahkan (dirantai, dikandang atau dilepaskan dalam pagar rumah) anjing dengan pemilik yang dirumahkan dan dilepas, anjing dengan pemilik yang dilepaskan dan anjing tanpa pemilik. Proporsi anjing yang dirumahkan kurang dari 30%, sisanya merupakan anjing liar. Untuk jumlah anjing di Wilayah Kuta mencapai 6.502 ekor anjing, sehingga hal ini mengakibatkan faktor risiko warga terkena penyakit rabies meningkat (Besung et al., 2011). Kondisi ini mengakibatkan warga di Wilayah Kuta berisiko tinggi terkena penyakit rabies. Hal ini harus segera ditanggulangi agar tidak menyebabkan bertambahnya korban jiwa akibat rabies dan tidak menimbulkan keresahan dari warga. Diketahui bahwa pengetahuan dan sikap akan memengaruhi tindakan pencegahan, dimana bila orang telah melakukan tindakan pencegahan terhadap penyakit rabies maka akan menurunkan jumlah korban jiwa akibat penyakit rabies. Melihat hal tersebut menarik perhatian peneliti untuk meneliti hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit rabies pada warga di Wilayah Puskesmas Kuta II. B. Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit rabies pada warga di Wilayah Puskesmas Kuta II?

5 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum : Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan pencegahan penyakit rabies pada warga di Wilayah Puskesmas Kuta II. 2. Tujuan Khusus : Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu : a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan warga terhadap penyakit rabies di Wilayah Puskesmas Kuta II. b. Untuk mengetahui sikap warga terhadap penyakit rabies di Wilayah Puskesmas Kuta II. c. Untuk mengetahui tindakan pencegahan warga terhadap penyakit rabies di Wilayah Puskesmas Kuta II. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk memperkaya informasi di dalam Kedokteran Komunitas mengenai penyakit rabies dan upaya pencegahannya.

6 2. Manfaat Aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi Puskesmas Kuta II terkait dengan penyakit rabies dan upaya pencegahannya.