Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46 ISSN 232 934X Finance, Accounting and Marketing Pemetaan Daya Saing Industri Pada Sektor Industri Agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI) M. Hudori *1 dan Muhammad 2 1 Program Studi Manajemen Logistik, Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi, Bekasi 1752, Indonesia 2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh Utara, Indonesia * Corresponding Author: 1 m.hudori@cwe.ac.id,+62812652316 ; 2 muh_za@yahoo.com, +628136516119 Abstrak Sektor agribisnis merupakan industri terbesar di Indonesia yang menyumbang 13,7% GDP pada tahun 28. Sektor ini memberikan sumbangsih dalam menghasilkan barang dan makanan melalui pertanian yang menghasilkan tanaman pangan, perikanan, perkebunan, perhutanan dan peternakan. Sektor agribisnis terdiri dari empat sub-sektor, yakni perkebunan, peternakan, perikanan dan sub-sektor lainnya dengan jumlah 2 emiten. Berdasarkan data dari BEI, tercatat ada 2 emiten dan sub-sektor perkebunan yang paling dominan dengan 12 emiten atau mencapai 6% dari sektor agribisnis. Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis daya saing dengan GE- McKinsey Matrix diperoleh bahwa AALI adalah emiten yg berada pada area selective harvest dimana bisnisnya sangat menarik perhatian pasar, namun sayangnya kekuatan bisnisnya lemah hal ini diikuti dengan akumulasi penurunan laba bersih selama 5 tahun terakhir sebesar 6,74%. Dalam hal ini Investasi AALI harus mengarahkan untuk menguatkan kekuatan bisnisnya guna mendapatkan posisi pasar yg lebih kuat. SMAR berada pada area harvest for cash generation dengan akumulasi pertumbuhan laba bersih selama 5 tahun terakhir sebesar 97,73%, SMAR memiliki daya tarik pasar dan kekuatan bisnis yg kuat, saat ini berada pada attractive market yang cukup tinggi, dimana ini merupakan target investasi. Copyright 214 Department of industrial engineering. All rights reserved. Kata Kunci: Pemetaan Sektor Industri, GE-Mc-Kinsey Matrix, Sektor Industri Agribisnis 1 Pendahuluan Sektor agribisnis merupakan industri terbesar di Indonesia yang menyumbang 13,7% GDP tahun 28. Sektor ini memberikan sumbangsih dalam menghasilkan barang dan makanan melalui pertanian yang menghasilkan tanaman pangan, perikanan, perkebunan, perhutanan dan peternakan. Sebagai sebuah industri, agribisnis tidak bisa berdiri sendiri karena berhubungan dengan sektor industri lainnya seperti pupuk, bahan kimia serta produk karet/plastik dan sintetisnya [1]. Industri pupuk sebagai penggerak faktor pertumbuhan dari sektor agribisnis yang diproyeksikan pertumbuhannya antara 8%-1% pertahun dengan ekspansi produk sebesar 3%-12% per tahun (Urea dan NPK) [2]. Implikasinya, industri pupuk akan memperoleh momentum pertumbuhan yang tinggi yang pasti membutuhkan pembiayaan untuk investasi, ekspansi serta untuk tujuan upgrading. Selain pupuk, bahan kimia juga sebagai faktor penggerak sektor agribisnis, tetapi karena persediaan bahan dasar dalam negeri tidak mencukupi ditambah kompetisi dari AFTA, maka pembiayaan untuk sektor ini harus benar-benar dievaluasikan [3]. 2 Pemetaan di Sektor Agribisnis Berdasarkan Bursa Efek Indonesia (BEI) Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan lembaga resmi di Indonesia yang memperdagangkan saham perusahaan-perusahaan publik. Perusahaan-perusahaan tersebut (selanjutnya disebut emiten) dikelompokkan menjadi sembilan sektor, yaitu sebagai berikut: (1) agribisnis, (2) pertambangan, (3) industry dasar dan kimia, (4) aneka industri, (5) industry barang dan konsumsi, (6) property dan real estate, (7) infrastuktur, utilitas dan transportasi, (8) keuangan, dan (9) perdagangan, jasa dan investasi [4]. Sektor agribisnis terdiri dari empat sub-sektor, yakni perkebunan, peternakan, perikanan dan sub-sektor lainnya dengan jumlah 2 emiten. Adapun emiten pada sub-sektor perkebuan dapat dilihat pada Tabel 1 [5]. Untuk selanjutnya, penyebutan emiten adalah cukup dengan penyebutan kodenya saja. Manuscript received September 1, 214, revised October 1, 214 Copyright 214 Department of Industrial Engineering. All right reserved
Tons 41 Pemetaan daya saing industri pada sektor industri agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tabel 1 Emiten pada sub-sektor perkebunan No. Code Name of Issuer 1 AALI PT. Astra Agro Lestari Tbk. 2 BWPT PT. BW Plantation Tbk. 3 GZCO PT. Gozco Plantation Tbk. 4 JAWA PT. Jaya Agra Wattie Tbk. 5 LSIP PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. 6 MAGP PT. Multi Agro Gemilang Plantation Tbk. 7 PALM PT. Provident Agro Tbk. 8 SGRO PT. Sampoerna Agro Tbk. 9 SIMP PT. Salim Ivomas Pratama Tbk. 1 SMAR PT. Sinar Mas Agro Res. & Tech. Tbk. 11 TBLA PT. Tunas Baru Lampung Tbk. 12 UNSP PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk. Salah satu aspek yang cukup penting untuk melihat daya saing industri pada sub-sektor perkebunan adalah luas lahan atau luas areal tanam. Data luas areal lahan dari keduabelas emiten pada sub-sektor perkebunan adalah seperti terlihat pada Tabel 2 [6]. Tabel 2 Data luas areal tanam setiap emiten sub-sektor perkebunan No. Kode Areal tanam (hektar) 1 AALI 272,994 2 BWPT 59,677 3 GZCO 36,483 4 JAWA 31,734 5 LSIP 142,142 6 MAGP 9,98 7 PALM 8,625 8 SGRO 114,827 9 SIMP 355,734 1 SMAR 139,2 11 TBLA 99,521 12 UNSP 13,638 Berdasarkan data pada Tabel 2, setelah diurutkan dapat digambarkan Pareto Diagram seperti terlihat pada Gambar 1.. menjadi fokus kajian dalam tulisan ini. 3 Komparasi Kinerja Saham Kinerja saham keempat emiten pada pembukaan dan penutupan perdagangan tahun 212 dapat dilihat pada Tabel 3 [7]. Tabel 3 Data kinerja saham tahun 212 setiap emiten pada sub-sektor perkebunan Kinerja Saham Pembukaan 1 Jan 212 Penutupan 31 Des 212 Harga tertinggi Harga Terendah Volume transaksi (ribu lembar) 1.15 21.7 2.25 6.4 1.15 19.7 2.3 6.55 1.45 23.75 3.15 7.4 1. 17.9 1.83 6.5 2.56.28 7 4 Komparasi Kapabilitas 249. 3.491.91 8 4.48 Daya saing suatu perusahaan, khususnya di subsektor perkebunan dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya [8]: (1) luas areal tanam dan komoditas utama, (2) keuangan, termasuk: aset, liabilitas, ekuitas, penjualan, laba kotor, biaya operasi, laba operasi dan laba bersih. Pertumbuhan areal tanam keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 2. 4 35 3 25 2 15 1 5 Gambar 1 Pareto diagram areal tanam Dari Gambar 1 terlihat bahwa ada 4 emiten yang mempunyai areal tanam dominan, yaitu mencapai 66,25% atau 91.7 hektar dari total areal tanam ke-12 emiten tersebut yang mencapai 1.373.673 hektar. Keempat emiten itu adalah SIMP, AALI, LSIP dan SMAR. Untuk selanjutnya, keempat emiten inilah yang 28 289,8 25,883 132,421 128,817 29 34,572 27,35 136,398 134,478 21 323,67 26,549 137,681 138,94 211 34,78 27,87 138,216 138,959 212 355,734 272,994 142,142 139,2 Gambar 2 Pertumbuhan areal tanam keempat emiten Pertumbuhan produksi tandan buah segar (FFB) keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis Copyright 214 Department of Industrial Engineering.All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46
Tons Tons Tons M. Hudori dan Muhammad 42 terlihat pada Gambar 3. 6. 5. 35 3 25 4. 2 3. 15 2. 1. 28 3.16, 3.937,86 1.454,995 2.85,188 29 3.346, 4.295,22 1.596,496 2.459,212 21 3.313, 4.235,52 1.585,449 2.452,527 211 3.786, 4.798,47 1.923,35 2.742,158 212 4.54, 5.498,2 1.989,39 3.93,56 1 5 28 166, 213,884 87,1 119,266 29 181, 232,243 96,785 141,5 21 175, 239,385 92,17 139,218 211 195, 269,299 16,737 157,99 212 27, 323,51 17,794 177,823 Gambar 3 Pertumbuhan produksi FFB keempat emiten Pertumbuhan produksi minyak sawit (CPO) keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 4. Gambar 5 Pertumbuhan produksi PK keempat emiten 5 Komparasi Keuangan Pertumbuhan aset keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 6. 1.6 1.4 1.2 1. 3. 25. 2. 8 6 4 15. 1. 2 28 714, 981,538 341,553 534,988 29 763, 1.82,953 377,55 64,264 21 74, 1.113,277 365,669 625,335 211 838, 1.268,196 442,949 79,77 212 88, 1.476,358 448,25 765,32 Gambar 4 Pertumbuhan produksi CPO keempat emiten Pertumbuhan produksi inti sawit (PK) keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 5. 5. 28 16.337 6.52 4.932 1.26 29 18.312 7.571 4.852 1.211 21 21.64 8.792 5.561 12.476 211 25.51 1.24 6.792 14.722 212 26.574 12.42 7.552 16.247 Gambar 6 Pertumbuhan aset keempat emiten Pertumbuhan equitas keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 7. Copyright 214 Department of Industrial Engineering.All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46
43 Pemetaan daya saing industri pada sektor industri agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI). 18. 35. 16. 14. 12. 3. 25. 1. 2. 8. 15. 6. 4. 2. 1. 5. 28 7.344 5.337 3.197 4.779 28 11.84 8.161 3.846 16.12 29 8.74 6.427 3.813 4.951 29 9.4 7.424 3.2 14.21 21 9.739 7.457 4.554 5.976 21 9.484 8.844 3.593 2.265 211 15.171 8.426 5.839 7.336 211 12.65 1.773 4.686 31.676 212 16.92 9.365 6.28 8.939 212 13.845 11.654 4.212 27.562 Gambar 7 Pertumbuhan equitas keempat emiten Pertumbuhan liabilitas keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 8. Gambar 9 Pertumbuhan penjualan keempat emiten Pertumbuhan laba kotor keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 1. 12. 1. 8. 6. 8. 7. 6. 5. 4. 4. 3. 2. 2. 1. 28 8.993 1.183 1.734 5.247 28 3.94 3.83 1.861 3.763 29 9.68 1.145 1.39 5.26 29 3.59 3.12 1.39 1.717 21 11.325 1.335 1.7 6.5 21 3.545 3.69 1.771 3.137 211 1.339 1.778 952 7.386 211 4.342 3.935 2.362 7.522 212 1.482 3.54 1.272 7.38 212 3.894 4.357 1.681 6.525 Gambar 8 Pertumbuhan liabilitas keempat emiten Pertumbuhan penjualan keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 9. Gambar 1 Pertumbuhan laba kotor keempat emiten Pertumbuhan biayaoperasi keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 11. Copyright 214 Department of Industrial Engineering.All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46
M. Hudori dan Muhammad 44 6. 3. 5. 2.5 4. 2. 3. 1.5 2. 1. 1. 5 28 1.16 426 546 1.622 29 932 61 372 67 21 1.36 645 411 1.47 211 1.25 62 357 5.259 212 1.447 833 357 3.263 28 1.374 2.631 928 1.12 29 1.35 1.73 77 698 21 1.395 2.14 1.33 1.247 211 2.251 2.499 1.72 1.791 212 1.523 2.454 1.123 2.179 Gambar 11 Pertumbuhan biayaoperasi keempat emiten Pertumbuhan laba operasi keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 12. 4. 3.5 3. 2.5 2. 1.5 1. 5 28 2.888 3.377 1.314 2.141 29 2.127 2.5 1.19 1.11 21 2.24 2.964 1.361 1.667 211 3.136 3.333 2.6 2.263 212 2.447 3.525 1.324 3.262 Gambar 12 Pertumbuhan laba operasi keempat emiten Pertumbuhan laba bersih keempat emiten selama 5 tahun terakhir secara grafis terlihat pada Gambar 13. Gambar 13 Pertumbuhan laba bersih keempat emiten 6 Analisis dan Pembahasan Dari data dan grafik di atas terlihat bahwa keempat emiten tersebut mengalami pasang surut dalam menjalankan bisnisnya.hal ini dengan terlihat dari perkembangan elemen-elemen yang kita komparasikan, baik elemen kapabilitas maupun elemen keuangannya. Untuk memudahkan kita dalam melakukan analisis, pada Tabel 4 dan Tabel 5 akan disajikan angka pertumbuhan dari elemen-elemen tersebut. Tabel 4 Pertumbuhan elemen-elemen kapabilitas emiten pada sub-sektor perkebunan Luas Areal FFB CPO PK Pertumbuhan Emiten Tahun Pertumbuhan (%) Tertinggi AALI 212 31,83 Terendah AALI 29 (17,37) Sumber: Data Olahan Tertinggi SIMP 22,75 Terendah LSIP 7,34 Tertinggi AALI 212 14,58 Terendah AALI 21 (1,4) Tertinggi SMAR 48,36 Terendah SIMP 28,29 Tertinggi LSIP 211 21,13 Terendah LSIP 21 (3,14) Tertinggi AALI 5,41 Terendah SIMP 23,25 Tertinggi AALI 212 19,96 Terendah LSIP 21 (4,77) Tertinggi AALI 51,4 Terendah LSIP 23,9 Copyright 214 Department of Industrial Engineering.All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46
45 Pemetaan daya saing industri pada sektor industri agribisnis di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tabel 5 Pertumbuhan elemen-elemen keuangan emiten pada sub-sektor perkebunan Pertumbuhan Pertumbuhan Emiten Tahun (%) Tertinggi SMAR 21 22,18 Terendah LSIP 29 (1,61) Aset Ekuitas Liabilitas Penjualan Laba Kotor Biaya Operasi Laba Operasi Laba Bersih Tertinggi AALI 9,49 Terendah LSIP 53,13 Tertinggi SIMP 211 55,78 Terendah SMAR 29 3,6 Tertinggi SIMP 119,11 Terendah AALI 75,49 Tertinggi LSIP 212 33,56 Terendah LSIP 29 (4,11) Tertinggi AALI 158,14 Terendah LSIP (26,66) Tertinggi SIMP 211 32,91 Terendah SIMP 29 (23,65) Tertinggi SMAR 71,17 Terendah LSIP 9,5 Tertinggi SMAR 211 139,78 Terendah SMAR 29 (54,37) Tertinggi SMAR 73,4 Terendah LSIP (9,66) Tertinggi SMAR 211 257,73 Terendah SMAR 29 (62,58) Tertinggi SMAR 11,19 Terendah LSIP (34,64) Tertinggi SMAR 21 5,18 Terendah SMAR 29 (48,16) Sumber: Data Olahan Tertinggi SMAR 52,34 Terendah SIMP (15,28) Tertinggi SMAR 21 78,65 Terendah SMAR 29 (36,66) Tertinggi SMAR 97,73 Terendah AALI (6,74) Dari Tabel 4 terlihat bahwa emiten yang mengalami perkembangan luas areal tanam tertinggi secara tahunan adalah AALI (31,83%) pada tahun 212 dan juga terendah ( 17,73%) pada tahun 29. Sedangkan secara akumulasi selama 5 tahun yang tertinggi adalah SIMP (22,75%) dan terendah adalah LSIP (7,34%). Perkembangan luas areal tersebut ternyata tidak serta merta diikuti oleh pertumbuhan produksi FFB yang signifikan. Hal ini terlihat bahwa emiten yang mengalami pertumbuhan produksi FFB tertinggi secara tahunan adalah AALI (14,58%) pada tahun 212 dan juga terendah (1,4%) pada tahun 21. Sedangkan secara akumulasi selama 5 tahun yang tertinggi adalah SMAR (48,36%) dan terendah adalah LSIP (28,29%). Pertumbuhan produksi FFB seharusnya diikuti dengan pertumbuhan produksi CPO dan PK. Namun tidak demikian halnya yang terjadi. Hal ini terlihat bahwa emiten yang mengalami pertumbuhan produksi CPO tertinggi secara tahunan adalah LSIP (21,13%) pada tahun 211 dan juga terendah ( 3,12%) pada tahun 21. Sedangkan secara akumulasi selama 5 tahun yang tertinggi adalah AALI (5,41%) dan terendah adalah SIMP (23,25%).. Demikian pula halnya dengan PK, pertumbuhan produksi PK tertinggi secara tahunan adalah AALI (19,96%) pada tahun 212 dan terendah adalah LSIP ( 4,77%) pada tahun 21. Sedangkan secara akumulasi selama 5 tahun yang tertinggi adalah AALI (51,4%) dan terendah adalah LSIP (23,9%). Begitu juga dengan elemen-elemen keuangan, sama sekali tidak dapat menunjukkan korelasi yang signifikan terhadap pertumbuhan yang terjadi pada elemenelemen kapabilitas. Oleh karena itu kita akan mencoba melakukan pemetaan bagaimana posisi masing-masing emiten tersebut dengan menggunakan GE-McKinsey Matrix, yaitu melalui analisa pembobotan terhadap pertumbuhan elemen-elemen tersebut.[8] Pertama kali, kita akan membagi seluruh elemen (kecuali laba operasi) ke dalam dua kelompok, yaitu market attractiveness (meliputi produksi CPO dan PK, penjualan, laba kotor serta laba bersih) dan business strength (meliputi luas areal, produksi FFB, asset, ekuitas dan liabilitas). Selanjutnya kita akan memberikan pembobotan dari yang tertinggi hingga terendah pada pertumbuhan akumulasinya. Hasil pengelompokan dan pembobotan tersebut terlihat pada Tabel 6. Tabel 6 Analisis pembobotan pertumbuhan elemen-elemen kapabilitas dan keuangan emiten pada sub-sektor perkebunan No. Factor Affects Market attractiveness 1 Produksi CPO 1 4 2 3 2 Produksi PK 2 4 1 3 3 Penjualan 2 3 1 4 4 Laba Kotor 2 3 1 4 5 Laba Operasi 1 3 2 4 6 Laba Bersih 2 1 3 4 Total 1 18 1 22 Rata-rata 1,67 3, 1,67 3,67 No. Business Strength 1 Luas Areal Tanam 4 3 1 2 2 Produksi FFB 1 3 2 1 3 Aset 3 4 2 1 4 Ekuitas 4 1 3 2 5 Liabilitas 2 4 1 3 6 Biaya Operasi 3 2 4 1 Total 17 17 13 1 Rata-rata 2,83 2,83 2,17 1,67 Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat dibuat matriks yang akan menunjukkan posisi emiten dalam persaingan bisnisnya dan kecenderungan arah yang akan dituju berdasarkan akumulasi pertumbuhan laba bersih selama 5 tahun terakhir. GE-McKinsey Matrix tersebut terlihat pada Gambar 14. Copyright 214 Department of Industrial Engineering.All rights reserved. Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46
M. Hudori dan Muhammad 46 berada pada attractive market yang cukup tinggi, dimana ini merupakan target investasi. Sedangkan SIMP dan LSIP yang masih berada di posisi bawah masih sangat potensial untuk berkembang karena keduanya mempunyai kecenderungan peningkatan laba bersih. Untuk mempertahankan posisinyaa sebagai profit leader, AALI perlu merumuskan strategi baru guna memperkokoh daya saing bisnisnya, terutama dengan sesama emiten di sektor agribisnis. Daftar Pustaka Gambar 14 GE-McKinsey Matrix emiten sub-sektor industry agribisnis Dari Gambar 14 terlihat bahwa AALI yang pada tahun 212 merupakan emiten dengan posisi terbaik, yakni pada area selective harvest, mengalami kondisi pertumbuhan laba bersih yang cenderung menurun, di mana secara akumulasi selama 5 tahun terakhir kondisinya mengalami penurunan sebesar 6,74%. Meskipun emiten ini merupakan profit leader, akan tetapi jika kondisi tersebut tidak diperbaiki akan menyebabkan emiten ini menjadi tidak kompetitif lagi. Sedangkan ketiga pesaingnya, walaupun berada di posisi yang tidak seimbang antara business strength dan market attractiveness-nya, namun secara akumulasi selama 5 tahun terakhir pertumbuhan laba bersihnya positif, terutama SMAR yang mencapai 97,73%. Kondisi ini merupakan ancaman yang cukup serius bagi AALI karena dapat menggeser emiten tersebut dari posisi market leader. Oleh karena itu AALI perlu merumuskan strategi baru untuk memperkokoh daya saing bisnisnya, terutama dengan sesama emiten di sektor agribisnis. [1] Anonim, (212), http://www.bni.co.id/idid/bankingservice/bussinesbanking/sektorindustri.aspx, diakses 6 April 213. [2] Bustanul Arifin, (212), Masa Depan Sektor Agribisnis, http://www.infobanknews.com/ 212/12/masa-depan-sektoragrobisnis, diakses 6 April 213. [3] Anonim, (212), http://sahamok.com/pasarmodal/emiten/sektor-pertanian, diakses 6 April 213 [4] Manajemen PT. SIMP Tbk., (213), Laporan PT. Salim Ivomas Pratama Tbk., Jakarta. [5] Manajemen PT. AAI Tbk., (213), Laporan PT. Astra Agro Lestari Tbk., Jakarta. [6] Manajemen PT. Lonsum Tbk., (213), Laporan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk., Jakarta. [7] Manajemen PT. SMART Tbk., (213), Laporan PT. Sinar Mas Agro Resources & Technology Tbk., Jakarta. [8] Anonim, (213), http://www.valuebasedmanagement.net/methods_ge_mckinsey. html, diakses 6 April 213. 4 Kesimpulan Berdasarkan hasil pemetaan dan analisis daya saing dengan GE-McKinsey Matrix diperoleh bahwa AALI adalah emiten yg berada pada area selective harvest dimana bisnisnya sangat menarik perhatian pasar, namun sayangnya kekuatan bisnisnya lemah hal ini diikuti dengan akumulasi penurunan laba bersih selama 5 tahun terakhir sebesar 6,74%. Dalam hal ini Investasi AALI harus mengarahkan untuk menguatkan kekuatan bisnisnya guna mendapatkan posisi pasar yg lebih kuat. SMAR berada pada area harvest for cash generationdengan akumulasi pertumbuhan laba bersih selama 5 tahun terakhir sebesar 97,73%, SMAR memiliki daya tarik pasar dan kekuatan bisnis yg kuat, saat ini Copyright 214 Department of Industrial Engineering.All rights reserved Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.3 No.2 (214) 4-46