DASAR-DASAR ANALISIS PUISI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Membaca puisi merupakan salah satu kemampuan dasar yang perlu

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

P U I S I PENGERTIAN PUISI Pengertian Puisi Menurut Para Ahli

KOMPETENSI 10 EKSPRESI HATI. Standar Kompetensi Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi.

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berkaitan dengan menulis puisi telah

bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna.

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

Artikel Bahasa Indonesia

Rela berbagi ikhlas memberi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Data buku kumpulan puisi

BAB II LANDASAN TEORI. Lirik itu mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN PAK KASUR

MEDIA VIDEO EMOTIF SEBAGAI SARANA PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PUISI

ANALISIS BUNYI, KATA, DAN CITRAAN DALAM PUISI ANAK. Oleh: Itaristanti, M.A.

BAB II KAJIAN TEORI. yaitu tentang hakikat menulis puisi, hakikat puisi, hakikat metode pembelajaran. Selain itu,

Kajian Stilistika dalam Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang bersifat estetik. Hasil ciptaan itu menjadi sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB I PENDAHULUAN. emosional. Sebagai hasil imajinatif, sastra juga berfungsi sebagai hiburan yang

KEMAMPUAN MENGUBAH PUISI BALADA MENJADI KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2015/2016.

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Tarigan(1985 : 4), kata puisi berasal dari bahasa Yunani poiesis

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Bahasa puisi mempunyai arti yang tersimpan dan ingin diungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hasil Penelitian yang Relevan. Penelitian sebelumnya yang terkait dengan penelitian ini adalah Pengaruh

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.1

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

PSB PSMA. Rela berbagi Ikhlas memberi

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

KAJIAN IMPRESIONISTIK PUISI-PUISI KARYA CHAIRIL ANWAR. Hambali 1 Anzar 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

STRATA NORMA PUISI-PUISI W.S RENDRA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian Analisis Gaya Bahasa pada Album Musik Lethologica Karya Band Letto dan

TEORI PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA MENURUT MOODY

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian

BAB II KAJIAN TEORITIS. adalah kecakapan yang terdiri dari 3 jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sehingga menimbulkan kesan yang menarik. Sastra sering kali tercipta

AKAR TUBUH: BERANGKAT DARI KATA, MERAJUT MAKNA 1 Hermawan 2

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

ANALISIS PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN PENDEKATAN STRATA NORMA

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

ANALISIS MAKNA KIAS DALAM LIRIK LAGU IWAN FALS SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS X

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada puisi Pesanku Karya Asmara Hadi puisi

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Analisis Gaya Bahasa pada Lirik Lagu Grup Band Noah dalam Album Seperti Seharusnya (Edi Yulianto, 2015)

KEMAMPUAN MENULIS PUISI SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA VISUAL KELAS VII SMP NEGERI 3 KECAMATAN PAYAKUMBUH KABUPATEN 50 KOTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang Struktur Puisi Pesanku Karya Asmara Hadi dan Puisi

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Puisi lama, (2) Puisi baru, dan (3) Puisi modern (Badudu, 1984).

Strukturalisme Genetik

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAHASA INDONESIA XII IPA

Disajikan pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru SMA Bidang Studi Bahasa Indonesia. oleh Drs. H. Ma mur Saadie.M.Pd

2015 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN (EXPERIENTIAL LEARNING)

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR ARTIKEL OLEH RUDY PRASETYO A1D111001

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

HUBUNGAN KEMAMPUAN MEMAHAMI PUISI DENGAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 35 PADANG E- JURNAL ILMIAH YELCHI AMNUR NPM

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan sastra. Pada intinya kegiatan bersastra sesungguhnya adalah media

BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

APRESIASI PUISI HUTAN KELABU DALAM HUJAN KARYA SAPARDI DJOKODAMONO DENGAN PENDEKATAN STILISTIKA. F.A. Milawasri

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

The Students Ability In Reading Poetry By Using Paraphrase Technique The Students At Seventh Grade SMPN 20 Padang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Hiburan di Sekolah. Belajar Apa di Pelajaran 4? Kegiatan menulis untuk mengenal format surat dan menyampaikan informasinya

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya yang hidup di negeri ini. Masing-masing kelompok masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Kedudukan Pembelajaran Menulis Puisi Baru dalam Mata Pelajaran Bahasa

PENGAJARAN PUISI BAHASA JERMAN DENGAN METODE JIGSAW. Bungaran Butarbutar Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Medan.

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian sejenis yang peneliti temukan dalam bentuk skripsi di

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN RUBRIK PENGETAHUAN

Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi Melalui Teknik Pemodelan Siswa Kelas IV SDN 05 Bunobogu

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

LAMPIRAN NASKAH PUISI. Naskah Puisi 01 SATU Sutardji Calzoum Bachri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan cabang seni yaitu hasil cipta dan ekspresi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini dikemukakan beberapa poin di antaranya latar belakang

BAB 3 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN. Metode penelitian merupakan cara utama yang digunakan dalam mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah salah satu kebudayaan dalam kehidupan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUANTUM WRITING

KEMAMPUAN MENGGUNAKAN GAYA BAHASA DALAM MENULIS PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 LAMASI KABUPATEN LUWU

ANALISIS STRATA NORMA ROMAN INGARDEN DALAM LIRIK LAGU INKA CHRISTIE ALBUM GAMBARAN CINTA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN PUISI DI SMA

STRUKTUR PUISI PADA KORAN SINGGALANG

Transkripsi:

DASAR-DASAR ANALISIS PUISI Lembar komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Jl. Dr. Sutomo 16 Telp. (0274) 513129 Yogyakarta Disusun oleh Agustinus Suyoto PENGERTIAN Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan (Sitomorang, 1980:10). Menurut Vicil C. Coulter, kata poet berasal dari kata bahasa Gerik yang berarti membuat, mencipta. Dalam bahasa Gerik, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir menyerupai dewa-dewa atau orang yang amat suka pada dewa-dewa. Dia adalah orang yang mempunyai penglihatan yang tajam, orang suci, yang sekaligus seorang filsuf, negarawan, guru, orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi (Situmorang, 1980:10)). Ada beberapa pengertian lain. a. Menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984), puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait. b. Putu Arya Tirtawirya (1980:9) mengatakan bahwa puisi merupakan ungkapan secara implisit, samar dengan makna yang tersirat di mana kata-katanya condong pada makna konotatif. c. Ralph Waldo Emerson (Situmorang, 1980:8) mengatakan bahwa puisi mengajarkan sebanyak mungkin dengan kata-kata sesedikit mungkin. d. William Wordsworth (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan-perasaan yang penuh daya, memperoleh asalnya dari emosi atau rasa yang dikumpulkan kembali dalam kedamaian. e. Percy Byssche Shelly (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah rekaman dari saat-saat yang paling baik dan paling senang dari pikiran-pikiran yang paling senang. f. Watt-Dunton (Situmorang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekpresi yang kongkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahasa emosional dan berirama. g. Lescelles Abercrombie (Sitomurang, 1980:9) mengatakan bahwa puisi adalah ekspresi dari pengalaman imajinatif, yang hanya bernilai serta berlaku dalam ucapan atau pernyataan yang bersifat kemasyarakatan yang diutarakan dengan bahasa yang mempergunakan setiap rencana yang matang serta bermanfaat. I. PERBEDAAN PUISI DAN PROSA HB. Jassin (1953:54) mengatakan bahwa untuk mendefinisikan puisi, puisi itu harus dikaitkan dengan definisi prosa. Prosa merupakan pengucapan dengan pikiran, sedangkan puisi merupakan pengucapan dengan perasaan. Rahmanto dan Dick Hartoko (1986) mengatakan bahwa puisi merupakan lawan terhadap prosa. Ungkapan bahasa yang terikat (puisi), lawan ungkapan bahasa yang tidak terikat (prosa). Keterikatan oleh paralelisme, metrum, rima, pola bunyi, dsb. Pada sastra modern perbedaan puisi dan prosa sangat kabur. Luxemburg (1992) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan teks puisi adalah teks-teks monolog yang isinya tidak pertama-tama merupakan sebuah alur. Selain itu teks puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu. Tipografik ini merupakan ciri yang paling menonjol dalam puisi. Apabila kita melihat teks yang barisnya tidak selesai secara otomatis kita menganggap bahwa teks tersebut merupakan teks puisi. 1

Rachmad Djoko Pradopo (1987) mengatakan bahwa dewasa ini orang mengalami kesulitan dalam membedakan puisi dan prosa hanya dari bentuk visualnya sebagai sebuah karya tertulis. Sampai-sampai sekarang ini dikatakan bahwa niat pembacalah yang menjadi ciri sastra utama. Alterbern (dalam Pradopo, 1987) mengatakan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran dalam bahasa berirama. Ada tiga unsur pokok dalam puisi yaitu pemikiran/ide/emosi, bentuk, dan kesan. Jadi puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan bahasa yang berirama. Slametmulyana (1956:112) mengatakan bahwa ada perbedaan pokok antara prosa dan puisi. Pertama, kesatuan prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis, sedangkan kesatuan puisi adalah kesatuan akustis. Kedua puisi terdiri dari kesatuan-kesatuan yang disebut baris sajak, sedangkan dalam prosa kesatuannya disebut paragraf. Ketiga di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir. Pendapat lain mengatakan bahwa perbedaan prosa dan puisi bukan pada bahannya, melainkan pada perbedaan aktivitas kejiwaan. Puisi merupakan hasil aktivitas pemadatan, yaitu proses penciptaan dengan cara menangkap kesan-kesan lalu memadatkannya (kondensasi). Prosa merupakan aktivitas konstruktif, yaitu proses penciptaan dengan cara menyebarkan kesan-kesan dari ingatan (Djoko Pradopo, 1987). Perbedaan lain terdapat pada sifat. Puisi merupakan aktivitas yang bersifat pencurahan jiwa yang padat, bersifat sugestif dan asosiatif. Sedangkan prosa merupakan aktivitas yang bersifat naratif, menguraikan, dan informatif (Pradopo, 1987) Perbedaan lain yaitu puisi menyatakan sesuatu secara tidak langsung, sedangkan prosa menyatakan sesuatu secara langsung. II. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK PUISI Ada beberapa pendapat tentang unsur-unsur pembentuk puisi. Salah satunya adalah pendapat I.A. Richard. Dia membedakan dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi (the nature of poetry), dan metode puisi (the method of poetry). Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu 1. Sense (tema, arti) Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan). 2. Feling (rasa) Feeling adalah sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. 3. Tone (nada) Yang dimaksud tone adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat karyanya pada umumnya. Terhadap pembaca, penyair bisa bersikap rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif. 4. Intention (tujuan) Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut. Walaupun kadangkadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan yang dianut penyair Untuk mencapai maksud tersebut, penyair menggunakan sarana-sarana. Saranasarana tersebutlah yang disebut metode puisi. Metode puisi terdiri dari 1. Diction (diksi) Diksi adalah pilihan atau pemilihan kata yang biasanya diusahakan oleh penyair dengan secermat mungkin. Penyair mencoba menyeleksi kata-kata baik kata yang bermakna denotatif maupun konotatif sehingga kata-kata yanag dipakainya benarbenar mendukung maksud puisinya. 2. Imageri (imaji, daya bayang) 2

Yang dimaksud imageri adalah kemampuan kata-kata yang dipakai pengarang dalam mengantarkan pembaca untuk terlibat atau mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Maka penyair menggunakan segenap kemampuan imajinasinya, kemampuan melihat dan merasakannya dalam membuat puisi. Imaji disebut juga citraan, atau gambaran angan. Ada beberapa macam citraan, antara lain a. citra penglihatan, yaitu citraan yang timbul oleh penglihatan atau berhubungan dengan indra penglihatan b. Citra pendengaran, yaitu citraan yang timbul oleh pendengaran atau berhubungan dengan indra pendengaran c. Citra penciuman dan pencecapan, yaitu citraan yang timbul oleh penciuman dan pencecapan d. Citra intelektual, yaitu citraan yang timbul oleh asosiasi intelektual/pemikiran. e. Citra gerak, yaitu citraan yang menggambarkan sesuatu yanag sebetulnya tidak bergerak tetapi dilukiskan sebagai dapat bergerak. f. Citra lingkungan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran selingkungan g. Citra kesedihan, yaitu citraan yang menggunakan gambaran-gambaran kesedihan 3. The concrete word (kata-kata kongkret) Yang dimaksud the concrete word adalah kata-kata yang jika dilihat secara denotatif sama tetapi secara konotatif mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pemakaiannya. Slametmulyana menyebutnya sebagai kata berjiwa, yaitu katakata yang telah dipergunakan oleh penyair, yang artinya tidak sama dengan kamus. 4. Figurative language (gaya bahasa) Adalah cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sebagainya. Jenis-jenis gaya bahasa antara lain a. perbandingan (simile), yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti bagai, sebagai, bak, seperti, semisal, umpama, laksana, dll. b. Metafora, yaitu bahasa kiasan yang menyamakan satu hal dengan hal lain tanpa mempergunakan kata-kata pembanding. c. Perumpamaan epos (epic simile), yaitu perbandingan yang dilanjutkan atau diperpanjang dengan cara melanjutkan sifat-sifat perbandingannya dalam kalimat berturut-turut. d. Personifikasi, ialah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia di mana benda mati dapat berbuat dan berpikir seperti manusia. e. Metonimia, yaitu kiasan pengganti nama. f. Sinekdoke, yaitu bahasa kiasan yang menyebutkan suatu bagian yang penting untuk benda itu sendiri. g. Allegori, ialah cerita kiasan atau lukisan kiasan, merupakan metafora yang dilanjutkan. 5. Rhythm dan rima (irama dan sajak) Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur. Irama dibedakan menjadi dua, a. metrum, yaitu irama yang tetap, menurut pola tertentu. b. Ritme, yaitu irama yang disebabkan perntentangan atau pergantian bunyi tinggi rendah secara teratur. Irama menyebabkan aliran perasaan atau pikiran tidak terputus dan terkonsentrasi sehingga menimbulkan bayangan angan (imaji) yang jelas dan hidup. Irama diwujudkan dalam bentuk tekanan-tekanan pada kata. Tekanan tersebut dibedakan menjadi tiga, a. dinamik, yaitu tyekanan keras lembutnya ucapan pada kata tertentu. b. Nada, yaitu tekanan tinggi rendahnya suara. c. Tempo, yaitu tekanan cepat lambatnya pengucapan kata. Rima adalah persamaam bunyi dalam puisi. Dalam rima dikenal perulangan bunyi yang cerah, ringan, yang mampu menciptakan suasana kegembiraan serta kesenangan. Bunyi semacam ini disebut euphony. Sebaliknya, ada pula bunyi-bunyi 3

yang berat, menekan, yang membawa suasana kesedihan. Bunyi semacam ini disebut cacophony. Berdasarkan jenisnya, persajakan dibedakan menjadi a. rima sempurna, yaitu persama bunyi pada suku-suku kata terakhir. b. Rima tak sempurna, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada sebagian suku kata terakhir. c. Rima mutlak, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada dua kata atau lebih secara mutlak (suku kata sebunyi) d. Rima terbuka, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku akhir terbuka atau dengan vokal sama. e. Rima tertutup, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada suku kata tertutup (konsonan). f. Rima aliterasi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bunyi awal kata pada baris yang sama atau baris yang berlainan. g. Rima asonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada asonansi vokal tengah kata. h. Rima disonansi, yaitu persamaan bunyi yang terdapaat pada huruf-huruf mati/konsonan. Berdasarkan letaknya, rima dibedakan a. rima awal, yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada awal baris pada tiap bait puisi. b. Rima tengah, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di tengah baris pada bait puisi c. Rima akhir, yaitu persamaan bunyi yang terdapat di akhir baris pada tiap bait puisi. d. Rima tegak yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada bait-bait puisi yang dilihat secara vertikal e. Rima datar yaitu persamaan bunyi yang terdapat pada baris puisi secara horisontal f. Rima sejajar, yaitu persamaan bunyi yang berbentuk sebuah kata yang dipakai berulang-ulang pada larik puisi yang mengandung kesejajaran maksud. g. Rima berpeluk, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dan larik keempat, larik kedua dengan lalrik ketiga (ab-ba) h. Rima bersilang, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama antara akhir larik pertama dengan larik ketiga dan larik kedua dengan larik keempat (ab-ab). i. Rima rangkai/rima rata, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir semua larik (aaaa) j. Rima kembar/berpasangan, yaitu persamaan bunyi yang tersusun sama pada akhir dua larik puisi (aa-bb) k. Rima patah, yaitu persamaan bunyi yang tersusun tidak menentu pada akhir lariklarik puisi (a-b-c-d) Pendapat lain dikemukakan oleh Roman Ingarden dari Polandia. Orang ini mengatakan bahwa sebenarnya karya sastra (termasuk puisi) merupakan struktur yang terdiri dari beberapa lapis norma. Lapis norma tersebut adalah 1. Lapis bunyi (sound stratum) 2. Lapis arti (units of meaning) 3. Lapis obyek yang dikemukakan atau dunia ciptaan a. Lapis implisit b. Lapis metafisika (metaphysical qualities) IV. PARAFRASE PUISI Yang dimaksud parafrase adalah mengubah puisi menjadi bentuk sastra lain (prosa). Hal itu berarti bahwa puisi yang tunduk pada aturan-aturan puisi diubah menjadi prosa yang tunduk pada aturan-aturan prosa tanpa mengubah isi puisi tersebut. Perlu diketahui bahwa parafrase merupakan metode memahami puisi, bukan metode membuat karya sastra. Dengan demikian, memparafrasekan puisi tetap dalam kerangka upaya memahami puisi. Ada dua metode parafrase puisi, yaitu 4

a. Parafrase terikat, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan cara menambahkan sejumlah kata pada puisi sehingga kalimat-kalimat puisi mudah dipahami. Seluruh kata dalam puisi masih tetap digunakan dalam parafrase tersebut. b. Parafrase bebas, yaitu mengubah puisi menjadi prosa dengan kata-kata sendiri. Katakata yang terdapat dalam puisi dapat digunakan, dapat pula tidak digunakan. Setelah kita membaca puisi tersebut kita menafsirkan secara keseluruhan, kemudian menceritakan kembali dengan kata-kata sendiri. V. LEMBAR KEGIATAN SISWA LATIHAN I PERTANYAAN a. Citraan apa yang dominan dalam penggalan puisi di bawah ini! b. Gaya bahasa apakah yang dominan dalam penggalan puisi di bawah ini! c. Rima jenis manakah yang terdapat dalam penggalan puisi di bawah ini! d. Bagaimanakah feeling dalam penggalan puisi di bawah ini? e. Bagaimanakah tone dalam penggalan puisi di bawah ini? f. Apakah pokok persoalan yang ingin dikemukakan pengarang dalam penggalan puisi di bawah ini? PENGGALAN PUISI 1. laksana bintang berkilat cahaya, di atas langit hitam kelam, sinar berkilau cahya matamu, menembus aku ke jiwa dalam (Sebagai Dahulu, Aoh Kartahadimadja) 2. Dua puluh tiga matahari Bangkit dari pundakmu Tubuhmu menguapkan bau tanah (Nyanyian Suto untuk Fatima, Rendra) 3. Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang Menyinggung muram, desir hari lari benerang Menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak Dan kini, tanah, air tidur, hilang ombak (Senja di Pelabuhan Kecil, Chairil Anwar) 4. Betsyku bersih dan putih sekali Lunak dan halus bagaikan karet busa. Rambutnya merah tergerai Bagai berkas benang-benang rayon warna emas. Dan kakinya sempurna Singsat dan licin Bagaikan ikan salmon (Rick dari Corona, Rendra) 5. Engkau ibarat kolam di tengah-tengah belukar Berteriak-teriak tenang Membiarkan nyiur sepasang Berderminkan diri ke dalam Airmu (Engkau, Walujati) 6. Aku sudah saksikan Senja kekecewaan dan putus asa yang bikin tuhan Juga turut tersedu Membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi dalam kuburnya. (Fragment, Chairil Anwar) 7. Seruling di pasir tipis, merdu Antara gundukan pepohonan pina Tembang menggema di dua kaki Burangrang Tangkaubanperahu (Tanah Kelahiran, Ramadhan KH) 5

8. Tetapi istriku terus berbiak Seperti rumput di pekarangan mereka Seperti lumut di tembok mereka Seperti cendawan di roti mereka Sebab bumu hitam milik kami. Tambang intan milik kami Gunung natal milik kami (Afrika Selatan, Subagio Sastrowardjoyo) 9. Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerlu lagu Menarik menari seluruh aku (Sajak Putih, Chairil Anwar) 10. Maka dalam blingsatan Ia bertingkah bagai gorilla Gorilla tua yang bongkok Meraung-raung Sembari jari-jari galak di gitarnya Mencakar dan mencakar Menggaruki rasa gatal di sukmanya (Blues Untuk Bonnie, Rendra) LATIHAN II 1. Parafraseikan puisi berikut ini dengan metode parafrase terikat! 2. Parafrasekan puisi berikut ini dengan metode parafrase bebas! CERITA BUAT DIEN TAMAELA (Chairil Anwar) Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. Beta Pattirajawane Kikisan laut Berdarah laut. Beta Pattirajawane Ketika lahir dibawakan Datu dayung sampan. Beta pattirajawane, menjaga hutan pala. Beta api di panta. Siapa mendekat Tiga kali menyebut beta punya nama. Dalam sunyi malam ganggang menari Menurut beta punya tifa, Pohon pala, badan perawan jadi Hidup sampai pagi tiba. Mari menari! Mari beria! Mari berlupa! Awas jangan bikin beta marah Beta bikin pala mati, gadis kaku Beta kirim datu-datu! 6

Beta ada di malam, ada di siang Irama ganggang dan api membakar pulau Beta Pattirajawane Yang dijaga datu-datu Cuma satu. BALADA TERBUNUHNYA ATMO KARPO (WS Rendra) Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya di pucuk-pucuk para Mengepit kuat-kuat lutut menunggang perampok yang diburu Surai bau keringat basah, jenawi pun telanjang Segenap warga desa mengepung hutan itu Dalam satu pusaran pulang balik Atmo Karpo Mengutuki bulan betina dan nasibnya yang malang Berpancaran bunga api, anak panah di bahu kiri Satu demi satu yang maju terhadap darahnya Penunggang baja dan kuda mengangkat kaki muka. ---Nyawamu barang pasar, hai orang-orang bebal! Tombakmu pucuk daun dan matiku jauh orang papa. Majulah Joko Pandan! Di mana ia? Majulah ia kerna padanya seorang kukandung dosa. Anak panah empat arah dan musuh tiga silang Atmo Karpo tegak, luka tujuh liang. ---Joko Pandan! Di mana ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Bedah perutnya atapi masih setan ia Menggertak kuda, di tiap ayun menungging kepala Joko Pandan! Di manakah ia! Hanya padanya seorang kukandung dosa. Berberita ringkik kuda muncullah Joko Pandan Segala menyibak bagi reapnya kuda hitam Ridla dada bagi derinya dendam yang tiba. Pada langkah pertama keduanya sama baja. Pada langkah ketiga rubuhlah Atmo Karpo Panas luka-luka, terbuka daging kelopak-kelopak angsoka. Malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka Pesta abulan, sorak sorai, anggur darah Joko Pandan menegak, menjilat darah di pedang Ia telah membunuh bapanya. 7

8