BAB I PENDAHULUAN. mengkonsumsi minuman berenergi agar tubuh menjadi segar dan mengatasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan murah yakni mengkonsumsi minuman penambah energi. Padahal dari segi

BAB 1 PENDAHULUAN. fisik (Desmita, 2005) yang didukung dengan aktivitas olahraga dan aktivitas

No.Responden FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A.1. Latar Belakang. Minuman berenergi termasuk salah satu minuman. suplemen yang mengandung kafein, glukosa, dan taurin

BAB 1 PENDAHULUAN. tubuh. Media masa sangat mudah mempengaruhi cara berpikir dan gaya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. primer manusia yang tidak dapat ditinggalkan. Setiap hari manusia membutuhkan makanan dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi setiap hari. Untuk memenuhi kebutuhan ini, produsen berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi maka selera terhadap produk teknologi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

I PENDAHULUAN. Kebutuhan konsumen terhadap minuman siap minum atau dikenal juga dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat. bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

Kuisioner Penelitian Nomor Kuisioner :.. Tanggal Kuisioner :..

Energy Drink, Masih Layakkah dikategorikan sebagai Minuman Fungsional?? [Kelompok 8] [Kelas E] Anggota: Reza Widyasaputra ( )

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lebih memilih makanan instan yang biasa dikenal dengan istilah fast food. Gaya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan pangan manusia berasal dari tumbuh-tumbuhan (pertanian primer) serta

Gerakan Nasional Peduli Obat dan Pangan Aman. aktivitas keseharian dan pola pengobatan masyarakat di Indonesia. Saat jenis penyakit akibat

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Pada produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. namun sayang sekali mereka hanya melihat dari segi pengaruh komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

ANALISIS KEPUASAN PELANGGAN TERHADAP SUSU MERK CIMORY

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. akibat dari disregulasi dalam sistem keseimbangan energi

LAMPIRAN 1 Tabel Karakteristik contoh Usia

BAB I PENDAHULUAN. Nilai suatu produk tidak hanya ditentukan oleh harga, namun juga ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. udara. Air dipergunakan untuk kebutuhan sehari-hari seperti memasak,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. 2 Keamanan Air Minum Isi Ulang. Suprihatin.

REKOMENDASI ALTERNATIF KEBIJAKAN PEMASARAN. pemasaran, adapun strategi pemasaran yang dilakukan oleh perusahaan bertujuan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN PEMBELIAN MAHASISWA TERHADAP MINUMAN BERSUPLEMEN MEREK EXTRA JOSS

BAB VI HASIL PENELITIAN. analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karakteristik masing masing

STUDI KEBIASAAN MINUM DAN HIDRASI PADA REMAJA DAN DEWASA DI DUA WILAYAH EKOLOGI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, perlu

BAB 1 : PENDAHULUAN. antara jumlah energi yang masuk dengan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk

BAB V HASIL PENELITAN

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

I. PENDAHULUAN. Olah raga merupakan suatu gaya hidup sehat yang harus dibiasakan sejak kecil agar

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

I. PENDAHULUAN. karena berpengaruh terhadap eksistensi dan ketahanan hidup setiap manusia,

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi Susu pada saat remaja terutama

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-20, mulai bermunculan restoran-restoran fast food.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian

tersebut dibanding produk lainnya (BPOM, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa remaja memberikan dampak pada masalah kesehatan. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk orang-orang yang sibuk dan suka berperilaku konsumtif. Makanan

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan tingkat kesehatan dan fungsi kognitif. Manusia dapat memenuhi

I. PENDAHULUAN. dan siap untuk dimakan disebut makanan. Makanan adalah bahan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

GIZI DAUR HIDUP. Rizqie Auliana, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. berakhir pada usia 19 tahun (Proverawati, 2010) Remaja adalah kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. masih memiliki beberapa ketertinggalan dan kekurangan jika dibandingkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. pada anak-anak hingga usia dewasa. Gizi lebih disebabkan oleh ketidakseimbangan

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

I. PENDAHULUAN. [28 Februari 2011] 1 Makanan dan Minuman

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari masa anak anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang serba praktis. Hal ini memungkinkan masyarakat modern sulit untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai hal yang menyusahkan, bahkan membahayakan jiwa. Namun di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pasar pada saat ini semakin meningkat sehingga membuat

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju hidup sehat 2010 yaitu meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. bermaksud mengadakan penelitian dengan judul HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG GAGAL GINJAL KRONIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suplemen berenergi adalah jenis minuman yang ditujukan untuk. stamina tubuh seseorang yang meminumnya. (

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Aria Novitasari, FKM UI, Universitas Universitas Indonesia Indonesia

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG MENGKONSUMSI MINUMAN BERENERGI BAGI KESEHATAN DI TEMPAT FITNES TIRTO JOYO PONOROGO

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB I PENDAHULUAN. urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Ginjal memiliki peranan yang sangat vital sebagai organ tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Lima puluh sembilan persen dari berat badan orang dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. pola hidup yang sehat. Makanan dan minuman merupakan salah satu aspek terpenting

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Minuman berenergi dalam hal ini energy drink merupakan pelengkap dari berbagai masyarakat untuk menjaga kesehatan dan stamina tubuh. Minuman berenergi biasa diminum dan menjadi suatu kebiasaan masyarakat untuk mengembalikan stamina setelah melakukan pekerjaan berat atau menambah tenaga jika ingin melakukan suatu aktifitas tertentu (Simanjuntak dan Siagin, 2003). Akan tetapi sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang mengonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan. Masyarakat hanya menilai bahwa minuman berenergi sebagai minuman yang dapat mengembalikan stamina tubuh lebih cepat, masyarakat lebih mementingkan mengkonsumsi minuman berenergi agar tubuh menjadi segar dan mengatasi kelelahan, terutama bagi masyarakat modern yang cenderung untuk memilih mengkonsumsi minuman berenergi yang mudah didapat dan murah harganya. Padahal dari segi keamanan dan manfaat terhadap kesehatan, masih banyak konsumen yang belum sepenuhnya paham akan cara penggunaan yang tepat, selain juga bahaya serta resiko yang ditimbulkannya (Komlim, 2012). Beberapa produk minuman berenergi yang beredar dikalangan masyarakat banyak zat kandungan yang dapat menimbulkan dampak kesehatan terhadap tubuh. 1

2 Menurut hasil berbagai survey pada tahun 2005 di Italia minuman suplemen berenergi dikonsumsi oleh remaja sekitar 30-50% remaja dan dewasa muda. Di Amerika survey pada tahun 2007 dilaporkan sekitar 5448 orang mengalami overdosis kafein, 46% diantaranya pada usia dibawah 19 tahun.di Indonesia bisnis dan pemasaran produk suplemen, terutama didaerah perkotaan cenderung meningkat pesat. Rata-rata produksi suplemen 93,2 juta liter per tahun yang terdiri dari dua produsen susu dengan kapasitas 24,2 juta liter per tahun, 14 produsen minuman berenergi dengan kapasitas produksi 10,4 juta liter per tahun, dan tujuh produsen minuman isotonic dengan kapasitas produksi 10,4 juta liter per tahun. Selain itu data registrasi dibadan POM menunjukkan bahwa total suplemen sejak tahun 1997 hingga tahun 2000 adalah 3.232, di mana 74,28% (2.399 produk) adalah produk impor dan 25,86% (837 produk) adalah produk lokal (Marlinda, 2011). Menurut data yang di peroleh Business Monitor Internasional (BMI), di Indonesia pada tahun 2009 produksi minuman berenergi dalam bentuk cair sebanyak 1,2 triliun liter dan menjadi 1,38 triliun liter pada tahun berikutnya. Adapun total penjualan minuman berenergi pada tahun 2009 sebanyak Rp 16,9 triliun dan bernilai Rp 20.54 triliun pada tahun berikutnya. Berdasarkan data tersebut terlihat jelas peningkatan produksi minuman berenergi diikuti dengan peningkatan minat konsumsi minuman energi pada masyarakat (BMI, 2012 dalam Widyarini 2013).

3 Hasil penelitian oleh mahasiswa di IPB pada tahun 2011 menunjukkan bahwa lebih dari 50% penduduk kota besar mengkonsumsi suplemen.konsumsi suplemen dalam berbagai bentuk telah menjadi bagian dari gaya hidup masyarakat pekerja-pekerja di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Padang, Makasar dan Banjarmasin (Hidayat, 2002). Berdasarkan hasil peneliti yang di lakukan oleh Reising et al (2007), regulasi terhadap kehadiran minuman berenergi perlu di lakukan. Hal ini dikarenakan oleh kandungan kafein yang tinggi pada minuman berenergi dan juga disertai pemasaran yang dilakukan secara agresif pada konsumen muda (produktif) dan berpengalaman. Berdasarkan dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11 Desember 2015 ditempat fitnes Tirto Joyo Ponorogo, banyak sekali anggota fitnes Tirto Joyo yang mengkonsumsi minuman berenergi tetapi tidak tahu kandungan, dampak dan cara mengkonsumsi yang baik. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti kepada 10 responden dengan cara wawancaran dan menggunakan kuisoner diperoleh data pengetahuan masyarakat tentang mengkonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan yaitu baik sebanyak 0 responden, pengetahuan cukup sebanyak 4 responden, dan pengetahuan kurang sebanyak 6 responden. Menurut Badan Pangan Dunia (FAO) pemanis buatan yang terkadang menjadi salah satu bahan minuman berenergi yaitu natrium benzoat bersifat karsinogenik jika dikonsumsi secara berlebihan. Kandungan yang terdapat pada minuman berenergi seperti vitamin, mineral, serta stimulasi seperti

4 guarana, taurin, variasi bentuk gingseng, maltodextrin, carnitine, ginkgo biloba dan kafein yang tinggi atau bahkan jumlahnya tidak diketahui, minuman ini dilaporkan oleh berbagai asosiasi kesehatan dunia mempunyai dampak kesehatan yang serius khususnya pada anak remaja, dan dewasa muda dengan gejala diabetes, kelainan jantung, gangguan emosi dan gangguan perilaku, dehidrasi, peningkatan denyut jantung serta kesehatan lainnya (Widodo, 2011). Selain itu minuman berenergi juga mengandung kandungan yang berkarbonat dan tidak berkarbonat yang dapat merusak organ ginjal. Melihat kompleknya permasalahan pada dampak mengonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan bisa disimpulkan karena kurangnya pengetahuan atau kurangnya informasi dikalangan masyarakat. Maka dari itu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat peran tenaga kesehatan sebagai educator di harapkan dapat membantu memberikan informasi dengan cara penyuluhan tentang dampak mengonsumsi minuman berenergi, kandungan yang berbahaya terhadap tubuh dan anjuran mengonsumsi minuman berenergi yang optimal. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengidentifikasi pengetahuan masyarakat tentang mengkonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan.

5 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pernyataan masalah diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut, Bagaimana pengetahuan masyarakat tentang mengkonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan? 1.3 Tujuan Penelitian Mengetahui pengetahuan masyarakat tentang mengkonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini: 1.4.1 Manfaat Teroristis 1. Bagi ilmu pengetahuan Hasil peneliti dapat dijadikan bahan peneliti lebih lanjut sebagai dasar untuk lebih memantapkan dan memberikan informasi tentang mengkonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan tubuh. 2. Bagi institusi pendidikan Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan ilmu dan kategori keperawatan, khususnya mata kuliah KMB serta dapat dijadikan sebagai kajian dan bacaan untuk kegiatan peneliti. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian tentang minuman suplemen berenergi.

6 2. Bagi masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang mengonsumsi minuman suplemen berenergi. 3. Bagi peneliti Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak maupun efek mengkonsumsi minuman suplemen berenergi jika dikonsumsi secara berlebihan. 1.4 Keaslian Penulisan 1. Andriyono, Gigih (2012). Dengan judul Pengetahuan Masyarakat Dalam Mengkonsumsi Minuman Berkafein. Desain penelitian ini adalah deskriptif untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat dalam mengkonsumsi minuman berkafein. Populasi penelitian ini adalah seluruh masyarakat yang mengkonsumsi minuman berkafein sebanyak 80 orang. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 67 responden sesuai dengan kriteria sampel. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan deskriptif statik.dari hasil penelitian terhadap 67 responden pada pengetahuan masyarakat dalam mengkonsumsi minuman berkafein didapatkan hasil baik (43,2%) atau 29 responden, sedangkan pengetahuan buruk 38 responden (56,7%). Hasil persamaan peneliti diatas dan peneliti yang akan dilakukan adalah menggunakan metode penelitian deskriptif, sedangkan perbedaannya yaitu pada variabel penelitian. Peneliti diatas menggunakan variabel pengetahuan

7 masyarakat dalam mengonsumsi minuman berkafein, sedangkan peneliti menggunakan variabel pengetahuan masyarakat tentang dampak mengonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan. 2. Rahmawanto, Dedi (2011). Dengan judul Persepsi Label Halal Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen pada Produk Minuman Berenergi. Tujuan dari riset ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari persepsi konsumen label halal pada produk hidangan energi di keputusan pembelian dan untuk mengetahui kolerasi persepsi konsumen label halal. Metode analisis menggunakan kemunduran Tinier ganda. Variabel-variabel persepsi konsumen termasuk perhatian, mengerti, dan memori. Hasil dari analisa menunjukkan persepsi konsumen itu (perhatian, mengerti, dan memori). Koefisien kolerasi untuk perhatian, mengerti dan variabel-variabel memori dengan keputusan variabel pembelian didalam tingkatan yang kuat. Hasil persamaan peneliti diatas dan peneliti yang akan dilakukan adalah samasama meneliti minuman berenergi, sedangkan perbedaannya yaitu pada metode penelitian yang digunakan. Peneliti diatas menggunakan metode korelasi sedangkan peneliti menggunakan metode peneliti deskriptif. 3. Yosefin Hanna (2009) yang berjudul Hubungan antara konsumsi suplemen vitamin dan mineral, serta minuman berenergi dengan kebugaraan jasmani pada atlet cabang olahraga akuatik distadion renang Gelora Bung Kamo Senayan Jakarta. Penelitian ini diketahui tidak ada hubungan antara mengkonsumsi minuman suplemen, vitamin dan mineral,

8 serta minuman berenergi karena tidak dapat meningkatkan kebugaraan jasmani atlet tersebut. Perbedaan variabel peneliti pada peneliti yang sudah menggunakan variabel hubungan, kebugaraan jasmani pada atlet cabang olahraga akuatik, sedangkan peneliti menggunakan variabel pengetahuan masyarakat tentang dampak mengkonsumsi minuman berenergi bagi kesehatan. Persamaan peneliti diatas dan peneliti yang akan dilakukan adalah sama- sama meneliti minuman berenergi, sedangkan perbedaannya yaitu pada metode penelitian yang digunakan. Peneliti diatas menggunakan metode korelasi sedangkan peneliti menggunakan metode peneliti deskriptif.