BAB I PENDAHULUAN. (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kepuasan kerja karyawan. dengan mana para karyawan memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. ikut sertanya pemerintah dalam ASEAN Free Trade Area (AFTA). Ikut sertanya

BAB I PENDAHULUAN. perubahan baik di pusat maupun di daerah dengan berbasis kinerja. Tentunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pasar global, tetapi juga merugikan negara serta dalam jangka panjang dapat

BAB I PENDAHULUAN. bersifat kuantitatif dan diperlukan sebagai sarana pengambilan keputusan baik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. tujuan organisasi dan sesuai dengan kode etik auditor. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi di dalam mempertanggungjawabkan segala aktivitas finansial

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945, disebutkan bahwa negara

BAB I PENDAHULUAN. kepada kliennya. Jasa yang diberikan oleh akuntan publik bisa diklasifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya persaingan di kalangan auditor dan berkembangnya profesi

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BAB I PENDAHULUAN. dalam bekerja sehingga dapat mengoptimalkan kinerja dan output yang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik atau yang biasa disebut Good Government

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberikan rekomendasi tentang tindakan-tindakan perbaikan

pemeriksaan mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap pelaporan.

BAB I PENDAHULUAN. menuntut pembangunan yang merata di setiap daerah sehingga pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pemerintah yang baik menuju pada terwujudnya good. governance, karena good governance telah menjadi suatu paradigm baru

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

VALUE FOR MONEY AUDIT DAN PROSES AUDIT KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. ini ditandai oleh adanya tuntutan dari masyarakat akan menunjang terciptanya

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

BAB I PENDAHULUAN. intern daerah yang bersangkutan Badan Pengawas Daerah (BAWASDA).

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA DAN KREATIVITAS AUDITOR/PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan bagi politik dan sistem pemerintahan maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian audit menurut Mulyadi (2002:9) adalah suatu proses. sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara obyektif

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah tidak dapat dibendung dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Negara mengelola dana yang sangat besar dalam penyelenggaraan pemerintahannya.

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI GROBOGAN NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

BAB II AUDIT INTERNAL PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN. memeriksa dan mengevaluasi laporan keuangan yang disajikan oleh objek

BAB I PENDAHULUAN. Dalam waktu yang relatif singkat akuntansi sektor publik telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi masalah tersebut melalui berbagai cara, salah satunya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari pajak dan penerimaan Negara lainnya, dimana kegiatannya banyak

BAB I PENDAHULUAN. Kantor Akuntan Publik atas auditor internal di sebuah perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Nepotisme). Banyaknya kasus korupsi yang terjadi akhir-akhir ini menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah daerah di era

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dengan

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pemerintah No.105 Tahun 2000 tentang Pengelolaan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari

BAB I PENDAHULUAN. informasi dalam jumlah yang relatif banyak untuk memenuhi standar pekerjaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengunaan dana sehingga efektivitas dan efisien penggunaan dana

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup orang banyak, maka sudah sepantasnya pemerintah dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. melakukan audit terhadap pemerintah. Sedangkan undang-undang No 15 tahun

BAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan bisnis yang makin ketat seperti dewasa ini, sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintahan merupakan salah satu organisasi yang non profit

BAB I PENDAHULUAN. adil dan transparan haruslah disikapi dengan sistematis dan serius. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat umum terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam organisasi pemerintahan diperlukan sumber daya manusia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah. Daerah telah di atur dalam Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2001 yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perusahaan go public di Indonesia berkembang dengan sangat cepat, hal

BAB I PENDAHULUAN. baik ( good governance government ). Hal tersebut dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek penting yang menjadi tolok ukur keberhasilan perguruan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan kemajuan dalam berbagai bidang, khususnya bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti saat ini. Persaingan usaha yang semakin tajam. menyebabkan perusahaan terus menerus meningkatkan kualitasnya,

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan yang baik (good governance), yaitu pemerintahan yang dapat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan mengenai pengaruh

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 7 TAHUN 2014

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagai acuan dari penelitian ini dapat disebutkan salah satu hasil penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menemukan temuan yang memuat permasalahan, yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Mewujudkan Pemerintahan yang baik ( Good Governance) diperlukan

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk senantiasa tanggap dengan lingkungannya, dengan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB 1 PENDAHULUAN. negara serta pemberlakuan ASEAN Economic Community (AEC) atau masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (Good Governance and Clean Government) adalah kontrol dan. pelaksana, baik itu secara formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan Sub Sektor Peternakan di Provinsi Jawa Barat

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, sistem pemerintahan daerah di Indonesia sudah bersifat desentralisasi, artinya pemerintah pusat memberikan otoritas untuk mengatur sendiri segala urusan pemerintahan di daerah. Menurut Mardiasmo (2009: 189), terdapat tiga aspek utama yang mendukung terciptanya pemerintahan yang baik (good governance), yaitu pengawasan, pengendalian dan pemeriksaan. Masyarakat menuntut adanya peningkatan transparansi dan akuntabilitas dari kinerja aparatur pemerintah. Hal ini menjadi dorongan bagi Inspektorat yang berperan sebagai lembaga pengawas di tingkat daerah, untuk bekerja lebih maksimal. Tugas pokok dari Inspektorat adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen puncak (Kepala Daerah) telah dipatuhi dan berjalan sesuai dengan rencana, menentukan baik atau tidaknya pemeliharaan terhadap kekayaan daerah, menentukan efisiensi dan efektifitas dari prosedur dan kegiatan pemerintah daerah serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai unit atau satuan. Untuk memenuhi keseluruhan tugas ini, Inspektorat memiliki Kelompok Jabatan Fungsional yang akan membagi tugas kepada auditor yang ada di dalamnya. Auditor di Inspektorat adalah jabatan fungsional yang memiliki ruang lingkup, tugas dan tanggung jawab serta wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah. Dalam 1

2 Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 51 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Inspektorat, pada pasal 19 menjelaskan mengenai Kelompok Jabatan Fungsional, sebagai berikut: 1. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pengawasan sesuai keahlian masing-masing 2. Kelompok Jabatan Fungsional dalam melakukan pengawasan dapat dibagi-bagi dalam tim 3. Pejabat Fungsional pada Inspektorat dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Inspektur. Dalam pasal 20 dinyatakan bahwa Kelompok Jabatan Fungsional dalam pelaksanaan tugasnya dibentuk pemeranan sebagai Pengendali Mutu, Pengendali Teknis, Ketua Tim dan Anggota Tim dalam rangka pengawasan ditetapkan oleh Inspektur. Bagan struktur organisasi di dalam Kelompok Jabatan Fungsional adalah sebagai berikut: Pengendali Mutu Pengendali Teknis Ketua Tim Anggota Tim Anggota Tim Anggota Tim Gambar 1.1 Struktur Organisasi Kelompok Jabatan Fungsional

3 Auditor di Inspektorat melakukan audit komprehensif. Artinya mengaudit secara keseluruhan, tidak hanya laporan keuangan saja melainkan juga audit terhadap segala kegiatan pemerintahan. Terdapat empat hal yang menjadi sorotan penting bagi auditor inspektorat, yakni: dari segi keuangan (seperti proses pembelanjaan atas anggaran), sumber daya manusia (misalnya tingkat kedisiplinan pegawai), sarana dan prasarana (seperti inventarisasi asset dan management asset), serta pengendalian intern (contohnya metode kerja yang digunakan). Proses audit di Inspektorat adalah sebagai berikut: auditor terlebih dahulu mendiskusikan area audit yang direncanakan atau biasa disebut diskusi awal atau diskusi pra temuan. Pada diskusi awal ini, tim auditor membuat rencana audit dan menampung pengaduan dari publik. Setelah audit selesai dilaksanakan, maka dibuatlah Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) yang berisi mengenai temuan pemeriksaan serta rekomendasi pemeriksaan dan dipaparkan di depan pimpinan. Dari LHP ini, auditor kemudian akan menyiapkan tindak lanjut hasil pemeriksaan (TLHP) yang merupakan temuan sementara untuk memberi kesempatan pada instansi yang diperiksa untuk memberikan tanggapan atas temuan hasil pemeriksaan. Auditor di Inspektorat tidak berhak untuk menyatakan opini, namun memberikan rekomendasi berupa Laporan Hasil Pemeriksaan kepada pimpinan yang diperiksa. Berhasil tidaknya sebuah tim auditor di Inspektorat melaksanakan proses audit, bergantung pada sumber daya manusia yang mengerjakannya. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah kepuasan kerja yang dialami oleh karyawan, dalam hal ini auditor. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang

4 menyenangkan bagi karyawan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Ini tampak dalam sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Handoko, 2008: 193). Kepuasan kerja auditor di Inspektorat terkadang diabaikan oleh pemerintah daerah, padahal hal ini berpengaruh sangat besar terhadap kinerja auditor. Murtanto dan Djasmin (2005) dalam Amilin dan Supriatiningsih (2009) menyatakan bahwa manusia ingin merasakan kepuasan atas hasil kerjanya. Hal ini disebabkan karena kepuasan kerja merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepuasan hidup karena sebagian besar waktu manusia dihabiskan di tempat kerja. Kepuasan kerja pada dasarnya merupakan kebutuhan manusia yang paling penting dalam melaksanakan pekerjaan. Individu yang merasa terpuaskan dengan pekerjaannya cenderung lebih bersemangat dalam bekerja, adapun individu yang merasa kurang terpuaskan dalam pekerjaannya semangat kerjanya cenderung menurun. Kepuasan kerja dirasakan dapat mempengaruhi semangat seseorang dalam bekerja. Penelitian Lawler dan Porter (1974) dalam Widyarini (2009) menyatakan terdapat dua alasan mengapa kepuasan kerja penting dalam organisasi, pertama adalah adanya fakta mengenai korelasi yang kuat antara kepuasan kerja dan ketidakhadiran, serta antara kepuasan kerja dengan turnover. Pegawai yang puas memiliki komitmen tinggi terhadap organisasi, membantu rekan kerja, serta memiliki keinginan lebih tinggi untuk melaporkan yang tidak etis.

5 Wexley dan Yukl (2005: 154) mengungkapkan kepuasan kerja menjadi penting dalam dunia kerja karena diyakini bahwa kepuasan kerja yang tinggi akan mendorong peningkatan kinerja, baik individu maupun kelompok, yang pada akhirnya akan meningkatkan efektifitas instansi pemerintah pada umumnya. Nurahma dan Indriantoro (2000) menyatakan penyebab auditor tidak merasakan kepuasan dalam bekerja adalah karena kurang menerima feedback, kemampuan auditor kurang optimal dimanfaaatkan, supervisi yang tidak memadai, hanya sedikit kesempatan untuk berpartisipasi, sedikitnya pujian dari atasan atas hasil pekerjaan yang telah dikerjakan dengan baik, serta seringnya mengalami kebosanan. Tuntutan kerja auditor di Inspektorat sangatlah banyak dan sulit. Seorang auditor tidak hanya harus memperdalam ilmu dengan berbagai pelatihan dan menguasai aturan-aturan pemerintah daerah, namun juga terjun langsung dan ikut ambil bagian dalam proses pemeriksaan. Beban tugas auditor yang tidak merata serta penugasan yang bertumpuk-tumpuk ini menyebabkan kepuasan kerja auditor menurun yang berakibat kinerja auditor kurang maksimal, seperti adanya keterlambatan LHP (Laporan Hasil Pemeriksaan). (Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Yudi Ismono S.Sos, M.Acc, Kepala Subbagian Program dan Keuangan di Inspektorat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Peneliti melihat apabila tindakan supervisi dapat berfungsi secara maksimal, maka permasalahan tersebut di atas dapat diminimalkan. Dengan adanya tindakan supervisi, diharapkan auditor memperoleh arahan dalam proses bekerjanya dan segala kesulitan yang dihadapi oleh auditor bisa segera dicari jalan

6 keluarnya hingga pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kepuasan kerja auditor dan kinerjanya pun menjadi lebih optimal. Berkaitan dengan upaya untuk meningkatkan kepuasan kerja auditor di Inspektorat, maka setiap pekerjaan yang telah direncanakan sebaiknya disupervisi dengan benar. Dengan adanya supervisi dapat memberikan feedback atau masukan-masukan bagi auditor di Inspektorat untuk melakukan perbaikanperbaikan. Supervisi di Inspektorat dilakukan secara berjenjang oleh Ketua Tim terhadap Anggota Tim, Pengendali Teknis terhadap Ketua Tim dan terakhir Pengendali Mutu terhadap Pengendali Teknis. Nurahma dan Indriantoro (2000) menyatakan AECC (Accounting Education Change Commision) menerbitkan Issue Statement No.4 yang salah satu isinya adalah AECC Recomendations for Supervisors of Early Work Experience yang ditujukan untuk meningkatkan kepuasan kerja auditor dengan tindakan supervisi dengan tepat terutama dalam tiga aspek, yaitu sebagai berikut: 1. Supervisor hendaknya menunjukan sikap kepemimpinan dan mentoring yang kuat. 2. Supervisor hendaknya menciptakan kondisi kerja yang mendorong tercapainya kesuksesan. 3. Supervisor hendaknya memberikan penugasan yang menantang dan menstimulasi terselesaikannya tugas. Rosalina dan Rustiana (2003) menyatakan bahwa supervisi merupakan tindakan mengawasi atau mengarahkan penyelesaian pekerjaan. Tindakan supervisi yang dilakukan dapat memberikan kesempatan kepada auditor untuk

7 berpartisipasi dan mengoptimalkan kemampuannya. Supervisi yang dilakukan selama proses audit akan menentukan hasil yang akan dicapai. Pentingnya tindakan supervisi juga dipertegas dalam Mardiasmo (2009: 187), mengenai Standar Audit Pemerintahan No.2 poin B, menyatakan bahwa Supervisi Staf harus diawasi (disupervisi) dengan baik. Eddy (2001) mengungkapkan seseorang yang memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi akan menampakkan sikap yang positif terhadap pekerjaannya, sedangkan seseorang yang tidak atau kurang memperoleh kepuasan dalam bekerja akan menampakkan sikap yang sebaliknya. Sikap positif yang dimaksud dapat berupa rendahnya tindak ketidakhadiran karyawan, produktivitas karyawan yang tinggi dan rendahnya tingkat turnover yang terjadi, sedangkan sikap negatif berupa tingginya tingkat ketidakhadiran dan turnover karyawan dan rendahnya produktivitas. Berdasarkan penelitian Syofyetty (2009) yang menguji pengaruh tindakan supervisi terhadap kepuasan kerja auditor pada Inspektorat Provinsi Sumatera Barat, menyatakan tindakan supervisi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kepuasan kerja auditor yang melakukan audit komprehensif. Penelitian Patten (1995) yang dikutip oleh Nurahma dan Indriantoro (2000) mendapatkan bukti bahwa kepuasan kerja akuntan pemula di kantor akuntan publik dipengaruhi oleh sikap supervisor mereka dalam aspek kepemimpinan dan mentoring, aspek kondisi kerja dan aspek penugasan. Penelitian Nurahma dan Indriantoro (2000) yang mengambil sampel di Jakarta, menyatakan bahwa aspek kepemimpinan dan mentoring, aspek kondisi kerja dan aspek penugasan dan tindakan supervisi yang

8 disarankan AECC berkorelasi positif terhadap kepuasan kerja. Dengan demikian, semakin baik pelaksanaan supervisi seperti yang disarankan oleh AECC, maka tingkat kepuasan kerja akan semakin tinggi. Hadi (2007) menyatakan bahwa kepemimpinan dan mentoring mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan pemula. Namun, hasil analisis aspek kondisi kerja dan aspek penugasan, tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja akuntan pemula. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rapina dan Hana (2011) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara tindakan supervisi dengan kepuasan kerja auditor junior. Semakin tinggi tindakan supervisi yang dilakukan, maka semakin tinggi pula kepuasan kerja auditor junior tersebut. Penelitian yang dilakukan Rosalina dan Rustiana (2003) menyatakan bahwa tindakan supervisi berkorelasi positif dengan kepuasan kerja. Artinya bahwa semakin tinggi tindakan superivisi semakin tinggi pula kepuasan kerja. Hal ini berarti bahwa semakin berpengalaman auditor semakin tinggi pula kepuasan kerja. Jika kepuasan kerja meningkat diharapkan mampu meningkatkan kinerja para akuntan tersebut yang pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja kantor akutan publik secara keseluruhan. Hasil penelitian yang dilakukan Amilin dan Supriatiningsih (2009) semakin sering supervisor memberikan feedback maka bawahan akan semakin termotivasi untuk bekerja dan kepuasan kerja meningkat. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Syofyetty (2009) namun dengan obyek penelitian yang berbeda, yaitu Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan

9 bukti empiris bahwa aspek-aspek tindakan supervisi yang disarankan oleh AECC berpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk mengangkat topik dengan judul Pengaruh Tindakan Supervisi Terhadap Kepuasan Kerja Auditor di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dilihat bahwa tindakan supervisi dan kepuasan kerja masih menjadi isu yang relevan untuk diperhatikan. Pada dasarnya ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja seseorang, dalam hal ini auditor di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta. Jika ada faktor yang tidak terpenuhi, maka akan berdampak pada kepuasan kerja auditor dalam menjalankan tugasnya. Dalam penelitian ini yang akan diangkat adalah ketiga aspek dalam tindakan supervisi, yaitu aspek kepemimpinan atau mentoring, aspek kondisi kerja dan terakhir adalah aspek penugasan. Maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah tindakan supervisi berpengaruh terhadap kepuasan kerja auditor di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mereplikasi penelitian sebelumnya dan melihat apakah terdapat pengaruh signifikan tindakan supervisi terhadap kepuasan kerja auditor di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta.

10 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Organisasi - Instansi Pemerintah Daerah khususnya Inspektorat dapat dijadikan masukan guna meningkatkan kepuasan kerja auditornya. - Inspektorat mengetahui informasi mengenai pentingnya memperhatikan tindakan supervisi yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja auditor. 1.4.2 Bagi Peneliti - Sebagai sarana latihan atas dasar ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah untuk diterapkan pada kenyataan yang dihadapi di lapangan. - Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan yang akan dimanfaatkan sebagai modal meniti karier di masa yang akan datang. 1.4.3 Bagi Pihak Lain - Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan sumbangan konseptual untuk penelitian yang sejenis dalam rangka perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan. - Memberikan gambaran atau sumbangan pemikiran tentang tindakan supervisi dalam pengaruhnya terhadap kepuasan kerja auditor.

11 1.5 Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan ini disusun sebagai gambaran secara keseluruhan atas skripsi yang akan diuraikan dalam beberapa bab sebagai berikut : Bab I PENDAHULUAN Bab ini memberikan gambaran dan arah dalam perencanaan penelitian yang meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Bab ini membahas mengenai teori-teori yang berkaitan dengan tindakan supervisi dan kepuasan kerja dan beberapa hal mengenai auditor di Inspektorat Daerah Istimewa Yogyakarta serta pengembangan hipotesis. Bab III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tentang populasi dan sampel penelitian, jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian, definisi operasional variabel, metode pengukuran dan teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis. Bab IV ANALISA DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan cara menganalisa data untuk menguji hipotesis serta hasil dari analisa data tersebut. Bab V KESIMPULAN Bab ini berisi kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah dilakukan serta saran untuk peneliti berikutnya.