BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi salah satu elemen

BAB I PENDAHULUAN , , ,35 Menengah B. Usaha Besar

BAB I PENDAHULUAN. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia pada tahun 1997 merupakan momen yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini

BAB I PENDAHULUAN. usaha kecil atau usaha mikro dan sektor informal, terutama di daerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. banyaknya jumlah usaha yang ada di negara tersebut, mencerminkan bahwa

Usaha Rakyat (KUR) yang pada tahun 2013 ditargetkan sekitar 20 Triliun. Namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Megginson et al., 2000).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya MEA, maka akan terjadi perputaran barang secara bebas (ASEAN Free

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyongsong Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sebagai bentuk integrasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan benteng penyelamat

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BABI PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu. yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia sendiri telah ditetapkan sebuah peraturan yang mewajibkan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Perekonomiaan yang baik adalah perekonomian yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. tukar tereskalasi menjadi krisis multi dimensi yang dimulai akhir tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangannya, keberadaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

ANALISIS PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PADA PERUSAHAAN KECIL DAN MENENGAH DI YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 mendefiniskan Dunia Usaha. sebagai Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu (2011), UKM

BAB I PENDAHULUAN. Namun dibalik semua itu ternyata Koperasi dan UMKM memliki permasalahan yang. rendahnya kompetensi kewirausahaan UMKM (DSE:2010).

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terbukti memiliki peran dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan harus siap dalam menghadapi pasar bebas dimana setiap sekat. dan makmur material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. inovasi (Urata, 2000). Akterujjaman (2000) menyatakan bahwa UKM di seluruh

PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk memudahkan para penggunanya dalam menerapkan prinsip

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Di berbagai banyak Negara di dunia, Usaha Mikro Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. penulis untuk membahas topik tersebut didasari oleh beberapa pokok pikiran;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulyadi, 2014 Pengaruh Perilaku Kewirausahaan Terhadap Keberhasilan Usaha

BAB I PENDAHULUAN. kembang sejak sebelum berdirinya Negara ini. Hal ini patut kita banggakan.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai pemulihan ekonomi. UMKM sendiri pada dasarnya sebagian besar bersifat

BAB I PENDAHULUAN. dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. Usaha mikro memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. semakin keteat seiring mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian. karena sektor ini akan banyak menyerap tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB II LANDASAN TEORI. jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai peranan penting. dalam kemajuan perekonomian Indonesia dimana pertumbuhan terus

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. sehat (Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998).

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. lebih bebas. Oleh karena itu, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) akan bersaing. negara ASEAN (Purwaningsih dan Kusuma, 2015).

I. PENDAHULUAN. negaranya, yaitu sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi, inovasi, dan progres

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun terjadi krisis moneter di Indonesia, dari sinilah usaha

BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara sedang berkembang tetapi juga di negara-negara maju.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, pada tahun lalu terdapat 55,2

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. terpuruk yang disebabkan oleh adanya krisis moneter (tahun 1997 tahun 1998),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil tersebut harus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia. memiliki tempat tersendiri dalam perkembangan ekonomi Indonesia.

MAKALAH KEGIATAN PPM. Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. andalan untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Sektor ini sebagai penyumbang. pertanian memberi andil sekitar 13,39 %, (BPS, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

A. Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi, potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional.

BAB I PENDAHULUAN. dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut dapat digunakan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) pada bulan Juli 2009.

PENGARUH KURS DOLLAR, INFLASI DAN SUKU BUNGA TERHADAP HARGA SAHAM DI BEI. (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan UMKM di Indonesia dilihat dari tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bidang yang sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM dalam perekonomian sangat terlihat saat Indonesia dalam keadaan krisis moneter. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi positif yang didorong oleh UMKM ketika krisis ekonomi global tahun 2008. Hal ini sangat bertolak belakang dengan kebanyakan entitas bisnis besar yang mengalami kondisi sulit karena lemahnya nilai tukar rupiah saat kondisi ekonomi krisis. Selama periode krisis tahun 2007 sampai 2009, UMKM justru memberikan kontribusi sekitar 59% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Menurut Ketua Dewan Direktur CIDES (Center for Information and Development Studies) Rohmad Hadiwijoyo, terdapat tiga faktor yang membuat UMKM dapat bertahan dalam kondisi ekonomi krisis (Kompas, 28 Maret 2012). Pertama, umumnya UMKM menghasilkan barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat sehingga pendapatan masyarakat yang menurun ketika krisis tidak akan berpengaruh banyak terhadap permintaan barang dan jasa yang dihasilkan. Faktor kedua disebabkan karena pelaku usaha UMKM umumnya memanfaatkan sumber daya lokal dan tidak 1

mengandalkan barang impor, baik untuk sumber daya manusia, modal, bahan baku, serta peralatan sehingga menyebabkan UMKM hanya sedikit terpengaruh tidak stabilnya nilai tukar rupiah saat kondisi krisis. Faktor ketiga penyebab UMKM masih dapat bertahan saat krisis yakni umumnya modal bisnis UMKM tidak berasal dari pinjaman perbankan sehingga ketika sektor perbankan terpuruk saat krisis atau suku bunga perbankan tinggi, usaha UMKM tidak terlalu terpengaruh. Selain berperan penting dalam membangun ketahanan ekonomi negara, UMKM juga berperan penting dalam menyumbang sebagian besar Produk Domestik Bruto (PDB) negara dan mampu membuka lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. Menurut data yang dikeluarkan Kementrian Koperasi dan UKM dari tahun 2011 sampai 2012, UMKM menyumbang sekitar 59,08% terhadap PDB dan mampu menyerap tenaga kerja sekitar 97,16% dari total 110.808.154 jumlah angkatan kerja di Indonesia. Hal ini memperlihatkan besarnya kontribusi dan potensi UMKM terhadap negara. Besarnya potensi UMKM dalam menyerap tenaga kerja perlu mendapat perhatian saat pemerintah berencana berhenti melakukan pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri mulai tahun 2017 (Republika, 5 November 2014). Dengan pengembangan dan pemberdayaan yang serius dari pemerintah di sektor UMKM, maka akan menjadi salah satu alternatif dalam membuka lapangan kerja yang besar di dalam negeri. 2

Dalam memasuki berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada akhir tahun 2015, UMKM di Indonesia secara keseluruhan akan memperoleh peluang untuk berkembang dengan terbukanya potensi pangsa pasar yang lebih luas di kawasan negara ASEAN, tetapi juga akan menghadapi tantangan yang berat karena tidak adanya proteksi arus barang dan jasa dari negara lain. Dalam menghadapi tantangan berlakunya MEA masih banyak permasalahan yang ada pada UMKM, antara lain sulitnya akses modal, rendahnya penggunaan teknologi, dan lemahnya pemasaran (Hasan, 2013). Permasalahan sulitnya akses permodalan UMKM antara lain disebabkan karena rendahnya kualitas laporan keuangan UMKM (Rudiantoro, 2012) dan manajemen tidak dapat menyediakan informasi akuntansi berupa laporan keuangan. Hal ini didukung beberapa penelitian antara lain yang dilakukan oleh (Suhairi, 2004), (Jati, Bala, & Nisnoni, 2004), (Baas & Schrooten, 2006) yang menunjukkan bahwa akuntansi pada UMKM masih rendah dan memiliki banyak kelemahan. Penelitian yang dilakukan oleh (Srikandi & Setyawan, 2010) di Yogyakarta menemukan bahwa usaha mikro dan kecil sebagian besar tidak menerapkan laporan keuangan sama sekali. Kondisi ini dapat terjadi karena banyak pemilik usaha UMKM yang tidak memahami pentingnya menyusun laporan keuangan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) membuat standar akuntansi khusus yang disesuaikan dengan karakteristik UMKM yakni Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntansi Publik 3

(SAK ETAP) dan berlaku efektif sejak 1 Januari 2011. SAK ETAP dibuat untuk lebih memudahkan UMKM dalam pembuatan laporan keuangan daripada harus menggunakan dasar PSAK yang terlebih dahulu wajib digunakan sebagai dasar pembuatan laporan keuangan untuk perusahaan yang telah go public. Menurut Musnandar (2011), prinsip-prinsip yang terdapat dalam SAK ETAP penting diperhatikan agar pengelolaan bisnis UMKM lebih professional dan diharapkan akan berkembang lebih besar di masa mendatang. Penerapan dasar SAK ETAP oleh UMKM dalam pembuatan laporan keuangan tentunya akan membuat pihak perbankan memiliki pandangan yang positif terhadap usaha yang dijalankan dan nantinya diharapkan akan memudahkan perbankan dalam menilai kelayakan bisnis UMKM untuk memperoleh bantuan kredit permodalan pengembangan usaha. Disamping itu, UMKM tentunya akan memiliki data keuangan lebih akurat sebagai dasar pembuatan keputusan untuk pemilik dalam upaya lebih meningkatkan produktivitas, efektifitas dan efisiensi usaha. Pada prakteknya di lapangan, dengan diterbitkannya SAK ETAP ternyata belum mendorong minat UMKM untuk mulai menyusun laporan keuangan yang berdasarkan SAK ETAP. Beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan oleh (Holmes & Nicholls, 1988) menemukan beberapa faktor antara lain ukuran bisnis, lama manajemen memimpin operasional usaha, sektor industri dan pendidikan manajer usaha mempengaruhi pembuatan dan penggunaan informasi akuntansi pada perusahaan kecil. Sedangkan penelitian 4

yang dilakukan oleh (Rudiantoro, 2012) mengemukakan bahwa pemilik atau manajemen yang mempunyai persepsi manfaat yang tinggi terhadap laporan keuangan akan membuat tingginya penyiapan dan penggunaan laporan keuangan dalam perusahaan. Sementara penelitian (Sari & Setyawan, 2012) mengemukakan bahwa kurangnya sumber daya dan rumitnya pembuatan laporan keuangan juga menjadi salah satu penyebab UMKM tidak membuat laporan keuangan sesuai standar yang ada. Berdasarkan uraian dan hasil penelitian di atas, peneliti tertarik melakukan replikasi penelitian tentang penyusunan dan pembuatan laporan keuangan pada UMKM dengan judul: ANALISIS PENGARUH KARAKTERISTIK UMKM TERHADAP IMPLEMENTASI SAK ETAP. 1.2. Rumusan Permasalahan Dari uraian latar belakang di atas diketahui bahwa permasalahan penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi oleh UMKM disebabkan beberapa faktor antara lain karakteristik pemilik atau manajemen maupun dari karakteristik UMKM itu sendiri. Untuk itu, peneliti tertarik untuk mereplikasi penelitian (Holmes & Nicholls, 1988) dan (Astuti, 2007) untuk menguji konsistensi hasil penelitian terdahulu tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyusunan dan pembuatan laporan keuangan sekaligus untuk mengetahui tingkat implementasi SAK ETAP pada UMKM kecil dan 5

menengah khususnya di DIY. Rumusan permasalahan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh bentuk usaha terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah? 2. Apakah terdapat pengaruh umur usaha terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah? 3. Apakah terdapat pengaruh ukuran usaha terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah? 4. Apakah terdapat pengaruh latar belakang pendidikan pemilik atau manajemen terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah? 5. Apakah terdapat pengaruh persepsi manfaat akuntansi terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah? 6

1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji pengaruh bentuk usaha terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah. 2. Untuk menguji pengaruh umur usaha terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah. 3. Untuk menguji ukuran usaha terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah. 4. Untuk menguji pengaruh latar belakang pendidikan pemilik atau manajemen terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah. 5. Untuk menguji pengaruh persepsi manfaat akuntansi terhadap penyusunan dan pembuatan laporan keuangan akuntansi pada UMKM kecil dan menengah. 7

1.4. Kontribusi Penelitian Kontribusi riset dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagi akademisi Memberikan tambahan informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan SAK ETAP pada UMKM. 2. Bagi pembuat standar Memberikan tambahan informasi tentang permasalahan penerapan SAK ETAP di lapangan serta menjadi tambahan rekomendasi untuk lebih meningkatkan efektivitas implementasi SAK ETAP pada UMKM. 3. Bagi UMKM Memberikan tambahan informasi tentang manfaat pembuatan laporan keuangan dan sebagai tambahan motivasi untuk mulai membuat laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP pada periode selanjutnya. 4. Bagi penelitian selanjutnya Memberikan tambahan sumber referensi dan informasi untuk kemungkinan penelitian selanjutnya tentang implementasi SAK ETAP. 8

1.5. Sistematika Penulisan Bab I: Pendahuluan Bab I berisi latar belakang penelitian dan diikuti oleh perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II: Landasan Teori Bab II membahas teori yang menjadi landasan dan acuan dalam penelitian, kemudian pembuatan kerangka pemikiran teoritis dan referensi penelitian terdahulu serta perumusan hipotesis. Perumusan hipotesis merupakan dugaan sementara yang disimpulkan dari landasan teori dan penelitian terdahulu, serta merupakan jawaban sementara dari masalah yang diteliti. Bab III: Metode Penelitian Bab III menguraikan jenis penelitian, populasi dan sampel penelitian, jenis data dan metoda pengumpulan data, teknik pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, definisi operasional variabel, uji serta teknik pengujian hipotesis. Bab IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab IV menggambarkan subjek penelitian, uraian hasil penelitian, interpretasi data, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V: Kesimpulan Bab V menguraikan kesimpulan hasil penelitian dan rekomendasi bagi pihak yang terkait dengan implikasi hasil penelitian ini, serta peluang perbaikan untuk penelitian selanjutnya. 9