BAB I PENDAHULUAN. dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KONSEP, TINJAUAN PUSTAKA, DAN LANDASAN TEORI. berjudul The Sorcerer and The White Snake ini, disusun berdasarkan konsep,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pembuatan film yang diangkat dari sebuah novel bukanlah hal baru. Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kedalam bentuk film bukanlah hal baru lagi di Indonesia. membantu dalam menggagas sebuah cerita yang akan disajikan dalam film.

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kemampuan Menulis Naskah Drama oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Kabupaten Muaro Jambi

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Jepang merupakan salah satu negara yang terkenal akan ragam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Tema dan Karya Alasan Pemilihan Tema

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seniman melalui berbagai bentuk media yang digunakannya. Melalui karya seni inilah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan hasil pekerjaan seni kreasi manusia. Sastra dan manusia erat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV KESIMPULAN. Bab keempat memuat kesimpulan dari uraian yang ada pada bab satu

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini berjudul Analisis Tokoh Utama pada Film Curse of the Golden

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB II PENINGKATAN KEMAMPUAN BERMAIN PERAN MELALUI METODE KETERAMPILAN PROSES. Drama di teater adalah salah satu bentuk karya sastra, bedanya dengan

Modul ke: 15Fakultas. 15Ilmu. Patricia Robin, S.I.Kom., M.I.Kom. Komunikasi. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari masyarakat pemakainya. Bahasa yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. drama dapat digolongkan menjadi dua, yaitu part text, artinya yang ditulis dalam teks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sering melaksanakan tugas-tugas menyimak, disertai kondisi fisik dan mental yang prima,

BAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Kejadian-kejadian yang sudah dilegitimasikan dalam teks tidak bisa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini, yakni penelitian

BAB I PENDAHULUAN. hlm. viii. 1 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta: Lkis, 2001),

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah kreasi, bukan semata-mata sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra di Indonesia banyak mengalami perkembangan. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. diputar sehingga menghasilkan sebuah gambar bergerak yang disajikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

: Ainul Khilmiah, Ella yuliatik, Anis Citra Murti, Majid Muhammad Ardi SMART?: SEBUAH TAFSIR SOLUSI IDIOT ATAS PENGGUNAAN TEKNOLOGI

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni. Sastra juga cabang ilmu

BAB I PENDAHULUAN. belajar dipengaruhi oleh motivasi dari dalam dan luar siswa.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra yang bersifat imajinasi (fiksi) dan karya sastra yang bersifat non

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah sehingga. berbentuk tulisan dan karya sastra berbentuk lisan.

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah seni yang tercipta dari tangan-tangan kreatif, yang merupakan

KONFLIK TOKOH UTAMA DALAM FILM THE SORCERER

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila

BAB I PENDAHULUAN. kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena. kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan kehadiran orang lain. Tanpa kehadiran orang lain ia merasa kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. pemikiran si peneliti karena menentukan penetapan variabel. Berdasarkan Kamus Besar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra sebagai ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman,

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan karya seni kreatif yang menjadikan manusia

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Drama merupakan gambaran kehidupan sosial dan budaya masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sastra adalah pengungkapan masalah hidup, filsafat, dan ilmu jiwa yang dituangkan dalam sebuah karya. Sastra lahir dari dorongan manusia untuk mengungkapkan diri, tentang masalah manusia, kemanusiaan, dan semesta (Semi, 1993: 1). Banyak definisi mengenai karya sastra telah dikemukakan oleh para ahli. Menurut Selden (1985: 52), karya sastra adalah kehidupan kreatif seorang penulis dan pengungkapan pribadi pengarang. Akan tetapi menurut Sudjiman (1998: 68), sastra adalah karya lisan atau tulisan yang memiliki ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Melalui karya sastra, seseorang menyampaikan pandangannya tentang kehidupan yang ada disekitarnya. Oleh sebab itu, mengapresiasi karya sastra artinya berusaha menemukan nilai-nilai kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa ditemukan dalam karya sastra tersebut. Sastra sebagai hasil pengolahan jiwa pengarangnya, dihasilkan melalui suatu proses perenungan yang panjang mengenai hakikat hidup dan kehidupan. Namun demikian, sastra itu harus menarik dan dapat merangsang rasa ingin tahu para pembacanya. Begitu pula bagi orang yang ingin mengetahui negara Tiongkok lebih mendalam salah satunya bisa mempelajari sastra yang ada di Tiongkok. Sastra sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari perjalanan sejarah bangsa

Tiongkok. Hingga kini peristiwa yang dialami negara Tiongkok sudah menjadi daya tarik tersendiri bagi para ilmuwan untuk mempelajari segala aspek yang berhubungan dengan negara Tiongkok, terutama melalui bidang sastra. Banyak hasil karya sastra Tiongkok yang telah populer di Indonesia, diantaranya adalah puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk sastra yang cukup banyak bermunculan adalah drama. Konsep drama mengacu kepada dua pengertian, yaitu drama sebagai naskah dan drama sebagai pentas. Pembicaraan drama tentang naskah akan lebih mengarah kepada dasar dari telaah drama. Naskah drama dapat dijadikan sebagai bahan studi sastra, dapat dipentaskan, dan dapat dipagelarkan dalam media audio, berupa sandiwara radio atau kaset. Pagelaran drama sebagai pentas dapat ditampilkan di depan publik maupun di dalam televisi. Untuk pagelaran drama di televisi, penulisan naskah drama sudah lebih canggih mirip dengan skenario film. Film termasuk salah satu bentuk karya seni yang mampu menyampaikan informasi dan pesan dengan cara yang kreatif sekaligus unik. Film merupakan media audio visual sehingga hal yang paling penting dalam sebuah film adalah gerak gambar-gambar di sebuah layar putih yang membentuk suatu keutuhan cerita. Sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia sebagai objeknya dan segala macam kehidupannya, maka tidak hanya merupakan media untuk menyampaikan ide, teori, atau sistem berpikir manusia, melainkan juga harus mampu melahirkan kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia.

Film merupakan salah satu jenis karya sastra yang paling diminati oleh masyarakat karena karena disajikan dalam bentuk gambar bergerak sehingga film menjadi lebih menarik dari karya sastra lainnya. Fenomena menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia dewasa ini dapat dikatakan tidak dapat melepaskan diri dari menonton berbagai acara yang ditayangkan oleh televisi. Dalam penelitian ini penulis memilih film The Sorcerer and The White Snake sebagai objek yang akan diteliti. Film The Sorcerer and The White Snake yang diproduksi pada tahun 2011 ini adalah sebuah film layar lebar yang diadaptasi dari mitologi rakyat Tiongkok mengenai siluman ular putih yang sempat meraih popularitas yang sangat tinggi di Indonesia setelah sebuah serial televisi Taiwan yang kisahnya juga mengadaptasi legenda tersebut, The White Snake Legend (1992). Mitos menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cerita suatu bangsa tentang dewa dan pahlawan zaman dahulu, yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia, dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib. Cerita mitos yang berkembang dan menyebar di Tiongkok ini, diceritakan kembali dalam sebuah novel yang berjudul The Legend of The White Snake oleh Wilt L. Idema pada tahun 1624. Kemudian cerita legenda ular putih ini kembali diangkat pada tahun 2011 ke dalam sebuah film dengan durasi satu jam empat puluh dua menit enam belas detik, yang berjudul The Sorcerer and The White Snake. Film yang disutradarai Tony Ching, asal Hongkong ini, dikemas dengan genre action fantasy. Film ini bercerita tentang siluman ular putih berumur ribuan tahun yang jatuh cinta kepada seorang manusia biasa yang selama hidupnya

menghabiskan waktu untuk mencari ramuan. Mereka saling jatuh cinta sejak pertemuan pertama mereka dan akhirnya memutuskan untuk hidup bersama sebagai sepasang suami-istri. Akan tetapi Xu Xian tidak mengetahui identitas asli istrinya sebagai siluman. Biksu dari kuil Jinshan yang bernama Fa Hai mengetahui hal ini, dan berusaha menangkap siluman ular putih yang dianggapnya telah menipu dan menyakiti manusia. Xu Xu berhasil melarikan diri setelah tertusuk pisau pencabut roh. Xu Xian akhirnya mengetahui identitas Xu Xu sebagai siluman ular putih setelah kejadian itu dan memutuskan untuk pergi ke Pagoda Lei Feng mencari ramuan penawar untuk istrinya. Setelah berhasil mencuri ramuan tersebut, Xu Xian ditangkap oleh biksu Fa Hai dan didoakan di dalam kuil Jin Shan karena Xu Xian telah dirasuki roh-roh yang terkurung oleh ramuan tersebut. Hal tersebut membuat Xu Xu marah dan menciptakan banjir di Kuil Jin Shan. Singkat cerita, karena perbuatannya yang menimbulkan kekacauan tersebut, Xu Xu dikurung oleh Buddha di dalam Pagoda Lei Feng. Karakter Xu Xu yang diperankan oleh Eva Huang dan Xu Xian yang diperankan oleh Raymond Lam dalam film The Sorcerer and The White Snake ini sangat digemari oleh para penonton karena cinta mereka yang begitu kuat hingga rela melakukan apapun demi cinta sejati mereka. Beberapa aktor/aktris terkenal di Tiongkok selain Eva Huang dan Raymond Lam juga bermain dalam film The Sorcerer and The White Snake sehingga menjadikan film ini semakin banyak diminati oleh masyarakat. Pemain dalam film ini disebut sebagai tokoh yang berperan.

Tokoh-tokoh dalam sebuah film terdiri atas : 1. Protagonis, tokoh yang berperan utama sebagai tokoh idaman/tokoh sentral; 2. Antagonis, tokoh yang berperan sebagai penentang tokoh utama, penentang ide, ataupun penentang sikap-sikap tokoh utama; dan 3. Figuran/pemeran pembantu, yakni tokoh yang kehadirannya mendampingi tokoh utama atau sebagai tokoh pelengkap. Tokoh adalah sosok pelaku yang memperoleh sorotan dari pengarang dalam cerita. Penokohan adalah penciptaan citra tokoh dalam karya sastra. Pengarang dapat menciptakan tokoh dengan citra baik, jahat, kejam, berhati mulia, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan keseluruhn cerita, peranan tiap tokoh tidak akan sama jika dilihat dari segi peranan atau tingkat pentingnya tokoh dalam sebuah cerita. Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam sebuah cerita yang bersangkutan. Ia merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Tokoh utama selalu menjadi pusat sorotan dalam kisahan (Sudjiman, 1998: 17-18 ). Tokoh utama dapat saja hadir dalam setiap kejadian dan dapat ditemui dalam tiap adegan sebuah film. Tokoh utama dalam sebuah film mungkin saja lebih dari seorang, walau kadar keutamaannya tidak selalu sama. Keutamaan mereka ditentukan oleh dominasi, banyaknya penceritaan, dan pengaruhnya terhadap perkembangan plot secara keseluruhan. Penentuan tokoh utama dalam sebuah cerita dapat dilakukan dengan cara melihat tokoh mana yang paling terlibat dengan makna atau tema. Tokoh utama dapat ditentukan dengan mudah hanya dengan mengamati keseringan pemunculannya dalam sebuah cerita, atau

dengan mengamati tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain dan tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan. Selain lewat memahami peranan dan keseringan pemunculannya, dalam menentukan tokoh utama dapat juga melalui petunjuk yang diberikan oleh pengarangnya. Tokoh utama umunya merupakan tokoh yang sering diberi komentar dan dibicarakan oleh pengarangnya. Selain itu, lewat judul ceritanya juga dapat diketahui tokoh utamanya. Penelitian ini akan difokuskan terhadap tokoh utama The Sorcerer and The White Snake, yaitu Xu xu, Xu xian, dan Fa Hai karena merupakan tokoh yang paling sering muncul dalam setiap adegan dan memiliki peran dan pengaruh penting terhadap tema film tersebut. Pada hakikatnya, penokohan adalah cara pengarang dalam menggambarkan dan mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita atau skenario. Dalam sebuah skenario film terdapat beberapa tokoh dengan sifat dan keinginan yang berbeda-beda. Ketidaksamaan sifat dan keinginan tersebut memicu terjadinya konflik. Film yang baik selalu mengandung konflik. Film selalu menggambarkan pembenturan-pembenturan antara dua kehendak atau dua nilai yang berbeda. Pembenturan ini merupakan bahan dan tulang punggung dari sebuah film. Kekuatan yang saling bertentangan membentuk serentetan peristiwa yang membentuk lakon atau cerita film yang sering disebut dengan konflik. Kejadian atau peristiwa yang terdapat dalam film yang dihidupkan oleh tokoh-tokoh atau aktor-aktor sebagai pemegang peran atau pelaku alur. Melalui perilaku aktor-aktornya yang ditampilkan inilah seorang sutradara atau pengarang melukiskan kehidupan manusia dengan problem-problem atau konflik-konflik

yang dihadapinya, baik konflik dengan orang lain, konflik dengan lingkungan, maupun konflik dengan dirinya sendiri. Jalinan konflik dalam plot biasanya meliputi hal-hal berikut (Freytag dalam Waluyo, 2001: 8-11). a. Exposition atau pelukisan awal cerita. Dalam tahap ini tokoh-tokoh yang berperan diperkenalkan dengan wataknya masing-masing. b. Komplikasi atau pertikian awal. Pada bagian ini sudah disuguhi pertikaianpertikaian kecil yang terjadi antartokoh. c. Klimaks atau titik puncak cerita. Konflik yang terjadi terus meningkat sampai klimaks. d. Resolusi atau penyelesaian. Dalam tahap ini konflik mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau meruncingkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahnya. e. Catastrophe atau keputusan. Tahap ini merupakan akhir dari konflik yang menentukan akhir cerita. Dalam film-film modern akan berhenti pada klimaks atau resolusi, sedangkan film tradisional seperti film yang dibahas dalam penelitian ini membutuhkan penyelesaian akhir. Pada dasarnya, setiap manusia memang memiliki karakter yang berbedabeda dan sifat manusia sebagai makhluk sosial, maka terjadilah interaksi antara karakter-karakter tersebut yang menimbulkan konflik. Konflik adalah suatu konsekuensi dari komunikasi yang buruk, salah pengertian, salah perhitugan dan proses-proses lain yang tidak disadari. Dalam karya sastra, konflik sebagai ketegangan atau pertentangan terjadi antara dua kekuatan, pertentangan yang

terdapat dalam diri satu tokoh maupun antara dua tokoh, bahkan antar kelompok. Hampir semua manusia mengalami konflik. Demikian pula dengan tokoh-tokoh dalam objek penelitian ini. Peneliti memilih untuk membahas konflik yang dialami tokoh utama karena konflik dalam film ini sedikit berbeda dengan konflik dalam film pada umumnya. Konflik dalam film The Sorcerer and The White Snake tidak hanya digambarkan antara manusia dengan manusia, namun ada pula konflik antara manusia dengan siluman, dan konflik antara manusia dengan kekuatan gaib atau antara siluman dengan kekuatan gaib. Hal ini menjadikan konflik dalam film ini lebih menarik dan menjadikan peneliti tertarik untuk membahasnya. Dalam menganalisis konflik yang terjadi pada tokoh utama, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan cara menyeleksi teks berupa dialog tokoh dan mengamati situasi yang terjadi saat tokoh sedang atau tidak sedang berdialog, dengan menerapkan pendekatan psikologi sastra sebagai pisau analisis sehingga membantu penulis untuk menganalisis konflik yang terjadi pada tokoh utama dalam film yang diangkat dari cerita rakyat Tiongkok ini, berdasarkan teori konflik Tennyson yang dibagi menjadi tiga yaitu konflik internal, konflik eksternal, dan konflik supranatural.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, masalah yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: a. Bagaimana konflik tokoh utama digambarkan dalam film The Sorcerer and The White Snake? 1.3. Batasan Masalah Pembatasan masalah penting dilakukan agar penelitian tidak menyimpang dari masalah yang diteliti dan menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas. Pembatasan dalam kajian ini dibatasi pada konflik yang terjadi pada tokoh utama dalam film The Sorcerer and The White Snake, yaitu Xu xu, Xu xian, dan Fa Hai. Objek penelitian akan difokuskan kepada konflik tokoh utama dengan dirinya sendiri, konflik tokoh utama dengan tokoh lain, dan konflik tokoh utama dengan kekuatan luar. 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, tujuan dari penelitian ini dijabarkan sebagai berikut: a. Mendeskripsikan penyebab dan akibat konflik yang terjadi pada tokoh utama dalam film The Sorcerer and The White Snake.

1.5. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis, sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Adapun manfaat-manfaat yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah : 1.5.1. Manfaat Teoretis a. Memberikan kontribusi baru yang lebih variatif serta inovatif dengan menerapkan teori konflik dalam sastra. b. Membantu para pembaca dalam mengungkapkan konflik yang mendominasi alur cerita pada film The Sorcerer and The White Snake. c. Memberikan gambaran tentang penokohan tokoh utama dalam sebuah karya sastra yang diangkat dari cerita rakyat Tiongkok ini, berdasarkan konflikkonflik yang dialami tokoh utama. 1.5.2. Manfaat Praktis a. Mengembangkan wawasan dan pengalaman dalam menganalisis karya sastra, b. Menjadi bahan referensi atau acuan, khususnya bagi mahasiswa sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.