BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kejadian menghasilkan ke kejadian yang lain (Kuhn, 1991 dalam; John W

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan saat ini semakin maju dan salah satu tandanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan untuk mempunyai kehidupan yang lebih layak. Era globalisasi, perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kesuksesan dalam hidupnya. Hal ini senada dengan S. C. Sri Utami

BAB I PENDAHULUAN. dalam meraih keberhasilan seseorang di masa yang akan datang. (Enca M,

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relatif permanen dalam perilaku yang tidak dapat dijelaskan oleh keadaan sementara,

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak tantangan yang dihadapi manusia, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah internasional merupakan sekolah yang menggunakan kurikulum

BAB I. Pendahuluan. lebih kompetitif ( Pemerintah Indonesia khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. sedang terjadi dalam diri individu yang sedang belajar, tidak dapat diketahui secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan tempat di mana anak dapat memperoleh pendidikan atau

BAB I PENDAHULUAN. Di era informasi dewasa ini, setiap masyarakat membutuhkan informasi, baik

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan positif di berbagai bidang kehidupan baik dalam bidang

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, diantaranya dalam bidang pendidikan seperti tuntutan nilai pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. studi di Perguruan Tinggi. Seorang siswa tidak dapat melanjutkan ke perguruan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian diferensial. Penelitian diferensial adalah

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan... Lembar Pernyataan Orisinalitas Laporan Penelitian... Lembar Pernyataan Publikasi Laporan Penelitian... Abstrak...

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini tengah menjalankan kurikulum

DAFTAR ISI. Lembar Judul...i. Lembar Pengesahan...ii. ABSTRAK...iii. KATA PENGANTAR... iv. DAFTAR ISI...vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR BAGAN...

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan suatu cabang ilmu yang banyak mengandung konsep

Rata-rata UN SMP/Sederajat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas berasal dari kata latin universitas

BAB I PENDAHULUAN. kutu buku, bahkan kurang bergaul (Pikiran Rakyat, 7 November 2002).

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan keluhan yang mengkhawatirkan. Penilaian akademis yang

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan adalah usaha yang di lakukan secara sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan teori-teori sains semata, siswa kurang dilatih untuk melakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan elemen penting bagi pembangunan bangsa. Pendidikan menurut UU No. 20 tahun 2003, merupakan usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam buku Etika Profesi Pendidikan). Pendidikan di Sekolah Dasar merupakan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

ABSTRAK Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach pada Siswa Kelas Akselerasi SMAN X di Bandung. John Biggs 1987

BAB I PENDAHULUAN. dan daya saing dalam pencarian, perolehan dan penciptaan pekerjaan. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah diharapkan mampu. memfasilitasi proses pembelajaran yang efektif kepada para siswa guna

BAB I PENDAHULUAN. yang akan menjadi penerus bangsa. Tidak dapat dipungkiri, seiring dengan terus

I. PENDAHULUAN. Bab I ini membahas tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan seiring dengan itu, angka kemiskinan terus merangkak. Kenaikan harga

Eka Pratiwi Tenriawaru*, Nurhayati B, Andi Faridah Arsal. Program Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Cokroaminoto Palopo ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu membentuk individu-individu yang berkompentensi. sesuai bidang keahlian yang dipilih atau yang dimilikinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN SAVI DAN RME PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK DITINJAU DARI KREATIVITAS BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. ( ISAK_TOROBI/T_ADP _Chapter1.pdf).

TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/ atau latihan bagi peranannya di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan berperan penting dalam kesuksesan yang akan diraih seseorang. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/ PAUD, SD, SMP, SMA sampai tingkat tertinggi yaitu Perguruan Tinggi. Salah satu pendidikan formal yang dilalui siswa pada tahap perkembangan remaja adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkatan pendidikan formal ini, siswa diharapkan sudah mulai memiliki keinginan untuk menambah ilmu pengetahuan sebagai suatu dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi serta memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai hasil yang baik (Mulyasa, Enca. 2001). Salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kota Bandung adalah SMP X yang merupakan sekolah swasta dengan menggunakan kurikulum agak berbeda dengan sekolah pada umumnya. SMP X menggunakan kurikulum berbasis Entrepreneurship K-12 Ciputra Way yang mengusung konsep pendidikan mengarahkan siswa menjadi kreatif dalam belajar. SMP X sejak tahun 2008 sampai tahun 2013 masih dapat mempertahankan tingkat kelulusan Ujian Nasional siswanya sebesar 100% (smp.x-bdg.sch.id). Ujian Nasional SMP mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA terbagi atas 3 mata pelajaran 1

2 yaitu Kimia, Fisika dan Biologi dengan jumlah 40 soal dalam Ujian Nasional (bsnpindonesia.org). Berdasarkan hasil wawancara dengan Tim Guru IPA SMP X Bandung mengenai hasil ujian nasional tahun 2013, terjadi penurunan kualitas nilai Ujian Nasional yang diperoleh siswa. : tersebut dikarenakan rata-rata nilai Ujian Nasional untuk mata pelajaran IPA mendapatkan nilai terendah dibandingkan nilai mata pelajaran lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi soal Ujian Nasional khususnya mata pelajaran IPA, siswa lebih banyak menjawab salah pada soal Biologi. Pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2012, dari hasil evaluasi Ujian Nasional didapatkan bahwa mata pelajaran IPA mendapatkan nilai yang setara dengan mata pelajaran yang lain, namun soal yang lebih banyak dijawab salah oleh siswa adalah soal IPA khususnya Biologi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 siswa kelas IX mengenai penghayatan dalam mempelajari Biologi, sebanyak 9 siswa menyatakan bahwa mengalami kesulitan mempelajari Biologi karena waktu belajar yang tersedia agak singkat sedangkan banyak bahan yang harus dipelajari. Siswa merasa kesulitan untuk memahami materi terutama menghapalkan nama-nama dalam bahasa Inggris dan Latin. Selain itu, banyaknya tugas yang harus dikerjakan membuat siswa kewalahan dalam membagi waktu antara belajar dan menyelesaikan tugas. Sebanyak 1 siswa lainnya menganggap Biologi adalah mata pelajaran yang menarik sehingga siswa merasa antusias saat guru menerangkan. Siswa selalu berusaha untuk menyelesaikan tugasnya seoptimal mungkin dengan menambahkan informasi dari internet dan siswa melakukan diskusi di luar jam pelajaran bersama dengan teman-teman.

3 SMP X menggunakan metode Entrepreneurship dimana bertujuan mengarahkan siswa untuk lebih menyenangi kegiatan belajar. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada Guru Biologi SMP X mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa kelas IX dalam mempelajari Biologi terungkap bahwa, siswa minimal memiliki pemahaman konsep di setiap materi yang diajarkan. Siswa harus dapat belajar dengan baik sehingga dapat memahami konsep materi Biologi dan memperoleh nilai yang tinggi. Cara pengajaran dengan metode Entrepreneurship yang diterapkan oleh guru agar siswa dapat memahami materi Biologi adalah menggunakan beberapa metode pembelajaran. Guru menggunakan media pembelajaran slide power point, memberikan buku modul yang merupakan buku panduan utama dalam kegiatan belajar, melakukan tanya jawab dan memberikan tugas individu maupun kelompok. Selain itu, sebelum menghadapi ujian/ ulangan kepada siswa diberikan tugas untuk membuat mind map agar dapat memudahkan dalam mempelajari Biologi. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh Guru Biologi SMP X mengenai cara siswa dalam mempelajari Biologi di dalam kelas, ialah sebagian siswa terutama yang duduk di bagian depan antusias memperhatikan saat guru menerangkan Biologi. Mereka juga mendengarkan penjelasan Guru sambil mencatat :-: penting yang disampaikan. Saat ada materi yang kurang dipahami, mereka aktif bertanya dan berani mengemukakan pendapat. Siswa yang duduk di bagian belakang cenderung mengobrol dan tidak mencatat apa yang Guru sampaikan. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas sungguh-sungguh dengan melengkapi tugas melalui sumber

4 lain. Namun ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas dengan tidak optimal, pada saat mengikuti aktivitas belajar, mereka tidak mempersiapkan buku modul dan mengerjakan : lain yang tidak berkaitan dengan Biologi. Cara siswa kelas IX untuk memenuhi tujuan belajar sehingga dapat memenuhi standar nilai Ujian Nasional IPA khususnya mata pelajaran Biologi berkaitan dengan pendekatan belajar yang mereka pilih, yang akan menentukan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Kecenderungan pendekatan belajar dalam Psikologi disebut Learning Approach. Learning Approach merupakan kecenderungan untuk menggunakan proses khusus di dalam kegiatan belajar (Biggs,1993). Learning Approach siswa kelas IX merupakan kecenderungan siswa untuk menggunakan proses khusus di dalam kegiatan belajar. Learning approach terbagi menjadi dua yaitu deep approach dan surface approach. Deep approach dibentuk dari deep motive dan deep strategy sedangkan Surface approach dibentuk dari surface motive dan surface strategy. Siswa dengan deep approach akan berusaha belajar untuk lebih memahami karena memiliki rasa ingin tahu dan adanya tuntutan dari dalam diri siswa tersebut terhadap materi yang dipelajari. Siswa kelas IX yang menggunakan deep approach dalam mempelajari Biologi, belajar karena merasa tertarik pada materi yang dipelajari dan merasa puas setelah dapat memahaminya. Mereka memiliki motivasi belajar untuk lebih memahami materi secara mendalam. Selain itu, siswa belajar karena ingin dapat menerapkan materi pada kehidupan sehari-hari. Siswa juga belajar dengan cara membuat rangkuman yang dapat menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-

5 hari. Sedangkan pada surface approach, siswa belajar dengan menyimpan informasi sebagai bagian yang terpisah dan tidak berhubungan. Siswa yang menggunakan surface approach belajar dengan tujuan untuk sekadar menyelesaikan tugas daripada belajar untuk memperoleh pemahaman. Mereka melakukan strategi belajar dengan cara hanya menghapalkan materi ujian tanpa memahami maksud atau isi dari materi Biologi yang dipelajari. Peneliti melakukan survei awal terhadap 30 siswa kelas IX mengenai kecenderungan pendekatan belajar yang digunakan. Diketahui bahwa sebagian besar 22 siswa kelas IX menggunakan surface approach dalam mempelajari Biologi. Siswa hanya belajar ketika guru memberikan tugas, belajar satu hari sebelum mengikuti ujian. Selain itu, mereka berusaha belajar satu bulan sebelum mengikuti Ujian Nasional dan memiliki target yang penting lulus ujian. Strategi dalam mempelajari Biologi adalah belajar dari catatan yang dimiliki dan mendengarkan penjelasan dari guru di dalam kelas. Untuk menghadapi ujian, mereka hanya menghapalkan poinpoin penting yang sudah ditandai pada buku paket dan mencoba menghapalkan bentuk-bentuk soal yang serupa dalam buku latihan. Sedangkan sebanyak 8 siswa kelas IX diketahui menggunakan deep approach dalam mempelajari Biologi. Siswa merasa lebih tertarik pada mata pelajaran Biologi dan bersedia menyediakan waktu lebih dari dua jam untuk belajar Biologi. Selain itu, mereka akan merasa kecewa ketika tidak dapat mempersiapkan diri secara optimal dalam menghadapi ujian. Siswa puas ketika dapat memahami materi Biologi secara mendetil dan dapat menerapkan materi Biologi yang dipelajari di dalam kehidupan

6 sehari-hari. Strategi belajar yang dilakukan melalui diskusi bersama teman-teman untuk menambah pengetahuan dan siswa mencoba mencari tambahan materi Biologi melalui internet. Selain itu, mereka mempelajari kembali materi Biologi dengan membuat rangkuman atau mind map. Siswa menganggap mind map dapat memudahkan dalam mempelajari materi secara mendetil. Siswa yang memiliki dorongan dari dalam diri dengan minat dan rasa ingin tahu dalam belajar tidak selalu terwujudkan dengan cara belajar yang sesuai dalam mempelajari Biologi. Berdasarkan hasil survei awal pada 30 siswa kelas IX yang berbeda/ bukan siswa yang diwawancara ditemukan bahwa motif yang dipilih tidak diimbangi dengan strategi yang sesuai untuk mempelajari Biologi. Diketahui 12 siswa yang memiliki surface motive memilih penggunaan surface strategy. Sebanyak 3 siswa yang memiliki surface motive memilih menggunakan deep strategy. Kemudian 9 siswa yang memiliki deep motive memilih penggunaan surface strategy. Selanjutnya 6 siswa yang memiliki deep motive memilih menggunakan deep strategy. Guru Biologi berharap dengan metode belajar berdasarkan entrepreneruship yang telah diterapkan di dalam kelas, siswa kelas IX tidak hanya dapat memperoleh nilai tinggi namun siswa juga dapat memahami akan manfaat mempelajari Biologi bagi kehidupan sehari-hari (deep approach). Pada kenyataannya, nilai yang diperoleh siswa masih rendah dikarenakan cara belajar yang digunakan kurang tepat. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai learning approach mata pelajaran Biologi pada siswa kelas IX SMP X di Kota Bandung.

7 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini ingin diketahui jenis learning approach apa yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP X Kota Bandung dalam mempelajari mata pelajaran Biologi. 1.3.Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian Untuk memperoleh gambaran mengenai learning approach yang digunakan siswa kelas IX SMP X Kota Bandung untuk mempelajari mata pelajaran Biologi. 1.3.2 Tujuan Penelitian Untuk memperoleh gambaran mengenai learning approah yang digunakan siswa kelas IX SMP X Kota Bandung untuk mempelajari mata pelajaran Biologi serta faktor-faktor yang memengaruhi learning approach tersebut. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis 1. Memberikan informasi tambahan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan mengenai learning approach. 2. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai learning approach.

8 1.4.2 Kegunaan Praktis 1. Memberi informasi kepada siswa kelas IX SMP X Kota Bandung mengenai learning approach dalam mempelajari Biologi sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar. 2. Memberi informasi kepada Guru SMP X Kota Bandung mengenai learning approach apa yang banyak digunakan oleh siswa kelas IX SMP X Kota Bandung sehingga Guru dapat mengoptimalkan metode belajar yang telah diterapkan. 3. Sebagai masukan bagi Guru SMP X Kota Bandung untuk lebih memonitoring cara belajar siswa yang digunakan sehingga dapat mencapai tujuan belajar dengan cara belajar yang lebih sesuai. 1.5 Kerangka Pemikiran Menurut Piaget (Santrock, 2003: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam. Menurut Piaget (Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya siswa kelas IX memiliki usia di atas 11 tahun. Siswa kelas IX SMP X sudah dapat menggunakan cara pemecahan

9 masalah yang teratur dan dapat menarik kesimpulan yang logis. Siswa juga sudah dapat menduga dan memutuskan learning approach apa yang sesuai digunakan dalam mempelajari Biologi. Learning Approach merupakan kecenderungan untuk menggunakan proses khusus di dalam kegiatan belajar (Biggs, 1993). Hal ini berpengaruh pada pendekatan belajar yang mereka pilih disamping seberapa baik tugas tersebut diselesaikan (Biggs, 1993). Setiap jenis Learning approach memiliki kelebihan namun berarti salah satu jenis learning approach yang dipilih akan lebih baik. Guru harus dapat mengoptimalkan kesempatan siswa untuk belajar menggunakan learning approach yang sesuai dengan diri siswa, karena siswa sudah memiliki motif untuk belajar yang selanjutnya akan menentukan strategi yang digunakan. Motif adalah alasan atau tujuan yang dimiliki siswa untuk belajar. Motif cenderung menentukan strategi belajar, maksudnya adalah apa yang diinginkan akan menentukan apa yang dilakukan. Sedangkan strategi mengacu pada metode belajar aktual yang digunakan siswa dalam mempelajari mata pelajaran. Motif dan strategi dalam belajar cenderung cocok dan sejalan yang kemudian bersama-sama akan membentuk learning approach (Biggs, 1993: 311). Terdapat dua macam learning approach yaitu surface approach dan deep approach (Biggs, 1993: 310). Surface approach adalah pendekatan belajar dengan menerima fakta-fakta dan ide-ide baru tetapi menyimpan ide sebagai bagian terpisah dan tidak berhubungan. Karakteristik siswa yang menggunakan surface approach adalah lebih untuk

10 menyelesaikan tugas daripada memperoleh pemahaman. Surface approach dihasilkan oleh surface motive dan surface strategy (Biggs, 1993: 311). Siswa kelas IX yang menggunakan surface approach dalam mempelajari Biologi akan membaca dan hanya menghapalkan materi secara berulang-ulang. Siswa hanya belajar ketika menghadapi ujian serta membaca materi secara sepintas. Siswa memiliki tujuan belajar agar terhindar dari ketidaklulusan, misalnya dengan belajar pada saat satu hari sebelum menghadapi ujian. Selain itu, siswa hanya menghapalkan materi Biologi yang penting. Siswa juga lebih memfokuskan untuk lulus sekedarnya pada mata pelajaran Biologi agar dapat memenuhi tuntutan orangtua dan sekolah. Sedangkan deep approach adalah pendekatan belajar berdasarkan ketertarikan siswa pada topik yang dipelajari. Karakteristik siswa yang menggunakan deep approach adalah memiliki tujuan menentukan makna atau untuk memahami isi bacaan dengan banyak membaca, menghubungkan ide-ide dan berdiskusi (Biggs, 1993: 312). Deep approach dihasilkan oleh deep motive dan deep strategy (Biggs, 1993: 311). Siswa kelas IX yang menggunakan deep approach dalam mempelajari Biologi akan memperhatikan guru pada saat diterangkan, mencatat hal-hal penting dan membuat rangkuman setelah mempelajari satu materi kemudian mengerjakan latihan soal. Selain itu, siswa lebih berusaha memahami secara mendalam di setiap bagian materi dan mencari tambahan informasi dari sumber buku lain atau browsing melalui internet. Siswa belajar jauh-jauh hari sebelum mengikuti ujian serta membaca Biologi secara mendetil. Dalam memenuhi tuntutan nilai mata pelajaran Biologi,

11 siswa memiliki cara belajar dengan menyediakan waktu belajar selama satu sampai empat jam karena ingin mengerti setiap materi yang dipelajari dengan baik. Siswa juga ingin memperkaya pengetahuan sehingga ilmu yang didapat bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara berdiskusi dengan teman maupun guru. Semua aktivitas belajar menuntut beberpa proses untuk mengingat. Siswa kelas IX yang menggunakan deep approach memiliki pandangan mengenai pentingnya menghapalkan materi kemudian mengingatnya serta memastikan keakuratan materi yang dipelajari. Proses untuk memperoleh pengetahuan tidak hanya dengan mengingat informasi yang penting, tetapi juga mampu memiliki pemahaman akan informasi tersebut. Dengan demikian siswa sehingga akan lebih memfokuskan pada kebutuhan mengingat fakta-fakta penting, bukti dan argumen. Sedangkan siswa yang menggunakan surface approach berusaha mengingat materi Biologi tanpa ada usaha lain untuk memahaminya secara mendalam. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi learning approach yaitu personal factors terdiri atas conception of learning dan locus of control serta background factors terdiri atas parent education dan experience in learning institution (Biggs, 1993: 316-318). Conception of learning merupakan keyakinan siswa tentang arti pentingnya belajar yang nantinya akan menentukan bagaimana cara siswa mempelajari materi pelajaran. Siswa kelas IX yang memiliki conception of learning kuantitatif, menggunakan surface approach yaitu menambah pengetahuan dengan mempelajari hal-hal baru dan berusaha mengingat semua hal. Selain itu, siswa melakukan rote learning dan memiliki keyakinan (conception) bahwa siswa yang

12 baik adalah siswa yang mengetahui lebih banyak dibandingkan teman-teman yang lainnya. Sedangkan siswa yang memiliki conception of learning kualitatif menggunakan deep approach. Locus of control yang dimiliki oleh siswa tentang materi yang dipelajari juga akan memengaruhi bagaimana tingkah laku mereka selama belajar baik di kelas maupun di rumah. Siswa yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan deep approach (Biggs, 1993: 317). Siswa kelas IX yang memiliki locus of control internal percaya bahwa kerja keras dalam menyelesaikan tugas dan usaha belajar yang optimal dalam mempelajari Biologi akan membuat siswa memahami materi secara mendalam dan memperoleh nilai yang tinggi. Sedangkan siswa dengan locus of control eksternal merujuk pada mereka yang mempercayai orang lain, situasi, keadaan dan faktor-faktor di luar dirinya yang bertanggungjawab atas perilakunya serta memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sulit memiliki motivasi internal. Siswa kelas IX yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa guru dan orangtua menentukan segala sesuatu yang akan terjadi sehingga menganggap kerja keras sebagai sesuatu yang kurang penting. Siswa memiliki target nilai yang tidak tinggi dan merasa puas apabila telah dapat lulus mata pelajaran Biologi walaupun dengan nilai yang minimal. Siswa juga belajar berdasarkan perintah dari guru maupun orangtua. Experiential Background Factors terdiri dari Parent Education dan Experience in Learning Institution. Parent education memiliki hubungan terhadap learning approach karena jenis learning approach yang dipilih oleh siswa kelas

13 berkaitan dengan tingginya tingkat pendidikan yang diterima oleh orangtua mereka. Deep approach diasosiasikan dengan tingkat pendidikan orangtua yang tinggi sedangkan surface approach diasosiasikan dengan tingkat pendidikan orangtua yang lebih rendah karena orangtua dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki tuntutan akademik yang tinggi dan mengganggap pendidikan adalah penting (Biggs, 1993: 317). Orangtua dengan tingkat pendidikan tinggi akan mendorong secara aktif siswa kelas IX dalam mempelajari Biologi. Orangtua berusaha memberikan dukungan dengan menyediakan fasilitas seperti mengijinkan siswa mengikuti les tambahan dan memperhatikan jadwal belajar agar dapat meraih target nilai yang memuaskan. Sedangkan orangtua dengan tingkat pendidikan rendah berusaha memberikan dukungan pada siswa dengan memberikan kebebasan dalam menentukan cara belajar dan kurang memberi tuntutan nilai yang tinggi. Experience in learning institution ialah bagaimana pandangan siswa terhadap suasana kelas, kualitas sekolah, perasaan senang bersekolah dan pandangan teman serta kecocokan dengan guru di kelas (Biggs, 1993: 318). Siswa kelas IX memiliki pandangan yang menyenangkan terhadap suasana kelas karena diberikan kesempatan untuk aktif bertanya dan mengemukakan pendapat. Kualitas sekolah seperti pemberian metode belajar yang bervariasi dan sarana pendukung ruangan laboraturium dirasakan siswa dapat membuat nyaman belajar. Siswa juga memiliki teman-teman yang memotivasi untuk lebih semangat dalam belajar. Hal tersebut dapat mengarahkan siswa dalam memilih deep approach dalam mempelajari Biologi. Namun, jika siswa memandang sekolah sebagai tempat untuk menambah

14 pengetahuan dan mempelajari materi Biologi yang tersedia bukan untuk mengembangkan kemampuan memahami secara mendalam maka siswa akan memilih surface approach dalam mempelajari Biologi. Metode belajar entrepreneurship yang diterapkan bertujuan agar siswa memandang belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan. Guru Biologi SMP X menggunakan metode entrepreneurship untuk membantu proses belajar agar siswa mampu memahami materi Biologi secara mendalam dan dapat berpikir kreatif dalam proses belajarnya. Suasana kelas yang melibatkan siswa secara aktif dalam diskusi, presentasi, tanya jawab dan siswa dimotivasi untuk berani menyampaikan argumen atau pendapat sehingga membuat siswa menikmati sekolah, melihat sekolah sebagai sesuatu yang berguna dan menyenangkan dimana akan mendorong siswa untuk menggunakan deep approach. Selain itu, learning approach juga dipengaruhi oleh Presage, Process and Product. Presage meliputi faktor yang ada dalam diri siswa (ability, pengetahuan, motif dan strategi) dan teaching context (kurikulum, sistem penilaian, suasana kelas dan metode belajar). Process merupakan learning focused activities. Sedangkan Product adalah learning outcomes (Biggs, 1987: 94-99). Materi Biologi yang sudah didapat siswa sejak kelas VII membuat siswa memiliki motif dan strategi yang berbeda-beda dan tergantung dari hasil yang ingin diperoleh dalam mempelajari Biologi. Faktor yang ada dalam diri siswa kelas IX juga tidak terlepas dari teaching context. Suasana kelas yang menyenangkan seperti metode belajar yang bervariasi merupakan reward yang diberikan pada siswa. Interaksi antara faktor yang ada dalam

15 diri siswa dan teaching context membentuk pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa dalam menangani tugas dan akan menentukan kualitas hasil belajar dari siswa. Siswa yang menginkan hasil belajar dengan mengarah kuantitatif cenderung lebih memfokuskan hasil yang diperoleh. Sehingga motif yang dimiliki oleh siswa seperti ingin sekedar lulus pada mata pelajaran Biologi dan strategi belajar yang dilakukan dengan hanya membaca materi Biologi yang hanya muncul dalam ujian. Sedangkan siswa yang menginginkan hasil belajar kualitatif cenderung memfokuskan pada proses belajar. Siswa memiliki motif belajar Biologi secara mendalam dan strategi belajar yang diterapkan dengan lebih berusaha bekerja keras dalam memahami materi kemudian mencoba membuat rangkuman atau mind map sehingga siswa dapat merasa puas setelah dapat memahami materi secara keseluruhan. Secara lebih jelas kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini :

16 Siswa kelas IX SMP X Bandung Learning Approach pada mata pelajaran Biologi Surface Approach: -Motif -Strategy Deep Approach: -Motif -Strategy Personal Factor: -Conception of learning -Locus of control Background Factor: -Parent education -Experience in learning institution Presage, Process and Product 1.5 Skema Kerangka Pemikiran

17 1.6 Asumsi Penelitian 1. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP X, ditentukan oleh motif dan strategi mereka dalam belajar 2. Siswa kelas IX SMP X memiliki motif dan strategi yang berbeda-beda dalam belajar sehingga akan membedakan learning approach yang digunakan antara deep dan surface approach 3. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP X dipengaruhi oleh personal factors (conception of learning dan locus of control) dan background factors (parents education dan experience in learning institution). 4. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP X juga dipengaruhi oleh Presage, Process and Product