BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/18/PBI/2008 TENTANG RESTRUKTURISASI PEMBIAYAAN BAGI BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH.

2017, No penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perkreditan atau pembiayaan bank bagi bank umum; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perbankan syariah berawal pada tahun 1950an.

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PEMBAYARAN PEMBIAYAAN DANA TALANGAN HAJI DI BANK BNI KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. melayani kebutuhan masyarakat melalui jasa-jasanya. 1 Perbankan syariah. Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

Ketentuan Dasar dan Karakteristik. Pelaksanaan Kegiatan Usaha

LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH THALIS NOOR CAHYADI, S.H. M.A., M.H., CLA

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

2017, No khusus terhadap kredit atau pembiayaan bank bagi daerah tertentu di Indonesia yang terkena bencana alam; e. bahwa berdasarkan pertimba

BAB I PENDAHULUAN. dana (liabilities), penyaluran dana (asset) berupa pembiayaan, dan jasa-jasa

LAMPIRAN III SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. sekunder, maupun tersier dalam kehidupan sehari-hari. Adakalanya masyarakat tidak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menjalankan bisnis dengan izin operasional sebagai

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. prinsip syariah sebagai dasar hukumnya berupa fatwa yang dikeluarkan oleh

Produk Talangan Haji Perbankan Syariah

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan (agen of development). Hal ini dikarenakan adanya fungsi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Dimana perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. bank-bank konvensional. Esensi bank Islam tidak hanya dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu agama yang mengajarkan prinsip at ta awun yakni saling

BAB I PENDAHULUAN. penghubung antara pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana.

BAB I PENDAHULUAN. tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis jenis usaha yang dapat

RANCANGAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2015 TENTANG PRODUK DAN AKTIVITAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

2017, No pemberian kredit atau pembiayaan oleh bank umum untuk pengadaan tanah dan/atau pengolahan tanah; e. bahwa berdasarkan pertimbangan seb

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. peneliti terdahulu terkait pembiayaan pengurusan haji antara lain:

Setelah penulis mengumpulkan data dari lapangan melalui wawancara. dan dokumentasi di lapangan, yaitu di Bank BNI Syariah Kantor Cabang

No. 10/ 14 / DPbS Jakarta, 17 Maret S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DI INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Bank Syariah. Dana Jasa. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4896)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. dengan tumbuhnya pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini, peranan perbankan dalam. memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor

Liabilitas dan Modal. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan lembaga Islam di Indonesia termasuk cukup signifikan

No. 15/22/DPbS Jakarta, 27 Juni 2013 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DI INDONESIA

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

BAB I PENDAHULUAN. dengan negara Indonesia ini. Sistem keuangan negara Indonesia sendiri terdiri

BAB I PENDAHULUAN. fiqh klasik.dewasa ini, wacana tentang Mudharabah menjadi semakin mencuat

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

BAB I PENDAHULUAN. Bank Syariah ini salah satunya dicirikan dengan sistem bagi hasil (non bunga)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. Pertumbuhan ini dapat dilihat dari semakin banyaknya bankbank

KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

REGULASI ENTITAS SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah juga merupakan salah satu hal yang cukup berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam perekonomian suatu negara. Menurut Undang-Undang

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB II LANDASAN TEORI. oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

BAB I PENDAHULUAN. dana dan menyalurkan kredit secara efisien dan efektif kepada pengusaha. memperoleh soliditas dan kepercayaan.

GUBERNUR BANK INDONESIA,

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan Lembaga Keuangan Syariah (LKS) mengalami peningkatan yang cukup pesat tidak hanya pada negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan Syari ah menjelaskan, praktik perbankan syari ah di masa sekarang

BAB 1 PENDAHULUAN. Abdul Ghafur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2009), hlm. 31.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meminjam uang atau kredit bagi masyarakat yang membutuhkannya.

BAB I PENDAHULUAN. atau penyedia dana bagi masyarakat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan di

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang menjalankan kegiatan perekonomian. Salah satu faktor penting

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dan neraca pembayaran yang biasanya ditangani oleh kementrian keuangan.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/ 19 /PBI/2004 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT SYARIAH

BAB VI KESIMPULAN. 1. Aplikasi Dana Talangan Haji di Bank Syariah di Indonesia. dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor: 29/DSN-MUI/VI/2002

I. PENDAHULUAN. Rumah merupakan suatu kebutuhan primer dan hak dasar manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perbankan syariah merupakan alternatif lembaga keuangan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional. Kegiatan utama dari perbankan syariah adalah

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version) BAB I PENDAHULUAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengalihkan dana yang tersedia dari penabung kepada pengguna dana, kemudian

BAB 6 SISTEM OPERASIONAL PERBANKAN SYARIAH. AKUNTANSI PERBANKAN SYARIAH: Teori dan Praktik Kontemporer

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dari waktu ke waktu. Diawali dengan berdirinya bank syariah di

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/18/PBI/2004 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mengangkat perekonomian rakyat secara adil. melakukan investasi dan jasa keuangan lainnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. tonggak perkembangan perbankan Islam adalah didirikannya Islamic

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menggembirakan. Perbankan Syariah mampu tumbuh +/- 37% sehingga total

BAB I PENDAHULUAN. krisis, perbankan syariah mulai dapat berdiri sedangkan sebagian besar

memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta diatur dalam Pasal 1 Undang-Undang No.20 Tahun 2008.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK SYARIAH, PEMBIAYAAN SYARIAH, DAN JAMINAN. diperkenalkan dengan istilah bagi hasil dalam sistem perbankan Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ± 85% dari 220 juta penduduk Indonesia, memberikan kesempatan bagi berkembang pesatnya sektor Perbankan Syariah di Indonesia dengan menyajikan alternatif instrumen keuangan dan Perbankan kepada nasabah muslim Indonesia. 1 Namun, saat ini pangsa pasar industri keuangan Syariah di Indonesia masih relatif kecil apabila dibandingkan dengan industri keuangan konvensional yaitu berkisar 4,9% untuk Perbankan Syariah, 4,5% untuk NAB (Nilai Aktiva Bersih) Reksa Dana Syariah, 3,2 % untuk nilai Obligasi Syariah/ Sukuk dan 3,1% untuk IKNB Syariah, kondisi ini memberikan tantangan sekaligus peluang bagi perkembangan ke depan. 2 Dengan adanya tantangan tersebut, pasar industri keuangan syariah khususnya pada bidang Perbankan Syariah dan Asuransi Syariah berusaha agar lebih inovatif dengan produk-produk yang dikeluarkannnya. Produkproduk tersebut ialah hasil dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh Perbankan Syariah dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga keuangan. Ada tiga bentuk kegiatan usaha yang dilakukan Perbankan 1 Bank Indonesia, 2007, Panduan Investasi Perbankan Syariah Indonesia, Bank Indonesia, Jakarta, hlm. 9. 2 Berdasar presentasi Setiawan Budi Utomo dalam Talkshow Kesiapan OJK dalam Pengawasan Industri Perbankan Syariah KMFH UGM 2014)

Syariah yaitu penghimpunan, penyaluran dana, dan dalam bentuk pemberian pelayanan jasa. 3 Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu kegiatan usaha Perbankan Syariah ialah melakukan penyaluran dana yang berbentuk Pembiayaan. Pengertian Pembiayaan dapat ditemukan pada Pasal 1 butir 25 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yaitu penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa: a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah; b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk Ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah Muntahiyah bit Tamlik; c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang Murabahah, Salam, dan Istishna ; d. Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh; dan e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/ atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/ atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. Dalam penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo. UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan maupun dalam Penjelasan Pasal 37 UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dinyatakan bahwa Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah yang diberikan oleh Bank mengandung risiko. Risiko Pembiayaan tersebut dapat disebabkan oleh nasabah yang mengalami hal-hal sebagai berikut: 1. Wanprestasi (macet) 2. Meninggal dunia 3. Pemutusan Hak Kerja (PHK) 4. Force Majeur (kebakaran, bencana alam) 4 3 Burhanuddin Susanto, 2008, Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hlm. 273.

Sehingga dalam pelaksanaannya, Bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan atau Pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah yang sehat. Apabila Bank tidak memperhatikan asas-asas tersebut dalam menyalurkan Pembiayaannya, maka akan timbul berbagai risiko yang harus ditanggung oleh Bank, risiko-risiko tersebut ialah sebagai berikut: 1. Risiko Kredit yang merupakan risiko akibat kegagalan debitur dan/ atau pihak lain (counterparty) dalam memenuhi kewajiban kepada Bank. 5 2. Risiko Hukum (Legal Risk), merupakan risiko yang diakibatlan oleh tuntutan hukum dan/ atau kelemahan aspek yuridis, antara lain disebabkan oleh ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung, atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan yang tidak sempurna. 6 3. Risiko jaminan (recovery risk), yaitu risiko yang terjadi pada second way out yang dipengaruhi oleh kesempurnaan pengikatan jaminan, nilai jual kembali jaminan (marketability jaminan), faktor negatif lainnya, misalnya tuntutan hukum pihak lain atas jaminan, lamanya transaksi ulang jaminan, serta kredibilitas penjamin (jika ada). 7 Atas risiko-risiko yang disebutkan di atas maka akan timbul berbagai kerugian yang harus ditanggung oleh Bank antara lain berupa: 4 Faturrahan Djamil, 2012, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 71. 5 Rachmadi Usman, 2012, Aspek Hukum Perbankan Syariah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 292. 6 Ibid, hlm. 295. 7 Ibid, hlm. 297.

1. Utang/ kewajiban pokok Pembiayaan tidak dibayar; 2. Margin/ bagi hasil/ fee tidak dibayar; 3. Membengkaknya biaya yang dikeluarkan; dan 4. Turunnya kesehatan Pembiayaan (finance solution). 8 Salah satu produk Pembiayaan Bank yang dapat mengalami risiko Pembiayaan ialah pada produk Pembiayaan Talangan Haji (ib Talangan Haji), di mana merupakan salah satu produk Pembiayaan yang dikeluarkan oleh Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (yang seterusnya disebut Bank Jateng Syariah) yang ditujukan untuk membantu nasabah memperoleh porsi keberangkatan ibadah Haji. Produk ib Talangan Haji ini didasarkan pada Fatwa DSN (Dewan Syariah Nasional) MUI Nomor No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tanggal 26 Juni 2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh LKS (Lembaga Keuangan Syariah), yang mana fatwa ini menyatakan bahwa pengurusan haji dan talangan pelunasan biaya perjalanan ibadah haji (BPIH) dapat dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syariah. Dengan adanya risiko pembiayaan yang telah disebutkan sebelumnya, Bank harus mencari cara untuk menghindari dan melindungi Bank dari dampak risiko tersebut yang mungkin akan ditanggungnya di mana hal tersebut telah diatur dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No. 42/ DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi (Ta widh). Fatwa tersebut mempertimbangkan bahwa: a. lembaga keuangan syari ah (LKS) beroperasi berdasarkan prinsip syari ah untuk menghindarkan praktik riba atau praktik yang menjurus 8 Ibid, hlm. 72.

kepada riba, termasuk masalah denda finansial yang biasa dilakukan oleh lembaga keuangan konvensional b. para pihak yang melakukan transaksi dalam LKS terkadang mengalami risiko kerugian akibat wanprestasi atau kelalaian dengan menunda-nunda pembayaran oleh pihak lain yang melanggar perjanjian, c. syari ah Islam melindungi kepentingan semua pihak yang bertransaksi, baik nasabah maupun LKS, sehingga tidak boleh ada satu pihak pun yang dirugikan hak-haknya, d. kerugian yang benar-benar dialami secara riil oleh para pihak dalam transaksi wajib diganti oleh pihak yang menimbulkan kerugian tersebut. 9 Bank Jateng Syariah sebagai salah satu Lembaga Keuangan Syariah menggunakan skema akad kafalah dalam rangka memproteksi Bank dari kerugian yang disebabkan oleh nasabah wanprestasi atas pembiayaan talangan haji. Skema kafalah ini diatur pada Fatwa DSN MUI No. 11/DSN- MUI/IV/2000 tentang Kafalah, yang menimbang bahwa dalam rangka menjalankan usahanya, seseorang sering memerlukan penjaminan dari pihak lain melalui akad kafalah, jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafiil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung (makfuul anhu, anshil). 10 Penjaminan pada lembaga keuangan syariah ini dikuatkan kembali dengan Fatwa Dewan Syari ah Nasional Nomor: 74/DSNMUI/I/2009 Tentang Penjaminan Syariah yang menyatakan bahwa bahwa masyarakat memerlukan penjaminan dalam berbagai macam transaksi 11, yang dalam fatwa tersebut menyebutkan pengertian dari 9 Bagian Menimbang pada Fatwa DSN MUI No. 42/ DSN-MUI/VIII/2004 tentang Ganti Rugi (Ta widh). 10 Bagian Menimbang pada Fatwa DSN MUI No. 11/DSN-MUI/IV/2000 tentang Kafalah 11 Bagian Menimbang pada Fatwa Dewan Syari ah Nasional Nomor: 74/DSNMUI/I/2009 Tentang Penjaminan Syariah

Penjaminan Syariah yaitu penjaminan antara para pihak berdasarkan prinsip Syariah sebagaimana diatur dalam fatwa ini. 12 Atas dasar fatwa-fatwa tersebut, maka Bank Jateng Syariah dengan Askrindo Syariah membuat suatu hubungan kerjasama penjaminan yang didasari oleh Akad Kerjasama Turunan 13 antara PT. Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Unit Usaha Syariah) tentang Kafalah Pembiayaan Talangan Haji. Tujuan dari Kafalah ini ialah agar pembiayaan yang tidak dapat dilunasi oleh nasabah (nasabah cidera janji/ wanprestasi) dapat ditalangi sementara oleh Askrindo Syariah selama menunggu dana Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) yang dibatalkan dari Kementerian Agama. Pada hakikatnya pemberian kafalah ini akan memberikan kepastian dan keamanan bagi pihak ketiga untuk melaksanakan isi perjanjian/ kontrak yang telah disepakati tanpa khawatir apabila terjadi sesuatu dengan nasabah sehingga nasabah cidera janji untuk memenuhi prestasinya. 14 Dalam Pasal 1 angka (7) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, disebutkan bahwa, Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah, ini berarti 12 Bagian Ketentuan Umum pada Fatwa Dewan Syari ah Nasional Nomor: 74/DSNMUI/I/2009 Tentang Penjaminan Syariah 13 Akad kerjasama turunan ialah akad yang menginduk kepada Akad Kerjasama antara Askrindo Syariah dengan Bank Jateng Syariah tertanggal 12-05-2014 No. 06/PKS/JPAS/DIR/IV/2014 dan No. 3835/HT.01.04/SYAR/2014. Tujuan dari akad induk ini ialah kerjasama dalam melakukan penjaminan (kafalah) oleh Askrindo Syariah pada produk-produk pembiayaan Bank Jateng Syariah. 14 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, 2003, Bank Syari ah: Konsep, Produk dan Implementasi Operasional, Djambatan, Jakarta, hlm. 239.

Pasal tersebut secara implisit mengatakan bahwa segala kegiatan usaha Bank Syariah dalam hal ini produk-produknya haruslah sesuai dengan prinsip syariah, termasuk di dalamnya akad yang menjadi dasar produk dan juga pelaksanaan dari akad tersebut. Pelaksanaan kafalah atau penjaminan ini haruslah sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada peraturan perundangundangan maupun fatwa-fatwa yang mendasari adanya akad tersebut. Bila terdapat ketentuan pada akad dan/ atau pelaksanaan yang tidak sesuai dengan prinsip syariah maupun peraturan yang berlaku, hal itu dapat menimbulkan sengketa antara para pihak yang menjadi subjek akad. Sengketa ini harus diselesaikan sesuai dengan yang diperjanjikan atau tertuang pada ketentuan yang ada dalam akad, akan tetapi meskipun tidak diatur dalam ketentuan pada akad, maka penyelesaian sengketa dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan pada Bab Penyelesaian Sengketa Pasal 55 UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, yang menyebutkan bahwa: 1) Penyelesaian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama. 2) Dalam hal para pihak telah memperjanjikan penyelesaian sengketa selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan isi Akad. 3) Penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak boleh bertentangan dengan Prinsip Syariah. Namun, bagaimana jika ketentuan penyelesaian sengketa yang ada dalam klausula pada Akad Turunan Kerjasama antara Askrindo Syariah dengan Bank Jateng Syariah tentang Kafalah Pembiayaan Talangan Haji tidak sesuai dengan aturan penyelesaian sengeketa pada pasal yang disebutkan di atas. Hal ini dapat menimbulkan pertanyaan apakah hal tersebut

dapat mengakibatkan ketidakpatuhan pada prinsip syariah (sharia compliance) oleh produk ib talangan haji Bank Jateng Syariah karena produk tersebut merupakan objek dari akad tersebut. Maka atas dasar latar belakang tersebut, peneliti menangkat judul penelitian hukum Implementasi Akad Kafalah dalam Pembiayaan Talangan Haji pada Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah, agar kedepannya Bank Syariah dapat lebih teliti dan patuh terhadap pemenuhan prinsip syariah di setiap produk yang dikeluarkannya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka rumusan masalah ialah sebagai berikut: 1. Bagaimana pelaksanaan kafalah (penjaminan) dalam pembiayaan talangan haji dan Akad Kerjasama Turunan antara PT. Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Unit Usaha Syariah) tentang Kafalah Pembiayaan Talangan Haji di Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah? 2. Apakah Akad Kerjasama Turunan antara PT. Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Unit Usaha Syariah) tentang Kafalah Pembiayaan Talangan Haji telah memenuhi prinsip syariah?

C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Tujuan objektif a) Untuk mengetahui pelaksanaan kafalah dan Akad Kerjasama Turunan antara PT. Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Unit Usaha Syariah) tentang Kafalah Pembiayaan Talangan Haji di Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. b) Untuk mengetahui pemenuhan prinsip syariah (sharia compliance) dari Akad Kerjasama Turunan antara PT. Jaminan Pembiayaan Askrindo Syariah dengan PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Unit Usaha Syariah) tentang Kafalah Pembiayaan Talangan Haji. 2. Tujuan Subjektif Untuk memperoleh data serta informasi yang berhubungan dengan objek yang akan diteliti dalam rangka penyusunan Penelitian Hukum sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar kesarjanaan dalam bidang Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada.

D. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penulusuran peneliti maka peneliti menemukan beberapa penelitian yang hampir serupa dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu sebagai berikut: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Rahadyan Arief Noviyarto dari Universitas Gadjah Mada pada Tahun 2012 dengan judul Penerapan Prinsip Syariah dalam Praktek Pembiayaan Talangan Haji pada PT. Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. Penelitian tersebut fokus pada permasalahan penerapan ketentuan fatwa Dewan Syariah Nasional No: 29/DSN-MUI/IV/2002 tentang Pembiayaan dan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syari ah dalam akad pengurusan dan pembiayaan haji PT. Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta. Penelitian tersebut dilakukan di PT. Bank BNI Syariah Cabang Yogyakarta dan peraturan yang dipakai dalam penelitian tersebut ialah Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Fatwa DSN-MUI No. 09/DSN- MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, Fatwa DSN-MUI No. 19/DSN-MUI/IV/2001 tentang al-qardh dan Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji Lembaga Keuangan Syariah. 2. Jurnal yang dibuat oleh M. Fahmul Iltiham, S.HI, M.H. dari Universitas Yudharta Pasuruan pada Tahun 2014 dengan judul Analisis Pembiayaan Talangan Haji dengan Akad Ijarah di Perbankan Syariah Terhadap Antrian Pemberangkatan Haji (Studi Kasus di PT. Bank BNI

Syariah Kantor Cabang Malang). Jurnal tersebut fokus pada permasalahan bagaimana Pembiayaan Talangan Haji pada Perbankan Syariah berdampak pada antrian pemberangkatan Haji. Penelitian jurnal tersebut dilakukan di BNI Syariah Kantor Cabang Malang. Regulasi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Fatwa DSN MUI Nomor No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh LKS (Lembaga Keuangan Syariah). 3. Penelitian yang dilakukan oleh Zainal Arifin dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada Tahun 2010 dengan judul Analisis Ijarah Pada Pembiayaan Talangan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH) Pada Bank BNI Syariah Fatmawati. Penelitian ini fokus pada permasalahan mekanisme Pembiayaan Talangan Haji yang digunakan antara Lembaga Keuangan Syariah dan tinjauan akad menurut ekonomi Islam pada Pembiayaan Talangan Haji. Penelitian yang dilakukan Zainal Arifin ini dilakukan di BNI Syariah Fatmawati, Jakarta Selatan. Peraturan yang digunakan pada penelitian tersebut ialah Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Fatwa DSN MUI Nomor No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh LKS (Lembaga Keuangan Syariah). 4. Penelitian yang dilakukan oleh Erli Nuryadi dari Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah pada Tahun 2008 dengan judul Analisa Pemberian Bank Garansi dalam Sistem Syariah

(Kafalah) dan Pelaksanaannya Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.. Penelitian ini fokus pada permasalahan pelaksanaan beserta kendala-kendala dalam pemberian Bank Garansi dalam sistem syariah (kafalah) dan pelaksanaannya pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk., maka berarti Bank sebagai salah satu pihak dalam akad tersebut bertindak sebagai pihak yang menjamin, sedangkan pada penelitian yang dilakukan peneliti, Bank menjadi pihak yang dijamin oleh suatu Lembaga Pembiayaan. Lokasi penelitian pada penelitian oleh Erli Nuryadi ialah PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Regulasi yang digunakan pada penelitian tersebut yaitu Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Surat Edaran Bank Indonesia tentang Bank Garansi, Surat Edaran Keputusan Direksi BI No. 23/ 88/ Kep/ Dir. Tgl 18 Maret 1991 tentang Pemberian Garansi oleh Bank dan Fatwa DSN No. 11/DSN- MUI/IV/2000 tentang Penjaminan Syariah. Terdapat perbedaan-perbedaan atas penelitian yang dilakukan keempat peneliti dengan peneliti, perbedaan tersebut dapat dilihat dari permasalahan yang diangkat, lokasi penelitian dan juga regulasi yang digunakan pada penelitian. Pada penelitian hukum Implementasi Akad Kafalah Pembiayaan Talangan Haji pada Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah peneliti mengkhususkan pada permasalahan bagaimana pelaksanaan kafalah (penjaminan) pada pembiayaan talangan haji dan apakah Akad Kerjasama Turunan antara

Askrindo Syariah dengan Bank Jateng Syariah tentang Kafalah Pembiayaan Talangan Haji ini telah sesuai dengan prinsip syariah. Lokasi penelitian yang dilakukan peneliti berbeda dengan lokasi penelitian yang dilakukan oleh keempat peneliti penelitian di atas, di mana peneliti melakukan penelitian di Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. Terakhir, perbedaan yang dapat dilihat ialah berdasarkan regulasi yang digunakan dalam penelitian peneliti, yaitu dengan menggunakan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 94), Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Undang-Undang No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2009, Fatwa DSN-MUI No. 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji oleh LKS (Lembaga Keuangan Syariah), Fatwa DSN MUI No. 11/DSN- MUI/IV/2000 tentang Kafalah dan Fatwa DSN-MUI No. 74/ DSN-MUI/ I/ 2009 tentang Penjaminan Syariah. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penelitian hukum dengan judul Implementasi Akad Kafalah dalam Pembiayaan Talangan Haji pada Unit Usaha Syariah PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah ini merupakan suatu masalah yang belum pernah diteliti dan dipecahkan oleh peneliti lain, sehingga penelitian ini telah memenuhi unsur-unsur penelitian dan juga telah memenuhi unsur keaslian suatu penelitian.

D. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat baik secara ilmu pengetahuan maupun bagi pembangunan, adapun manfaatnya sebagai berikut: 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan bahwa dengan dilakukannya penelitian ini dapat menambah khasanah wawasan bagian perkembangan ilmu hukum di Indonesia khususnya perkembangan dalam hukum Perbankan Syariah, yaitu : a. Dapat memudahkan untuk memahami tentang Lembaga Keuangan Syariah, utamanya ialah Perbankan Syariah. b. Dapat memudahkan untuk memahami tentang Kafalah suatu Pembiayaan pada praktek Perbankan Syariah. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Unit Usaha Syariah Bank Jateng Syariah diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam pelaksanaan Kafalah pada Pembiayaan Talangan Haji. b. Bagi Regulator diharapkan penelitian ini dapat sebagai bahan evaluasi di mana perlu adanya peraturan pelaksana yang lebih jelas atas akad ini. c. Bagi Nasabah Bank Jateng Syariah diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan sebelum mengajukan Pembiayaan.