DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2002 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG DINAS KEPENDUDUKAN PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 124 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KESATUAN BANGSA PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 1997 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2002 TENTANG KANTOR POLISI PAMONG PRAJA PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2000 TENTANG DINAS INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 125 TAHUN 2008

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSIJAWA TIMUR, NOMOR 8 TAHUN 2001

PEMERINTAH PROPINSI JAWATIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PEKERJAAN UMUM BINA MARGA PROPINSI JAWATIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 1994 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2000 TENTANG KANTOR KAS DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG BADAN PENGELOLAAN DATA ELEKTRONIK PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II PURBALINGGA NOMOR 21 TAHUN 1999 SERI D NO. 11

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KETAHANAN PANGAN PROPINSI JAWA TIMUR

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2000 T E N T A N G DANA CADANGAN DAERAH

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 1994 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 41 TAHUN 2000 TENTANG BADAN ARSIP PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 44 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERPUSTAKAAN PROPINSI JAWA TMUR

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 94 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 1995 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2008 1

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2000 TENTANG DINAS PENDAPATAN PROPINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008

LAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 18 TAHUN 1998 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ACEH UTARA NOMOR : 8 TAHUN : 2005 SERI : D NOMOR : 8

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 46 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan; 3. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman;

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 60 TAHUN 2016

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 1981 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 25 TAHUN 1999 SERI D NO. 15

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 1994 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 89 TAHUN 2008

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2001 TENTANG BADAN KOORDINASI WILAYAH PROPINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 120 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN S U M E D A N G NOMOR 18 TAHUN 1999 SERI D.13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN S U M E D A N G NOMOR 3 TAHUN 1999

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

TENTANG ORGANISASI UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS GUDANG FARMASI PADA DINAS KESEHATAN KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA BANJARBARU PERATURAN WALIKOTA BANJARBARU NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 102 TAHUN 2001 SERI D.99 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 27 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 98 TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 78 TAHUN 2001 SERI D.75 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN BUPATI BONDOWOSO NOMOR 43 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN : 1999 NOMOR : 29 SERI : D NOMOR : 10

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor 287/Kpts/OT.210/4/2002

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 98 TAHUN 2008

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK

Bagian Kesatu Kepala Balai Pasal 94 (1) Kepala Balai mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan kegiatan teknis operasional Dinas

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 50 NOMOR 50 TAHUN 2008

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH

BUPATI BANYUWANGI SALINAN

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 42 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PETERNAKAN KABUPATEN BLITAR BUPATI BLITAR,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 80 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 117 TAHUN 2016 TENTANG TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SRAGEN

- 1 - BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 126 TAHUN 1980

PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 1998

Transkripsi:

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa dalam ranqka meningkatkan kelancaran pelaksanaan tuqas-tugas operasional Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur agar lebih berdaya guna dan berhasil guna, khususnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan protein hewani maka perlu segera menetapkan organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur dan mongaturnya dalam Peraturan Daerah. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Timur juncto Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 Peraturan tentang Mengadakan perubahan dalam Undang-undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembentukan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32) ; 2. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Peternakan dan Kehewanan (Lembaran Negara Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2824) ; 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54 ); Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 1

5. Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoinan Oraanisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 165) ; 6. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penvusunan Peraturan Perundang-undangan dan Rentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah, dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 70) ; 7. Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Neaara Nomor 106 Tahun 1994 tentang Pedoman Oraanisasi Unit Pelaksana Teknis, Unit Pelaksana Daerah dan Unit Pelaksana Teknis Dinas ; 8. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 5 Tahun 1979 junctis Nomor 27 Tahun 1981 dan Nomor 16 Tahun 1991 tentang Dinas Peternakan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur. Dengan Persetuiuan, DEWAN PERWAKTLAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : Menetapkan :PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : a. Pemerintah Propinsi, adalah Pemerintah Propinsi Jawa Timur ; b. Kabupaten/Kota, adalah Kabupaten/Kota di Jawa Timur ; c. Gubernur, adalah Gubernur Jawa Timur ; d. Sekretaris Daerah, adalah Sekretaris Daerah Propinsi Jawa Timur ; e. Dinas Peternakan, adalah Dinas Peternakan Propinsi. Jawa Timur ; f. Kepala Dinas, adalah Kepala Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur ; g. Unit Pelaksana Teknis Dinas, adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur ; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 2

h. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak, adalah Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur ; i. Balai Inseminasi Buatan, adalah Balai Inseminasi Buatan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur ; j. Laboratorium Kesehatan Hewan, adalah Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Propinsi Jawa Timur ; k. Ternak, adalah hewan piaraan yang kehidupannya (tempat dan berkembang biak dan manfaatnya) diatur dan diawasi oleh manusia serta dipelihara khusus sebagai penghasil bahan untuk memberikan jasa yang berguna bagi kepentingan hidup manusia ; l. Peternakan, adalah pengusahaan ternak. BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 (1) Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah unsur pelaksana teknis Dinas Peternakan yang melaksanakan tugas operasional di lapangan; (2) Unit Pelaksana Teknis Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas Petornakan. Pasal 3 Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan, terdiri atas: a. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak b. Balai Inseminasi Buatan ; c. Laboratorium Kesehatan Hewan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 3

BAB III BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN HIJAUAN MAKANAN TERNAK Bagian Pertama Tugas dan Fungsi Pasal 4 Balai Pembibitan dan Hijauan Makanan Ternak mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dibidang teknis Pembibitan dan Pembiakan Ternak serta Hijauan Makanan Ternak. Pasal 5 Untuk melaksanakan tugas tersebut dalam Pasal 4, Balai Pembibitan dan Hijauan Makanan Ternak, mempunyai fungsi : a. pembibitan dan Pemuliabiakan ternak ; b. pemeliharaan ternak dan pengadaan makanan ternak ; c. pembibitan hijauan makanan ternak ; d. pendistribusian bibit ternak ; e. pelaksanaan ketatausahaan ; f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bagian Kedua Organisasi Pasal 6 Susunan Organisasi Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak terdiri atas : a. Kepala Balai ; b. Sub Bagian Tata Usaha ; c. Seksi Produksi ; d. Kelompok Jabatan Fungsional. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 4

Pasal 7 Kepala Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak mempunyai tugas memitnpin, mengawasi, mengkoordinasikan pengelolaan pemeliharaan dan pendistribusian bibit ternak dan hijauan makanan ternak serta urusan ketatausahaan dinas. Pasal 8 Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan tata usaha umum, keuangan, kepegawaian, peralatan dan tugas-tugas kerumahtanggaan. Pasal 9 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 8, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi : a. pengelolaan administrasi kepegawaian ; b. pengelolaan administrasi keuangan ; c. pengelolaan urusan rumah tangga, surat menyurat dan kearsipan ; d. pengelolaan peralatan kantor ; e. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Pasal 10 Soksi Produksi mempunyai tugas melaksanakan pemuliabiakan, pemeliharaan dan pendistribusian bibit ternak dan hijauan makanan ternak. Pasal 11 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 10, Seksi Produksi, mempunyai fungsi : a. pelaksanaan pemantauan dan pengolahan data kuantitas dan kualitas bibit ternak dan hijauan makanan ternak ; b. penyediaan bibit sesuai dengan standar mutu ; c. pelaksanaan pemuliaan dan pembiakan bibit ternak dan bibit hijauan makanan ternak ; d. pelaksanaan pendistribusian bibit ternak dan hijauan makanan ternak ; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 5

e. pemeliharaan lahan dan sarana pembibitan ; f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak. Pasal 12 (1) Seksi Produksi terdiri atas : a. Sub Seksi Pembibitan Ternak dan Pemuliabiakan Ternak ; b. Sub Seksi Pembibitan Hijauan Makanan Ternak ; c. Sub Seksi Produksi dan Distribusi; (2) Masing-masing Sub Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Produksi. Pasal 13 (1) Sub Seksi Pembibitan dan Pemuliabiakan Ternak mempunyai tugas : a. melakukan pemeliharaan ternak dan penyediaan makanan ternak ; b. menghimpun data dan melakukan pencatatan tentang kebutuhan bibit ternak; c. melakukan pemuliaan dan pembiakan bibit ternak; d. melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembibitan dan pemuliabiakan ternak ; e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi Produksi; (2) Sub Seksi Pembibitan Hijauan Makanan Ternak, mempunyai tugas : a. melakukan hijauan makanan ternak ; b. melakukan pengelolaan hijauan makanan ternak ; c. melakukan analisis jumlah dan kebutuhan hijauan makanan ternak ; d. melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pembibitan, hijauan makanan ternak ; e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi Produksi ; (3) Sub Seksi Produksi dan Distribusi, mempunyai tugas : a. menyiapkan sarana dan melakukan pemeliharaan sarana produksi pembibitan ternak dan hijauan makanan ternak ; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 6

b. menyiapkan bibit ternak dan hijauan makanan ternak sesuai dengan kebutuhan ; c. melakukan pencatatan dan distribusi bibit ternak dan bibit hijauan makanan ternak ; d. menyiapkan bahan dan melakukan pelatihan untuk peningkatan ketrampilan tehnis dibidang peternakan ; e. melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan pengadaan dan pemeliharaan sarana produksi serta pendistribusian bibit ; f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan Oleh Kepala Seksi Produksi. Bagian Ketiga Nama dan Lokasi Pasal 14 Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Jawa Timur yaitu : a. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Garahan Kabupaten Jember, dengan spesifikasi bibit kambing dan domba ekor gemuk ; b. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Karangwaru Kabupaten Tuban, dengan spesifikasi bibit sapi potong ; c. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Branggahan Kabupaten Kediri, dengan spesifikasi ternak itik ; d. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Prampelan Kabupaten Magetan, dengan spesifikasi unggas ; e. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Singosari Kabupaten Malang, dengan usaha Taman ternak spesifikasi ternak kambing; f. Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak di Batu Kabupaten Malang, dengan spesifikasi bibit sapi perah dan unggas. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 7

BAB IV BALAI INSEMINASI BUATAN Bagian Pertama Tugas dan Fungsi Pasal 15 Balai Inseminasi Buatan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dalam penyiapan bahan dan pelaksanaan inseminasi buatan serta ketatausahaan. Pasal 16 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 15, Balai Inseminasi Buatan mempunyai fungsi : a. pelayanan pelaksanaan inseminasi buatan dan pembinaan hasilnya ; b. pengadaan dan distribusi mani beku ; c. pengkajian dan pemeliharaan bahan inseminasi buatan ; d. penanganan kerjasama dengan pihak ketiga dalam rangka pengadaan mani beku ; e. pelaksanaan pemantauan dan evaluasi ; f. pelaksanaan ketatausahaan ; g. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bagian Kedua Organisasi Pasal 17 Susunan Organisasi Balai Inseminasi Buatan terdiri atas : a. Kepala Balai ; b. Sub Bagian Tata Usaha ; c. Seksi Pelayanan ; d. Kelompok Jabatan Fungsiorial. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 8

Pasal 18 Kepala Balai Inseminasi Buatan mempunyai tugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan, pencatatan inseminasi buatan dan pemerataan hasilnya serta ketatausahaan. Pasal 19 Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, keuangan, kepegawaian, peralatan dan perbekalan. Pasal 20 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 19, Sub Bagian tata Usaha mempunyai fungsi : a. pengelolaan administrasi kepegawaian ; b. pengelolaan administrasi keuangan ; c. pengelolaan urusan rumah tangga, surat menyurat dan kearsipan ; d. pengelolaan peralatan dan perbekalan ; e. pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan oleh Kepala Balai Inseminasi Buatan. Pasal 21 Seksi Pelayanan mempunyai tugas pengadaan, pemeriksaan dan pengujian, pendistribusian mani beku serta pencatatan hasil inseminasi buatan. Pasal 22 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 21, Seksi lelayanan mempunyai fungsi : a. pengumpulan dan pengkajian data serta menyusun program inseminasi buatan ; b. pengadaan, penyimpanan dan distribusi mani beku ; c. pemeriksaan dan pengkajian kualitas mani beku serta kondisi akseptor; d. pencatatan dan pelaporan hasil pemeriksaan serta penanggulangan gangguan reproduksi ; e. pembinaan dan pemantauan terhadap ternak hasil Inseminasi Buatan ; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 9

f. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai Inseminasi Buatan. Pasal 23 (1) Seksi Pelayanan terdiri atas : a. Sub Seksi Pengadaan dari Distribusi ; b. Sub Seksi Pengkajian dan Pembinaan ; (2) Masing-masing Sub Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Seksi Pelayanan. Pasal 24 (1) Sub Seksi Pengadaan dan Distribusi, mempunyai tugas : a. menyiapkan bahan untuk penyusunan program inseminasi buatan dan kebutuhan bahan inseminasi buatan ; b. melakukan pengadaan, penyimpanan dan distribusi mani beku ; c. melakukan pemeriksaan dan pengamatan kwalitas mani beku ; d. melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap hasil Inseminasi Buatan ; e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi Pelayanan ; (2) Sub Seksi Pengkajian dan Pembinaan, mempunyai tugas : a. melakukan pengujian fertilitas mani beku ; b. menyusun rencana dan melakukan pemeriksaan dan bimbingan terhadap gangguan akseptor inseminasi buatan ; c. melaksanakan pemerataan teknologi inseminasi Buatan dan transfer embrio ; d. melakukan pencatatan, evaluasi dan pelaporan kebuntingan ; e. melakukan pengobatan terhadap gangguan reproduksi serta melaporkan hasilnya ; f. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi Pelayanan. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 10

Bagian Ketiga Nama dan Lokasi Pasal 25 Balai Inseminasi Buatan berlokasi di Kecamatan Gayungan Kota Surabaya. BAB V LABORATORIUM KESHHATAN HEWAN Bagian Pertama Tugas dan Fungsi Pasal 26 Laboratorium Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan di bidang pemeriksaan, penyidikan dan diagnosa penyakit hewan serta ketatausahaan. Pasal 27 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 26, Balai Laboratorium Kesehatan Hewan mempunyai fungsi : a. penyusunan perencanaan dan pembinaan penyidikan penyakit hewan ; b. pelaksanaan pemeriksaan dan diagnosa penyakit hewan ; c. pelaksanaan evaluasi dan cara-cara penanggulangan penyakit hewan ; d. pelaksanaan urusan ketatausahaan ; e. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Bagian Kedua Organisasi Pasal 28 Susunan Organisasi Balai Laboratorium Kesehatan Hewan terdiri atas : a. Kepala Balai ; b. Sub Bagian Tata Usaha ; c. Seksi Pelayanan ; d. Kelompok Jabatan Fungsional. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 11

Pasal 29 Kepala Laboratorium Kesehatan Hewan mempunyai tugas memimpin, mengawasi, mengkoordinasikan pelaksanaan penyidikan, diagnosa penyakit hewan dan saran penanggulangannya serta tugas-tugas ketatausahaan. Pasal 30 Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, keuangan, kepegawaian, peralatan dan perbekalan. Pasal 31 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 30, Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi : a. pengelolaan administrasi kepegawaian ; b. pengelolaan administrasi keuangan ; c. pengelolaan urusan rumah tangga, surat menyurat dan kearsipan ; d. pengelolaan peralatan dan perbekalan ; e. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai Laboratorium Kesehatan Hewan. Pasal 32 Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan pemeriksaan, penyidikan dan diagnosa penyakit hewan bakteriawi, virusi, parasiti dan patologi serta saran penanggulangannya. Pasal 33 Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dalam Pasal 32, Seksi Pelayanan mempunyai fungsi : a. pengumpulan dan pengkajian bahan (sample) untuk mengetahui jenis penyakit hewan ; b. pemeriksaan, penyidikan dan diagnosa tentang penyakit hewan yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan patologi ; c. pelaksanaan evaluasi hasil pemeriksaan ; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 12

d. pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Laboratorium Kesehatan Hewan. Pasal 34 (1) Seksi Pelayanan terdiri atas : a. Sub Seksi Pemeriksaan ; b. Sub Seksi Evaluasi ; (2) Masing-masing Sub Seksi dipimpin oleh seorang Kepala Sub Seksi yang berada di bawah dan ber-tanggungjawab kepada Kepala Seksi Pelayanan. Pasal 35 (1) Sub Seksi Pemeriksaan mempunyai tugas : a. mencari dan menerima bahan untuk pemeriksaan penyakit hewan ; b. melakukan pemeriksaan, penyidikan dan diagnosa penyakit hewan yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit dan patologi ; c. membuat catatan dan laporan tentang hasil pemeriksaan atau diagnosa ; d. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi Pelayanan. (2) Sub Seksi Evaluasi, mempunyai tugas : a. menghimpun data tentang hasil pemeriksaan penyakit hewan ; b. melakukan evaluasi hasil pemeriksaan dan diagnosa tentang kondisi dan penyakit hewan ; c. memberikan rekomendasi hasil pemeriksaan dan diagnosa ; d. menyusun petunjuk tentang cara-cara penanggulangan penyakit hewan ; e. melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Seksi Pelayanan. Bagian Ketiga Nama dan Lokasi Pasal 36 Laboratorium Kesehatan Hewan berlokasi di Kecamatan Kota Kabupaten Tuban dan Kecamatan Pakis Kabupaten Malang. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 13

BAB VI KELOMPOK JABATAN FUNGSZONAL Pasal 37 Kelompok Jabatan Fungsional raempunyai tugas melaksana-kan sebagian tugas Balai Laboratorium Kesehatan Hewan Dinas Peternakan sesuai bidang keahlian dan kebutuhan. Pasal 38 (1) Kelompok Jabatan Fungsional sebagaimana dimaksud pada Pasal 37, terdiri dari sejumlah karyawan dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya dikoordinir oleh tenaga fungsional senior yang ditetapkan oleh Gubernur ; (2) Jumlah tenaga fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja ; (3) Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB VII TATA KERJA Pasal 39 Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Balai Pembibitan dan Hijauan Makanan Ternak, Kepala Inseminasi Buatan dan Kepala Laboratorium Kesehatan Hewan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Dinas. Pasal 40 (1) Setiap pimpinan satuan organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas Lingkup Dinas Peternakan berkewajiban memimpin, mengadakan koordinasi, memberi bimbingan dan arahan bagi pelaksanaan tugas bawahan ; Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 14

(2) Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Lingkup Dinas Peternakan dalam melaksanakan tugas wajib menerap-kan prinsip koordinasi baik dalam lingkungan dan antar Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan maupun dalam lingkungan Dinas Peternakan serta dengan instansi lainnya. BAB VIII PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM JABATAN Pasal 41 (1) Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Peternakan, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi dan Kepala Sub Seksi diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur Jawa Timur dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuni syarat atas usul Kepala Dinas molalui Sekretaris Daerah Propinsi Jawa Timur ; (2) Kelompok Jabatan Fungsional diangkat dan diberhentikan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 42 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan ditetapkan lebih lanjut oleh Gubernur. Pasal 43 Bagan Susunan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas pada Dinas Peternakan sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 44 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Timur tanggal 22 Mei 1998 Nomor 62 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Dinas Peternakan Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur dinyatakan tidak berlaku. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 15

Pasal 45 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur. Ditetapkan di Surabaya pada tanggal 27 September 2000 GUBERNUR JAWA TIMUR ttd. IMAM UTOMO. S Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 16

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Jawa Timur tanggal 2 Oktober 2000 Nomor 18 Tahun 2000 Seri D. A.n. GUBERNUR JAWA TIMUR Sekretaris Daerah ttd. Drs. SOENARJO, MSi Pembina Utama Madya NIP 510 040 479 Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 17

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR : 19 TAHUN 2000 TANGGAL : 27 SEPTEMBER 2000

III. BAGAN SUSUNAN ORGANISASI LABORATORIUM KESEHATAN HEWAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2000 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PETERNAKAN PROPINSI JAWA TIMUR I. PENJELASAN UMUM Dengan makin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pangan, perlu ditingkatkan pula usaha-usaha peningkatan produksi pangan terutama yang berasal dari produk hewani. Untuk itu perlu dukungan petugas di lapangan yang secara langsung menangani kegiatankegiatan operasional Dinas Peternakan dilasanakan oleh Unit Pelaksana Teknis. Keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Dinas Peternakan telah diatur dalam Keputusan Gubernur Jawa Timur tanggal 22 Mei 1998 Nomor 62 Tahun 1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Lingkup Dinas Peternakan Propinsi Jawa Tirnur, selanjutnya sesuai Pasal 68 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, susunan organisasi pe-rangkat Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, untuk itu perlu mengatur kembali Unit Pelaksana Teknis Dinas tersebut dalam Peraturan Daerah. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 sampai dengan 3 : Cukup jelas. Pasal 4 Pasal 5 : Yang dimaksud dengan pembibitan adalah kegiatan untuk menghasilkan bibit ternak atau tanaman bahan untuk keperluan sendiri ; : a. yang dimaksud dengan Bibit Ternak adalah ternak, mani, telur tetas dan mudigah (embrio) yang dihasilkan melalui seleksi dan mempunyai mutu genetik lebih baik dari rata-rata mutu ternak. b. yang dimaksud dengan Pemulia Biakan adalah kegiatan budidaya ternak yang bertujuan untuk meningkatkan mutu genetik dan meningkatkan produktivitas ternak melalui peningkatan kelahiran dengan perkawinan pejantan unggul. Pasal 6 sampai dengan 45 : Cukup jelas. Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 1