PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH

Transkripsi

1 PEMERINTAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PETERNAKAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Menimbang: a. bahwa berdasarkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1996 tentang Pembentukan Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Pasal 6 ditentukan bahwa Organisasi dan Tatakerja diatur dengan Peraturan Daerah; b. bahwa berdasarkan Lampiran II huruf d Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1983, pengaturan Pembentukan maupun Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah masing-masing ditetap-kandengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan surat Menteri Dalam Negeri Nomor 61/4115/Sj, tanggal 9 Desember 1994 Perihal Pola Organisasi Dinas Daerah, disebutkan bahwa Organisasi Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah Pola Maksimal; d. bahwa untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan maupun pelayanan kepada masyarakat dibidang peternakan dan dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1994, maka Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 1980 perlu ditinjau kembali; e. bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2 Mengingat: 1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 sebagaimana telah diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 1959 (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 71,Tambahan Lembaran Negara Nomor 1819); 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3037); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1951 tentang Pelaksanaan Penyerahan Sebagian dari Urusan Pemerintah Pusat Dalam Lapangan Kehewanan Kepada Daerah Istimewa Yogyakarta jo Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1952; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah ((Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373); 5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 1992 tentang Pedoman Organisasi Dinas Daerah jo Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1993; 6. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Perubahan; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 97 Tahun 1993 tentang Pola Organisasi Pemerintah Daerah dan Wilayah. 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan Daerah. 9. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1996 tentang Pembentukan Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. MEMUTUSKAN:

3 Menetapkan : PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PETERNAKAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: a. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; c. Gubernur Kepala Daerah ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta; d. Dinas Peternakan adalah Dinas Peternakan Propinsi Daearah Istimewa Yogyakarta; e. Kepala Dinas ialah Kepala Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; f. Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; g. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. BAB II ORGANISASI Bagian pertama Susunan Organisasi Pasal 2 (1) Unsur-unsur Organisasi Dinas Peternakan adalah: a. Pimpinan. b. Pembantu Pimpinan. c. Pelaksana. d. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) a. Pimpinan adalah Kepala Dinas. b. Pembantu Pimpinan adalah Bagian Tata Usaha yang terdiri dari Sub Bagian-Sub Bagian. c. Pelaksana adalah Sub Dinas-Sub Dinas yang terdiri dari Seksi-seksi dan Unit Pelaksana Tehnis Dinas. d. Kelompok Jabatan Fungsional adalah Kelompok Jabatan Fungsional dilingkungan Dinas Peternakan yang melakukan kegiatan teknis peternakan dibidang keahliannya masingmasing. Pasal 3 (1) Susunan Organisasi Dinas Peternakan terdiri dari: a. Kepala Dinas; b. Bagian Tata Usaha; c. Sub Dinas Bina Produksi; d. Sub Dinas Bina Usaha;

4 e. Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan; f. Sub Dinas Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan; g. Sub Dinas Bina Penyuluhan; h. Unit Pelaksana Teknis Dinas; i. Kelompok Jabatan Fungsional. (2) Bagian Tata Usaha sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini dipimpin oleh seorang Kepala Bagian yang sehari-hari disebut Sekretaris yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas. (3) Sub Dinas-Sub Dinas sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Sub Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. (4) Unit Pelaksana Teknis Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas. (5) Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh seorang Tenaga Fungsional Senior selaku Ketua Kelompok yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas. (6) Dengan Struktur Organisasi Dinas Peternakan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan Daerah ini ang merupakan bagian tak terpisahkan. Bagian Kedua Pimpinan Pasal 4 Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, membina danmengkoordinasikan dan mengawasi dalam penyelenggaraan kegiatan inas Peternakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yangberlaku. Pasal 5 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 eraturan Daerah ini Kepala Dinas mempunyai fungsi: a. Pembimbingan dan pembinaan dalam menyelenggarakan kegiatan Dinas Peternakan; b. Koordinasi penyelenggaraan kegiatan Dinas Peternakan; c. Pengawasan, evaluasi kegiatan-kegiatan Dinas Peternakan. Bagian Ketiga Pembantu Pimpinan Pasal 6 Bagian Tata Usaha mempunyai tugas menyelenggarakan urusanperencanaan, kepegawaian, keuangan dan umum.

5 Pasal 7 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Peraturan Daerah ini Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi: a. Perencanaan, program dan pelaporan serta pembinaan organisasi dan Tata-laksana; b. Pengelolaan administrasi kepegawaian; c. Pengelolaan administrasi keuangan; d. Pengelolaan urusan rumah tangga, perlengkapan, surat menyurat dan kearsipan. (1) Bagian Tata Usaha terdiri dari: a. Sub Bagian Perencanaan; b. Sub Bagian Kepegawaian; c. Sub Bagian Keuangan; d. Sub Bagian Umum. Pasal 8 (2) Sub Bagian-Sub Bagian sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Bagian Tata Usaha. Pasal 9 (1) Sub Bagian Perencanaan mempunyai tugas melakukan pengumpulan analisis dan penyajian data, penyiapan bahan perumusan rencana dan program, penyiapan bahan laporan Dinas Peternakan serta pembinaan organisasi dan tatalaksana. (2) Sub Bagian Kepegawaian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rencana kebutuhan dan pengembangan pegawai,mutasi pegawai, dan administrasi kepegawaian. (3) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan rencana Anggaran, pembukuan, perhitungan anggaran dan verifikasi serta perbendaharaan Dinas Peternakan. (4) Sub Bagian Umum mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, kearsipan, rumah tangga, perlengkapan dan perpustakaan. Bagian Keempat Pelaksana Pasal 10 Sub Dinas Bina Produksi mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan di bidang pembinaan produksi peternakan.

6 Pasal 11 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 10 Peraturan Daerah ini Sub Dinas Bina Produksi mempunyai fungsi: a. Pembimbingan produksi bibit dan mutu ternak; b. Pembimbingan produksi, peredaran, penggunaan dan pengawasan mutu pakan ternak; c. Pembimbingan penyiapan dan penerapan teknologi peternakan; d. Pembimbingan pendayagunaan alat dan mesin peternakan. Pasal 12 (1) Sub Dinas Bina Produksi terdiri dari: a. Seksi Bibit Ternak; b. Seksi Pakan Ternak; c. Seksi Teknologi Peternakan; d. Seksi Alat dan Mesin. (2) Seksi-seksi sebagaimana tersebut dalam ayat (1) Pasal ini masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Sub Dinas Bina Produksi. Pasal 13 (1) Seksi Bibit Ternak mempunyai tugas membimbing identifikasi wilayah sumber bibit ternak, produksi bibit ternak, pengadaan, penyaluran, penggunaan mani beku dan mudigah, serta memantau inseminasi buatan dan alih mudigah. (2) Seksi Pakan Ternak mempunyai tugas memantau dan menyiapkan evaluasi produksi, pengadaan, peredaran, penggunaan dan pengawasan mutu pakan ternak. (3) Seksi Tehnologi Peternakan mempunyai tugas uji lapangan dan penerapan teknologi anjuran dibidang peternakan. (4) Seksi Alat dan Mesin mempunyai tugas membimbing pengembangan produksi, rekayasa dan penggunaan alat dan mesin peternakan. Pasal 14 Sub Dinas Bina Usaha mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dibidang usaha peternakan.

7 Pasal 15 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 Peraturan Daerah ini Sub Dinas Bina Usaha mempunyai fungsi: a. Pemantauan sumber daya peternakan; b. Pelayanan usaha peternakan; c. Pembimbingan pengolahan dan pemasaran peternakan; d. Pembimbingan usaha tani ternak; (1) Sub Dinas Bina Usaha terdiri dari: a. Seksi Sumber Daya; b. Seksi Pelayanan Usaha; c. Seksi Pengolahan dan Pemasaran; d. Seksi Usaha Tani. Pasal 16 (2) Seksi-seksi sebagaimana tersebut pada ayat (1) Pasal ini masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Sub Dinas Bina Usaha. Pasal 17 (1) Seksi Sumber Daya mempunyai tugas memantau tata lahan dan lingkungan (analisis mengenai dampak lingkungan),ketenagaan, perkreditan dan investasi usaha peternakan. (2) Seksi Pelayanan Usaha mempunyai tugas menyelenggarakan urusan perijinan usaha peternakan dan perijinan pengeluaran/pemasukan ternak potong serta bimbingan pelayanan usaha lainnya. (3) Seksi Pengolahan dan Pemasaran mempunyai tugas membimbing pengolahan hasil ternak, penanganan pasca panen dan informasi pemasaran ternak. (4) Seksi Usaha Tani mempunyai tugas menyusun dan menyiapkan bahan bimbingan manajemen usaha tani ternak serta menyiapkan bahan pengembangan agrobisnis dibidang peternakan. Pasal 18 Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dibidang kesehatan hewan.

8 Pasal 19 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 Peraturan Daerah ini Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan mempunyai fungsi: a. Pembimbingan pengamatan, penyidikan dan epidemiologi penyakit hewan. b. Pembimbingan pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan; c. Pembimbingan pencegahan kesehatan masyarakat veteriner; d. Pembimbingan pencegahan obat hewan dan pelayanan kesehatan hewan; Pasal 20 (1) Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan terdiri dari: a. Seksi Pengamatan dan Penyidikan; b. Seksi Pencegahan, dan Pemberantasan Penyakit Hewan; c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner; d. Seksi Obat Hewan dan Pelayanan Kesehatan Hewan. (2) Seksi-seksi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-masing dipimppin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Sub Dinas Biro Kesehatan Hewan. Pasal 21 (1) Seksi Pengamatan dan Penyidikan mempunyai tugas membimbing mengamati, mencatat dan membuat peta penyakit, penyidikan dan epidemiologi penyakit hewan serta membimbing pendirian,pengelolaan dan rujukan Laboratorium Kesehatan Hewan. (2) Seksi Pencegahan, dan Pemberantasan Penyakit Hewan mempunyai tugas memantau lalu lintas hewan, hasil asal hewan dan hasil bahan asal hewan, membimbing vaksinasi, pemberantasan dan pelaporan penyakit hewan. (3) Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner mempunyai tugas membimbing pengawasan hygiene dan sanitasi lingkungan usaha peternakan serta menyelenggarakan pelayanan Rumah Potong Hesan/Rumah Potong Unggas di Daerah. (4) Seksi Obat Hewan dan Pelayanan Kesehatan Hewan mempunyai tugas membimbing pengawasan produksi dan peredaran obat hewan serta memantau dan mengevaluasi pelayanan kesehatan hewan. Pasal 22 Sub Dinas Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dibidang penelitian penyebaran dan pengembangan peternakan.

9 Pasal 23 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 22 Peraturan Daerah ini Sub Dinas Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan mempunyai fungsi: a. Pembimbingan identifikasi penyebaran dan pengembangan peternakan; b. Penelitian dan pengembangan ternak spesifik dan unggulan Daerah; c. Pembimbingan penyiapan wilayah dan petani di Daerah penyebaran dan pengembangan peternakan; d. Pembimbingan penataan peternakan; e. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan hasil penyebaran dan pengembangan peternakan. Pasal 24 (1) Sub Dinas Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan terdiri dari: a. Seksi Identifikasi; b. Seksi Penyiapan; c. Seksi Penataan; d. Seksi Evaluasi. (2) Seksi-Seksi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Sub Dinas Bina Penyebaran dan Pengembangan Peternakan. Pasal 25 (1) Seksi identifikasi mempunyai tugas membimbing identifikasi wilayah penyebaran dan pengembangan peternakan, melaksanakan penelitian dan pengembangan ternak spesifik dan unggulan Daerah. (2) Seksi Penyiapan mempunyai tugas menyiapkan bahan tata ruang peternakan, penyiapan wilayah dan bimbingan seleksi petani di Daerah penyebaran dan pengembangan peternakan. (3) Seksi Penataan mempunyai tugas membimbing pengadministrasian gaduhan dan bagi hasil ternak, serta memantau redistribusi ternak. (4) Seksi Evaluasi mempunyai tugas memantau, mengevaluasi dan melaporkan perkembangan hasil penyebaran dan pengembangan peternakan. Pasal 26 Sub Dinas Bina Penyuluhan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas Peternakan dalam bidang penyuluhan.

10 Pasal 27 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pada Pasal 26 Peraturan Daerah ini Sub Dinas Bina Penyuluhan mempunyai fungsi: a. Pembimbingan penyiapan dan pelaksanaan program, metoda dan sistem kerja penyuluhan serta rekayasa teknis, sosial dan ekonomi; b. Perencanaan, pendayagunaan dan bimbingan ketenagaan penyuluhan; c. Pembimbingan dan pengembangan Kelembagaan Petani; d. Perencanaan pengadaan, pengolahan dan bimbingan pendayagunaan sarana penyuluhan; e. Perencanaan pengadaan, penyebaran dan bimbingan pengembangan penyuluhan. Pasal 28 (1) Sub Dinas Bina Penyuluhan terdiri dari: a. Seksi Tata Penyuluhan; b. Seksi Kelembagaan, Tenaga dan Sarana. (2) Seksi-seks i sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Sub Dinas Bina Penyuluhan. Pasal 29 (1) Seksi Tata Penyuluhan mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada para penyuluh peternakan dalam penyusunan dan pelaksanaan program penyuluhan, penerapan metoda dan sistem kerja penyuluhan, identifikasi faktor penentu, rekayasa teknis, sosial dan ekonomi, bimbingan serta supervisi pelaksanaan penyuluhan. (2) Seksi Kelembagaan, Tenaga dan Sarana mempunyai tugas menyusun rencana kebutuhan dan mendayagunakan tenaga penyuluh, merencanakan, mengadakan, mengelola sarana penyuluhan, memperbanyak dan menyebarkan materi penyuluhan serta memberikan pelayanan teknis dan administrasi kepada para penyuluh peternakan dalam pembinaan dan pengembangan kelembagaan tani, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan Tenaga Penyuluh, penggunaan sarana penyuluhan dan perumusan serta penyiapan materi penyuluhan. Pasal 30 (1) Unit Pelaksana Teknis Dinas mempunyai kedudukan sebagaiunsur pelaksana teknis operasional Dinas. (2) Pembentukan dan Organisasi Unit Pelaksana Teknis Dinas akan diatur kemudian dengan peraturan Daerah tersendiri.

11 Bagian Kelima Kelompok Jabatan Fungsional Pasal 31 (1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan teknis peternakan dibidang keahliannya masing-masing. (2) Kelompok Jabatan Fungsional dapat dibagi ke dalam Sub-sub Kelompok sesuai dengan kebutuhan dan keahlian masing-masing dipimpin oleh seorang tenaga Fungsional Senior. (3) Jumlah Tenaga Fungsional ditentukan berdasarkan sifat, jenis dan beban kerja. (4) Pembinaan terhadap Tenaga Fungsional dilakukan sesuai dengan Peraturan perundangundangan yang berlaku. BAB III TATA KERJA Pasal 32 (1) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas, Kepala Bagian, Kepala Sub Dinas, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi, Kepala Unit Pelakasana Teknis Dinas dan Ketua Kelompok Jabatan Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi secara vertikal dan horisontal. (2) Setiap Kepala Satuan Organisasi dilingkungan Dinas Peternakan bertanggungjawab dalam memimpin, memberikan bimbingan, petunjuk, perintah dan mengawasi serta mengendalikan pelaksanaan tugas bawahannya. Pasal 33 (1) Setiap bawahan dilingkungan Dinas Peternakan wajib mematuhi petunjuk, perintah dan bertanggungjawab kepada atasan serta wajib melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasan. (2) Dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan tugas, bawahan dapat memberikan saransaran pertimbangan kepada atasannya. Pasal 34 (1) Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dapat mengadakan hubungan kerja secara fungsional dengan instansi lain. (2) Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Peternakan wajib menyelenggarakan koordinasi secara fungsional dengan Dinas Peternakan Tingkat II se Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

12 Pasal 35 (1) Setiap Kepala Satuan Organisasi dilingkungan Dinas Peternakan wajib menyampaikan laporan tepat pada waktunya sesuai dengan bidang tugas masing-masing kepada Kepala Dinas yang selanjutnya ditampung dan diolah sebagai bahan laporan Kepala Dinas kepada Gubernur Kepala Daerah. (2) Dalam menyampaikan laporan kepada atasan masing-masing tembusan laporan tersebut disampaikan kepada Satuan Organisasi lainnya dilingkungan Dinas Peternakan yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja. BAB IV KEPEGAWAIAN Pasal 36 Susunan jenjang pangkat dan jabatan Dinas Peternakan diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undnagan yang berlaku. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 Segala peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan beserta pelaksanaannya tetap berlaku sampai dengan diundangkannya Peraturan Daerah ini. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 38 (1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 10 Tahun 1980 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan ketentuan-ketentuan lain yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan tidak berlaku. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur kemudian oleh Gubernur Kepala Daerah.

13 Pasal 39 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Peropinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Ditetapkan di : Yogyakarta Pada tanggal : 29 April 1996 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Ketua ttd PENJABAT GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ttd H. SOEDARNO SETOPRADJOKO PAKU ALAM VIII Disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dengan Surat Keputusan Nomor : 9 Tahun 1997 Tanggal : 20 Januari 1997 Diundangkan dalam Lembaran Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Seri : D Nomor : 29 Tanggal : 15 Juli 1997 SEKRETARIS WILAYAH DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ttd. Drs. H. SUPRASTOWO NIP

14 PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 1996 I. PENJELASAN UMUM. TENTANG ORGANSASI DAN TATAKERJA DINAS PETERNAKAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Dalam rangka peningkatan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat khususnya dalam bidang peternakan di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah dibentuk Dinas Peternakan dengan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 3 Tahun 1986 tentang Pembentukan Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada pasal 6 Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tersebut ditentukan bahwa Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 1992 jo Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1993 tersebut, telah dikeluarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri tertanggal 9 Desember 1994 Nomor 061/4115/Sj perihal Pola Organisasi Dinas Daerah. Pada angka V Lampiran surat edaran tersebut disebutkan bahwa Organisasi Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan dalam pola maksimal yang terdiri dari satu Bagian Tata Usaha dan lima Sub Dinas. Untuk meningkatkan dayaguna dan hasilguna pelaksanaan tugas dibidang peternakan dimaksud, perlu meninjau kembali Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nmoor 10 Tahun 1980 tentang Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan berpedoman pada Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1994 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan Daerah. Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, perlu menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Peternakan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

15 II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 s.d. 4 : Cukup jelas Pasal 5 huruf a : - Yang dimaksud dengan pembimbingan dan pembinaan adalah meliputi pula pelaksanaan fungsi-fungsi kepemimpinan. huruf b s.d. c : Cukup jelas Pasal 9 ayat (1) : - Yang dimaksud dengan penyajian data adalah penyajian data yang meliputi data primer, sekunder, dalam bentuk statistik dan penyajian data yang lainnya. - Yang dimaksud dengan tatalaksana adalah sistem dan prosedur kerja berdasarkan peraturan yang berlaku agar tercapai efisiensi dan efektivitas kerja. Ayat(2) s.d.(4) : Cukup jelas. Pasal 10 s.d. 12 : Cukup jelas. Pasl 13 ayat (1) : - Yang dimaksud dengan mudigah adalah perkembangan sel telur setelah dibuahi oleh sperma-tozoa sehingga menjadi embriyo/foetus pada hewan ternak. - Yang dimaksud alih mudigah adalah memindahkan embrio yang baru berumur satu minggu dari sapi donor ke sapi lain. Ayat (2, 3) : Cukup jelas. Ayat (4) : Yang dimaksud dengan rekayasa atau penggunaan alat dan mesin peternakan adalah pembuatan modifikasi peralatan peternakan yang dapat dilakukan oleh peternak sendiri. Pasal 14 s.d 16 : Cukup jelas. Pasal 17 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : Yang dimaksud dengan pelayanan usaha lainnya adalah meliputi usaha sarana produksi peternakan dan usaha pengolahan hasil peternakan. ayat (3) : Cukup jelas. ayat (4) : Yang dimaksud agrobisnis di bidang peternakan adalah penanganan usaha secara terpadu dari sejak proses produksi, pengolahan hasil sampai dengan pemasaran Pasal 18 : Cukup jelas. Pasal 19 huruf a s.d b : Cukup jelas. huruf c : Yang dimaksud dengan Kesehatan Masyarakat Veteriner adalah segala urusan yang berhubungan dengan hewan dan bahan-bahan yang berasal dari hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia. huruf d : Cukup jelas.

16 Pasal 20 : Cukup jelas. Pasal 21 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : - Yang dimaksud dengan hasil asal hewan adalah produk pokok dari semua jenis ternak yang langsung dikonsumsi oleh masyarakat antara lain daging, susu, telur dan sebagainya. - Yang dimaksud hasil bahan asal hewan adalah produk sampingan/ikutan dari semua jenis ternak kecuali babi yang sudah melalui proses lebih lanjut antara lain kulit, bulu dan sebagainya. ayat (3) : Cukup jelas. Pasal 23 a.d. 26 : Cukup jelas. Pasal 27 huruf a : - Yang dimaksud dengan rekayasa teknis adalah upaya/perencanaan dariberbagai aspek teknis produksi antara lain melalui wadah koperasi dengan perbaikan pasca panen dan pemasarannya. - Yang dimaksud dengan rekayasa Sosial adalah upaya peningkatan dan pengembangan faktor-faktorsosial dalam rangka memantapkan organisasi kelompok tani ternak khususnya dinamika kelompok. - Yang dimaksud dengan rekayasa ekonomi adalah upaya peningkatan dan pengembangan faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi usaha tani ternak untuk memperoleh pendapatan yang optimal sesuai skala usahanya. huruf b s.d e : Cukup jelas. Pasal 28 : Cukup jelas. Pasal 29 ayat (1) : - Yang dimaksud dengan programa penyuluhan adalah rencana tertulis tentang kegiatan penyuluhan pertanian/peternakan yang menggambarkan keadaan sekarang, tujuan yang yang ingin dicapai, masalah-masalah dalam mencapai tujuan dan alternatif terbaik untuk memecahkan masalah di wilayah kerja masing-masing Penyuluh Pertanian/Peternakan. ayat (2) : Pasal 30 : Pasal 31 ayat (1) s.d (3): Cukup jelas. Cukup jelas. Cukup jelas. ayat (4) : - Yang dimaksud dengan pembinaan terhadap Tenaga Fungsional dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku adalah : Pembinaan terhadap Tenaga sesuai dengan fungsinya dapat dilaksanakan oleh instansi yang secara fungsional mempunyai hubungan kerja antara lain Kanwil Pertanian, Dirjen Peternakan, sedangkan pembinaan secara umum dibina oleh Kepala Dinas, tetapi untuk pembinaan kepegawaian dalam hal penentuan angka kredit dilaksanakan oleh suatu Tim.

17 Pasal 32 ayat (1) : Cukup jelas. ayat (2) : - Yang dimaksud Kepala Satuan Organisasi adalah Kepala Dinas, Kepala Bagian Tata Usaha, Kepala Sub Dinas, Kepala Sub Bagian dan Kepala Seksi dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas. Yang dimaksud dengan Ketua Kelompok Jabatan Fungsional adalah Ketua kelompok yang berfungsi sebagai koordinator dari semua pejabat fungsional yang ada pada Dinas Peternakan. Pasal 33 s.d. 39 : Cukup jelas. LAMPIRAN STRUKTUR ORGANISASI (LIHAT FISIK)