Abstract

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISA PENGGUNAAN ARUS SEARAH (DC) PADA IMPRESSED CURRENT ANTI FOULING (ICAF) SEBAGAI PENCEGAHAN TERJADINYA FOULING PADA COOLING SYSTEM

SKRIPSI PRESENTASI 3 (P3)

ANALISA DESAIN SISTEM SS IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA OFFSHORE PIPELINE MILIK JOB PERTAMINA PETROCHINA EAST JAVA

Jumlah Anoda (N) Tahanan Kabel (R2) Tahanan Total (Rt) = Ic / Io = 21,62 / 7 = 3,1. R2 = R1 + α (T2 T1) = 0, ,00393 (30-24) = 0,02426 ohm/m

Rectifier yang Digunakan

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Start. Preventive Maintenance. Kelainan Temperatur. N Pembongkaran PHE. Y Perbaikan. Pencucian.

Analisa Desain Sistem Impressed Current Cathodic Protection (ICCP) pada Offshore Pipeline milik JOB Pertamina-Petrochina East Java

PENGARUH STRAY CURRENT TERHADAP SISTEM PROTEKSI KATODIK DENGAN VARIASI KONDISI LINGKUNGAN, BESAR TEGANGAN DAN JARAK TERHADAP SISTEM PROTEKSI

DASAR TEORI. Kata kunci: Kabel Single core, Kabel Three core, Rugi Daya, Transmisi. I. PENDAHULUAN

Dosen Pembimbing : Sutarsis,ST,M.Sc.Eng. Oleh : Sumantri Nur Rachman

Oleh : Afif Wiludin NRP Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, Msc.

ANALISA PROTEKSI KATODIK DENGAN MENGGUNAKAN ANODA TUMBAL PADA PIPA GAS BAWAH TANAH PT. PUPUK KALIMANTAN TIMUR DARI STASIUN KOMPRESSOR GAS KE KALTIM-2

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

BAB IV DESIGN SISTEM PROTEKSI MOTOR CONTROL CENTER (MCC) PADA WATER TREATMENT PLANT (WTP) Sistem Kelistrikan di PT. Krakatau Steel Cilegon

TUGAS AKHIR (ME ) STUDI TEKNIS EKONOMIS ANTARA MAIN RING SISTEM DENGAN INDEPENDENT SISTEM BALLAST PADA KAPAL TANKER MT YAN GT

STUDI SIMULASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ARUS LAUT MENGGUNAKAN HORIZONTAL AXIS TURBIN DENGAN METODE CFD

PRESENTASI FIELD PROJECT

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Air Memanfaatkan Teknologi Sistem Pipa Kapiler

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan. PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk adalah perusahaan yang bergerak

ANALISA KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DAYA LISTRIK PADA KAPAL FERRY DALAM RANGKA EFISIENSI ENERGI FRENNIKO EKA BESTARI

JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

PERHITUNGAN KESEIMBANGAN CATU DAYA SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

PENGARUH INJEKSI GAS HIDROGEN TERHADAP KINERJA MESIN BENSIN EMPAT LANGKAH 1 SILINDER

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA KARAKTERISTIK KEBUTUHAN DAYA LISTRIK PADA KAPAL FERRY DALAM RANGKA EFISIENSI ENERGI

Semarang, 6 juli 2010 Penulis

STEAM TURBINE. POWER PLANT 2 X 15 MW PT. Kawasan Industri Dumai

Perhitungan Teknis LITERATUR MULAI STUDI SELESAI. DATA LAPANGAN : -Data Onshore Pipeline -Data Lingkungan -Mapping Sector HASIL DESAIN

BUKU V SISTEM ALAT BANTU

TUGAS AKHIR. Analisa Karakteristik Kebutuhan Daya Listrik Pada Kapal Cargo Dalam Rangka Effisiensi Energi. Oleh : Novarianto S.

Langkah Perhitungan. WSA = (1,8 x Lpp x T) + (Cb x Lpp x B) A kemudi = [ (B/Lpp ) 2 ] A proteksi = WSA + A kemudi

Analisis Pengaruh Rasio Reheat Pressure dengan Main Steam Pressure terhadap Performa Pembangkit dengan Simulasi Cycle-Tempo

ANALISA PENGGUNAAN IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION (ICCP) PADA SISTEM PENDINGIN UTAMA UNIT 1&2 PLTU PAITON

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

ANALISA TEKNO EKONOMI PENERAPAN SISTEM BUSBAR TRUNKING (CANALIS) PADA SISTEM KELISTRIKAN KAPAL NIAGA (MT. AVILA)

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

ANALISA PERHITUNGAN EFISIENSI CIRCULATING WATER PUMP 76LKSA-18 PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP MENGGUNAKAN METODE ANALITIK

BAB III PERENCANAAN INSTALASI SISTEM TENAGA LISTRIK

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aisha Mei Andarini. Oleh : Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat.Triwikantoro, M.Sc. Surabaya, 21 juli 2010

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-78

PENGOPERASIAN SISTEM SARANA PENUNJANG TAHUN Maryudi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

ANALISA HEAT RATE DENGAN VARIASI BEBAN PADA PLTU PAITON BARU (UNIT 9)

Perencanaan Ulang Instalasi Perpipaan dan Pompa pada Chlorination Plant PLTGU PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik

BAB III METODOLOGI. Genset 1100 watt berbahan bakar gas antara lain. 2 perangkat berbeda yaitu engine dan generator atau altenator.

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER EVALUASI KINERJA BOILER 10 TPH(TON/HOUR) MILIK FSO CINTA NATOMAS

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) Refinery

RANCANGAN SISTEM CATU DAYA DC 2 kv/2 A UNTUK KATODA SUMBER ION SIKLOTRON 13 MeV BERBASIS TRANSFORMATOR

LAB KOROSI JPTM FPTK UPI

OPTIMASI DESAIN DAN SIMULASI SISTEM PROTEKSI KATODIK ANODA KORBAN PADA WATER INJECTION PIPELINE

Fahmi Wirawan NRP Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. H. Djoko Sungkono K, M. Eng. Sc

ANALISA PERFORMANSI HEAT EXCHANGER PADA SISTEM PENDINGIN MAIN ENGINE FIREBOAT WISNU I (Studi Kasus untuk Putaran Main Engine rpm)

BAB III PERANCANGAN Gambaran Alat

BAB IV PERANCANGAN DAN ANALISA

SOLUSI SUPLAI AIR PENDINGIN UNTUK KOMPLEK INDUSTRI PADAT DI TEPI PANTAI Oleh: Muchlis Nugroho Pasaman&Soeparman Chemical Engineer, PT

Kata kunci : gardu beton; grid; pentanahan; rod

BAB IV PERHITUNGAN SISTEM HIDRAULIK

METODOLOGI PENELITIAN

RANCANG BANGUN MEKANISME PEMANEN ENERGI GETARAN DENGAN METODE ELECTROMAGNETIC DAN APLIKASINYA PADA MESIN DIESEL MTU TYPE 16V 956TB92 DI KRI KAKAP 811

TERSELESAIKAN H+7 P2

STUDI TEKNIS EKONOMIS ANTARA MAIN RING SISTEM DENGAN INDEPENDENT SISTEM BALLAST PADA MOTOR TANKER YAN GT. Oleh

PETUNJUK PRAKTIKUM MESIN KAPAL JURUSAN TEKNIK SISTEM PERKAPALAN MARINE ENGINEERING

EFEKTIVITAS TATA LETAK SEA CHEST TERHADAP PENDINGINAN MOTOR INDUK KAPAL

Yogia Rivaldhi

10/2/2012 TANK SYSTEM AQUACULTURE ENGINEERING

DESAIN DAN PERAKITAN ALAT KONTROL TEMPERATUR UNTUK PERALATAN NITRIDASI PLASMA ABSTRAK ABSTRACT

Perancangan Sistem Kelistrikan pada Prototipe SepHull Bubble Vessel

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH VARIASI JENIS MATERIAL ELEKTRODA TERHADAP PEFORMANSI PEMESINAN DRILLING EDM MENGGUNAKAN EDM TIPE RELAKSASI (RC)

DESAIN DAN ANALISA PERFORMA GENERATOR PADA REFRIGERASI ABSORBSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

BAB III. PERANCANGAN PERBAIKAN FAKTOR DAYA (COS φ) DAN PERHITUNGAN KOMPENSASI DAYA REAKTIF

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN. Diketahui : Ditanya : m Al : 200g : 0,2kg Q :... (Joule) c Al

Muizzul Fadli Hidayat (1), Irfan Syarif Arief, ST.MT (2), dan Ir. Tony Bambang Musriyadi, PGD (3)

Pratama Akbar Jurusan Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS

STUDI EKONOMIS PENGARUH POST WELD HEAT TREATMENT TERHADAP UMUR PIPA

PERANCANGAN SISTEM PEMADAM TERINTEGRASI DAN ANALISA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA LISTRIK PADA ELECTRICITY BUILDING PLANT DAN SERVER ROOM (PT

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

ANALISA PERAWATAN BERBASIS RESIKO PADA SISTEM PELUMAS KM. LAMBELU

PERENCANAAN ULANG WATER CHILLER PADA PABRIK KARUNG ROSELLA BARU PTPN XI SURABAYA

BAB III PERANCANGAN SISTEM

2.10 Caesar II. 5.10Pipe Strees Analysis

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

SKRIPSI Studi Analisa Desain Instalasi dan Investasi Sistem Kelistrikan Kapal Penumpang dengan Menggunakan Sistem Busbar Trunking

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) G-23

III. METODOLOGI PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2 (2017), ( X Print)

BAB IV HASIL DAN ANALISA

PERENCANAAN PUSAT LISTRIK TENAGA MINI HIDRO PERKEBUNAN ZEELANDIA PTPN XII JEMBER DENGAN MEMANFAATKAN ALIRAN KALI SUKO

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

STUDI PENENTUAN KAPASITAS PEMUTUS TENAGA SISI 20 KV PADA GARDU INDUK SEKAYU

KAJIAN MODA OPERASI TWO OF THREE PADA ARUS BEBAN SISTEM PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS

TUGAS AKHIR BIDANG STUDI KONVERSI ENERGI

RANCANG BANGUN PROTEKSI BEBAN BERLEBIH DAN OTOMATISASI LAMPU MENGGUNAKAN SENSOR LDR

Analisa Penerapan Mesin Hybrid Pada Kapal KPC-28 dengan Kombinasi Diesel Engine dan Motor Induksi Yang Disuplai Dengan Batterai

Analisis Perbandingan Emisi Gas Buang Mesin Diesel Menggunakan Bahan Bakar Solar dan CNG Berbasis Pada Simulasi

BAB IV ANALISA POTENSI UPAYA PENGHEMATAN ENERGI LISTRIK PADA GEDUNG AUTO 2000 CABANG JUANDA (JAKARTA)

Transkripsi:

Analisa Penggunaan Impressed Current Anti Fouling (ICAF) Pada Sistem Air Pendingin Utama Unit 1 & 2 PLTU Paiton Sebagai Tambahan Pencegahan Terjadinya Fouling Moch. Tohir 1) Ir. Sardono Sarwito, M.Sc. 1) Indra Ranu Kusuma, ST, M.Sc. 1) 1) Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - FTK - ITS Surabaya email : mochtohir1990@gmail.com Abstract There are several unit at Paiton steam power plant, the one of all is the 1 st and 2 nd unit that operated by PT. PJB Unit Pembangkitan Paiton. The main cooling system at the 1 st and 2 nd unit Paiton steam power plant are using sea water as main medium for cooling. Before make cooling process, there are several treatment are applicated for sea water like chlorine injection to fainting the sea water microorganism, so it can not grow at pipe canal. After that, the treatment for sea water is screening plant. It has function to screening a solid object and the big sea water microorganism. But the treatment of chlorine injection are not effective cause still many marine growth at the main equipment cooling system. So depend on this condition, the another method are needed for preventive marine growth adding at main cooling system. The method is Impressed Current Anti Fouling (ICAF). The ICAF method have been applicated at Indonesian National Armed Forces ship war (korvet sigma) cooling system. So depend on this condition, the ICAF method are possible for applicated at Paiton steam power plant especially at the 1 st and 2 nd unit that using sea water for main medium cooling system. Keywords : chlorine injection; screening plant; ICAF; fouling; main cooling system 1. Pendahuluan Penggunaan air laut sebagai media pendingin pada sistem air pendingin utama PLTU unit 1 dan 2 selain berpotensi menimbulkan korosi juga berpotensi menimbulkan fouling pada peralatan sistem air pendingin utama, mengingat pada air laut tersebut terdapat mikroorganisme dan biota laut seperti teritip, kerang, ganggang, tiram dan jenis tumbuhan laut lainnya yang menjadi penyebab utama terjadinya fouling. Untuk mengantisipasi terjadinya fouling tersebut maka sebelum air laut melakukan proses pendinginan beberapa treatment dilakukan terhadap air laut tersebut diantaranya adalah dengan menginjeksikan chlorine yang bertujuan untuk melemahkan mikroorganisme dan biota laut agar tidak menempel pada saluran pipa, kemudian setelah itu air laut dilewatkan ke screening plant yang berfungsi untuk menyaring benda-benda padat dan biota laut. Tetapi pada kenyataannya penginjeksian chlorine ataupun screening plant masih dinilai kurang efektif mengingat masih banyak terdapat fouling pada beberapa peralatan sistem air pendingin utama. Maka untuk itu sebagai pencegahan terjadinya fouling digunakan sebuah peralatan tambahan yang disebut Impressed Current Anti-Fouling (ICAF). Fungsi ICAF adalah untuk mencegah atau menghambat tumbuhnya fouling, dimana dalam hal ini fouling disebabkan oleh biota laut, seperti teritip, kerang, ganggang, tiram dan jenis tumbuhan laut lainnya. ICAF tergolong metode terbaru untuk pencegahan pertumbuhan fouling yaitu dengan menggunakan impressed current. Metode ICAF ini telah diterapkan pada peralatan-peralatan di kapal yang berhubungan langsung dengan air laut seperti halnya sistem pendingin, sistem ballast ataupun sistem pemadam kebakaran utama seperti halnya yang telah diterapkan pada sistem pendingin salah satu kapal perang korvet kelas sigma yang dimiliki oleh TNI AL, selain di kapal metode ICAF ini sering kali juga digunakan untuk pompa-pompa penambangan minyak lepas pantai (Offshore). Beracuan dengan hal di atas maka tidak menutup kemungkinan jika metode ICAF ini juga dapat digunakan sebagai tambahan pencegahan terjadinya fouling pada sistem air pendingin utama PLTU Paiton khususnya pada unit 1 dan 2 yang menggunakan air laut sebagai media pendingin utamanya. Fouling ini sangatlah merugikan jika terdapat pada peralatan sistem air pendingin utama diantaranya adalah dapat mengurangi aliran air laut, mengurangi efisiensi alat 1

penukar kalor, korosi pada pipa kondensor, dan membutuhkan biaya untuk pembersihan fouling tersebut. 2. Tinjauan Pustaka Metode pencegahan fouling dengan menggunakan Impressed Current Anti Fouling telah banyak diaplikasikan pada dunia marine semisal pada seachest ataupun strainer kapal (www.iccp-mgps.com/mgps/mgps01) terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini. Gambar 2.1 Penggunaan ICAF pada kapal Selain pada kapal metode ICAF ini juga telah diterapkan pada pompa-pompa yang digunakan pada penambangan minyak lepas pantai (offshore) terlihat pada Gambar 2.2 berikut ini. Gambar 2.2 Penggunaan ICAF pada pompa offshore Pada kapal sendiri, metode Impressed Current Anti Fouling (ICAF) tidak hanya digunakan pada daerah seachest saja melainkan juga dibeberapa area tertentu (www.iccp-mgps.com/mgps/mgps01). Pada gambar berikut ini ditunjukkan detail dan variasi penggunaan ICAF yang biasa digunakan pada kapal. 2

Gambar 2.3 Penggunaan ICAF pada seachest Gambar 2.4 Penggunaan ICAF pada strainer Gambar 2.5 Penggunaan ICAF pada treatment tank Gambar 2.6 Penggunaan ICAF pada seachest dan sistem perpipaan Pada penggunaan metode ICAF untuk pompa-pompa yang digunakan pada penambangan minyak lepas pantai (offshore), anoda dirangkai sedemikian rupa dan diletakkan pada posisi sebelum strainer pada sisi hisap pompa. Untuk detail mengenai penggunaan ICAF pada pompa-pompa yang digunakan pada penambangan minyak lepas pantai (offshore) dapat dilihat pada gambar berikut ini (Datasheet, cuprion anti fouling). Gambar 2.7 Penggunaan ICAF pada pompa offshore Gambar 2.8 Bentuk rangkaian anoda pada pompa offshore Rangkaian anode yang pada pompa-pompa yang digunakan pada penambangan minyak lepas pantai (offshore) biasanya terdiri dari beberapa anode aluminium dan tembaga serta beberapa komponen pendukung lainnya seperti yang terlihat pada Gambar 2.9 berikut ini. 3

Gambar 2.9 Bentuk rangkaian anoda pada pompa offshore Metode pencegahan fouling dengan menggunakan impressed current ini juga dapat diaplikasikan pada sistem pendingin suatu power plant yang menggunakan air laut sebagai media pendingin utamanya. Untuk aplikasi di sistem pendingin suatu power plant, anoda diletakkan pada water inlet, yaitu tempat pertama kali air laut masuk ke sistem pendingin tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan Gambar 2.11 berikut ini. Gambar 2.10 Tampak depan sistem pendingin suatu power plant Gambar 2.11 Tampak depan sistem pendingin suatu power plant 3. Metodologi Untuk membantu proses pelaksanaan skripsi ini, maka perlu dibuat suatu urutan metode yang menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan tugas skripsi ini. Kerangka ini berisi tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dari pengerjaan skripsi ini. Dimulai dari identifikasi masalah sampai nantinya mendapatkan kesimpulan atas pengerjaan skripsi ini. Mulai Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Literatur Buku Jurnal Paper Internet A 4

A Pengambilan Data Penentuan Besar Arus dan Tegangan yang dibutuhkan Penentuan Jenis dan Ukuran Anoda Ya Tidak Sesuai Tidak Ukuran Anode Salah Life time anode Design ICAF Kesimpulan dan Saran Selesai 4. Analisa Data dan Pembahasan 4.1 Penentuan anoda berdasarkan perhitungan Besarnya arus proteksi dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.1 berikut, setelah sebelumnya didefinisikan terlebih dahulu mengenai luas area yang akan dilindungi yaitu pada water inlet sistem air pendingin utama unit 1 & 2 PLTU Paiton. (4.1) Dimana : Ip : Kebutuhan arus proteksi (A) A : Luas penampang (m 2 ) Cd : Densitas arus minimum (ma/m 2 ) Setelah diketahui besar arus proteksi yang dibutuhkan oleh masing-masing water inlet, maka langkah selanjutnya adalah menentukan jenis dan massa anoda yang dibutuhkan untuk memproteksi area yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan persamaan 4.2. 5

(4.2) Dimana : L : Anoda life time (Y) W 0 : Berat awal anoda (kg) W : Berat akhir anoda (kg) u : Utilization factor (0.8-0.9) I : Arus yang mengalir pada anoda (A) C : Anode consumption rate (kg/a.y) Dengan menggunakan beberapa persamaan tersebut maka hasil perhitungan mengenai besar arus proteksi, jenis dan massa yang digunakan pada water inlet 1, 2 dan 3 dapat terlihat pada Tabel 4.1. Berdasarkan perhitungan massa anoda tersebut akan menyusut setiap tahunnya sesuai dengan Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Tabel 4.1 Kebutuhan anoda Massa Panjang Diameter Water Panjang Tinggi Luas Arus inlet (cm) (cm) (m 2 (kg) (mm) (mm) ) (A) Cu Al Cu Al Cu Al 1 437.5 500 21.875 1.75 120.73 118.16 700 700 160.20 288.71 2 687.5 500 34.375 2.75 188.38 184.33 700 700 200.11 360.60 3 437.5 500 21.875 1.75 120.73 118.16 700 700 160.20 288.71 Tabel 4.2 Perubahan massa anoda* Jenis Anoda Awal (kg) 1 (kg) 2 (kg) 3 (kg) 4 (kg) 5 (kg) Cu 120.73 97.06 73.39 49.72 26.05 2.38 Al 118.16 95 71.84 48.68 25.52 2.36 * untuk water inlet 1 & 3 Tabel 4.3 Perubahan massa anoda* Jenis Anoda Awal (kg) 1 (kg) 2 (kg) 3 (kg) 4 (kg) 5 (kg) Cu 188.38 151.18 113.98 76.78 39.58 2.38 Al 184.33 147.94 111.55 75.16 38.77 2.38 * untuk water inlet 2 4.2 Penentuan anoda berdasarkan kondisi pasar Setelah diperoleh nilai arus proteksi, jenis anoda, dan massa anoda berdasarkan perhitungan maka langkah selanjutnya adalah memilih anoda berdasarkan spesifikasi yang ada di pasaran atau yang telah diproduksi. Spesifikasi anoda tersebut bisa meliputi jenis, massa dan dimensi anoda. Untuk itu maka digunakan spesifikasi anoda yang diproduksi oleh Sunrui Corrosion and Fouling Control Company (www.sunrui.net). dengan spesifikasi kebutuhan anoda untuk instalasi seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.4 Kebutuhan anoda proteksi TCA - 2000 Luas area yang mampu Jumlah anoda Arus Proteksi Water Luas inlet Area (m 2 di proteksi (m 2 ) yang dibutuhkan (Ampere) ) Cu Al Cu Al Cu Al 1 21.875 12.12 3.5 2 7 0.97 0.28 2 34.375 12.12 3.5 3 10 0.97 0.28 3 21.875 12.12 3.5 2 7 0.97 0.28 6

4.3 Penentuan suplai daya transformer rectifier Ada beberapa tahapan dalam menentukan suplai daya transformer rectifier, namun sebelum ke tahapan yang lebih lanjut maka harus diketahui terlebih dahulu diagram skematik instalasi anoda tembaga maupun anoda aluminium. Diagram skematik anoda tembaga terlihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 untuk diagram skematik anoda aluminium. Gambar 4.1 Diagram skematik anoda tembaga Gambar 4.2 Diagram skematik anoda aluminium Untuk memastikan setiap anoda yang akan dipasang mendapatkan suplai arus searah yang mencukupi yaitu 0.97 ampere untuk anoda tembaga dan 0.28 ampere untuk anoda aluminium, maka dibutuhkan sebuah penyuplai daya yang cukup, dalam hal ini digunakan berupa transformer rectifier. Besar tahanan anoda - elektrolit dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan 4.3 berikut ini : (4.3) 7

Dimana : Rv : Besar tahanan anoda dengan elektrolit (Ω) ρ : Electrolit resistivity (Ω-cm) L : Panjang anoda (feet) K : Konstanta berdasarkan rasio panjang dan diameter Besarnya tahanan yang timbul pada kabel yang menghubungkan setiap anoda dengan connection box yang menggunakan kabel berinti satu dan kabel yang menghubungkan connection box dengan DPU yang terdiri dari transformer rectifier yang menggunakan kabel berinti dua dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.4 berikut ini (Sulistijono, 1999). (4.4) Dimana : Rc : Besar tahanan pada kabel (Ω) Lc : Panjang kabel (m) Re : Tahanan spesifik kabel (Ω/m) N : Jumlah kabel yang diparalel c : Jumlah inti pada kabel Tahanan total pada sirkuit DC ini merupakan hasil penjumlahan antara tahanan pada anoda - elektrolit dengan tahanan yang terdapat pada kabel, atau dapat dinyatakan secara matematis dengan menggunakan persamaan 4.5 (Sulistijono, 1999) berikut ini : Dimana : Rt : Besar tahanan total (Ω) Rv : Besar tahanan pada anoda - elektrolit (Ω) Rc : Besar tahanan pada kabel (Ω) Rt : Rv + Rc (4.5) Untuk mengetahui besar tegangan yang harus disuplai oleh transformer rectifier maka dapat digunakan persamaan 4.6 (Sulistijono, 1999) berikut ini : V A : [(I t x R t ) x (1 + SF)] + B emf (4.6) Dimana : V A : Tegangan DC dari transformer rectifier (Volt) I t : Total kebutuhan arus proteksi (A) R t : Total hambatan sirkuit DC (Ω) SF : Faktor keamanan transformer rectifier (20%) B emf : Tegangan balik 2 volt Umumnya pada setiap panjang kabel terdapat kehilangan tegangan maka untuk memastikan bahwa setiap anoda mendapatkan suplai tegangan yang dibutuhkan maka perlu ditambahkan losses akibat adanya panjang kabel. Dari spesifikasi marine cable yang digunakan, untuk kabel ukuran 1 x 1.5 mm 2 mempunyai losses sebesar 34 mv/a.m dan untuk kabel dengan ukuran 2 x 1.5 mm 2 mempunyai losses sebesar 35 mv/a.m Besar arus AC yang dibutuhkan oleh transformer rectifier dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.7 berikut ini : (4.7) Dimana : I DC : Arus DC keluaran transformer rectifier (A) V DC : Tegangan DC keluaran transformer rectifier (V) V AC : Tegangan AC masukan transformer rectifier (V) η TR : Effisiensi transformer rectifier (80%) 8

Besar daya transformer rectifier yang digunakan untuk menyuplai instalasi anoda tembaga maupun anoda aluminium dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.8 berikut ini. P TR : I AC x V AC x Cos φ (4.8) Kemudian untuk factor keamanan daya transformer rectifier dikalikan 1.5 kalinya sehingga kebutuhan daya transformer rectifier untuk masing-masing anoda terlihat pada Tabel 4.5 berikut ini. Jenis Anoda Tembaga (Cu) Aluminium (Al) Rv (Ω) Rc (Ω) Tabel 4.5 Suplai daya transformer rectifier R total (Ω) V A (Volt) Cable Losses (V) V DC (Volt) I AC (Ampere) P TR * ) (Watt) 0.86 0.109 3.18 9.9 2.3 12.2 0.588 155.22 2.95 0.23 0.97 27.64 2 30 1.43 377.52 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Setelah melalui serangkaian proses analisa data dan pembahasan didapatkan beberapa kesimpulan berkaitan dengan analisa penggunaan impressed current anti fouling (ICAF) pada sistem air pendingin utama unit 1 & 2 PLTU Paiton sebagai tambahan pencegahan terjadinya fouling diantaranya adalah : 1. Jenis anoda yang digunakan dalam instalasi ICAF ini berupa tembaga dan aluminium, berdasarkan perhitungan dibutuhkan massa anoda tembaga sebesar 188.38 kg dan 184.33 kg anoda aluminium untuk water inlet 1 & 3, sedangkan untuk water inlet 2 dibutuhkan massa anoda tembaga sebesar 120.73 kg dan anoda aluminium sebesar 118.16 kg. 2. Berdasarkan luas area proteksi anoda tipe TCA - 2000 maka dibutuhkan dua anoda tembaga dan tujuh anoda aluminium untuk water inlet 1 & 3 sedangkan untuk water inlet 2 dibutuhkan tiga anoda tembaga dan sepuluh anoda aluminium. 3. Dalam operasinya anoda dengan tipe TCA - 2000 akan disuplai oleh transformer rectifier dengan daya 155.22 watt dengan tegangan 12.2 volt untuk instalasi anoda tembaga dan untuk instalasi anoda aluminium diperlukan transformer rectifier dengan daya 377.52 watt dengan tegangan 27.64 volt. 4. Berdasarkan konsumsi daya dari instalasi ICAF maka dapat dikatakan ICAF lebih hemat energy bila dibandingkan dengan pencegahan fouling yang digunakan oleh sistem air pendingin utama unit 1 & 2 PLTU Paiton yang menggunakan chlorine injection yang memerlukan chlorine plant dengan konsumsi daya 467 kw AC sedangkan untuk instalasi ICAF hanya memerlukan 155.22 watt untuk instalasi anoda tembaga dan 377.52 watt untuk instalasi anoda aluminium. 5.2 Saran Ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai acuan agar dalam pengembangan penggunaan Impressed Current Anti Fouling (ICAF) selanjutnya akan diperoleh hasil yang lebih baik terutama dalam pengaplikasiannya di dalam suatu power plant, diantaranya adalah : 1. Perlu diadakannya analisa teknis yang berkaitan dengan letak pemasangan anoda sehingga dihasilkan perlindungan yang maksimal. 2. Untuk pengembangan lebih lanjut sebaiknya dilakukan analisa ekonomis instalasi ICAF bila dibandingan dengan Chlorine Injection berkaitan dengan biaya investasi dan operasi. 9

Daftar Pustaka A. Chandler, Kenneth. (1985). Marine and Offshore Corrosion.4 th edition.butterworth. Anonim. Presentasi Sistem Pendingin. PT. PJB UP Paiton. Chambers L.D, K.R. Stokes, F.C. Walsh, and R.J.K. Wood.(2006). Modern Approaches to Marine Antifouling Coating.Surface & Coatings Technology 201 (2006) 3642 3652. Corrosion & Water-Control b.v. (2006). Corrosion.<http://www.corrosion.nl/corrosion.pdf>. Diakses 12 September 2011. Corrosion & Water-Control b.v. (2006). Installation & Operation Manual : Impressed Current Anti Fouling. ICAF 9900M092.Netherland. Feriandi Panjaitan, Marison.(2011). Analisa Penggunaan Arus Searah (DC) Pada Impressed Current Anti Fouling (ICAF) Sebagai Pencegahan Terjadinya Fouling Pada Cooling System. Skripsi Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - ITS, Surabaya. Gurrappa, I. (2004). Chatodic Protection of Cooling Water System and Selection of Appropriate Material. Material Processing Technology 166 (2005) 256 267 Kumar Mehta, P. (1991). Concrete in the Marine Environment. Elsevier Applied Science.University of Berkeley.USA. PT. Indosol Multidaya. 2009. Training PLTU Rembang On site hypochlorite generation. Rolands, J. C. (2004). Corrosion for Marine and Offshore Engineers.IMAREST. Sulistijono. (1999). Diktat Kuliah Korosi, Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. Tohir, Moch. (2011). Laporan Kerja Praktek II - PT.PJB Unit Pembangkitan Paiton (bagian pemeliharaan mesin 1). Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. US Army Corps of Engineers Commander.(1997). Military Handbook Electrical Engineering Cathodic Protection. Hyattsville, MD : USACE Publication Dept. Widyantoro, Rendi Prasetya. (2010). Perancangan Ulang Sistem ICCP pada Tanker Ladinda. Tugas Akhir Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi - Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 10