I. PENDAHULUAN. Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk. apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan

dokumen-dokumen yang mirip
PERANAN KOMUNIKASI KELUARGA DALAM USAHA PELESTARIAN BAHASA DAERAH KOTA TIDORE KEPULAUAN

BAB I PENDAHULUAN. Batak merupakan salah satu suku bangsa yang terdapat di Indonesia yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sikap Bahasa Siswa Sekolah Dasar Terhadap Bahasa Daerah Dan Bahasa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara majemuk yang memiliki beragam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. geografis tertentu yang terbatas dalam wilayah suatu negara. Penelitian dan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dalam menyampaikan pendapat terhadap masyarakat, baik berupa

BAB I PENDAHULUAN. tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai macam suku. Salah satu suku di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang sangat dibutuhkan manusia dalam menyampaikan suatu maksud

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. tradisi dan budaya yang sangat tinggi. Bahasa merupakan Sistem lambang bunyi

BAB I PENDAHULUAN. beragam suku dan budaya. Suku-suku yang terdapat di provinsi Gorontalo antara lain suku

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bahasa merupakan salah satu unsur kebudayaan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. berupaya menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini.

BAB VI PENUTUP. tentunya ada keinginan untuk dapat diterima dalam lingkungan tersebut. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa memiliki wilayah pemakaiannya sendiri. Demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia. Bahasa terdiri atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu alat yang digunakan manusia untuk berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Sejak berdiri, wilayah Indonesia dihuni oleh berbagai kelompok etnik,

Kedudukan Dan Fungsi Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Nasional,Negara,Dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 2001: 21). Sebagai alat

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia pendidikan. Anak sekolah di taman kanak-kanak hingga mahasiswa di

I. PENDAHULUAN. mempunyai keinginan untuk hidup bersama dan membina rumah tangga yaitu. dengan melangsungkan pernikahan atau perkawinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

JURNAL LOGIKA, Vol XVIII, No 3, Desember 2016 p-issn: e-issn:

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi antarpersonalnya menjadi berbeda satu dengan yang lainnya.

I. PENDAHULUAN. hubungan antarbahasa sehingga timbul penyerapan bahasa-bahasa asing ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

I. PENDAHULUAN. Sastra tidak terlepas dari kehidupan manusia karena sastra merupakan bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. belakang sosiokultural seperti ras, suku bangsa, agama yang diwujudkan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai makna tertentu. Sebagai sistem lambang bunyi yang mempunyai makna,

BAB I PENDAHULUAN. Sarana komunikasi yang paling penting pada manusia adalah bahasa. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. pikiran negative yang dapat memicu lahir konflik(meteray, 2012:1).

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bantuan dari sesama di sekitarnya, dan untuk memudahkan proses interaksi manusia

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dalam penggunaannya di tengah adanya bahasa baru dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunan berdasarkan garis bapak (patrilinial), sedangkan pada masyarakat

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

Potensi Budaya Indonesia Dan Pemanfaatannya

ANALISIS PENGGUNAAN DIKSI PADA ARTIKEL SURAT KABAR SOLOPOS EDISI APRIL - MEI 2010

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah bangsa yang besar dan majemuk yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu buddhayah, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Setiap kelompok etnik tersebut memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. dari pulau Jawa, Bali, Sulawesi, Kalimantan dan daerah lainnya. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Manusia pada hakikatnya adalah sebagai makhluk individu dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tentang pemertahanan bahasa Bali di Universitas Airlangga, dan pemertahanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

PEMERTAHANAN BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT KAMPUNG CIDADAP KABUPATEN CIREBON. Oleh. Hesti Muliawati, Rendi Suhendra, dan M.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peranan bahasa sebagai alat komunikasi masih sangat penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN. terdapat beranekaragam suku bangsa, yang memiliki adat-istiadat, tradisi dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan suatu sistem komunikasi menggunakan simbol-simbol vokal

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki makna yang sama. Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. disebut gregariousness sehingga manusia juga disebut sosial animal atau hewan sosial

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I (Times New Roman 16, Bold) PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memberi makna kepada orang lain sesuai dengan konteks yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. dengan beberapa bangsa asing yang membawa bahasa dan kebudayaannya masing-masing.

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Khusnul Khotimah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dengan bahasa, ketika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting keberadaanya.

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran, perkawinan serta kematian merupakan suatu estafet kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

BAB IV GAMBARAN UMUM. 4.1 Latar Belakang Perumahan Bataranila dan Lokasi. Bataranila sendiri bediri pada tahun Pada saat ini penduduk Perumahan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman kebudayaan suku bangsa yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan untaian kata-kata yang diatur sedemikian rupa sehingga dapat

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. 7.1 Kesimpulan Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil analisis data yang

Gorontalo untuk berkomunikasi. Selain bahasa Gorontalo, Provinsi Gorontalo

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumarsono (2009) mengemukakan bahwa bahasa sebagai alat manusia untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Pikiran dan perasaan akan terwujud apabila manusia menggunakan bahasa. Tanpa bahasa, manusia akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya. Di dalam penggunaannya oleh manusia, bahasa selalu mengalami perkembangan dan perubahan. Hal ini senada dengan pendapat Putrayasa (2010) yang mengatakan bahwa masyarakat yang berkembang pada segala bidang kehidupannya seperti politik, ekonomi, sosial dan budaya biasanya akan diikuti pula oleh perkembangan bahasa. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin maju kehidupan manusia, semakin berkembang pula bahasanya. Salah satu hal yang sering menjadi pembahasan yang fundamental dalam kehidupan adalah komunikasi. Sebagai makhluk social manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia untuk berkomunikasi. Menurut Mulyana dan

2 Rakhmat (2006) hubungan antara budaya dan komunikasi bahasa sangat penting untuk memahami komunikasi antar budaya dan antar bahasa. Komunikasi dan budaya adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan, untuk itulah sangatlah penting dipahami bahwa interaksi yang terjalin antara dua budaya yang berbeda tentu akan memerlukan proses komunikasi. Komunikasi antar budaya bukan merupakan sesuatu yang baru terjadi. Semenjak terjadinya pertemuan antara individu-individu dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, maka komunikasi antarbudaya sebagai salah satu studi sistematik yang penting untuk dipahami. Mulyana (2005) juga mengungkapkan orang-orang berkomunikasi karena mereka harus beradaptasi dengan lingkungan. Beradaptasi bukan berarti menyetujui atau mengikuti semua tindakan orang lain, melainkan mencoba memahami alasan dibaliknya tanpa kita sendiri tertekan oleh situasi. Komunikasi antarbudaya merupakan pertukaran pesan yang disampaikan secara lisan, tertulis, bahkan secara imajiner antara dua orang yang berbeda latar belakang budaya. (Liliweri, 2003). Mengenai kontak bahasa, Weinrich (dalam Chaer, 2007) mengartikan kontak bahasa adalah pemakaian dua bahasa oleh seseorang secara bergantian. Kontak bahasa akan menyebabkan melemahnya penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa ibu sehingga menyebabkan bahasa daerah semakin pudar, hal ini terutama terjadi di kalangan remaja karena remaja masih labil sehingga membuat remaja menggunakan bahasa secara bergantian.

3 Di daerah dijumpai tiga alasan utama terjadinya pergeseran dari bahasa daerah ke Bahasa Indonesia dalam penentuan bahasa pertama bagi anak-anak di lingkungan keluarga. Pertama, lingkungan pergaulan yang majemuk bahasa (suku). Kedua, medan tugas yang relatif tidak tetap. Ketiga, orang tua berlainan suku (Darwis, 2011). Selain itu, ada pula tekanan bahasa dominan dalam suatu wilayah masyarakat multibahasa. Jika diadakan persentase akan terlihat adanya pengurangan jumlah penutur. Pengunaan bahasa daerah dominan pada usia lanjut, sedangkan generasi muda dan anak-anak akan cenderung beralih ke Bahasa Indonesia. Dalam kaitan ini, Bahasa Indonesia dalam politik nasional dengan sengaja dikondisikan sebagai bahasa yang berprestise, yaitu bahasa ini ditanggapi sebagai aspek kebudayaan yang tinggi, sehingga orang terdorong untuk menggunakannya dengan sebaikbaiknya. Dalam pidato pengukuhan guru besar di Universitas Negeri Jakarta dengan judul Kepunahan Bahasa Daerah karena Kehadiran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris serta Upaya Penyelamatannya, 22 Mei 2007, Arief Rachman memetakan kepunahan bahasa daerah di Indonesia sebagai berikut: Dari lebih 50 bahasa daerah di Kalimantan, 1 di antaranya terancam punah. Di Sumatera, dari 13 bahasa daerah yang ada, 2 di antaranya terancam punah dan 1 sudah punah. Adapun di Sulawesi dari 110 bahasa yang ada, 36 bahasa terancam punah dan 1 sudah punah, di Maluku dari 80 bahasa yang ada 22 terancam punah dan 11 sudah punah, di daerah Timor, Flores, Bima dan Sumba dari 50 bahasa yang ada, 8 bahasa terancam punah. Di daerah Papua dan Halmahera dari 271 bahasa, 56 bahasa terancam punah. Dikatakan lebih

4 lanjut bahwa data yang diberikan oleh Frans Rumbrawer pada tahun 2006 lebih mengejutkan lagi, yaitu pada kasus tanah Papua, 9 Bahasa dinyatakan telah punah, 32 bahasa segera punah, dan 208 bahasa terancam punah (Suswandi, dkk. 2012) Setiap daerah memiliki bahasa yang merupakan simbol identitas budaya. Masalah yang dihadapi adalah bahasa daerah tidak lagi mendapatkan tempat sebagai lambang kebanggaan, identitas, dan tidak lagi digunakan sebagai bahasa komunikasi utama pada masyarakat pendukungnya. Dengan demikian menyebabkan keprihatinan terhadap ancaman kepunahan bahasa-bahasa daerah (Gusnawati, 2014). Di daerah perkotaan diasumsikan Bahasa Lampung mulai memudar akibat heterogenitas suku, namun di daerah pedesaan terutama di perkampungan masyarakat Suku Lampung (tiyuh/ pekon) penggunaan Bahasa Lampung masih dominan. Hasil Penelitian Amir (2009) menunjukkan bahwa persentase pemilihan bahasa masyarakat berdasarkan kelompok usia didominasi oleh pemilihan dan penggunaan Bahasa Indonesia. Temuan ini sesuai dengan keadaan masyarakat di Lampung karena pada setiap kelompok usia yang dwibahasa atau multibahasa. Hal ini senada dengan pendapat Nasution (2008) bahwa Suku Lampung menggunakan Bahasa Lampung hanya dalam berkomunikasi di lingkungan keluarga, sesama Suku Lampung, dan pada upacara adat. Saat ini, Bahasa Lampung hanya berkembang dan dipergunakan di lingkungan sesuai dialeknya. Di tempat umum jarang sekali terdengar percakapan dalam Bahasa Lampung, terutama dalam pergaulan remaja

5 Lamon jelma lappung sai lupa makai bahasani tegalan. Ya, mungkin itu pepatah yang cocok untuk menggambarkan kondisi Bahasa Lampung sekarang. Masyarakat Lampung sebagai pemilik Bahasa Lampung seharusnya menjaga kelestarian dan kelangsungan hidup Bahasa Lampung. Kenyataannya justru sebaliknya, saat ini usia sekolah hampir sebagian besar tidak menguasai Bahasa Lampung alias gagap berbahasa Lampung. Penggunaan Bahasa Lampung di lingkungan keluargapun tidak lagi seketat seperti di masa dulu. Jika pengembangan Bahasa Lampung ini tidak berkelanjutan alias putus di generasi muda sekarang maka akan terjadi kepunahan Bahasa Lampung di daerahnya sendiri. Bagaimana bisa menjelaskan dan melatih anak cucu mereka jika mereka sendiri tak mampu berbahasa Lampung. Provinsi Lampung memiliki luas ± 3.528.853 hektar dihuni oleh berbagai suku, baik Suku Lampung maupun suku pendatang, seperti Suku Jawa, Bali, Bugis, Sunda, Minang, Bengkulu dan Batak. Menurut sensus penduduk tahun 2000, penduduk Provinsi Lampung berjumlah 6.646.890 jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut 729.312 jiwa ( 11,92%) adalah penduduk asli Lampung, sedangkan 5.917.578 jiwa (88,08%) adalah penduduk pendatang yang terbagi antara: 4.113.731 jiwa (61,88%) adalah Suku Jawa, 749.566 jiwa (11,27%) adalah Suku Sunda, 36.292 jiwa (3,55%) adalah Suku Semende, dan 754.989 jiwa (11,35%) adalah suku lain-lain seperti Bengkulu, Batak, Minang, dan Bugis (Nasution dkk, 2008). Selanjutnya berdasarkan data BPS tahun 2004/ 2005 penduduk Lampung berjumlah ± 6.915.950 jiwa. Dari jumlah penduduk

6 Lampung, yang menuturkan Bahasa Lampung ± 1.590.669 jiwa (23%) (Yuliadi dkk, 2008). Salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman suku adalah Kecamatan Kalianda. Menurut Abdulsyani (2013) Kecamatan Kalianda menjadi daerah tujuan pendatang mulai tahun 1965. Hal inilah yang menyebabkan daerah ini memiliki tingkat heterogenitas suku yang tinggi, banyak masyarakat pendatang dari luar Lampung yang memilih pindah dan menetap di Kecamatan Kalianda. Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Kalianda menurut Tahun 2010 No Suku Jumlah % 1 Lampung 9.790 12,07 2 Jawa 49.449 60,95 3 Sunda 10.779 13,29 4 Banten 2.988 3,68 5 Bali 1.313 1,62 6 Semende 3.839 4,7 7 Cina 89 0,1 8 Minang 685 0,8 9 Batak 715 0,9 10 Bugis 331 0,4 11 Lainnya 1.055 1,3 Total 81.126 100 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2010 Fenomena yang sering muncul, terkait dengan perilaku masyarakat setempat adalah pembauran interaksi dalam sebuah aktivitas yang terjadi antara masyarakat pendatang dengan masyarakat setempat (masyarakat lokal) dalam kehidupan kesehariannya. Seperti ketika ada suatu acara perkumpulan (mudamudi, rapat RT dan lain-lain), sehingga kita harus memahami dan mengetahui

7 bahasa dan perilaku masyarakat sebagaimana terjadi dalam bahasa dan budaya yang berlainan sistem kepercayaan pokok dan orientasi fundamental yang berbeda, menciptakan konteks yang berbeda untuk pertukaran dan saling berbagi persepsi, pengetahuan dan emosi. Masyarakat Kalianda bersifat bilingual atau mampu bertutur kata menggunakan dua bahasa, yaitu Bahasa Lampung dan Bahasa Indonesia ataupun antara Bahasa Lampung dengan Bahasa Jawa, bahkan mampu bertutur dengan bahasa suku lain misalnya Bahasa Sunda, Bahasa Padang, Bahasa Batak dan lain-lain. Dengan keadaan demikian maka akan mempengaruhi mereka dalam berbicara, saat menggunakan satu bahasa sengaja atau tidak akan terjadi kesalahan di dalam penggunaan bahasa tertentu, karena terbiasa menggunakan dua bahasa secara bergantian dalam kehidupan sehari-hari, sehingga seiring berjalannya waktu penggunaan Bahasa Lampung sebagai bahasa ibu semakin pudar. Sementara itu, Bahasa Lampung sendiri memiliki perbedaan yang sangat mencolok dalam kosakata dan dialek yang berbeda, sehingga mengakibatkan orang Lampungpun kesulitan berbahasa Lampung dan lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini memungkinkan masyarakat lebih memilih Bahasa Indonesia dalam berinterkasi karena jika mengunakan bahasa daerah masing-masing maka interaksi tidak dapat berjalan dengan baik bahkan terjadi diskomunikasi.

8 Dengan demikian diasumsikan sementara bahwa heterogenitas suku berperan dalam pudarnya penggunaan Bahasa Lampung Saibatin disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: 1. Luasnya pergaulan remaja antarsuku 2. Lingkungan pekerjaan 3. Lingkungan pendidikan 4. Lingkungan sosial 5. Sikap keterbukaan terhadap budaya luar 6. Sikap toleransi terhadap budaya luar Kehidupan masyarakat antarsuku di Kecamatan Kalianda memiliki kekhasan yang menarik, yakni keberadaan Suku Lampung sebagai pemilik asli wilayah dan kebudayaan lokal (pribumi) justru tidak berkembang, tergeser perannya oleh masyarakat pendatang. Kelompok Suku Jawa yang dominan berperan dan menjadi kelompok etnik tuan rumah (host population) ditambah dengan adanya amalgamasi yang terjadi di Kecamatan Kalianda. Hal utama yang menyebabkan pudarnya penggunaan Bahasa Lampung adalah perkawinan antar suku (amalgamasi), seperti yang terjadi pada masyarakat Kalianda dikalangan muda-mudi yang telah mengadakan perkawinan yakni pemuda (masyarakat pendatang) dan pemudi (masyarakat lokal) atau sebaliknya pemudi (masyarakat pendatang) dan pemuda (masyarakat lokal). Hal ini berawal dari terjadinya heterogenitas suku di Kecamatan Kalianda dengan luasnya pergaulan mendorong masyarakat lokal melakukan pembauran interaksi dengan masyarakat pendatang secara berkelanjutan

9 sehingga sebagian besar masyarakat lokal melakukan amalgamasi dengan masyarakat pendatang. Hal ini terjadi dikarenakan adanya faktor-faktor antara lain: 1. Kontiunitas interaksi remaja antarsuku 2. Sikap keterbukaan terhadap budaya luar 3. Kebebasan pergaulan antarsuku 4. Tempat pekerjaan 5. Untuk meningkatkan status sosial atau kekayaan 6. Tidak mempersoalkan perbedaan budaya 7. Sikap positif terhadap almagamasi Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan manusia, karena perkawinan tidak saja menyangkut pribadi kedua calon pasangan, tetapi juga menyangkut urusan keluarga dan masyarakat. Pada umumnya perkawinan dianggap sebagai sesuatu yang suci dan karenanya setiap agama selalu menghubungkan kaidah-kaidah perkawinan dengan kaidah-kaidah agama. Perkawinan (pernikahan) pada hakekatnya, adalah merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dan perempuan untuk membentuk suatu keluarga yang kekal dan bahagia. Dengan demikian diasumsikan bahwa daerah yang memiliki masyarakat dengan heterogenitas suku yang tinggi dan telah melakukan amalgamasi lebih memilih menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa kesatuan dibandingkan Bahasa Lampung dalam berinteraksi sehari-hari.

10 Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian untuk menjelaskan seberapa besar hubungan heterogenitas suku dan amalgamasi dengan pudarnya penggunaan Bahasa Lampung bagi remaja di Kecamatan Kalianda dengan membandingkan antara daerah yang memiliki masyarakat dengan tingkat heterogenitas suku yang tinggi dengan daerah masyarakat homogen penduduk asli Suku Lampung. B. Rumusan Masalah Bagaimana hubungan heterogenitas suku dan amalgamasi dengan pudarnya penggunaan Bahasa Lampung bagi remaja di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan? C. Tujuan Penelitian Mendeskripsikan hubungan heterogenitas suku dan amalgamasi dengan pudarnya penggunaan Bahasa Lampung bagi remaja di Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan. D. Manfaat Penelitian 1. Secara akademik a. Memberikan sumbangan pemikiran dan praktek ilmu Sosiologi khususnya Sosiologi Budaya dan Sosiologi Perkotaan. b. Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa mengenai realita heterogenitas suku, amalgamasi dan penggunaan Bahasa Lampung. c. Hasil penelitian ini dapat memperkaya koleksi hasil penelitian dan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian yang serupa bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian.

11 2. Secara praktis a. Dapat memberikan sumbangan saran dan informasi alternatif yang dapat digunakan oleh pihak terkait untuk kembali melestarikan Bahasa Lampung. b. Memberikan pengalaman berfikir ilmiah melalui penyusunan dan penulisan skripsi, sehingga dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan menambah wawasan mengenai nasib Bahasa Lampung. c. Membangun kesadaran dan kecintaan, dan sikap positif bagi remaja terhadap penggunaan Bahasa Lampung, sehingga dapat menjaga dan melestarikannya kembali.