MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM DI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI

dokumen-dokumen yang mirip
PERKULIAHAN Eksperimen Fisika Dasar I

DESAIN PENGEMBANGAN MODEL PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK BERBASIS MASALAH TERHADAP KETERAMPILAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN KOGNISI MAHASISWA

STUDI KOMPARATIF EFEKTIFITAS TIGA MODEL EKSPERIMEN TERHADAP PENGUASAAN KONSEP-KONSEP DAN KETERAMPILAN LABORATORIUM MAHASISWA CALON GURU

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PERKULIAHAN Eksperimen Fisika Dasar I

PENDIDIKAN KIMIA Kode : A-11

PEMBELAJARAN INKUIRI BERBANTUAN MULTIMEDIA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH MAHASISWA NON EKSAKTA

BAB III METODE PENELITIAN. Keterampilan laboratorium dan kemampuan generik sains sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada awalnya, kemampuan dasar yang dikembangkan untuk anak didik

BAB I PENDAHULUAN. ilmuwan untuk melakukan proses penyelidikan ilmiah, atau doing science (Hodson,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Munawaroh,dkk. Kata kunci:.keterampilan generik sains, model pembelajaraninkuiri terbimbing

IMPLEMENTASI PROJECT BASED LEARNING BERBASIS POTENSI LOKAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA PENDIDIKAN SAINS

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

Hasil Pekerjaan ini akan disosialisasikan pada kegiatan pertemuan yang telah kita sepakati, pada :

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Evriani Yudi Kurniawan Riski Muliyani Prodi Pendidikan Fisika, STKIP Singkawang

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2015 di SMA Negeri 1. Tumijajar semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL INKUIRI TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA SUB POKOK BAHASAN CERMIN DATAR

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

PENGARUH PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS TERPADU DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI SMAN 2 PROBOLINGGO

Nurun Fatonah, Muslimin dan Haeruddin Abstrak Kata Kunci:

Jurnal Titian Ilmu Vol. IX, No. 1, 2015

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

PENERAPAN PENDEKATAN DEMONSTRASI INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR PROSES SAINS SISWA

PENGARUH LATIHAN MEMBANGUN KONSEP TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH TOPIK KALOR PADA SISWA SMAN 1 SUKODADI KABUPATEN LAMONGAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI MAHASISWA PADA PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA I MELALUI PENERAPAN MODEL INQUIRY DISCOVERY LEARNING

Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pendekatan Inkuiri untuk Meningkatkan Kreativitas Calon Guru Fisika

Model Pembelajaran Induktif untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Keterampilan Generik Fisika Siswa SMA

Kata kunci: Pembelajaran Berbasis Masalah, Keterampilan Berpikir Kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Fisika dan sains secara umum terbentuk dari proses penyelidikan secara sistematis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini berupaya untuk mengembangkan model pembekalan

Pentingnya Kegiatan Eksperimen

III. METODE PENELITIAN. Pengembangan yang dilakukan adalah pengembangan media pembelajaran berupa

PENGARUH PEMBELAJARAN STRATEGI REACT TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MAHASISWA PGSD TENTANG KONEKSI MATEMATIS

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

KEMAMPUAN CALON GURU BIOLOGI DALAM MENYUSUN RUBRIK ANALITIS PADA ASESMEN KINERJA PEMBELAJARAN

PENGARUH IMPLEMENTASI BUKU AJAR BERBASIS PROYEK PADA MATA KULIAH KONSEP DASAR IPA II TERHADAP KEMAMPUAN GENERIK SAINS MAHASISWA JURUSAN PGSD

MODEL PERKULIAHAN BERBASIS SEKOLAH UNTUK MEMBEKALI CALON GURU FISIKA. Oleh : Setiya Utari *, Sri Rejeki**

MODEL KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS PROBLEM SOLVING PADA PEMBELAJARAN GELOMBANG DAN OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PF-07: EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY- INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR RASIONAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

Unnes Physics Education Journal

Marzuki 1 dan Hinduan 2 1. Jurusan Fisika FMIPA Universitas Mataram 2

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

Seminar Nasional Pendidikan IPA tahun 2011 Membangun Masyarakat Melek (Literate) Sains yang Berbudaya Berkarakter bangsa melalui Pembelajaran Sains

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menunjukkan bahwa ilmu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

JPPMS, Vol. 1, No. 1, 2017 Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika dan Sains

PROFIL KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS KERJA ILMIAH PADA MATAKULIAH MIKROBIOLOGI

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan aspek penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF PADA PEMBELAJARAN MEDAN MAGNET UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GENERIK SAINS MAHASISWA

EFEK MODEL PEMBELAJARAN ATI (APTITUDE TREATMENT INTERACTION) TERHADAP AKTIVITAS DAN GENERIK SAINS FISIKA SISWA

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma penelitian merupakan pola pikir yang menunjukkan hubungan. antar variabel yang akan diteliti (Gambar 3.1).

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS KONSEP

Penerapan Perangkat Pembelajaran Materi Kalor melalui Pendekatan Saintifik dengan Model Pembelajaran Guided Discovery Kelas X SMA

PERBANDINGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS ANTARA KELOMPOK SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL POE DAN MODEL DISCOVERY

BAB III METODE PENELITIAN. A. Model Pengembangan

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 02, Mei 2015, ISSN:

Heni Rusnayati, Eka Cahya Prima Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia

Penerapan Model Pembelajaran Interactive Engagement untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Palu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN FISIKA DASAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN FISIKA CALON GURU. Ida Kaniawati

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuasi eksperimen (quasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Berpikir kritis mencakup sejumlah keterampilan kognitif dan disposisi

PENERAPAN MODEL PROBLEM SOLVING LABORATORY TERHADAP PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP KALOR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 4 PALU

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tiara Nurhada,2013

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 1 Nomor 1, Juni 2015 p-issn: e-issn: Halaman 111

Yosi Nofelia 1, Zulhelmi 2, Azizahwati 3 HP: ,

2015 PENERAPAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS PESERTA DIDIK SMP PADA TEMA LIMBAH DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Taufiq and Ketang Wiyono. Departement of Phyiscs Education, Sriwijaya University

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran reciprocal teaching pertama kali diterapkan oleh Brown

Mengoptimalkan Lerning Cycle untuk Meningkatkan Pemahaman dan Pengaplikasian Konsep dalam Pembelajarn Fisika

[JURNAL PENDIDIKAN UNSIKA] ISSN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Maret 2013 di SMA Negeri 1. Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat.

Pengaruh Model Direct Instruction Berbantuan Simulasi Virtual Terhadap Penguasaan Konsep Siswa

BAB I PENDAHULUA N A.

Penerapan Metode Inkuiri Untuk Meningkatkan Disposisi Matematis Siswa SMA

Efektivitas Metode Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Keterampilan Generik Sains Siswa Kelas XI IA 2 SMA Negeri 8 Makassar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

PENGEMBANGAN PANDUAN PRAKTIKUM FISIKA BERBASIS INKUIRI UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA SMA


PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING TERHADAP KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH FISIKA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 4 PALU

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***

Transkripsi:

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM DI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UPI Oleh : Setiya Utari, Ida Kaniawati dan Purwanto Jurusan Pendidikan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRAK Sulitnya mahasiswa dalam menghubungkan konsep-konsep fisika dasar terhadap berbagai kegiatan laboratorium menyebabkan mahasiswa tidak dapat bekerja di laboratorium dengan baik, sehingga kemampuan mahasiswa dalam mengembangkan ilmunya tidak maksimal. Penelitian ini telah mengembangkan model pembelajaran yang berkaitan dengan kerja mahasiswa di laboratorium. Metode Eksperimen dengan desain pre-post tes satu kelompok dipilih untuk mencoba mengembangkan model pembelajaran Laboratorium Fisika Dasar II yang terdiri dari 3 bagian pengajaran yaitu (1) presentasi dan diskusi tentang persiapan percobaan, (2) pelaksanaan eksperimen, dan (3) presentasi dan diskusi hasil percobaan. Hasil penelitian menunjukkan: Pada Tahap persiapan : kemampuan mahasiswa dalam merencanakan percobaan memiliki kategori cukup, namun kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi variabel-variabel terkait memiliki kategori rendah (1.13). Pada Tahap pelaksanaan : Kemampuan dalam melaporkan hasil eksperimen dan bekerja sama memperoleh skor yang paling tinggi (+ 73) sedangkan kemampuan terendah pada pemahaman spesifikasi alat yang berkaitan dengan ketrampilan mahasiswa dalam menggunakan alat ukur. Sebagian besar mahasiswa memiliki kemampuan dalam pengolahan data dan pelaporan serta kemampuan dalam menyimpulkan hasil eksperimen (+ 87%), sedangkan kemampuan menganalisis data hanya 14 % mahasiswa yang dapat menganalisa dari temuan data yang diperolehnya. Hasil Belajar mahasiswa setelah pembelajaran meningkat secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Analisis gain sebelum dan sesudah pembelajaran diperoleh bahwa rata-rata gain skor ternormalisasi yang diperoleh yaitu 0.66, tingkat perolehan skor tersebut termasuk pada kategori sedang. Kata kunci : Firsthand experience, experiment, inquiry, dan learning outcome. 36

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 PENDAHULUAN Fisika adalah suatu disiplin yang membutuhkan banyak observasi fenomena, pengukuran yang tepat, interaksi yang luas dengan peralatan, eksperimen yang luas dan mendalam, serta interpretasi dan prediksi yang tepat (Renner, 1976). Renner juga menyatakan bahwa fisika adalah disiplin yang berupaya menjelaskan fenomena alam dan pengalaman apa yang perlu diselidiki bagi pertumbuhan intelektual. Dalam menyediakan pengalaman itu siswa harus berinteraksi dengan materi pelajaran. Fisika adalah ilmu eksperimen. Para ahli fisika mengamati fenomena alam dan mencoba untuk menemukan pola dan prinsip-prinsip yang berhubungan dengan gejala tersebut. Model-model atau pola-pola tersebut disebut dengan teori fisika, atau prinsip ataupun hukum-hukum. Pengembangan teori dalam fisika seperti yang dikatakan Galileo selalu mulai dari observasi atau eksperimen dan berakhir dengan observasi atau eksperimen. Fisika bukanlah fakta dan prinsip-prinsip. Ia adalah proses bagaimana orang sampai pada prinsip-prinsip umum yang menggambarkan perilaku fisik alam semesta. Salah satu kompetensi yang dikembangkan untuk program studi non-kependidikan adalah menguasai konsep-konsep dasar bidang ilmunya baik secara teoritis maupun eksperimental secara mendalam serta mampu melakukan penelitian dalam bidangnya. Dalam kurikulum Program Studi Non Kependidikan untuk Fisika, mata kuliah Laboratorium Fisika Dasar merupakan mata kuliah yang wajib diambil, mata kuliah ini bertujuan untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan eksperimeneksperimen yang berkaitan dengan ilmu fisika dasar, sehingga mata kuliah ini merupakan dasar untuk mengembangkan potensi mahasiswa dalam kegiatan eksperimen di laboratorium. Berdasarkan pengalaman perkuliahan yang telah dilakukan pada dasarnya mahasiswa masih merasa kesulitan dalam menghubungkan konsep-konsep fisika dasar yang telah dimilikinya dengan berbagai kegiatan eksperimen yang akan dilakukan, pada akhirnya untuk melakukan analisis terhadap data hasil eksperimen mahasiswa hanya mampu membuat laporan hasil pengelolaan data eksperimen.oleh sebab itu perlu adanya inovasi baru terhadap model pembelajaran yang akan dilakukan melalui penelitian ini, dimana model yang dikembangkan dikaitkan dengan metode Pemecahan Masalah. Mahasiswa diajak untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan dalam menerapkan pengetahuan yang dia peroleh secara teoritis dan menuangkannya dalam bentuk eksperimen, melakukan pengolahan data dan melakukan analis data dari hasil eksperimen yang diperoleh. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengembangkan model pembelajaran pada mata kuliah Laboratorium Fisika Dasar untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bekerja di Laboratorium serta dihasilkan perangkat petunjuk praktikum yang dapat dipergunakan untuk mahasiswa satu tingkat dibawahnya (Praktikum Fisika Dasar I). TINJAUAN PUSTAKA Mengingat hakekat Fisika adalah sebagai produk dan proses, maka kegiatan praktikum merupakan hal yang esensial dalam pendidikan sains/fisika (Tee, 1996). Kegiatan praktikum melibatkan pebelajar dalam penemuan dan belajar melalui tangan 37

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 pertama. Jenis kegiatan ini merupakan bagian integral dari pengajaran IPA yang baik. Praktikum melibatkan pebelajar dalam inkuiri yang menempatkan mereka dalam posisi mengajukan pertanyaan, mengusulkan solusi, membuat ramalan, melakukan pengamatan, mengorganisasikan data, menjelaskan kejadian, dan sebagainya. Kegiatan praktikum harus memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan observasi dan bekerja dengan melibatkan penalaran dalam perumusan konsep-konsep/prinsip-prinsip fisika. Kegiatan laboratorium yang terstruktur dan terarah dengan ketat sangat membosankan dan menghilangkan semangat. Sebaliknya, kegiatan laboratorium yang tak terstruktur dengan ketat memungkinkan siswa mengembangkan dan mengatur pengamatan mereka (Arons, 1993). Secara umum praktikum dapat meningkatkan learning outcome seperti: sikap terhadap sains, sikap ilmiah, inkuiri ilmiah, perkembangan intelektual, dan keterampilan yang bersifat teknik (Swartz, 1998). Sementara itu Kloper (dalam White, 1996) menyimpulkan bahwa kegiatan praktikum meningkatkan kompetensi dalam keterampilanketerampilan memperoleh dan mengorganisasikan informasi, mengkomunikasikan dan menginterpretasikan hasil observasi. Melalui praktikum dapat dikembangkan kemampuan-kemampuan merumuskan masalah, memperkirakan langkah-langkah yang diperlukan, merancang dan memilih alat yang diperlukan, melakukan pengolahan dan analisis data, serta membuat kesimpulan mengenai hasil praktikum. Selain kemampuan-kemampuan tersebut dalam praktikum juga dapat dikembangkan kemampuan-kemampuan generik seperti inferensi, pemodelan matematika, pemakaian bahasa simbolik, serta kemampuan sintesis dan analisis. Dalam praktikum mahasiswa diminta untuk membuat laporan serta menyampaikan laporannya secara lisan. Ini berarti dalam praktikum berkembang juga kemampuan mengkomunikasikan secara tertulis dan lisan (The Houw Liong & Suprapto, 2000). Dilihat dari pendekatannya praktikum dibedakan atas praktikum induktif dan praktikum deduktif (Collette & Chiappetta, 1994). Praktikum induktif memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan konsep, prinsip dan hukum melalui pengalaman tangan pertama (firsthand experience) sebelum ide-ide sains didiskusikan dalam kelas. Praktikum induktif memberi kesempatan pada pebelajar untuk mencari kejadian-kejadian dan mengidentifikasi hubungan-hubungan antar data. Pendekatan praktikum deduktif adalam pendekatan yang paling umum dalam kuliah-kuliah sains. Tujuan dari praktikum seperti ini adalah untuk mengkonfirmasikan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan hukumhukum yang telah dibicarakan di dalam kelas. Jelaslah praktikum induktif lebih bersifat investigatif dari pada praktikum deduktif. Menurut Killen (1998) proses penelitian/eksplorasi merupakan suatu proses yang sistematis untuk mengumpulkan informasi, menginterpretasikannya, dan kemudian menarik kesimpulan berdasarkan informasi itu. Dalam kuliah ini dosen membimbing dan mengarahkan mahasiswanya untuk ikut dalam proses penelitian/eksplorasi, mulai dari pengamatan gejala, merumuskan hipotesis, melakukan pemodelan matematik, melakukan verifikasi model, menganalisis, dan membandingkan hasil penelitiannya dengan orang lain. Dalam kuliah semacam ini akan berkembang kemampuan inferensi logika, taat azas, sense of scale, dan pemakaian bahasa simbolik. 38

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 PELAKSANAAN Pengembangan model pembelajaran Perkuliahan Laboratorium Fisika II ini mengacu kepada 3 bagian, yaitu bagian persiapan (pendahuluan), bagian pelaksanaan eksperimen dan bagian mempresentasikan laporan hasil eksperimen. Setiap bagian memiliki aspek kemampuan yang dapat dikembangkan agar mahasiswa memiliki wawasan yang lebih baik dalam bekerja di Laboratorium, adapun uraian dari aspek-aspek yang dikembangkan pada setiap bagian model adalah sebagai berikut : Bagian Pendahuluan Bagian ini merupakan bagian persiapan yang harus dilakukan mahasiswa sebelum mahasiswa melakukan eksperimen, kemampuan yang diharapkan dalam bagian ini adalah : a. Menggambarkan fenomena sains. b. Menggambarkan Karakteristik scientific theory. c. Menggunakan hubungan matematika untuk meramalkan gambaran hasil observasi dan eksperimen. d. Merumuskan hasil melalui estimasi, aproksimasi dan order of magnitude. e. Mencari informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan hubungan antar variabel dan menambahkan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan hubungan sebab akibat. f. Mengidentifikasi variabel variabel yang terkait. g. Membuat prediksi berdasarkan asumsi yang diperoleh dari hasil hipotesis dan situasi eksperimen yang dibayangkan. h. Mendesain eksperimen. Bagian ini akan dilakukan selama empat minggu, yang terdiri atas: Minggu pertama : 1. Tes awal menggambarkan kemampuan awal yang dimiliki mahasiswa sebelum proses pembelajaran dilakukan. 2. Dosen memberikan pembekalan tentang tatacara kerja di laboratorium, memberikan contoh penyelesaian masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang manfaat penggunaan metode ilmiah dalam menyelesaikan kasus fisika yang berkaitan dengan eksperimen. 3. Pembagian kelompok, memberikan permasalahan yang harus diselesaikan melalui kegiatan kerja di laboratorium dan jadwal perkuliahan. Minggu kedua sampai keempat : 1. Presentasi dan diskusi tentang persiapan eksperimen yang akan dilakukan oleh setiap kelompok. Berdasarkan Masalah yang telah mereka miliki, mahasiswa 39

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 menjelaskan konsep dasar yang berkaitan dengan Masalah tersebut, kemudian merumuskan variabel-variabel terkait, pemilihan alat dan bahan yang diperlukan, merancang prosedur eksperimen, mendemontrasikan model percobaan. 2. Dosen melakukan bimbingan terhadap adanya kesalahan konsep dan kesalahan prosedur eksperimen. 3. Dosen melakukan penilaian terhadap kemampuan merencanakan Pemecahan Masalah melalui kerja di laboratorium. Bagian Eksperimen Pada bagian ini kemampuan yang dikembangkan yaitu : 1. Merancang /mengeset alat eksperimen. 2. Memahami spesifikasi alat ukur yang digunakan. 3. Mengetahui kondisi pengukuran. 4. Melakukan pengukuran. 5. Mampu membaca satuan. 6. Menuliskan data eksperimen. 7. Melaporkan data hasil eksperimen. 8. Mampu berja sama. Bagian ini akan dilakukan selama 8 minggu, yang terdiri atas : Minggu ke 5 - ke 12 : Mahasiswa melakukan eksperimen 1-8, dosen membimbing mahasiswa dan melakukan penilaian kenerja mahasiswa selama kerja di laboratorium. Bagian Laporan Kemampuan yang akan dikembangkan dari bagian ini adalah : 1. Mampu melakulan pengolahan data dan melaporkan hasilnya. 2. Menginterpretasikan data dan mengobservasi untuk menunjukkan adanya hubungan antar variabel dan kecenderungan data. 3. Menjelaskan pemahaman dasar tentang kesalahan eksperimen dan menganalisis kesalahan eksperimen tersebut. 4. Mengorganisasi dan mengkomunikasikan hasil dari observasi dan eksperimen, baik secara kuantitatif maupun kualitatif, dan trampil menggunakan bahasa lisan maupun tulisan. 5. Menyimpulkan hasil eksperimen. 40

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 Bagian ini akan dilakukan selama 3 minggu, yang terdiri atas : Minggu ke 13-ke 15 : Mahasiswa mempresentasikan hasil eksperimen, kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab tentang eksperimen yang telah dilakukan. Dosen memberikan refleksi terhadap hasil eksperimen. Minggu ke 16 : Tes akhir (postes) bertujuan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan kondisi kelas yang ada digunakan maka penelitian ini menggunakan Metode Eksperimen dengan desain pre-post tes satu kelompok. Matakuliah Laboratorium Fisika Dasar II terdiri dari satu kelas dengan jumlah mahasiswa sebanyak 33 orang mahasiswa program studi non kependidikan. Beberapa data yang digunakan antara lain : 1. Tes hasil belajar berupa pre tes dan post tes, data ini dipergunakan untuk menguji apakah dengan penerapan model pembelajaran ini kemampuan mahasiswa dalam bekerja di laboratorium dapat ditingkatkan secara signifikan, dan termasuk dalam katagori manakah hasil peningkatan tersebut. Alat tes berupa soal essay yang berisikan kemampuan penerapan konsep-konsep dasar fisika dalam merencanakan eksperimen, mengembangkan prosedur eksperimen, teknik pengambilan data serta metode pengolahan data hasil eksperimen. 2. Data pendahuluan, berupa nilai kemampuan mahasiswa dalam mempersiapkan eksperimen yang akan dilakukan. Data ini dipergunakan untuk mengetahui kemampuan mahasiswa dalam merencanakan percobaan terhadap permasalahan eksperimen yang diberikan. Data ini berupa nilai dari presentasi mahasiswa berdasarkan kemampuan yang dikembangkan, untuk setiap kelompok melakukan presentasi dari eksperimen yang berbeda, penilaian dilakukan dengan skala 1-4, kemudian data dianalisis berdasarkan perolehan nilai yang didapat. 41

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 Bagan 1: Desain alur penelitian Persiapan perangkat instrumen penelitian - Tes awal. - Modul eksperimen. - Format penilaian presentasi. - Format penilaian kinerja Tes Awal Presentasi tentang persiapan eksperimen, bimbingan dan penilaian. Pelaksanaan Eksperimen, bimbingan dan penilaian kinerja Presentasi hasil eksperimen, diskusi, refleksi dan penilaian Tes Akhir Analisis data : - Gain dari pretes dan postes - Kecenderungan kemampuan kinerja mahasiswa. - Performan mahasiswa dalam melakukan presentasi. - Laporan eksperimen 42

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 3. Data eksperimen, berupa nilai kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan eksperimen. Data ini dipergunakan untuk melihat kemampuan kerja di laboratorium. Data ini berupa nilai kemampuan mahasiswa bekerja di laboratorium, setiap mahasiswa melakukan semua eksperimen yang digelar, penilaian dilakukan dengan skala 1-100 kemudian data dianalisis berdasarkan perolehan nilai yang didapat. 4. Data Laporan hasil eksperimen, berupa nilai kemampuan mahasiswa dalam melaporkan hasil eksperimen. Data ini dipergunakan untuk melihat kemampuan mahasiswa dalam melaporkan data hasil eksperimen. Data ini berupa hasil laporan mahasiswa untuk dinilai berdasarkan kemampuan yang dikembangkan, penilaian dilakukan dengan menggunakan skala 1-100 kemudian data dianaliasis berdasarkan perolehan dinilai yang didapat. Teknik Analisis Data Berdasarkan data-data yang diperoleh Teknik Analisis Data dilakukan dengan dua cara yaitu pada data yang menunjukkan kemampuan-kemapuan mahasiswa pada setiap tahapan pembelajaran dilakukan analisis prosentase, sedangkan untuk melihat adanya peningkatan penguasaan kemampuan antara sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan rumus g-faktor (gain score ternormalisasi). S g S post max S S pre pre (Hake dalam Savinainen & Scott, 2002) dengan S pre = skor pre-test; S post = skor post-test; S max = skor maksimum. Tingkat perolehan skor kemudian dikategorikan atas tiga kategori yaitu : Tinggi bila g > 0,7 Sedang bila 0,3 < g< 0,7 Rendah g < 0,3 (Savinainen & Scott, 2002) Untuk memperoleh keberartian peningkatan kemampuan-kemampuan yang diperoleh oleh mahasiswa akan dilakukan perbandingan antara rata-rata skor pre-test dengan rata-rata skor post-test. Uji perbedaan dua rata-rata dilakukan dengan uji-t karena datayang diperoleh berdistribusi normal. Kedua uji ini dilakukan pada taraf signifikan 5 %. 43

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Tahap Merencanakan Eksperimen Berdasarkan presentasi tentang Rencana eksperimen, maka diperoleh data kemampuan mahasiswa dalam merencanakan percobaan sebagai berikut : Tabel 1 KEMAMPUAN MERENCANAKAN PERCOBAAN No. Kemampuan Ratarata 1 Menggambarkan Fenomena Sains 2.2 2 Menggambarkan Karakteristik Scientific Theory 1.94 3 Menggunakan Hubungan Matematika untuk meramalkan gambaran hasil 1.94 observasi dan eksperimen. 4 Menurunkan hasil melalui estimasi, aproksimasi dan Order of magnitude 1.74 5 Mencari informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan hubungan antar 2.00 variabel dan menambahkan informasi yang dibutuhkan untuk menetapkan hubungan sebab akibat 6 Mengidentifikasi Variabel-variabel yang terkait 1.13 7 Membuat prediksi berdasarkan asumsi yang diperoleh dari hasil hipotesis dan 2.31 situasi eksperimen yang dibayangkan. 8 Mendesain Eksperimen 1.75 Rata-rata 1,88 S K O R R A T A - R A T A 2,5 2 1,5 1 0,5 0 KEMAMPUAN RATA-RATA MAHASISWA DALAM MERENCANAKAN PERCOBAAN 1 2 3 4 5 6 7 8 No. KEMAMPUAN 44

SKOR RATA-RATA ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 Dalam bagian ini terlihat bahwa, secara umum mahasiswa memiliki pengetahuan awal yang cukup (1.88) untuk melaksanakan eksperimen yang direncanakan, adapun mengidentifikasi terhadap beberapa variabel yang terkait dengan pengambilan data merupakan kemampuan yang buruk (1.13), kemampuan ini berkaitan dengan ketrampilan mahasiwa dalam memprediksi pengambilan data yang baik. Konsep dasar dan pengetahuan alat ukur sangat diperlukan oleh mahasiswa dalam memprediksi proses pemgambilan data yang baik. 4.2 Tahap Pelaksanaan Eksperimen Mengingat keterbatasan tenaga peneliti, maka tidak semua jenis eksperimen yang diamati, namun 4 eksperimen yang digunakan cukup untuk mengamati kerja mahasiswa di laboratorium. Adapun data perolehan pelaksanaan kerja di laboratorium adalah sebagai berikut : Tabel 2 KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MELAKUKAN PERCOBAAN JENIS PERCOBAAN Mengeset Alat (1) Paham Spec. alat (2) Kondisi Pengukuran (3) KEMAMPUAN Mampu mengukur (4) Menulis Data (5) Melaporkan Data (6) Bekerja Sama (7) Ratarata (8) Hukum Boyle 73,68 71,58 70,00 67,63 72,89 73,68 73,68 71,88 Jolly Balance 69,47 71,84 70,26 71,84 72,37 72,89 72,37 71,58 Termometer 73,42 70,26 72,89 70,53 74,21 74,21 73,78 72,76 Sudut Deviasi 75,13 64,21 71,58 70,53 69,74 72,37 73,68 71,03 Rata-rata 72,93 69,47 71,18 70,13 72,30 73,29 73,38 KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN PERCOBAAN 74,00 73,00 72,00 71,00 70,00 69,00 68,00 67,00 1 2 3 4 5 6 7 KEMAMPUAN 45

PROSENTASE MAHASISWA Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 Berdasarkan perolehan data di atas, kemampuan dalam melaporkan hasil eksperimen dan bekerja sama memperoleh skor yang paling tinggi (+ 73) sedangkan pemahaman terhadap spesifikasi alat mempunyai kemampuan yang paling rendah, hal ini dapat disebabkan karena lemahnya pengetahuan alat, serta kebiasaan mahasiswa dalam memperlakukan sebuah alat ukur masih kurang hati-hati. Masalah ini dapat diatasi dengan membiasakan diri memperlakukan alat dengan baik, memperhatikan kegunaan dan batas ukur dari alat yang dipergunakan. Tahap Melaporkan Data Hasil Eksperimen Data hasil laporan eksperimen dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 3 KEMAMPUAN MAHASISWA DALAM MEMBUAT LAPORAN PRAKTIKUM KEMAMPUAN Indeks Bias (1) Prosentase Mahasiswa yang Memiliki Kemampuan pada Tiap Percobaan Kater Hk. Sudut Jolly Termometer Resonansi Viskos pendulum Boyle Deviasi Balance (4) (8) (2) (3) (5) (6) (7) Ratarata 1. Pengolahan dan pelaporan 82% 80% 69% 88% 97% 87% 100% 97% 87% 2. Menginterpretasi data dan 64% 54% 41% 67% 56% 45% 72% 52% 56% observasi 3. Analisis Kesalahan 9% 14% 22% 6% 25% 3% 13% 21% 14% Eksperimen 4. Mengorganisasi dan mengkomunikasikan 27% 29% 34% 6% 41% 45% 53% 24% 32% Hasil 5.Menyimpulk an hasil 82% 80% 69% 88% 97% 87% 100% 97% 87% Eksperimen Rata-rata 53% 51% 47% 51% 63% 54% 68% 58% PROSENTASE KEMAMPUAN DALAM MEMBUAT LAPORAN 100% 80% 60% 40% 20% 0% 1 2 3 4 5 KEMAMPUAN 46

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 Berdasarkan grafik di atas bahwa pada sebagian besar mahasiswa memiliki kemampuan dalam pengolahan data dan pelaporan serta kemampuan dalam menyimpulkan hasil eksperimen (+ 87%), sedangkan kemampuan menganalisis data, hanya 14 % mahasiswa yang dapat menganalisa dari temuan data yang diperolehnya, kemampuan ini dapat dikembangkan jika mahasiswa memiliki pengetahuan yang cukup terhadap gambaran data yang seharusnya diperoleh, membaca berbagai literatur yang sesuai, mampu bernalar, mampu menjelaskan dengan bahasa tulisan yang baik. Hasil Postes dan Pretes Hasil pre test dan post tes diuji normalitas sebagai berikut : Tabel 4 UJI NORMALITAS SKOR fo Limit Atas Nilai z Luas kurva Luas antara fe (fo-fe)^2/fe 100.5 1.95 0.4744 90-100 4 0.0764 2.06 1.82 89.5 1.27 0.398 80-89 3 0.1526 4.12 0.30 79.5 0.66 0.2454 70-79 7 0.2294 6.19 0.10 69.5 0.04 0.016 60-69 5 0.2317 6.26 0.25 59.5 (0.57) 0.2157 50-59 4 0.1653 4.46 0.05 49.5 (1.18) 0.381 40-49 3 0.0831 2.24 0.25 39.5 (1.80) 0.4641 30-39 1 0.0279 0.75 0.08 29.5 (2.41) 0.492 2 = 2.86 Berdasarkan dasil pengolahan diatas maka diperoleh 2 hitung 2,86 lebih kecil dari pada 2 tabel = 13,28, pada tahap keberartian = 0.01. Hal ini dapat disimpulkan bahwa populasi skor berdistrobusi normal. ANALISA UJI T Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran, maka dilakukan uji-t karena populasi skor berdistribusi normal. Berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung = 7,15 lebih besar daripada t tabel = 1,67 dengan = 0,05. Hal 47

Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 ISSN: 1412-0917 ini menunjukkan bahwa hasil belajar mahasiswa sebelum pembelajaran dan sesudah pembelajaran berbeda secara signifikan. Analisa Gain Perolehan Berdasarkan analisis gain sebelum dan sesudah pembelajaran, diperoleh bahwa rata-rata gain skor ternormalisasi yang diperoleh yaitu 0.66, tingkat perolehan skor tersebut termasuk pada kategori sedang. Pembahasan Hasil Pre-Post Tes Berdasarkan data hasil pre dan post tes dapat ditunjukkan bahwa hasil tes menunjukkan sebaran Distribusi yang normal, dan hasil uji t menunjukkan bahwa model ini secara signifikan mampu meningkatkan pemahaman siswa dalam bekerja di laboratorium walaupun berdasarkan hasil analisa gain kemampuan peningkatan hasil tergolong dalam kategori sedang. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kemampuan Mahasiswa dalam Merencanakan percobaan memiliki kategori cukup, namun kemampuan mahasiswa dalam mengidentifikasi variabel-variabel terkait memiliki kategori buruk. Kemampuan dalam melaporkan hasil eksperimen dan bekerja sama memperoleh skor yang paling tinggi (+ 73) sedangkan kemampuan terendah pada pemahaman spesifikasi alat yang berkaitan dengan ketrampilan mahasiswa dalam menggunakan alat ukur. Sebagian besar mahasiswa memiliki kemampuan dalam pengolahan data dan pelaporan serta kemampuan dalam menyimpulkan hasil eksperimen (+ 87%), sedangkan kemampuan menganalisis data hanya 14 % mahasiswa yang dapat menganalisa dari temuan data yang diperolehnya. Hasil Belajar mahasiswa setelah pembelajaran meningkat secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Analisis gain sebelum dan sesudah pembelajaran diperoleh bahwa rata-rata gain skor ternormalisasi yang diperoleh yaitu 0.66, tingkat perolehan skor tersebut termasuk pada kategori sedang Saran Model Pembelajaran perlu dikembangkan dengan memperhatikan aspek-aspek kelemahan mahasiswa baik pada tahap persiapan, pelaksanaan dan pembuatan laporan. Hasil laporan eksperimen dapat dijadikan rujukan dalam pengembangan praktikum Fisika Dasar untuk tingkat TPB. 48

ISSN: 1412-0917 Jurnal Pengajaran MIPA, Vol. 6 No. 1 Juni 2005 DAFTAR PURTAKA Amin, Moh. (1988). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud. Arons, Arnold, B. (1994). Homework and Test Question for Introductory Physics Teaching. New York: John Wiley and Sons. Inc. Collete, Alfre, T. &Chiappetta, Eugene, L. (1994). Science Instruction in The Middle and Secondary School (Third ed.) New York: Maxwell Macmillan International. Killen, Roy. (1998). Effective Teaching Strategies, Lesson from Research and practice (second ed.). Australia: Social Science Press. Lawson A., E. (1994). Science Teaching. California : Wadsworth Publishing Comp. Belmont. McDermott, L.C. (1990). A Perspective on Teacher Preparation in Physics and Other Sciences : The Need for Special Science Course for Teacher. American Journal of Physics. 58 (6) 56-61. National Research Council. (1996). National Science Education Standards. Washington DC : National Academy Press. Renner, J.W. dan Lawson, A.E. (1973). Promoting Intellectual Development Through Science Teaching. The Physics Teacher. 11 (5) 113-120. Savinainen, A. & Scott, Philip. (2002). The Force concept inventory: A tool for monitoring Student Learning, Physics Education. 37 (1), 45-52. Suprapto. B. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA (Fisika) di Perguruan Tinggi. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. Jakarta : Depdiknas. Tee, Tan Boo. (1996). Black boxes praktical: Problem solving skills among preservice primary student teacher in Brunei Darusalam. Journal of Science and Mathematics Education in South East Asia. XVIII, (1), 1-15. The Houw Liong & Suprapto, B. (2000). Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Depdiknas. White, Richard T. (1996). The Linc between the laboratory and learning, International Journal of Science Education. 18 (7), 761-774. 49