BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah salah satu unsur produksi selain itu juga faktor penting dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produksi pada perusahaan Keramik Pondowo malang, dengan hasil penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pokok Bahasan : Motivasi Sub Pokok Bahasan : Pengertian, Teori Motivasi,Bentuk Motivasi, Jenis Motivasi, Tantangan dan Alat2 Motivasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang di kemukakan oleh Martoyo (2000), bahwa kepuasan kerja adalah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

APA ITU PENGINTEGRASIAN?

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

B A B I PENDAHULUAN. Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi publik yang

II TINJAUAN PUSTAKA. kinerja atau keberhasilan organisasi. Pokok kepemimpinan adalah cara untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. agara diperoleh tenaga kerja yang puas akan pekerjaannya. Fungsi MSDM. dikelompokkan atas tiga fungsi, yaitu (Husein, 2002) :

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA.1

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. dicapainya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu membentuk suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. (motivasi), karakteristik pekerjaan (beban kerja), kinerja perawat dalam

I PENDAHULUAN. Pemimpin merupakan orang yang mempunyai kemampuan untuk. mempengaruhi sekelompok orang dalam usaha mencapai tujuan organisasi dan

BAB II LANDASAN TEORI

B A B I P E N D A H U L U A N

Volume VII Nomor 1, Februari 2017 ISSN: Latar Belakang

KOMUNIKASI ORGANISASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung efektivitas dan efesiensi organisasi (Handoko, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. manajemen, hal ini dikarenakan kepemimpinan merupakan motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Motivasi penting dikarenakan :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang pemimpin harus dapat memberikan pengaruh yang besar dan

BAB II URAIAN TEORITIS. pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatankegiatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian dan Tujuan Motivasi. proses sebagai langkah awal seseorang melakukan tindakan akibat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

PSIKOLOGI SUMBER DAYA MANUSIA SESI: VI HR INTEGRATION. Hubungan antar manusia Teori-teori Motivasi Teori Kepemimpinan KKB dan Collective Bargaining

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperbaiki lingkungan kerja di tempat kerja. Lingkungan kerja yang buruk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetesnsi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2012, hal. 381

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penempatan merupakan proses menempatkan orang-orang yang tepat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. atau unjuk kerja atau penampilan kerja. Kinerja dipengaruhi oleh faktor-faktor

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TERHADAP PRESTASI KERJA PEGAWAI KANTOR PELAYANAN DAN PENGAWASAN BEA&CUKAI SURAKARTA 2009

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian Prestasi Kerja dan Indikatornya. memberikan dampak yang positif terhadap organisasi, antara lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. tujuan perusahaan. Tujuan ini tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan (Prastuti, 2014). Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni untuk menerapkan fungsifungsi

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan, dan di Indonesia pendidikan merupakan salah satu faktor yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. industri. Perusahaan-perusahaan yang punya modal besar berusaha untuk segera

BAB I PENDAHULUAN. organisasi dan kelangsungan hidup organisasi. Peran kepemimpinan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN : 107). Mathis dan Jackson (2006 : 98) menyatakan kepuasan kerja adalah

PEMBAHASAN. 1.Pengertian Gaya Kepemimpinan Partisipatif

BAB I PENDAHULUAN. Sutiadi (2003:6) dalam Ida Ayu dan Suprayetno (2008) mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan tertentu. Menurut Robbins (2006) bahwa kinerja pegawai adalah. untuk mengelola proses kerja selama periode tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi era globalisasi saat ini, banyak tantangan yang harus dihadapi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan perusahaan tersebut dalam mencapai tujuannya. Pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

PENGARUH UPAH LEMBUR DAN TUNJANGAN KESEHATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA CV. SUMBER MULYO KLATEN

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA : STUKTUR, KEPEMIMPINAN, DAN MOTIVASI

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 GAYA KEPEMIMPINAN DAN KINERJA KARYAWAN PADA PT SUMBER FAJAR INTI ABADI DI PONTIANAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. operasional manajemen yang berisi kegiatan-kegiatan untuk memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat, sumber daya manusia yang mampu dan berkualitas merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Motivasi Perawat 1. Definisi Sarwono (2000) dalam Sunaryo (2004) mengemukakan, motivasi menunjuk pada proses gerakan, termasuk situasi yang mendorong yang timbul dalam diri individu, tingkah laku yang ditimbulkan oleh situasi tersebut dan tujuan atau akhir daripada gerakan atau perbuatan. Motivasi adalah bagian fundamental dari kegiatan manajemen sehingga semua kegiatan organisasi tidak akan berfaedah jika anggota yang ada didalam organisasi tersebut tidak termotivasi menyumbangkan usaha guna memenuhi tugas yang dibebankan kepadanya (Suyanto, 2008). Terry dalam Hasibuan (2005) mengemukakan, motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Harlley (1997) mengemukakan, perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat atau memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit, injuri, dan proses penuaan, sedangkan menurut Permenkes Ri No 1239 Th 2001 Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan keperawatan, baik dalam maupun diluar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Perawat adalah seseorang yang memiliki kemampuan dan wewenang melakukan tindakan

keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya dan memperoleh ilmu itu melalui pendidikan keperawatan (Kozir, 1995). Berdasarkan beberapa definisi yang sudah diuraikan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi perawat merupakan tenaga penggerak yang mendorong seseorang perawat untuk merawat atau memelihara pasien karena sakit, injuri, dan proses penuaan berdasarkan ilmu yang dimilikinya. 2. Tujuan motivasi Hasibuan (2005) mengemukakan, tujuan motivasi adalah : meningkatkan moral dan kepuasan kerja perawat, meningkatkan produktivitas kerja perawat, meningkatkan kedisiplinan perawat, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik, mempertinggi rasa tanggung jawab perawat terhadap tugas-tugasnya, meningkatkan loyalitas, kreativitas, dan partisipasi perawat. Sowatno (2001) mengemukakan, tujuan motivasi adalah mendorong gairah dan semangat kerja, menciptakan hubungan kerja dan suasana yang baik, mempertahankan kestabilan perawat, meningkatkan kesejahteraan perawat, Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.

3. Teori motivasi Beberapa teori motivasi menurut Purwanto (2007) : a. Teori Hedonisme Hedone adalah bahasa yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran didalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan yang bersifat duniawi. Menurut pandangan faham ini, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh dengan kesenangan dan kenikmatan. Manusia setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. b. Teori Naluri Teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok, yang dalam hal ini disebut juga dengan naluri yaitu: dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan dorongan nafsu (naluri) mengembangkan / mempertahankan jenis. Dimilikinya ketiga naluri pokok itu maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya seharihari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut.

Menurut teori ini, untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan. c. Teori reaksi yang dipelajari Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan ditempat orang itu hidup. Orang belajar banyak dari lingkungan kebudayaan ditempat ia hidup dan dibesarkan. Teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. d. Teori daya pendorong Teori ini merupakan perpaduan antara teori naluri dengan teori reaksi yang dipelajari. Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Menurut teori ini bila ingin memotivasi seseorang harus berdasarkan atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. e. Teori kebutuhan Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Menurut teori ini apabila ingin memotivasi seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya. Abraham Maslow mendefinisikan lima tingkatan kebutuhan pokok

manusia. Kelima tingkatan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang dimaksud adalah : 1) kebutuhan fisiologis; 2) kebutuhan rasa aman; 3) kebutuhan sosial; 4) kebutuhan penghargaan; 5) kebutuhan aktualisasi diri. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tiaptiap teori memiliki kelemahan dan kekurangannya masing-masing, jika dihubungkan dengan manusia sebagai pribadi dalam kehidupannya sehari-hari, teori-teori motivasi yang telah dikemukakan ternyata memiliki hubungan yang komplementer yang berarti saling melengkapi satu sama lain. Kita dapat mengambil manfaat dari beberapa teori sesuai dengan situasi dan kondisi seseorang pada saat kita melakukan tindakan motivasi. 4. Unsur-unsur motivasi Purwanto (1998) mengemukakan, unsur-unsur motivasi adalah : merupakan suatu tenaga dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan baik dari dalam maupun dari luar, motivasi sering kali ditandai dengan perilaku yang penuh emosi, motivasi merupakan reaksi pilihan dari beberapa alternatif pencapaian tujuan, motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri. Fitri (2009) mengemukakan, unsur-unsur motivasi meliputi ; unsur motivasi berasal dari dalam diri seseorang yaitu berupa keadaan yang tidak

puas atau ketegangan psikologis ini bisa timbul oleh karena keinginankeinginan untuk memperoleh penghargaan, pengakuan, serta berbagai macam kebutuhan lainnya dan motivasi berasal dari luar yaitu tujuan yang ingin dicapai oleh seseoran, tujuan itu sendiri berada diluar diri seseorang itu namun mengarahkan tingkah laku orang itu untuk mencapainya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi berasal dari dalam diri manusia yang biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga manusia menjadi puas dan berasal dari luar yang merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. 5. Fungsi motivasi Purwanto (2007) mengemukakan, fungsi motivasi adalah : mendorong timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan serta menyeleksinya, sebagai pengarah artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan, sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil, besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan. Sadirman (2001) mengemukakan, fungsi motivasi adalah ; mendorong manusia untuk berbuat, menentukan arah perbuatan, menyeleksi perbuatan, sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi dapat memberikan arah dan menentukan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuan.

6. Motivasi Perawat Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena tertarik untuk mencapai karir yang lebih baik, lebih dihargai dengan pendidikan yang lebih tinggi, menjadi perawat yang profesional, memperoleh peningkatan golongan dan kenaikan pangkat, mendapatkan imbalan gaji yang lebih baik, serta dapat mengambil keputusan yang tepat dalam segala situasi berdasarkan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan praktek keperawatan (Sunaryo, 2004). Sasongko (2000) mengemukakan, motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi karena dipengaruhi oleh keinginan yang bermacam-macam, beberapa keinginan yang umum dinyatakan yaitu gaji atau upah yang baik, penghargaan, pekerjaan yang berarti, sikap teman kerja yang baik, kesempatan untuk maju, kondisi kerja yang aman, nyaman dan menarik, mendapatkan pimpinan yang adil dan bijaksana. Gaji atau upah yang baik, bisa dipakai intuk memuaskan kebutuhan fisiologis, sosial, maupun egoistis. Sebagaian besar perawat menginginkan gaji yang tinggi dari pekerjaannya setelah melanjutkan pendidikan. Sikap teman kerja yang lebih baik merupakan keinginan perawat sebagai cermin dari kebutuhan sosial. Penghargaan merupakan keinginan yang berasal dari kebutuhan egoistis, yang bisa diwujudkan dengan pujian, hadiah yang diumumkan kepada rekan-rekan sekerjanya dan sebagainya. Mendapatkan

pimpinan yang adil dan bijaksana, akan menjamin bahwa pekerjaan akan tetap bisa dipertahankan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perawat mempunyai motivasi yang tinggi untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi, karena perawat ingin mencapai karir yang lebih baik, serta dapat mengambil keputusan yang tepat dalam segala situasi berdasarkan ilmu pengetahuan dalam melaksanakan praktek keperawatan. Perawat yang memiliki motivasi kerja yang tinggi sebaiknya juga memiliki motivasi yang tinggi pula untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. B. Konsep Pendidikan Berkelanjutan Perawat 1. Definisi Pendidikan adalah segala sesuatu untuk membina kepribadian dan mengembangkan kemampuan manusia, jasmaniah, dan rohaniah yang berlangsung seumur hidup, baik didalam maupun diluar sekolah, untuk pembangunan persatuan dan masyarakat adil dan makmur dan selalu ada dalam keseimbangan (Sastrohadiwiryo, 2002). Pendidikan berkelanjutan perawat didefinisikan oleh ANA (American Nurse Association) dalam Potter (2005) adalah sebagai aktivitas pendidikan yang direncanakan bertujuan untuk membangun dasar pendidikan dan pengalaman dari perawat profesional untuk meningkatkan

praktik, pendidikan, administrasi, penelitian, atau pengembangan teori sampai akhirnya perbaikan kesehatan masyarakat. Pengembangan pendidikan keperawatan seyogyanya dirancang secara berkesinambungan, berjenjang dan berlanjut sesuai dengan prinsip belajar seumur hidup bagi perawat yang mengabdi ditengah-tengah masyarakat. Pendidikan yang berkelanjutan ini bertujuan untuk mempertahankan profesionalisme perawat baik melalui pendidikan formal, maupun pendidikan non formal (Potter dan Perry, 2005). Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan berkelanjutan keperawatan merupakan profesi yang dinamik, program pendidikan berkelanjutan membantu perawat untuk mempertahankan keterampilan, pengetahuan dan teori keperawatan terkini. 2. Tujuan Pendidikan Berkelanjutan Potter dan Perry (2005) mengemukakan, tujuan pendidikan berkelanjutan adalah : untuk menyiapkan perawat klinis mampu meningkatkan asuhan keperawatan melalui perluasan ilmu-ilmu dan teori keperawatan, membantu perawat untuk mempertahankan keterampilan, pengetahuan, dan teori keperawatan terkini, untuk meningkatkan dan mempertahankan praktik keperawatan, promosi dan uji coba kepemimpinan dalam melakukan perubahan yang efektif dalam sistem pelayanan keshatan serta menjawab kebutuhan belajar profesional.

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan pendidikan berkelanjutan adalah untuk menghasilkan perawat yang berkemampuan profesional, mampu mempertanggungjawabkan secara legal keputusan dan tindakan yang dilakukan. 3. Jenis-jenis pendidikan berkelanjutan Jenis pendidikan berkelanjutan dikelompokkan atas pendidikan secara informal dan pendidikan secara formal (Hasibuan, 2005). a. Pendidikan secara informal, yaitu perawat atas keinginan dan usaha sendiri melatih dan mengembangkan dirinya dengan mempelajari bukubuku literatur yang ada hubungannya dengan pekerjaan atau jabatannya. Pendidikan secara informal menunjukkan bahwa karyawan tersebut berkeinginan keras untuk maju dengan meningkatkan kemampuan kerjanya melalui pelatihan-pelatihan. b. Pendidikan secara formal, yaitu perawat ditugaskan perusahaan untuk mengikuti pendidikan baik yang dilaksanakan oleh instansi yang bersangkutan atau oleh lembaga-lembaga pendidikan atau pelatihan yang resmi. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan berkelanjutan baik secara formal atau informal sangat diperlukan oleh perawat untuk mengembangkan diri. Pendidikan berkelanjutan hendaknya juga dapat bermanfaat bagi perawat.

4. Manfaat serta dampak pendidikan berkelanjutan Setiap aktifitas pasti memiliki arah yang dituju, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Arah yang dituju merupakan rencana yang dinyatakan sebagai hasil yang harus dicapai. Manfaat dan dampak yang diharapkan dari pendidikan berkelanjutan harus dirumuskan dengan jelas tidak mengabaikan dan kemampuan instansi yang bersangkutan. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa manfaat serta dampak yang diharapkan dari pendidikan berkelanjutan meliputi: Peningkatan keahlian kerja, pengurangan keterlambatan, kemangkiran dan perpindahan tenaga kerja, pengurangan kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan kerja, peningkatan produktifitas kerja, peningkatan kecakapan kerja, peningkatan rasa tanggung jawab (Sastrohadiwiryo, 2002). Perawat yang ingin melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi sangat membutuhkan dukungan pimpinan. C. Konsep Dukungan Pimpinan 1. Definisi Siegel dalam Taylor (1999) mengemukakan, dukungan adalah Suatu kondisi dimana seseorang diberi dorongan sehingga merasa aman dan nyaman secara psikologis. Termasuk di dalamnya kesadaran dari keberadaan yang baik dan kepuasan dari affec hunger (senang akan keinginan besar ). Dukungan menawarkan suatu proses penyembuhan

sebuah integrasi dari seluruh bagian orang, hal itu akan menolong dari halhal yang menyakitkan. Hasibuan (2005) mengemukakan, pimpinan adalah seseorang yang mempergunakan wewenang dan kepemimpinannya, mengarahkan bawahan untuk mengerjakan sebagian pekerjaannya dalam mencapai tujuan organisasi. Sebagai seorang pimpinan, sehari-hari dalam bekerja menggunakan proses manajemen untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan oleh orang lain. Seorang pimpinan harus memiliki ketrampilan kepemimpinan, sehingga efektif dalam mengelola pelayanan sesuai dengan perkembangan iptek dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat (Marquis & Houston, 1998). Melihat dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan pimpinan adalah kebijakan yang diberikan pihak manajemen rumah sakit terhadap perawat yang ingin melanjutkan pendidikan. Pimpinan merupakan pendukung utama dalam membantu perawat mencapai target jangka panjang. 2. Bentuk-Bentuk Dukungan : Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan kedalam lima bentuk. Yaitu ;

a. Dukungan instrumental Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi. Dukungan instumental sangat diperlukan terutama dalam mengatasi masalah dengan lebih mudah. b. Dukungan informasional Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah. c. Dukungan emosional Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat dikontrol. d. Dukungan pada harga diri Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu

individu dalam membangun harga diri dan kompetensi. e. Dukungan dari kelompok Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib. Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dukungan pimpinan sangat mempengaruhi seseorang untuk melakukan tindakan. 3. Fungsi dan Tugas Pimpinan Suyanto (2008) mengemukakan, fungsi dan tugas pimpinan adalah : a. Orientasi tugas meliputi : merencanakan dan mengorganisir kegiatan, membuat pengawasan, memberi pengarahan dan bimbingan, bertanggung jawab atas pekerjaannya dan pekerjaan orang lain, mendukung kerjasama dan partisipasi staf, mengevaluasi hasil dan menganalisa kekuatan dan kelemahan staf b. Orientasi HAM meliputi : memberi dorongan dengan sikap bersahabat, mendamaikan /mempertemukan pendapat yang berbeda, menyelesaikan konflik, memperlancar urusan dengan sebaik-baiknya, menentukan aturan main. Berdasarkan orientasi fungsi dan tugas pemimpin dapat disimpulkan aktifitas kepemimpinan dapat digolongkan dalam empat

aspek yaitu memberikan pengarahan, melakukan supervisi, melakukan koordinasi, memberikan motivasi. 4. Gaya Kepemimpinan Gaya kepemimpinan menurut Hasibuan (2005) yaitu : a. Kepemimpinan Otoriter Kekuasaan atau wewenang sebagian besar mutlak tetap berada pada pimpinan. Pengambilan keputusan dan kebijaksanaan hanya ditetapkan sendiri oleh pemimpin, bawahan tidak diikutsertakan untuk memberikan saran, ide, dan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. b. Kepemimpinan Partisipatif Kepemimpinan Partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi, menumbuhkan loyalitas, dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi bawaahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. c. Kepemimpinan Delegatif Kepemimpinan Delegatif apabila seorang pemimpin mendelegasikan wewenang kepada bawahan dengan agak lengkap, bawahan dapat mengambil keputusan dan kebijaksanaan dengan bebas atau leluasa dalam melaksanakan pekerjaannya. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan bertujuan untuk mendorong gairah kerja, kepuasan kerja,

dan produktivitas kerja karyawan yang tinggi agar dapat mencapai tujuan organisasi yang maksimal. D. Kerangka Teori Bentuk-bentuk dukungan : 1. Instrumental 2. Emosional 3. Informasional 4. Harga diri 5. Kelompok Motivasi perawat melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi Fungsi dan Tugas Pimpinan : 1. Orientasi tugas 2. Orientasi HAM Sumber : Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998), Taylor (1999) Suyanto (2008). E. Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen Dukungan pimpinan : harga diri Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

F. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel independent (variabel bebas) adalah Dukungan pimpinan : harga diri 2. Variabel dependent (variabel terikat) adalah Motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. G. Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan antara dukungan pimpinan rumah sakit dengan motivasi perawat untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi di Rumah Sakit Umum Kota Semarang tahun 2009.