V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA. selama tahun tersebut hanya ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12.

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan

VI. STRUKTUR PASAR DAN PERSAINGAN KOMODITI TEH DI PASAR INTERNASIONAL. 6.1 Analisis Struktur Pasar dan Persaingan Komoditi Teh Hijau HS

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. golongan, yaitu: (1) teh yang difermentasikan atau teh hitam (fermented) ; (2) teh

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang saling membutuhkan satu sama lain. Kegiatan ini diperlukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, yang sebagian besar penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditi andalan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian, Semester I 2014 Ekspor Impor Neraca

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

VII. DAYA SAING KOMODITI TEH INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL. 7.1 Analisis Keunggulan Komparatif Komoditi Teh Indonesia di Pasar Internasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia yang mengalami penurunan pada masa. krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, masih berlangsung hingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang bergulir dengan cepat dan didukung oleh kemajuan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian suatu negara. Terjalinnya hubungan antara negara satu

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB IV GAMBARAN UMUM Perkembangan Ekspor Produk Makanan dan Minuman Olahan Indonesia di Pasar Non-Tradisional Asia periode

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

PROSPEK TANAMAN PANGAN

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

VI. PERKEMBANGAN EKSPOR KARET ALAM INDONESIA Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Karet Alam Indonesia

ISS N OUTLOOK TEH Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian 2015

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan suatu negara dan diyakini merupakan lokomotif penggerak dalam

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB V GAMBARAN PERKEMBANGAN USAHA TEH PTPN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

IV. PERKEMBANGAN IMPOR BUAH-BUAHAN DI INDONESIA

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

DAYA SAING EKSPOR TEH INDONESIA DI PASAR TEH DUNIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2016

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian. Pembangunan ekonomi diarahkan

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

V. KERAGAAN INDUSTRI GULA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perikanan. Luas wilayah laut Indonesia sangat luas yaitu sekitar 7,9 juta km 2 dan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016

BAB I PENDAHULUAN. jenis tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai bumbu dapur atau juga diolah

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri di Indonesia

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Poduksi perikanan Indonesia (ribu ton) tahun

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2014

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

PERNYATAAN ORISINALITAS...

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan sangat berarti dalam upaya pemeliharaan dan kestabilan harga bahan pokok,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB VI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR TEH PTPN

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2014

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Susu : Komoditi Potensial Yang Terabaikan

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN NOVEMBER 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Teh merupakan salah satu komoditas ekspor utama sektor perkebunan.

Transkripsi:

54 V. PERKEMBANGAN PRODUKSI DAN EKSPOR KOMODITI TEH INDONESIA 5.1 Perkembangan Produksi Teh Indonesia Perkembangan produksi teh Indonesia selama 1996-2005 cenderung tidak mengalami perubahan yang begitu besar, dimana rata-rata laju pertumbuhan selama kurun waktu tersebut hanya sebesar 0,71 persen. Dan rata-rata produksi selama tahun tersebut hanya 163 984 ton. Hal ini dapat terlihat pada tabel 12. Tabel 12. Perkembangan Produksi Teh Indonesia Periode 1996-2005 Tahun Produksi (Ton) Laju Pertumbuhan (%) 1996 166 256-1997 153 619-7,60 1998 166 825 8,60 1999 161 003-3,49 2000 162 586 0,98 2001 166 868 2,63 2002 162 194-2,80 2003 169 819 4,70 2004 164 817-2,94 2005 165 854 0,63 Rata-rata 163 984 0,71 Sumber : ITC, 2006 Peningkatan produksi teh terbesar selama periode 1996-2005 adalah pada tahun 1998 dengan jumlah 166 825 ton atau mengalami peningkatan laju pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 8,60 persen. Peningkatan produksi tersebut karena jumlah luas areal perkebunan teh yang meningkat pada tahun tersebut dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Laju pertumbuhan terendah selama kurun waktu tersebut terjadi pada tahun 1997 sebesar 153 619 ton dimana penurunan produksinya mencapai 7,60 persen. Penurunan yang cukup besar ini disebabkan perubahan musim yang terlalu mencolok. Pada tahun 1997 terjadi peristiwa kemarau yang cukup panjang diakibatkan pengaruh EL NINO. Adanya

55 kejadian tersebut menyebabkan banyak tanaman teh yang mengalami kekeringan sehingga produksinya kurang maksimal. Selain keterangan diatas, produksi teh Indonesia selama periode tahun 1996-2005 juga mengalami flkutuasi yang beragam tiap tahunnya. Laju pertumbuhan yang menurun terjadi pada tahun 1999 sebesar -3,49 persen dimana jumlah produksinya 161 003 ton. Pada tahun 2002 dimana jumlah produksinya sebesar 162 194 ton juga mengalami penurunan produksi sebesar 2,80 persen. Pada tahun 2003 produksi teh mengalami peningkatan produksi sebesar 4,70 persen. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama karena pada tahun 2004 laju pertumbuhan produksi teh mengalami penurunan sebesar 2,94 persen dimana jumlah produksinya 164 817 ton. Pada tahun 2005 produksi teh kembali meningkat walaupun pertumbuhannya hanya sebesar 0,63 persen dengan jumlah produksi 165 854 ton. Perkembangan luas areal selama periode 1996 2005 mengalami penurunan (tabel 13). Hal ini sejalan dengan rata-rata laju pertumbuhan luas areal periode 1996-2005 yang mengalami penurunan sebesar 1,12 persen per tahun. Penurunan luas areal yang paling curam terjadi pada tahun 2003 dengan luas arealnya yaitu 143 620 Hektar atau laju penurunan luas areal sebesar 4,71 persen. Rata-rata laju pertumbuhan luas areal teh yang negatif tidak selalu tiap tahun mengalami pertumbuhan yang negatif. Laju pertumbuhan luas areal yang positif terjadi pada tahun 1998 dimana luas perkebunan teh seluas 157 040 hektar atau mengalami peningkatan luas areal sebesar 2,1 persen. Peningkatan luas areal pada tahun 1998 disebabkan harga jual teh yang diekspor menggunakan mata uang asing, sementara kurs rupiah terhadap dollar Amerika terdepresiasi sehingga

nilai US$ 1 sama dengan Rp.10 000. Oleh karena itu, keuntungan dari menjual komoditi teh pada masa krisis ekonomi menjadi sangat besar, sehingga para pengusaha teh berusaha meraih kuantitas produksi teh sebesar-besarnya salah satu caranya dengan memperluas luas areal perkebunan teh. Tabel 13. Perkembangan Luas Areal Teh Indonesia Periode 1996-2005 Tahun Luas Areal (Hektar) Laju Pertumbuhan (%) 1996 154 185-1997 153 812-0,24 1998 157 040 2,1 1999 156 840-0,13 2000 153 667-2,02 2001 150 938-1,78 2002 150 723-0,14 2003 143 620-4,71 2004 142 782-0,58 2005 139 121-2,56 Rata-rata 146 939.6-1,12 Sumber : ITC, 2006 Penurunan luas areal yang rata-rata terjadi tiap tahunnya umumnya disebabkan oleh alih fungsi lahan perkebunan teh menjadi fungsi lain yang lebih menguntungkan. Bagi para petani teh umumnya disebabkan oleh harga pucuk teh yang anjlok di pasaran hingga mencapai Rp 500 per kilogram, sehingga tidak mampu menutupi ongkos produksi. Akibatnya, para petani teh mulai beralih bercocok tanam sayuran. Bahkan, sebagian petani teh telah menjual tanah mereka karena dinilai tidak lagi mendatangkan keuntungan 9. Begitu juga dengan para pengusaha swasta, akibat harga teh Indonesia yang semakin menurun di pasar dunia menjadi US$ 1,2 per kg jika dibandingkan dengan teh dari Sri Lanka dan India yang dihargai US$ 1,8 per kg maka semakin menyurutkan minat para investor untuk berinvestasi dalam komoditi teh, bila dibandingkan dengan investasi di bidang lainnya yang lebih menguntungkan. 56 9 Evy, Harga teh Rakyat Anjlok Petani Teh Jual Tanah, http:// www.kompas.com/, 10 Juni 2007

Perkembangan produktivitas komoditi teh Indonesia periode 1996-2005 menunjukkan perkembangan yang positif dimana rata-rata laju pertumbuhan produktivitas komoditi teh Indonesia sebesar 11,3 persen dengan rata-rata produktivitas 1093,4 kg per hektar. Selama periode tersebut laju pertumbuhan produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan produktivitas sebesar 1182 kg per hektar atau meningkat sebesar 9,85 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan produktivitas ini disebabkan produksi teh pada tahun 2003 mengalami peningkatan produksi sebesar 4,70 persen. Perkembangan produktivitas yang terendah terjadi pada tahun 1999 dimana jumlah produktivitasnya hanya sebesar 999 kg per hektar atau laju pertumbuhan produktivitasnya menurun sebesar 7,33 persen. Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh produksi teh yang menurun sebesar 7,60 persen dengan jumlah produksi teh pada waktu itu sebesar 153 619 ton, sedangkan luas arealnya juga mengalami penurunan sebesar 0,24 persen dengan luas areal perkebunan teh sebesar 153 812 hektar. Tabel 14. Perkembangan Produktivitas Teh Indonesia Tahun 1996-2005 Tahun Produktivitas (Kg) Laju Pertumbuhan (%) 1996 1078-1997 999-7,33 1998 1062 6,31 1999 1027-3,3 2000 1058 3,02 2001 1106 4,54 2002 1076-2,71 2003 1182 9,85 2004 1154-2,37 2005 1192 3,29 Rata-rata 1093.4 11,3 Sumber: ITC diolah, 2007 57

58 Perkembangan produktivitas teh nasional periode 1996-2005 memang menunjukkan laju pertumbuhan yang positif. Namun, perkembangannya berfluktuasi setiap tahun dengan jumlah produktivitas teh yang cenderung rendah jika dibandingkan dengan rataan produktivitas negara pesaing kuat teh seperti Kenya sebesar 2264 kg per hektar untuk periode 2001-2005, sedangkan rataan produktivitas Indonesia untuk periode yang sama sebesar 1142 kg per hektar. Rendahnya produktivitas teh di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penting yaitu produksi teh dan luas areal perkebunan teh. Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir laju pertumbuhan produksi teh positif akan tetapi tidak sejalan dengan jumlah luas areal perkebunan teh yang menunjukkan laju pertumbuhan yang negatif. Kendala lainnya yang dihadapi adalah banyak mutu teh yang belum memenuhi standar internasional (ISO 3720). Selain itu peremajaan tanaman teh yang lambat dan mesin-mesin pengolahan yang kurang mengarah kebutuhan dan permintaan pasar yang berubah secara dinamis dan cepat 10. Di sisi lain kondisi perdagangan teh internasional mengalami over supply. Menurut ITC (2006), pada tahun 2005 produksi teh dunia sebesar 3 419 579 ton, sedangkan konsumsi teh dunia sebesar 1 445 600 ton. Kondisi perdagangan pasar teh internasional yang mengalami over supply tersebut menuntut suatu negara produsen seperti Indonesia supaya memiliki daya saing terhadap negara produsen lainnya untuk dapat mempertahankan atau meningkatkan pasar yang dimilikinya. Menurut Ketua Asosiasi Teh Indonesia (ATI) Insyaf Malik (2005), pada saat pasar teh dunia mengalami over supply, yang dibeli pasar adalah teh yang 10 Produktivitas Teh Indonesia Menurun, http://www.antara.co.id/arc/2007/4/19/produktivitasteh-indonesia-menurun/, 14 Juni 2007

59 berkualitas tinggi saja. Terjadinya over supply ini, menyebabkan harga teh turun dan menyulitkan negara produsen. Sementara Indonesia mengalami kendala kualitas sejak awal, sehingga rata-rata harga yang diterima juga rendah. Oleh karena itu untuk mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar komoditi teh Indonesia harus meningkatkan kualitas tehnya. Selain itu perlunya diversifikasi dari produk hilir teh agar Indonesia mendapatkan nilai tambah (value added) dari komoditi teh nasional. 5.2 Perkembangan Ekspor Teh Indonesia Seiring dengan tumbuhnya perekonomian suatu negara, permintaan impor atas suatu barang, termasuk kelompok komoditi teh mengalami peningkatan. Di pasar global, pangsa pasar perdagangan teh dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok. Kelompok pasar yang pertama adalah kelompok pasar yang meliputi pasar teh Polandia, Hongaria, Amerika Serikat dan Kanada. Kelompok pasar kedua terdiri dari pasar Eropa Barat, Australia, Jepang, negara-negara Eropa Timur secara umum, Turki, negara-negara Amerika Utara dan Amerika Selatan secara umum. Kelompok pasar yang ketiga meliputi pasar teh negara Pakistan, Afghanistan, Mesir, Malaysia, dan Singapura. Kelompok pasar yang keempat meliputi pasar teh negara Iran dan negara-negara Timur Tengah secara umum. Yang terakhir adalah kelompok pasar kelima yang meliputi pasar teh negaranegara Irak, Siria, dan wilayah Rusia khususnya Federasi Rusia (Suprihatini, 2004). Pada Gambar 5 dapat dilihat negara yang menjadi tujuan ekspor teh Indonesia.

60 Gambar 5. Negara-negara Tujuan Ekspor Teh Indonesia Produksi teh Indonesia selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk memenuhi kebutuhan dunia. Sebagian besar produksi teh Indonesia adalah untuk tujuan ekspor. Jenis teh yang diekspor Indonesia 90,68 96,24 persen merupakan jenis teh hitam sedangkan sisanya 3,76 9,32 persen merupakan teh hijau. Hal ini disebabkan karena sekitar 71 persen jenis teh hitam mendominasi distribusi produksi teh dunia, sedangkan teh hijau lebih banyak diproduksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut BPS (2006), teh Indonesia diekspor ke berbagai negara tujuan. Pada tahun 2004 tercatat tidak kurang dari 74 negara dan pada tahun 2005 tercatat 59 negara yang jadi pangsa pasar teh Indonesia. Penurunan pangsa pasar ekspor Indonesia di dunia juga terkait dengan perkembangan posisi pangsa pasar ekspor teh Indonesia di dunia yang mengalami penurunan. Menurut Penelitian Bank Dunia (2004), stagnasi pertumbuhan ekspor Indonesia disebabkan oleh empat faktor, antara lain: (i) biaya yang lebih tinggi menjadikan ekspor Indonesia lebih mahal dibandingkan para pesaingnya; (ii) lemahnya iklim usaha menghambat investasi dalam industri ekspor; (iii) rendahnya akses terhadap kualitas dan kuantitas prasarana yang memadai,

mengakibatkan inefisiensi perdagangan, dan (iv) munculnya negara-negara pesaing, seperti Vietnam dan Cina, sebagai ancaman terhadap produk-produk ekspor utama Indonesia. Perkembangan pasar komoditi teh internasional tidak terlepas dari pertumbuhan ekspor produk teh. Komoditi teh yang dimaksud didasarkan pada data COMTRADE dengan kode HS 090210 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090220 (Teh hijau dikemas 3kg); HS 090230 (Teh hitam dikemas 3kg); HS 090240 (teh hitam dikemas 3 kg). Pemilihan kode HS tersebut didasarkan pada perbedaan negara tujuan ekspor dari masing-masing kode HS. Tabel 15. Pangsa Pasar Komoditi Teh Hijau HS 090210 Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %) Negara Pangsa Pasar (%) 2001 2002 2003 2004 2005 Sri Lanka 3,19 3,09 3,70 4,05 3,90 India 0,58 0,44 0,93 0,86 0,51 Kenya 0,05 0,03 0,48 1,18 0,75 Cina 59,74 55,17 55,64 54,43 55,95 Indonesia 1,02 1,14 0,62 2,18 6,11 Argentina 0,004 0,006 0,006 0,01 0,02 Tanzania 0,01 0,02 0,003 0,008 0,008 Uganda 0,38 0,60 0,12 0,49 0,42 Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) (diolah), 2007 Perkembangan pangsa pasar ekspor teh hijau HS 090210 Indonesia di dunia tahun 2001 sampai 2005 cenderung meningkat. Pada tahun 2003 Indonesia hanya mampu menguasai pangsa pasar dunia dengan memperoleh 0,62 persen dimana pangsa pasar Indonesia pada tahun tersebut merupakan pangsa pasar yang terendah selama lima tahun terakhir. Pangsa pasar tertinggi diraih Indonesia pada tahun 2005 sebanyak 6,11 persen. Penguasa pangsa pasar tertinggi untuk komoditi teh hijau HS 090210 adalah negara Cina dimana negara tersebut menguasai hampir 50 persen pangsa pasar teh hijau dunia. Perkembangan pangsa pasar teh 61

hijau negara Cina selama lima tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Hal ini merupakan peluang bagi Indonesia agar bisa meningkatkan pangsa pasar teh hijau HS 090210 di dunia. Perkembangan pangsa pasar teh hijau Indonesia komoditi HS 090220 dari tahun 2001 sampai tahun 2005 dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Pangsa pasar terendah diraih Indonesia pada tahun 2005 dengan pangsa pasar hanya sebesar 0,45 persen. Pada tahun 2001 pangsa pasar Indonesia untuk komoditi teh hijau HS 090220 sebesar 2,81 persen, dimana nilai pangsa pasar tersebut merupakan pangsa pasar tertinggi yang dapat dicapai Indonesia selama lima tahun terakhir. Pangsa pasar tertinggi untuk komoditi HS 090220 diraih oleh negara Cina, dimana negara Cina menguasai lebih dari 70 persen pangsa volume ekspor di dunia. Perkembangan pangsa pasar teh hijau HS 090220 negara Cina selama periode 2001-2005 cenderung berfluktuasi. Ketidakstabilan pangsa pasar ini merupakan peluang bagi Indonesia agar dapat meningkatkan pangsa pasarnya di dunia. Tabel 16. Pangsa Pasar Komoditi Teh Hijau HS 090220 Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %) Negara Pangsa Pasar (%) 2001 2002 2003 2004 2005 Sri Lanka 0,06 0,14 0,21 0,36 0,39 India 0,32 0,82 1,14 1,13 1,99 Kenya 0,004 0,001 0,19 0,11 0,12 Cina 81.56 77,69 82,89 86,13 77,18 Indonesia 2,81 2,26 1,4 0,54 0,45 Argentina 0,17 0,16 0,22 0,46 0,37 Tanzania 0,03 0,06 1,6 1,83 1,68 Uganda 0,04 0,26 0,004 0,11 0,19 Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) (diolah), 2007 62

Perkembangan pangsa pasar komoditi teh hitam Indonesia HS 090230 selama tahun 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke tahun. Pangsa pasar tertinggi di raih Indonesia pada tahun 2005 dengan pangsa pasar sebesar 5,60 persen, sedangkan pangsa pasar terendah terjadi pada tahun 2001 dan 2003 dengan pangsa pasar sebesar 0,16 persen. Peningkatan pangsa pasar ekspor teh hitam HS 090230 ini merupakan angin segar bagi Indonesia dan harus tetap ditingkatkan agar Indonesia bisa meningkatkan keberadaannya sebagai eksportir kelima terbesar di dunia. Tabel 17. Pangsa Pasar Komoditi Teh Hitam HS 090230 Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %) Negara Pangsa Pasar (%) 2001 2002 2003 2004 2005 Sri Lanka 32,34 32,39 33,33 28,88 33,90 India 19,37 12,61 11,51 9,72 7,62 Kenya 0,11 0,11 0,09 0,01 0,03 Cina 1,20 1,36 1,32 1,20 1,98 Indonesia 0,16 0,19 0,16 4,82 5,60 Argentina 0,06 0,05 0,04 0,04 0,07 Tanzania 0,008 0,06 0,008 0,12 0 Uganda 2,28 2,73 0,68 2,70 1,59 Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) (diolah), 2007 Perkembangan pangsa pasar komoditi teh hitam Indonesia HS 090240 selama tahun 2001 sampai tahun 2005 cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya. Pangsa pasar terendah terjadi pada tahun 2005 dimana pangsa pasarnya hanya sebesar 3,65 persen. Pangsa pasar tertinggi diraih oleh Indonesia pada tahun 2003 dengan pangsa pasar sebesar 5,83 persen. Peraih pangsa pasar tertinggi untuk komoditi teh hitam HS 090240 adalah negara Sri Lanka dan Kenya. Kedua negara tersebut menguasai pangsa pasar komoditi teh hitam HS 090240 lebih dari 20 persen terhadap penguasaannya di seluruh dunia. Namun, kedua negara ini perkembangannya selama periode 2001-2005 cenderung berfluktuasi. Hal ini 63

merupakan peluang bagi Indonesia agar dapat meningkatkan penguasaan pangsa pasar ekspor teh hitam HS 090240 di dunia. Tabel 18. Pangsa Pasar Komoditi Teh Hitam HS 090240 Sri Lanka, India, Kenya, Cina, Indonesia, Argentina, Tanzania dan Uganda Tahun 2001-2005 (dalam %) Negara Pangsa Pasar (%) 2001 2002 2003 2004 2005 Sri Lanka 26,67 31,45 24,81 26,99 38,05 India 12,22 18,05 15,03 16,90 24,15 Kenya 29,61 11,09 30,87 27,50 25,53 Cina 6,12 6,86 5,12 5,17 7,15 Indonesia 6,08 7,60 5,83 3,81 3,65 Argentina 2,72 3,14 2,15 2,34 3,63 Tanzania 1,85 2,29 1,40 1,50 1,84 Uganda 0,67 0,71 0,15 0,62 1,40 Sumber: UN Commodity Trade Statistics Database (COMTRADE) (diolah), 2007 64