SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN 4. Investasi permanen disajikan sebesar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. audit, hal ini tercantum pada bagian keempat Undang-Undang Nomor 15 Tahun

NTT Raih WTP, Ini Untuk Pertama Kalinya

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BPK Memberikan Opini WDP untuk LKPD TA 2014 Pemprov NTT

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat siang dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

Kepala Auditorat V.A

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

SELAYANG PANDANG BPK PERWAKILAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

Kepada Yang Terhormat. Wakil Ketua II DPRD dan Wakil Bupati Jayawijaya. Dan Undangan yang kami hormati

PEMERIKSAAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH OLEH BPK RI.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, maka wujud

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

-4- (2) Badan dipimpin oleh Kepala Badan berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

Kepada yang terhormat, Ketua DPRD dan Sekretaris Daaerah Kabupaten Kepulauan Yapen dan Undangan yang kami hormati

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DERAH

STRATEGI PENERAPAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

Assalamualaikum Wr, Wb Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI ATAS LAPORAN KEUANGAN TAHUN 2016 KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. pun berlaku dengan keluarnya UU No. 25 tahun 1999 yang telah direvisi UU No. 33 Tahun

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Para Hadirin yang berbahagia.

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN ANGGOTA V BPK RI

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

LAPORAN KEUANGAN DINAS TENAGA KERJA KOTA BANDUNG SEBELUM AUDIT

ANALISA TERHADAP OPINI DISCLAIMER BPK-RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT (LKPP) TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. yang dipisahkan pada perusahaan Negara/perusahaan daerah. Pemerintah Daerah memerlukan

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

Kepada yang terhormat, Wakil Ketua DPRD dan Bupati Biak Numfor dan Undangan yang kami hormati

BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

Pemerintah Kota Pagar Alam Jalan Laskar Wanita Mentarjo Komplek Perkantoran Gunung Gare

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. oleh Badan Pemeriksaan Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI). kewajaran dari laporan keuangan pemerintah yang telah diperiksa.

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

WALIKOTA MALANG PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 65 TAHUN TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENGELOLA KEUANGAN DAN ASET DAERAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan dapat dikemukakan kesimpulan sebagai

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) INSPEKTORAT KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG

BAB VI PENUTUP. maka ada beberapa kesimpulan yang digambarkan sebagai berikut: hubungannya dengan klien yang merupakan faktor-faktor penyebab

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pemeriksaan laporan keuangan/auditing secara umum adalah suatu proses

Disampaikan dalam Kunjungan Kerja Badan Anggaran DPRD Kabupaten Banyumas Jakarta, 6 Februari 2014

Transkripsi:

BPK RI Menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah TA 2012 Pada Kabupaten Lembata dan Manggarai Barat Kupang, Senin (23 September 2013) Dalam rangka memenuhi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang- Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan, Kepala Perwakilan BPK RI Provinsi NTT, B. Dwita Pradana menyerahkan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Tahun 2012 kepada Pemerintah Kabupaten Lembata dan Manggarai Barat di Kantor BPK RI Perwakilan Provinsi NTT di Kupang. LHP atas LKPD tersebut diterima oleh Ketua DPRD dan Bupati masing-masing Kabupaten dimaksud. Opini dan Permasalahan Yang Mempengaruhi Opini Laporan Keuangan Pemerintah Daerah TA 2012 Pemeriksaan atas Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah ditujukan untuk memberikan opini atas kewajaran Laporan Keuangan Pemerintah Daerah dengan memperhatikan kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan efektivitas sistem pengendalian intern. Sampai dengan saat ini, BPK telah menyelesaikan pemeriksaan laporan keuangan pemerintah daerah atas 21 entitas dari 22 entitas di wilayah Provinsi NTT, termasuk Pemerintah Kabupaten Lembata dan Manggarai yang menerima Laporan Hasil Pemeriksaan BPK pada hari ini. Opini atas LKPD TA 2012 pada Kabupaten Lembata dan Manggarai Barat adalah Wajar Dengan Pengecualian. Hal yang menjadi Pengecualian adalah sbb: Kabupaten Lembata 1. Pemerintah Kabupaten Lembata belum mempertanggungjawabkan panjar sebesar Rp798.589.610,00; 2. Sisa kas di Bendahara pengeluaran berupa sisa UUDP TA 2005 dan 2006 sebesar Rp1.046.517.276,00 tidak berupa kas lancar 3. Pemerintah kabupaten Lembata belum melakukan inventarisasi dan konfirmasi kepada penerima dana bergulir 4. Pemerintah Kabupaten Lembata menyajikan nilai penyertaan modal tanpa didukung dengan laporan keuangan perusahaan daerah yang telah diaudit Kabupaten Manggarai Barat 1. Piutang pajak daerah sebesar Rp289.736.282,00 belum selesai diinventarisasi dan direkonsiliasi perkembangannya sampai dengan akhir tahun sehingga belum disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan; 2. Piutang retribusi daerah sebesar Rp237.726.622,00 belum selesai diinventarisasi dan direkonsiliasi perkembangannya sampai dengan akhir tahun sehingga belum disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan 3. Investasi non permanen dana bergulir sebesar Rp2.204.768.080,00 belum selesai diinventarisasi sampai dengan akhir tahun sehingga belum disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan;

4. Investasi permanen disajikan sebesar 5. Pemerintah Kabupaten Lembata belum Rp20.500.000.000,00 dimana nilai investasi sepenuhnya melakukan inventarisasi aset penyertaan modal pemerintah Kabupaten Manggarai tetap Barat pada PDAM Wae Mbeliling tidak didukung dengan status dan pengakuan komposisi penyertaan modal yang jelas serta belum berdasarkan laporan keuangan yang telah diaudit; 5. Aset tetap belum sepenuhnya didukung dengan proses inventarisasi berkala yang menyeluruh dan memadai. Laporan barang milik daerah pemerintah Kabupaten Manggarai Barat menyajikan 6 bidang tanah aset milik pihak lain yang belum jelas kepemilikannya serta 389 unit aset tetap dengan nilai sebesar Rp1,00 yang belum dinilai berdasar nilai wajarnya. Penguasaan dan pemanfaatan 5 unit bidang tanah oleh perorangan maupun instansi-instansi lain tidak didukung dengan dokumentasi yang memadai; 6. Aset lainnya sebesar Rp23.013.576.289,35 yang didalamnya termasuk minimal 138 unit aset tetap yang direklasifikasi ke aset lainnya belum selesai divalidasi secara menyeluruh sehingga masih terdapat aset tetap tersebut belum diketahui keberdaannya dan ditentukan pihak yang bertanggungjawab; 7. Belanja modal dimana terdapat indikasi kelebihan perhitungan pembayaran sebesar Rp1.082.022.086,44 atas biaya pelaksanaan pekerjaan swakelola Dinas Pekerjaan Umum; 8. Belanja barang, dimana terdapat kelebihan perhitungan pembayaran sebesar Rp1.007.377.666,00 atas biaya perjalanan dinas di 22 SKPD dan terdapat selisih realisasi belanja ATK dan penggandaan dengan jumlah yang dibayarkan di kuitansi pembayaran dengan jumlah sebenarnya sebesar Rp158.506.700,00

Status Pemantauan KNKD Posisi informasi Penyelesaian Kerugian Negara/Daerah per tanggal 31 Desember 2012 yaitu 1. Kabupaten Lembata telah menindaklanjuti 145 kasus senilai Rp8.722.554.422,34 dari 510 kasus sebesar Rp21.729.168.451,05. 2. Kabupaten Manggarai Barat telah menindaklanjuti 124 kasus senilai Rp1.961.233.819,56 dari kasus 382 senilai Rp12.996.455.747,95. Rencana Aksi Perbaikan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Untuk memperbaiki tata kelola dan tanggung jawab keuangan negara, Pemerintah Provinsi NTT telah menyusun rencana aksi atau tindak lanjut rekomendasi hasil pemeriksaan TA 2012. BPK juga mendorong Pemerintah Provinsi untuk melakukan perbaikan sistemik agar tidak terjadi temuan berulang, yaitu antara lain: 1. Memperbaiki sistem akuntansi dan pelaporan keuangan antara lain dengan melengkapi pedoman dan SOP pada semua SKPD dengan memperhatikan cash towards accrual menuju full accrual pada tahun 2014 dan secara tepat waktu sesuai PP. Nomor 71 tahun 2010. BPK juga mendorong agar Pemerintah Provinsi NTT menyusun laporan semester dan triwulan untuk direview oleh inspektorat; 2. Meningkatkan Sistem Informasi Keuangan Daerah yang berbasis komputer untuk penyusunan dan pelaporan LKPD secara terintegrasi serta sekaligus mendukung penerapan e-audit; 3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM pengelola keuangan daerah seperti Pejabat Pengelola Keuangan, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Penerimaan, dan Bendahara Barang pada SKPD. BPK juga mendorong Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk membuat pernyataan bahwa setiap SKPD telah mengelola APBD berdasarkan SPI dan menyusun Laporan Keuangan berdasarkan SAP; 4. Mendorong dan membangun penerapan Fraud Control System (Sistem Kendali Kecurangan) di setiap SKPD; 5. Menerapkan pemantauan TLRHP berpedoman pada Peraturan BPK No. 2 Tahun 2010 tentang Pemantauan Pelaksanaan Tindak Lanjut Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK; 6. Menerapkan penyelesaian kerugian negara/kerugian daerah berpedoman pada Peraturan BPK nomor 3 tahun 2007 tentang Tata Cara Penyelesaian Ganti Kerugian Negara Terhadap Bendahara. Percepatan Penerapan E-Audit BPK RI telah menetapkan Rencana Strategi (Renstra) 2011-2015. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menerapkan BPK Sinergi untuk memperkuat proses monitoring pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, yang diwujudkan kedalam sebuah sistem yaitu e-audit. Inisiatif strategis 2.2 Rencana Implementasi Renstra BPK 2011-2015 bertujuan untuk mengembangkan dan menerapkan e-audit dalam rangka memfasilitasi proses pemeriksaan keuangan negara dan mewujudkan pembentukan pusat data pengelolaan dan tanggungjawab keuangan negara. Tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan e- Audit adalah untuk meningkatkan kinerja pemeriksaan yang terkait dengan keuangan negara/daerah. Sistem e-audit akan membentuk sinergi antara sistem informasi di BPK dengan sistem informasi yang dimiliki entitas pemeriksaan dengan menggunakan komunikasi data untuk secara sistematis

membentuk Pusat Data Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara di BPK. Penerapan e-audit sekaligus merupakan implementasi dari SPKN dan SPAP khususnya yang mengatur pemeriksaan dalam lingkungan sistem Informasi Komputer (SIK) (PSA No. 57-SA Seksi 335). Melalui penerapan e-audit, BPK akan mengumpulkan data elektronik dari entitas pemeriksaannya secara sistemik menggunakan saluran komunikasi data. Proses ini secara terstruktur akan membentuk Pusat Data pengelolaan keuangan negara di BPK. Data yang berasal dari entitas kemudian secara terstruktur diformulasikan sehingga dapat dibandingkan dan disandingkan dengan data dari entitas lainnya yang mempunyai keterkaitan. Melalui konsep keterkaitan ini maka Pemeriksa di BPK dapat melakukan analisis secara seketika atas suatu transaksi di satu entitas terhadap entitas lainnya yang memiliki keterkaitan transaksi bisnis. Kegiatan konsolidasi data yang berasal dari berbagai entitas dengan berbagai macam platform dan struktur data dikerjakan secara sistemik oleh aplikasi konsolidasi data. Aplikasi tersebut terdiri dari 2 komponen yaitu komponen Agen Konsolidator dan Master Konsolidator. Agen konsolidator terpasang diperangkat entitas sementara Master Konsolidator terpasang di data center BPK. Untuk keperluan konsolidasi data secara elektronik, entitas minimal harus mempersiapkan satu perangkat komputer yang dapat melakukan akses internet untuk dipasang Agen Konsolidator yang berfungsi sebagai pengirim data. Agen konsolidator dan Master Konsolidator adalah sepasang aplikasi yang berfungsi sebagai ETL (extract, transform, load) dari sumber data yang ada di database entitas ke pusat data BPK. Saluran yang digunakan adalah lewat internet maupun saluran komunikasi lain yang lebih ekonomis dan efisien. Sebagai bentuk pencapaian tujuan strategis yang telah dirumuskan dalam renstra 2011-2015 tersebut, BPK RI Perwakilan Provinsi NTT telah melakukan beberapa tahapan penerapan e-audit. Penerapan e-audit akan menjadi suatu kebutuhan pemeriksaan di masa yang akan datang, mengingat jumlah entitas pemeriksaan pada BPK RI Perwakilan Provinsi NTT sebanyak 22 Pemerintah Daerah. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Atas LKPD TA 2012 Sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan pasal 7 ayat (5), hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang telah diserahkan kepada DPR, DPD, dan DPRD dinyatakan terbuka untuk umum. Jawaban atau penjelasan kepada BPK tentang tindak lanjut atas rekomendasi BPK disampaikan selambat-lambatnya 60 (enam puluh) hari setelah laporan hasil pemeriksaan ini diterima, sebagaimana dimuat dalam pasal 20 ayat (3) UU tersebut. SUBBAGIAN HUKUM DAN HUMAS BPK RI PERWAKILAN NTT Informasi lebih lanjut: Sdr. Erwin Wahyutrianto, S.H. (Kasubag Hukum dan Humas BPK RI Perwakilan Provinsi NTT) Jl. W.J. Lalamentik, Kupang, Nusa Tenggara Timur Telp.(0380) 840600, Fax. (0380) 840601, Email : e.wahyutrianto@bpk.go.id