1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan mengekspresikan gagasan yang ada dalam pikirannya melalui sebuah karya sastra. Karya sastra disebut sebagai wujud gagasan dari kreativitas seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah. Sebagian besar sastra menampilkan gambaran kehidupan masyarakat (kenyataan sosial). Sastra lahir di tengah-tengah masyarakat, sehingga pada akhirnya sastra tetap melibatkan diri pada masyarakat. Salah satu bentuk karya sastra adalah novel. Novel merupakan karya sastra berbentuk prosa yang mengandung serangkaian cerita kehidupan atau dapat pula diartikan sebagai prosa naratif yang kompleks yang didalamnya terjadi konflikkonflik melalui suatu rangkaian peristiwa dalam latar yang spesifik, saling berhubungan satu sama lain dengan melibatkan sejumlah orang (tokoh atau karakter) karena dapat mengungkapkan perihal yang terjadi pada manusia oleh karena itu novel dapat juga disebut sebagai media karya sastra.
2 Novel dibangun melalui berbagai unsur pembangunnya yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut sengaja dipadukan pengarang dan dibuat mirip dengan dunia yang nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa didalamnya, sehingga nampak seperti sungguh ada dan terjadi. Unsur tersebut akan dijumpai secara faktual dalam membaca suatu karya sastra. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita. Kepaduan antara berbagai unsur intrinsik dalam sebuah karya sastra akan menciptakan suatu karya sastra yang bagus. Unsur inilah yang akan menyebabkan karya sastra (novel) hadir. Unsur intrinsik adalah unsur yang secara langsung membangun sebuah cerita, seperti tema, tokoh dan penokohan, alur, latar, sudut pandang, gaya bahasa dan amanat. Dalam suatu cerita fiksi tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita sama halnya seperti peristiwa dalam kehidupan sehari-hari manusia yang selalu diemban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu (Aminuddin, 2013: 79). Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa karya sastra dihasilkan oleh seorang pengarang, tetapi masalah-masalah yang diceritakan adalah masalah-masalah masyarakat pada umumnya. Kenyataan yang dicerminkan dalam karya sastra bukan hanya berupa peristiwa-peristiwa sosial saja namun, perilaku manusia juga merupakan masalah yang disorot para pengarang untuk disajikan kepada pembaca. Bahkan, karya sastra pada dasarnya tidak bisa melepaskan diri dari penggambaran tentang perilaku manusia itu sendiri. Oleh karena itu, sastra bisa dijadikan sarana untuk memahami perilaku manusia.
3 Analisis ini akan difokuskan pada unsur intrinsik, yaitu tokoh dan penokohan. Tokoh dalam karya sastra sama halnya dengan manusia dalam kehidupan seharihari disekitar kita, selalu memiliki watak-watak tertentu. Seringkali lewat tingkah laku kita dapat menentukan bagaimana perwatakannya, Dilihat dari watak yang dimiliki oleh tokoh, dapat dibedakan atas tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Aminuddin, 2013:85). Tokoh Protagonis merupakan tokoh yang wataknya disukai pembacanya. Biasanya, watak tokoh semacam ini adalah watak yang baik dan positif, seperti dermawan, jujur, rendah hati, pembela, cerdik, pandai, mandiri, dan setia kawan., sedangkan Tokoh Antagonis adalah tokoh yang wataknya dibenci pembacanya. Tokoh ini biasanya digambarkan sebagai tokoh yang berwatak buruk dan negative, seperti pendendam, culas, pembohong, menghalalkan segala cara, sombong, iri, suka pamer, dan ambisius. Perilaku agresif seringkali dilakukan manusia sebagai tanggapan atau reaksi terhadap rangsangan atau lingkungan sekitarnya, dengan adanya perilaku agresif sebagai tindakan yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menyebabkan kerugian pada orang lain, binatang, atau benda mati kita dapat dengan mudah menentukan watak yang dimiliki orang tersebut. Hal ini pun terkadang banyak terdapat dalam karya sastra yang berupa prosa fiksi (novel), perilaku agresif terkadang pula banyak ditunjukkan oleh pengarang pada tokoh-tokoh dalam ceritanya sebagai bentuk pernyataan kepada pembaca watak yang dimiliki para tokohnya. Dalam kehidupan sehari-hari, jarang ada orang yang mempunyai watak yang seluruhnya baik. Selain kebaikan, orang mempunyai kelemahan. Kelemahan inilah yang bisa menimbulkan perilaku agresif. Oleh karena itu, ada juga watak protagonis yang menggambarkan dua sisi kepribadian yang berbeda. misalnya,
4 ada tokoh yang mempunyai profesi sebagai pencuri. Ia memang jahat, tetapi ia begitu sayang kepada anak dan istrinya sehingga anak dan istrinya juga begitu sayang kepadanya. Perilaku tokoh protagonis yang mempunyai profesi sebagai pencuri tersebut menyatakan bahwa ia berperilaku agresif. Meskipun demikian, ada juga tokoh-tokoh antagonis yang bercampur dengan sifat-sifat yang baik. Contohnya, tokoh yang jujur, tetapi dengan kejujurannya itu justru mencelakakan temannya hal ini juga sama saja dengan menyatakan tokoh tersebut berprilaku agresif. Perilaku agresif yang dimiliki tokoh dalam sebuah cerita sama saja halnya dengan manusia dalam kehidupan sehari-hari, perilaku agresif yang tokoh lakukan tidak serta merta dilakukan tanpa alasan. Ketika tokoh melakukkan tindakan agresif pasti memiliki faktor-faktor penyebab yang mendorong mereka melakukan tindakan tersebut. Oleh karena itu dalam meneliti karya sastra dibutuhkan pula teori-teori di luar sastra untuk menginterpretasikan sebuah karya sastra. Teori-teori di luar sastra itu, misalnya psikologi. Salah satu alasan mengapa psikologi masuk ke dalam studi sastra adalah untuk mengetahui perilaku dan motivasi para tokoh dalam karya sastra yang langsung maupun tidak langsung mencerminkan perilaku dan motivasi manusia. Penulis tertarik meneliti perilaku agresif manusia yang muncul pada diri para tokoh dalam karya sastra karena menurut peniliti penting untuk kita mengetahui apa saja tindakan-tindakan agresif yang seringkali muncul pada tokoh-tokoh dalam novel sebagai cerminan sikap manusia yang sesungguhnya serta penyebab munculnya perilaku tersebut sehingga dapat pula mengetahui bagaimana cara untuk menanggualangi
5 permasalahan psikologis tersebut dengan cara yang lebih baik sehingga dapat dijadikan pembelajaran atau peneladanan kenyataan yang dialaminya. Meneliti perilaku agresif manusia dalam sebuah karya sastra memiliki kelebihan sebagai sarana dalam memahami perilaku manusia. Dalam karya sastra, kehidupan sehari-hari ditinjau oleh sastrawan dan diberi makna, diberi arti. Dengan demikian, pembaca mendapat segi-segi baru bagi kehidupan yang dikenalinya sehari-hari dari pandangan dan perenungan yang diberikan sastrawan. Begitu pula dalam kaitan dengan perilaku manusia, pembaca mendapatkan pemahaman lebih dari pandangan yang diberikan sastrawan. Sebelumnya, Edi Suyanto, Dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Lampung pada tahun 2012 pernah menulis buku yang berjudul Perilaku Tokoh dalam Cerpen Indonesia (Kajian Sosio-Psikosastra terhadap Cerpen Agus Noor dan Joni Ariadinata) yang dalam penelitiannya berdasarkan teori kepribadian Freud karya sastra dapat dijadikan kunci untuk memahami perilaku manusia sehingga dalam penelitian ini penulis merujuk kepada teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Penulis memilih novel Emak Aku Minta Surgamu Ya karya Taufiqqurahman Al- Azizy sebagai sumber data penelitian karena novel ini termasuk ke dalam jajaran novel bestseller. Kemunculan novel Emak Aku Minta Surgamu Ya mendapat tanggapan positif dari para penikmat sastra. Novel ini memuat kisah moral yang dikemas secara menarik oleh Taufiqqurahman Al-Azizy. Novel ini memberikan pesan moral, serta pelajaran hidup bagi pembaca melalui perkembangan watak para tokoh didalamnya.
6 Novel ini terbit pada tahun 2013 yang bercerita tentang kisah kedua kakak beradik yaitu pak Haris dan mak Ijah yang saling berebut sawah warisan orang tuanya. Mereka sama-sama tidak ingin mengalah. Kebencian di antara keduanya menurun pada anak-anak mereka. Terutama pada Nugroho anak kandung pak Haris. Nugroho adalah pemuda yang hidup berkecukupan yang dapat menikmati pendidikan hingga perguruan tinggi, sedangkan sepupunya Dimas anak kandung mak Ijah harus puas tinggal di sebuah gubuk dan putus sekolah. Keduanya bagaikan bumi dan langit. Nugroho amat membenci Dimas. Namun tidak demikian dengan Dimas. Sayangnya Nugroho menganggap Dimas munafik, sehingga keadaan semakin hari semakin buruk, sehingga keduanya jauh dari kata damai. Dalam novel ini penulis akan menganalisis perilaku agresif yang dilakukan oleh tiap tokoh kepada tokoh lain yang dibencinya. Novel Emak Aku Minta Surgamu Ya mengandung pesan bahwa hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan sehingga pembaca diajak untuk saling menghargai dan menyayangi sesama manusia dan menghilangkan sifat iri dengki terhadap sesama. Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMA, salah satu karya sastra yang diajarkan di SMA adalah novel. Karya sastra yang akan digunakan sebagai bahan ajar unsur-unsur intrinsik harus melalui proses pemilihan. Hal itu disebabkan semakin meningkatnya perkembangan karya sastra yakni semakin banyak karya sastra dengan kisah atau cerita yang beragam. Perlu diingat bahwa tidak semua karya sastra, khususnya novel baik untuk dibaca. Hal itu disebabkan tidak semua novel mengandung nilai pendidikan, agama, moral, sosial, dan budaya. Karya-karya sastra yang akan digunakan sebagai bahan
7 ajar unsur-unsur intrinsik harus memiliki faedah, misalnya faedah bagi pendidikan, seperti membantu meningkatkan keterampilan berbahasa dan lainlain. Tokoh dan Penokohan sangat erat hubungannya dengan mata pelajaran sastra Indonesia di sekolah. Tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia secara umum salah satunya yaitu siswa mampu memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi pengetahuan untuk menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah. Tujuan pembelajaran ini dikatakan berhasil apabila siswa mampu menerapkan hal-hal yang tercantum dalam tujuan pembelajaran tersebut. Pengalaman peneliti saat menjadi siswa di SMA, pengetahuan siswa tentang perilaku agresif tokoh dalam sebuah novel tergolong kurang dan minat belajar mereka rendah. Adapun Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas X pada Silabus Kurikulum 2013 di tingkat SMA yang berkaitan dengan kajian yang dilakukan oleh peneliti yaitu KI 3 (Kompetensi Inti) yaitu memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah dengan Kompetensi Dasar (Kemampuan Bersastra) 3.7 Mengidentifikasi tema, amanat, tokoh, alur,
8 latar, sudut pandang, amanat, dan tema cerita hikayat yang disampaikan secara langsung atau melalui rekaman.. Dalam penelitian ini, peneliti memilih menganalisis perilaku agresif tokoh utama yang terdapat dalam novel Emak Aku Minta Surgamu Ya... karya Taufiqqurahman Al-Azizy yang bertujuan memberikan pengetahuan secara faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif. Terkait dengan pembelajaran sastra di sekolah, kegiatan menganalisis perilaku agresif tokoh dalam novel bertujuan mendidik siswa. Dengan menganalisis perilaku agresif tokoh diharapkan siswa mampu memetik pelajaran untuk mengahadapi permasalahan hidup dengan cara yang baik dan membantu mengembangkan kepribadiannya sehingga tujuan pembelajaran menurut Rahmanto (1988: 5), yakni menunjang pembentukan watak dapat terwujud. Oleh karena itu pengajaran sastra di sekolah diharapkan dapat memberikan sumbangan yang maksimal untuk pendidikan secara utuh. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh apabila cakupannya meliputi empat manfaat, yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16). Berdasarkan uraian di atas, penulis hendak meneliti perilaku agresif tokoh utama pada novel Emak Aku Minta Surgamu Ya karya Taufiqqurahman Al-Azizy dan kelayakannya sebagai bahan ajar di SMA.
9 1.2 Rumusan Masalah Mengingat tokoh dalam novel Emak Aku Minta Surgamu Ya.. karya Taufiqqurahman Al-Azizy cukup banyak, dalam hal ini peneliti membatasi khusus pada tokoh utama saja. Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimanakah perilaku agresif tokoh utama dalam novel Emak Aku Minta Surgamu Ya.. karya Taufiqqurahman Al-Azizy dan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan perilaku agresif tokoh utama dalam novel Emak Aku Minta Surgamu Ya.. karya Taufiqqurahman Al-Azizy dan mendeskripsikan kelayakannya sebagai bahan ajar sastra di SMA. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat (a) memberikan gambaran, wawasan, dan pengetahuan bagi pembaca tentang perilaku agresif tokoh, (b) memberikan informasi bagi pembaca tentang perilaku agresif yang dilakukan tokoh dalam novel, (c) penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat secara akademis, yaitu dapat menambahkan refrensi penelitian di bidang kesastraan khususnya analisis perilaku agresif tokoh dalam novel dan (d) membantu guru bidang studi Bahasa Indonesia untuk mencari alternatif bahan pembelajaran sastra, khususnya di tingkat SMA.
10 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencangkup hal-hal sebagai berikut: 1. Subjek dalam penelitian ini adalah novel Emak Aku Minta Surgamu Ya karya Taufiqqurahman Al-Azizy 2. Fokus dalam penelitian ini adalah perilaku agresif tokoh utama dan kelayakan novel Emak Aku Minta Surgamu Ya karya Taufiqqurahman Al-Azizy terhadap pembelajaran sastra di SMA..