KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ujang Muhaemin A, 2015

I. PENDAHULUAN. Potensi perairan pantai Indonesia yang cukup luas adalah merupakan

PENGUMUMAN RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG / JASA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN PATI TAHUN ANGGARAN 2013 Jl. Panglima Sudirman No.

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

BAB I PENDAHULUAN. telah mendapat prioritas utama dalam pembangunan nasional karena. pembangunan ekonomi diharapkan dapat menjadi motor penggerak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

PENDEDERAN IKAN PATIN DI KOLAM OUTDOOR UNTUK MENGHASILKAN BENIH SIAP TEBAR DI WADUK MALAHAYU, BREBES, JAWA TENGAH

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

PEMBESARAN BANDENG DI KERAMBA JARING APUNG (KJA)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Petani rumput laut yang kompeten merupakan petani yang mampu dan menguasai

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas PT. Agung Sumatera Samudera Abadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII. ARAHAN PENGELOLAAN KEGIATAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

I. PENDAHULUAN , , ,99. Total PDRB , , ,92

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

kumulatif sebanyak 10,24 juta orang (Renstra DKP, 2009) ikan atau lebih dikenal dengan istilah tangkap lebih (over fishing).

DRAFT REKOMENDASI KEBIJAKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

I. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di

PENGEMBANGAN DODOL WORTEL DESA GONDOSULI KECAMATAN TAWANGMANGU KABUPATEN KARANGANYAR

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas perairan yang di dalamnya terdapat beraneka kekayaan laut yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

I. PENDAHULUAN. budidaya perikanan, hasil tangkapan, hingga hasil tambaknya (Anonim, 2012).

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

PERKEMBANGAN KEGIATAN PERIKANAN IKAN BANDENG PADA KERAMBA JARING TANCAP DI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1 dan Bisnis disektro Kelautan [10 Februari 2009].

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

B A B I V U r u s a n P i l i h a n K e l a u t a n d a n P e r i k a n a n URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. bisnis ikan air tawar di dunia (Kordi, 2010). Ikan nila memiliki keunggulan yaitu

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

PENDEDERAN IKAN BERONANG (Siganus guttatus) DENGAN UKURAN TUBUH BENIH YANG BERBEDA

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Arah kebijakan pembangunan pertanian yang dituangkan dalam rencana

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I PENDAHULUAN Latar Belakang

VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat

PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDI DAYA IKAN, DAN PETAMBAK GARAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DALAM KONSEP MINAPOLITAN

PERANCANGAN PROGRAM. 6.5 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lampung Barat

a. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.

PEDOMAN UMUM INDUSTRIALISASI KELAUTAN DAN PERIKANAN

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.

KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09

Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.

PENDAHULUAN Latar Belakang

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 AKSELERASI SISTEM INOVASI TEKNOLOGI PENGOLAHAN HASIL DAN ALSINTAN DALAM RANGKA MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN

BAB VI INDIKATOR KINERJA YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

KEPMEN NO. 96 TH 1998

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) KONDISI TERKINI BUDIDAYA IKAN BANDENG DI KABUPATEN PATI, JAWA TENGAH Septyan Andriyanto Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540 E mail: septian08@yahoo.com ABSTRAK Ikan bandeng selain berfungsi sebagai komoditas ekspor yang mampu mendatangkan devisa negara, juga berperan penting sebagai penggerak perekonomian rakyat di daerah pesisir. Kabupaten Pati sebagai salah satu sentra produksi ikan bandeng di Provinsi Jawa Tengah, kerap mengalami permasalahan terkait kontinuitas produksi, serta pemasaran hasil budidayanya. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun informasi terkait kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati yang meliputi: potensi lahan budidaya, status teknis budidaya, produktivitas, dan pemasaran, serta permasalahan dan solusi yang diperlukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi lahan budidaya di Kabupaten Pati yang tersebar cukup luas pada beberapa kecamatan, dan terbagi menjadi lahan budidaya ikan bandeng di tambak air payau dan tambak air tawar. Sedangkan teknologi budidaya yang umum diterapkan oleh pembudidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati masih menggunakan pola tradisional dan tradisional plus. Meskipun terjadi kenaikan produksi setiap tahunnya namun belum mampu memenuhi kebutuhan pasar di luar wilayah Kabupaten Pati. Pemasaran produk ikan bandeng hasil budidaya sebagian besar dijual di pasarpasar lokal untuk memasok pengolah ikan yang berada di sekitar Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Permasalahan yang umum dihadapi para pembudidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati meliputi permodalan, teknologi budidaya, harga pakan, pemasaran, serta diversifikasi produk olahan bagi pengolah ikan bandeng. Sehingga beberapa solusi yang bisa dilakukan di antaranya dengan penyediaan Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM), penyempurnaan teknik budidaya, penyediaan dan pembenahan pasar, diversifikasi produk olahan ikan bandeng, serta penyediaan sarana pendukung lainnya. Kondisi terkini budidaya ikan bandeng dilihat dari beberapa aspek budidaya dan peningkatan produksi, serta pemasarannya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, memerlukan sentuhan teknologi budidaya yang aplikatif disertai kerja sama yang komprehensif antar pemerintah pusat dan daerah dengan masyarakat pembudidaya ikan bandeng. KATA KUNCI : ikan bandeng (Chanos chanos), budidaya, Kabupaten Pati, Jawa Tengah PENDAHULUAN Ikan bandeng merupakan salah satu jenis ikan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, dikarenakan mempunyai rasa daging yang enak dan harga yang terjangkau. Oleh karena itu, ikan bandeng mempunyai andil yang cukup besar bagi peningkatan gizi masyarakat. Ikan bandeng merupakan komoditas perikanan yang relatif mudah dibudidayakan dan teknologinya telah mapan di masyarakat, memiliki nilai pilihan konsumen yang tinggi, serta tahan terhadap perubahan lingkungan yang ekstrim (Sudradjat et al., 2011). Kegiatan budidayanya sudah dikenal masyarakat sekitar abad ke-14 yang dimulai dengan budidaya secara tradisional di tambak pasang surut (BBPPBL, 2011). Berdasarkan manfaat yang diperoleh, menjadikan ikan bandeng sebagai komoditas ekspor yang mampu mendatangkan devisa negara, selain juga berperan penting sebagai penggerak perekonomian rakyat di daerah pesisir. Strategi pembangunan perikanan tetap diarahkan pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani/ pembudidaya dan nelayan. Dalam rangka pencapaian strategi tersebut, maka industri ikan bandeng merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling berinteraksi dalam suatu sistem agribisnis. Melihat hal ini, prospek ikan bandeng cukup cerah 139

Media Akuakultur Volume 8 Nomor 2 Tahun 2013 dalam perkembangan agribisnis dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun internasional (Puslitbangkan, 1994). Beberapa opsi kebijakan strategis dalam pengembangan bisnis budidaya bandeng di antaranya: (1) bantuan pasar agar harga ditingkat pembudidaya masih memberikan keuntungan yang memadai; (2) mengurangi sistem ijon di tingkat produsen sehingga produsen memiliki (posisi tawar) terhadap harga; (3) sertifikasi benih untuk penyediaan benih berkualitas sehingga harga mampu bertahan pada tingkat yang menguntungkan, dan akan memacu produksi nener bermutu; (4) ditingkat pemerintah daerah perlu adanya kebijakan lokal untuk tetap mengembangkan budidaya ikan bandeng sebagai komoditas unggulan di kabupaten-kabupaten yang memiliki karakteristik pengembangan yang sesuai; (5) pembinaan dan pelatihan sebaiknya diperbanyak dan lebih spesifik ditujukan bagi para pembudidaya (bukan para petugas perikanan saja), sehingga penambahan wawasan dan inovasi budidaya bandeng berwawasan lingkungan semakin berkembang; dan (6) program diversifikasi produk ikan bandeng menjadi produk yang mempunyai nilai tambah perlu dikembangkan di daerah tertentu (Hanafi et al., 2011). Berdasarkan data statistik perikanan budidaya Indonesia menunjukkan bahwa produksi ikan bandeng di Provinsi Jawa Tengah dari hasil budidaya di tambak pada tahun 2011 mencapai 64.305 ton dengan nilai produksi Rp 643.052.700.000,-. Produksi tersebut mengalami peningkatan hingga 214,69% jika dibandingkan dengan produksi ikan bandeng pada tahun 2002 yaitu 29.953 ton (Ditjenkanbud, 2012). Melihat tren peningkatan produksi ikan bandeng setiap tahunnya, maka dibutuhkan usaha maksimal untuk memproduksi bandeng konsumsi yang mampu memenuhi kebutuhan pasar nasional maupun internasional. Kabupaten Pati sebagai salah satu sentra produksi ikan bandeng terbesar di Provinsi Jawa Tengah, kerapkali mengalami permasalahan pada kontinuitas produksi, pemasaran hasil, serta aspek lingkungan. Dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas ikan bandeng di Kabupaten Pati, diperlukan sentuhan teknologi budidaya yang aplikatif disertai kerja sama yang komprehensif antar pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat pembudidaya. Penelitian ini bertujuan untuk menghimpun informasi terkait kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati yang meliputi: potensi lahan budidaya, status teknis budidaya, produktivitas, dan pemasaran, serta permasalahan dan solusi yang diperlukan. METODOLOGI Kegiatan penelitian dilakukan pada beberapa kecamatan sentra produksi ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah, yaitu Kecamatan Batangan, Kecamatan Juwana, dan Kecamatan Wedarijaksa. Data dan informasi diperoleh melalui wawancara langsung dengan stakeholder yang terdiri atas pembudidaya, dinas terkait, penyalur, dan penyedia benih. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari laporan kegiatan kelompok pembudidaya, laporanlaporan dinas perikanan, serta studi pustaka. Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN BAHASAN Potensi Lahan Lahan budidaya bandeng di Kabupaten Pati terbagi menjadi tambak air payau dan tambak air tawar. Total keseluruhan tambak untuk budidaya air payau yang telah dimanfaatkan seluas 10.406,047 ha (Tabel 1; Gambar 1). Luas tambak untuk budidaya air tawar sebesar 1.000 ha, dan hanya 275 ha yang telah dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya. Potensi lahan budidaya ikan bandeng pada tambak Tabel 1. Potensi lahan budidaya ikan bandeng pada tambak air payau dan air tawar di Kabupaten Pati Lokasi Air payau Luas lahan (ha) Lokasi Kecamatan Dukuhseti 1.317,037 Kecamatan Kayen Kecamatan Tayu 818,020 Kecamatan Gabus Kecamatan Margoyoso 1.430,159 Kecamatan Trangkil 1.199,081 Kecamatan Wedarijaksa 767,631 Kecamatan Juwana 3.263,952 Kecamatan Batangan 1.610,167 Air tawar Luas lahan (ha) 200 75 140

Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) Gambar 1. Tambak pembesaran bandeng di Kecamatan Juwana Kabupaten Pati (kiri), dan kolam pengelondongan benih bandeng (kanan) air payau dan air tawar di Kabupaten Pati yang tersebar di sembilan kecamatan (Tabel 1). Pemanfaatan lahan tambak di Kabupaten Pati, masyarakat menggunakan sekitar 70% lahannya untuk tambak dan 30% sisanya untuk pematang dan peruntukan lainnya (Prasetio et al., 2010). Status Budidaya, Produksi, dan Pemasaran Potensi lahan pertambakan yang dimiliki Kabupaten Pati tersebar pada beberapa kecamatan, jika potensi tersebut dikelola secara baik dapat berpeluang untuk menjadi sentra produksi ikan bandeng khususnya di Provinsi Jawa Tengah. Namun untuk merealisasikan hal tersebut perlu dukungan aplikasi teknologi budidaya bandeng secara intensif, karena umumnya teknik budidaya yang diterapkan pembudidaya di Kabupaten Pati masih menggunakan pola tradisional dan tradisional plus. Keragaan budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati diperoleh informasi sumber benih berasal dari Bali dan Jawa Timur dengan padat tebar yang digunakan sebesar 8.000-10.000 ekor/ha. Menurut Sudradjat et al. (2011), sejalan dengan perkembangan teknologi budidaya ikan bandeng yang telah lama dilakukan masyarakat Indonesia, baik yang dilakukan oleh masyarakat umum, pengusaha, dan lembaga penelitian, maka budidaya ikan bandeng di Indonesia dikenal adanya beberapa sistem usaha budidaya, yaitu sistem budidaya tambak tradisional, sistem budidaya tambak tradisional plus, sistem budidaya tambak intensif, sistem modular, dan sistem keramba jaring apung. Produksi bandeng di Kabupaten Pati secara umum berada pada kisaran 700-1.250 kg/ha. Berdasarkan data Dinas Perikanan Kabupaten Pati diketahui produksi bandeng mencapai 84.179.916 kg yang berasal dari hasil budidaya bandeng di tambak air payau sebesar 83.383.998 kg (Gambar 2) dan budidaya tambak air tawar sebesar 795.918 kg (Gambar 3). Nilai produksi ikan bandeng hasil budidaya cukup tinggi mencapai total Rp 868.176.804.000,- yang berasal dari produksi bandeng air payau sebesar Rp 860.183.805.000,- serta bandeng air tawar sebesar Rp 7.992.999.000,- (Gambar 2 dan 3). Berdasarkan data tahunan produksi dan nilai produksi ikan bandeng (tahun 2009 sampai dengan bulan September Tahun 2012) di Kabupaten Pati memperlihatkan adanya kenaikan produksi tiap tahunnya. Hal ini mengindikasikan peningkatan kebutuhan akan produk bandeng segar maupun olahan dari tahun ke tahun, sehingga menjadikan budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah menjadi salah satu prospek usaha yang menjanjikan jika dilakukan secara baik serta kontinuitas produknya terjaga. Pemasaran produk ikan bandeng hasil budidaya di Kabupaten Pati sebagian besar dijual di pasar-pasar lokal, seperti di Pasar Juwana, dalam bentuk segar untuk dikonsumsi maupun untuk dijual kembali. Selain itu, hasil produksi budidayanya juga diperuntukkan untuk memasok pengolah ikan yang berada di sekitar Kabupaten Pati, Jawa Tengah. 141

Media Akuakultur Volume 8 Nomor 2 Tahun 2013 300.150.000 30.000.000 250.150.000 25.000.000 200.150.000 20.000.000 150.150.000 100.150.000 50.150.000 150.000 Nilai produksi (x Rp 000,-) Produksi (kg) 15.000.000 10.000.000 5.000.000 - Gambar 2. Produksi dan nilai produksi ikan bandeng hasil budidaya tambak air payau di Kabupaten Pati, Jawa Tengah 2009 2010 2011 2012 Tahun 3.150.000 300.000 2.650.000 250.000 2.150.000 200.000 1.650.000 1.150.000 650.000 150.000 Nilai produksi (x Rp 000,-) Produksi (kg) 150.000 100.000 50.000 - Gambar 3. Produksi dan nilai produksi ikan bandeng hasil budidaya tambak air tawar di Kabupaten Pati, Jawa Tengah 2009 2010 2011 2012 Tahun Permasalahan dan Solusi yang Diperlukan Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh para pembudidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati meliputi: permodalan, teknologi budidaya (kualitas benih, kualitas air, lahan, dan saluran), harga pakan, pasar dan pemasaran, serta diversifikasi produk olahan. Permodalan Modal bagi pembudidaya bandeng di Kabupaten Pati merupakan suatu masalah utama yang menyebabkan sulit untuk bisa mengembangkan usahanya menjadi skala usaha yang besar. Penyediaan Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) perlu lebih digiatkan dengan persyaratan yang tidak memberatkan pembudidaya. Hal tersebut dapat dilakukan melalui rekomendasi dari dinas perindustrian dan dinas perikanan setempat. Teknologi Budidaya Teknologi budidaya yang diterapkan umumnya masih menerapkan teknologi tradisional dan belum banyak yang melaksanakan pola intensif. Perlu dilakukan penyempurnaan teknik budidaya dengan meningkatkan fungsi penyuluhan, pendampingan, serta dempon ataupun demplot. Kualitas benih menjadi permasalahan dikarenakan lambatnya pertumbuhan ikan bandeng, hal ini disinyalir karena mutu benih yang digunakan kurang baik. Sehingga dukungan benih unggul hasil produk institusi penelitian dan Unit Pembenih Rakyat (UPR) yang telah mendapat sertifikat sangat diperlukan, melalui pengadaan, serta pengelolaan induk yang baik untuk menghasilkan benih unggul dalam jumlah yang besar serta kontinu. Kondisi kualitas air yang digunakan dalam budidaya telah jauh menurun dengan banyaknya cemaran baik yang berasal dari industri, limbah pencucian kapal di tengah laut, ataupun tumpahan minyak/ 142

Kondisi terkini budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Septyan Andriyanto) solar. Selain itu, pengelolaan tanah dan air umumnya tidak dilaksanakan secara optimal dikarenakan tidak berfungsinya saluran air akibat terjadinya pendangkalan saluran. Sehingga diperlukan penetapan peraturan daerah serta sanksi tegas bagi industri yang membuang limbahnya dan berpotensi mencemari perairan sekitar, normalisasi saluran tambak dengan dukungan dari pemerintah daerah dan partisipasi Pokdakan dalam pemeliharaan saluran secara swadaya, serta penggunaan perahu modifikasi pengaduk lumpur saluran tambak untuk merawat saluran. Harga Pakan Masyarakat pembudidaya ikan seringkali mengeluh akan tingginya harga pakan yang mereka gunakan, sehingga secara perhitungan ekonomi selisih antara biaya operasional dengan harga jual ikan sudah tidak memadai lagi, mengakibatkan keuntungan yang diterima sangat tipis. Pengembangan industri pakan skala rumah tangga dengan memanfaatkan bahan baku lokal diperlukan untuk mengatasi tingginya harga pakan. Pasar dan Pemasaran Terbatasnya penyerapan pasar mengakibatkan harga menjadi jenuh, di mana ketika produksi melimpah sering terjadi penurunan harga dan di sisi lain biaya produksi tidak bisa ditekan. Perlu adanya penstabil harga bandeng berupa gudang atau cold storage yang mampu menampung bandeng saat produksi melimpah. Penyediaan cold storage yang dikelola secara profesional baik oleh pihak swasta maupun pemerintah, akan sangat bermanfaat terutama saat produksi ikan bandeng berlimpah di musim panen raya. Penyediaan pasar lokal dengan fasilitas memadai baik ruang, wadah, dan sarana pendukung lain seperti: ketersediaan es dan kelancaran transportasi dengan dukungan pemda setempat. Selain itu, untuk penyaluran produk hasil olahan perlu disediakan pasar khusus sebagai tempat penjualan produk olahan sekaligus tempat promosi. Diversifikasi Produk Olahan Terbatasnya pengetahuan pembudidaya tentang pengolahan bandeng juga merupakan masalah yang banyak dihadapi. Oleh karena itu, dirasakan perlu adanya pelatihan dari institusi pascapanen yang berkoordinasi dengan dinas perindustrian dan dinas perikanan setempat, dalam bidang pengolahan bandeng bagi baik pembudidaya maupun pengolah. Selain itu, agar produk hasil budidaya bandeng dapat terserap optimum dapat dilakukan dengan peningkatan jumlah pengusaha pengolah ikan bandeng serta dengan peningkatan peran koperasi yang bekerja sama dengan pihak bank, juga melalui promosi dari ahli gizi yang berkoordinasi dengan dinas terkait setempat dalam rangka peningkatan pola makan ikan bandeng di Kabupaten Pati. Dari pemasalahan tersebut maka beberapa rekomendasi yang bisa digunakan dalam rangka peningkatan produksi dan produktivitas budidaya ikan bandeng di Kabupaten Pati meliputi beberapa aspek di antaranya: penyediaan Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM), penyempurnaan teknik budidaya, penyediaan dan pembenahan pasar, diversifikasi produk olahan ikan bandeng, serta penyediaan sarana pendukung lainnya. PENUTUP Kondisi terkini budidaya ikan bandeng dilihat dari beberapa aspek yang meliputi potensi lahan budidaya, teknis budidaya, produksi/produktivitas, pemasaran, permasalahan dan solusi yang diperlukan, serta dalam rangka peningkatan produksi dan pemasarannya di Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Secara keseluruhan memerlukan sentuhan teknologi budidaya yang aplikatif disertai kerja sama yang komprehensif antar pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat pembudidaya ikan bandeng. DAFTAR ACUAN Prasetio, A.B., Albasri, H., & Rasidi. 2010. Perkembangan budidaya bandeng di pantai utara Jawa Tengah. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakulur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya, hlm. 123-137. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut (BBPPBL). 2011. Petunjuk Teknis perbenihan ikan bandeng (Chanos chanos Forsskal). Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 44 hlm. 143

Media Akuakultur Volume 8 Nomor 2 Tahun 2013 Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (Ditjenkanbud). 2012. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2011. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 116 hlm. Hanafi, A., Supii, A.I., Andriyanto, W., Prasetio, A.B., & Sudradjat, A. 2011. Kebijakan strategis pengembangan bisnis budidaya bandeng. Buku Analisis Kebijakan Pembangunan Perikanan Budidaya. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. hlm. 137-151. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Puslitbangkan). 1994. Pedoman teknis usaha pembesaran ikan bandeng di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian. 73 hlm. Sudradjat, A., Wedjatmiko, & Setiadharma, T. 2011. Teknologi Budidaya Ikan Bandeng. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan Budidaya. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. 96 hlm. 144