Potensi Produksi dan Pengembangan Rotan serta Permasalahannya di Kabupaten Katingan

dokumen-dokumen yang mirip
PAPARAN BUPATI KATINGAN

Seuntai Kata. Kasongan, 17 Agustus 2013 Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Katingan. Agie, M.Hum.

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

Pembangunan Bambu di Kabupaten Bangli

KETIDAKSEIMBANGAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH DALAM RANTAI NILAI PERDAGANGAN ROTAN

STRATEGI DAN KEBIJAKAN INOVASI PENGEMBANAGAN AGROINDUSTRI ROTAN DI KALIMANTAN TENGAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2002 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 26 TAHUN 2015 TENTANG

LUAS KAWASAN (ha)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit di Kabupaten Katingan

DUKUNGAN DINAS PERKEBUNAN PROV KALSEL DALAM MEWUJUDKAN PERCEPATAN DAN PENINGKATAN KUALITAS DATA STATISTIK PERKEBUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dekade 1990-an. Degradasi dan deforestasi sumberdaya hutan terjadi karena

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dengan sistem desentralisasi diimplementasikan di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 26 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DAN HASIL HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PEMANFAATAN HASIL BUKAN KAYU

KARAKTERISTIK BANGKITAN PERGERAKAN BARANG PADA GUNA LAHAN PERDAGANGAN KAYU GELONDONGAN DI KOTA JEPARA TUGAS AKHIR

(2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kepala Balai Pengelolaan Taman Hutan Raya Banten mempunyai fungsi sebagai berik

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

TUGAS AKHIR. Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur ( DP3A )

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI. Presiden Republik Indonesia,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 1990 TENTANG HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGEMBANGAN CLUSTER EKONOMI DI KALIMANTAN TENGAH SEBAGAI PERSIAPAN PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN 2015

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BAB I P E N D A H U L U A N. 1. Latar Belakang

05/12/2016 KUALA PEMBUANG

A. Bidang. No Nama Bidang Nama Seksi. 1. Bidang Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan. - Seksi Perencanaan dan Penatagunaan Hutan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

USAID LESTARI DAMPAK PELARANGAN EKSPOR ROTAN SEMI-JADI TERHADAP RISIKO ALIH FUNGSI LAHAN, LINGKUNGAN DAN KESEJAHTERAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

POTENSI DAN PELUANG INVESTASI. Kabupaten belitung

Rencana Strategi Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur. Bab 1

I. PENDAHULUAN. Hutan memiliki berbagai fungsi bagi kehidupan. Ditinjau dari aspek ekonomi,

BAB 2 Perencanaan Kinerja

I. PENDAHULUAN. 3 Industri Pengolahan 26,36 24,80 24,35 23,97 23,69 4 Listrik, Gas, dan Air 0,83 0,76 0,75 0,76 0,77

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO DAN KIMIA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 84 TAHUN 2016 TENTANG

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

PEMOHON MENGAJUKAN PERMOHONAN TERTULIS DITUJUKAN KEPADA KADISBUNSU

Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Timur

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. secara optimal. Pengelolaan hutan di Negara Indonesia sepenuhnya diatur dan

Matriks Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun MISI 4 : Mengembangkan Interkoneksitas Wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

PEMBANGUNAN PERKEBUNAN BERKELANJUTAN DI KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

KAJIAN PRODUKSI DAN PASAR KOMODITAS ROTAN di JAWA TIMUR. Oleh : NANANG DWI WAHYONO *) ABSTRAK

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

CATATAN : - Peraturan Daerah ini memiliki 7 halaman penjelasan. - Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan 25 Februari 2015.

BAB I PENDAHULUAN. Halaman 1

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 7 TAHUN 1990 (7/1990) Tentang HAK PENGUSAHAAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI MOJOKERTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS PERKEBUNAN PROVINSI PAPUA

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

RENCANA STRATEGIS SKPD DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN KARANGASEM

Hutan Desa Oleh: Arief Tajalli dan Dwi P. Lestari. Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERAN KELEMBAGAAN PENGRAJIN KECIL DALAM MENINGKATKAN DISTRIBUSI NILAI TAMBAH INDUSTRI MEBEL. Oleh : MARGONO KETUA APKJ. Team penyusun : Legiman Arya

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 32 TAHUN 2015 TENTANG SENTRA PRODUKSI PERIKANAN UNGGULAN DI KABUPATEN CIAMIS

PP 62/1998, PENYERAHAN SEBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DI BIDANG KEHUTANAN KEPADA DAERAH *35837 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP)

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 45 TAHUN 2008 TENTANG

Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan

2 c. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.55/Menhut-II/2006 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. b. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

tertuang dalam Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Kehutanan Tahun , implementasi kebijakan prioritas pembangunan yang

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SATUAN KERJA DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Transkripsi:

BAB VI Potensi Produksi dan Pengembangan Rotan serta Permasalahannya di Kabupaten Katingan Oleh: Duwel Rawing / Bupati Katingan

Kabupaten Katingan dengan Ibukota Kasongan yang dibentuk berdasarkan UU No. 5 Tahun 2002 memiliki wilayah seluas 17.500 Km 2 (1.750.000 Ha) yang terletak pada 112 00 BT 113 45 BT dan 00 20 LS 03 30 LS. Dari luas wilayah tersebut, sesuai status fungsi kawasan hutannya terbagi menjadi : a. Hutan Lindung 48.000 Ha (2,74%) b. Hutan Produksi Tetap 889.197 Ha (50,47%) c. Hutan Produksi Terbatas 493.411 Ha (28,19%) d. Kawasan Pengembangan Produksi 9.012 Ha (5,66%) e. Kawasan Pemukiman dan Penggunaan lainnya 266.388 Ha (12,94%). Secara administratif wilayah Kabupaten Katingan terdiri dari 13 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 145 desa dan 7 kelurahan dengan penduduk sebanyak 131.049 jiwa (32.997 KK) serta kepadatan penduduk rata-rata 8 km/jiwa (Sumber Katingan dalam Angka Tahun 2007). Dengan potensi luas wilayah tersebut, Kabupaten Katingan terus berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan potensi-potensi kekayaan alam daerah, yang dapat langsung menyentuh aspek kehidupan masyarakat dengan penekanan pada pemberdayaan petani dan pemilik kedun rotan disepanjang DAS Katingan, selain usaha hasil hutan kayu yang semakin tahun semakin menurun potensinya sebagai akibat dampak illegal logging yang semakin tidak terkendali. Usaha rotan yang dilakukan masyarakat Katingan sejak lama turun temurun telah dilakukan melalui budidaya rotan sebagai sumber mata pencaharian sampingan selain pekerjaab pokok sebagai petani peladang atau hamper 51% (12.746 KK) atau seluas ± 325.000 Ha wilayah Kabupaten Katingan terdiri dari kebun rotan yang tersebar di 10 kecamatan dengan jenis yang banyak ditanam adalah jenis rotan taman dan irit (Data Hasil Base Line Survey Teropong bekerja sama dengan SHK Kaltim, Tahun 2004). VI-1

Potensi rotan yang dimiliki tersebut, menjadikan Kabupaten Katingan sebagai salah satu sentra produksi rotan dan penghasil rotan terbesar di Kalimantan Tengah dengan produksi rotan asalan hasil budidaya mencapai 600 800 Ton/Bulan yang berasal tersebar dari 10 Kecamatan yang merupakan produk unggulan disamping produk lainnya seperti kayu, damar, karet dan lain-lainnya. Namun usaha masyarakat sebagai petani rotan tersebut mulai menurun dengan semakin tidak stabilnya harga rotan ditingkat petani sebagai akibat adanya larangan eksport rotan keluar negeri dan permainan para tengkulak ditingkat pasar lokal. Keadaan tersebut menimbulkan kurangnya gairah usaha dari petani rotan, walaupun potensi rotan yang dimiliki Kabupaten Katingan sangat besar yang nantinya berdampak pada pengalihan usaha ke bidang usaha lainnya sehingga lambat laun usaha rotan Katingan menjadi menurun yang berakibat pada kurangnya pasokan rotan dunia yang berasal dari Indonesia. Untuk mengantipasi hal tersebut, perlu dilakukan langkah-langkah strategis baik oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Pemerintah Kabupaten Katingan maupun Departemen Kehutanan untuk mempertahan potensi dan produksi rotan, pemasaran rotan dan alih teknologi pengolahan hasil hutan rotan sebagai produk unggulan sehingga Rotan Katingan tetap eksis memiliki nilai jual yang tinggi baik tingkat lokal, nasional maupun internasional. Hal tersebut perlu dilakukan, mengingat hasil hutan rotan yang ada saat ini memiliki potensi untuk dikembangkan, dengan pertimbangan : a. Menguasai 80% pasokan dunia; b. Banyak menyerap tenaga kerja; c. Memberikan nilai tambah; d. Memerlukan tumbuhan rambatan yang memperbaiki tutupan lahan; e. Tidak memerlukan peralatan yang mahal dalam proses pemanenan/produksi; f. Usaha ramah lingkungan. Harapan kami pada Workshop ini, dapat memperoleh langkah-langkah strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha rotan di Kabupaten Katingan dalam upaya meningkatkan perekonomian masyarakat sebagai pelaku usaha sebagaimana harapan dalam Visi Kabupaten Katingan yaitu Katingan sebagai Pusat Produksi dan Perdagangan Rotan di Indonesia. VI-2

PERMASALAHAN 1. Belum terinventarisir dan terpetanya luasan potensi tanaman rotan baik yang berada di tanah milik masyarakat/petani maupun yang tumbuh pada hutan alam secara akurat. 2. Belum akuratnya data potensi rotan Katingan yang diproduksi setiap bulan dan tahunnya. 3. Pasaran rotan ditingkat petani masih rendah akibat permainan tengkulak sehingga petani rotan dalam posisi yang marjinal/lemah. 4. Minimnya peralatan industry pengolah hasil hutan rotan dan kurangnya teknologi furniture hasil rotan yang inovatif didaerah. 5. Terbatasnya SDM yang menguasai ketrampilan dan pengetahuan mengenai rotan 6. Terbatasnya modal usaha baik di tingkat petani rotan, petani pengumpul maupun Perusahaan Daerah. 7. Biaya operasional pengiriman rotan keluar daerah melalui pelabuhan laut sangat tinggi. 8. Perlu adanya regulasi terhadap ketentuan-ketentuan dibidang kehutanan terhadap rotan terutama pada : a. Penatausahaan hasil hutan bukan kayu/peredaran rotan yang berasal dari hasil budidaya b. Perizinan pengumpulan/penumpukan rotan yang berasal dari hasil budidaya c. Prosedur dan kewenangan pemberian Perizinan Usaha Pemanfaatan HHBK masih rumit dan adanya pemabatas kewenangan pada pejabat tertentu didaerah dan pusat 9. Peran kelembagaan struktural dan fungsional dalam perkembangan rotan belum optimal. 10. Jaringan pasar komersial yang adapat menyerap hasil produksi dan pengelolaan rotan secara kompetitif dan berkelanjutan belum tersedia. 11. Kontroversi kebijakan perdagangan yang tidak menguntungkan petani. 12. Penyelundupan rotan asal Katingan diduga masih terjadi, dengan tidak ditemukannya kualitas terbaik (Kualitas A) pada tujuan pengiriman. VI-3

POTENSI, PENGEMBANGAN USAHA DAN PENGOLAHAN ROTAN DI KABUPATEN KATINGAN Katingan sebagai sentra produksi rotan di Kalimantan Tengah, rata-rata produksi rotan asalan yang dipasarkan keluar dari wilayah Kabupaten Katingan perbulannya mencapai 600 800 ton. Lebih dari 51% Rumah Tangga (12.746 KK) atau seluas ± 325.000 Ha wilayah Kabupaten Katingan terdiri dari Kebun Rotan yang tersebar di 10 Kecamatan dengan jenis yang banyak ditanam adalah jenis rotan taman dan irit (Data Base Line TEROPONG, Tahun 2004) dan sesuai data prediksi sementara kepemilikan kebun rotan pada tahun 2008 meningkat menjadi 66% Rumah Tangga (21.778 KK). Daerah Kecamatan yang memiliki potensi Rotan dengan rata-rata prosentase rumah tangga yang memiliki mata pencaharian pada komoditi rotan, meliputi : 1). Kecamatan Marikit (64,8%); 2). Kecamatan Katingan Hulu (83,8%); 3). Kecamatan Mantikei (61,6%), dengan luas kebun 3.758 Ha; 4). Kecamatan Katingan Tengah (38,5%), dengan luas kebun 1.514 Ha; 5). Kecamatan Pulau Malan 85,6%, dengan luas kebun 2.962 Ha; 6). Kecamatan Tewang Sangalang Garing (69,3%); 7). Kecamatan Katingan Hilir (95,9%), dengan luas kebun 3.338 Ha; 8). Kecamatan Tasik Payawan (77,4%), dengan luas kebun 3.125 Ha; 9). Kecamatan Kamipang (64,1%); 10). Kecamatan Mendawai (20,9%); 11). Kecamatan Katingan Kuala (15%), dengan luas kebun 920 Ha (Sumber data Disperindag Kab. Katingan, 2008 dan Booklet Dishut Kab. Katingan 2005). Jenis Rotan yang banyak diusahakan masyarakat Katingan, meliputi Rotan Taman (Sega dan Irit), Rotan Marau/Manau dan Rotan Sabutan. VI-4

Keberadaan Rotan dalam Kehidupan Masyarakat dalam Kehidupan Masyarakat Rotan bagi masyarakat Dayak di Katingan berguna dihampir seluruh aspek kehidupan, selain diandalkan sebagai sumber mata pencaharian, rotan juga dianggap mempunyai nilai budaya sampai Magis dalam kehidupan sehari-hari. Rotan digunakan oleh orang Dayak dalam setiap acara adat dan keagamaan. Jenis tanaman rotan selalu ditanam pada areal bekas perladangan masyarakat. Pengolahan Rotan Pengolahan bahan rotan lokal yang berorientasi pada kerajinan rumah tangga, telah dilakukan turun temurun dengan bentuk pembuatan keranjang, tas, tikar, lanjung, kursi dan lain-lain. Pengolahan bahan rotan yang berorientasi industry, di Kabupaten Katingan telah tersedia dengan jenis alat dan penyediaan bahan baku yang terbatas, yang terletak di Kawasan Industri Hampangen. Hasil olahan bahan rotan yang diproduksi dari kawasan Industri Hampangen berupa barang jadi, oleh Pemerintah Kabupaten Katingan di Instruksi untuk setiap Instansi Pemerintah dan Swasta lingkup Kabupaten Katingan untuk menggunakan bahan mebel jenis rotan yang diproduksi sebagai upaya pemasaran dan promosi produksi hasil Rotan Katingan. Perizinan Rotan Saat ini perizinan rotan masih mengacu pada Izin Pengumpulan/Penumpukan Rotan, dengan berpedoman surat edaran Kadishut Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 1989, yang tentunya harus diperbaharui kembali mengacu pada ketentuan yang berlaku saat ini. Pemberiaan Izin Pengumpulan/Penumpukan Rotan yang diberikan kepada Petani/Swasta Pengumpul Rotan, mengingat hasil rotan yang dihasilkan berasal dari hasil budidaya. VI-5

Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu (IUPHHBK) mengacu pada Permenhut Nomor : P.36/Menhut-II/2007 tentang IUPHHBK sampai dengan saat ini belum ada masyarakat yang mengajukan, mengingat RTRWP belum tuntas, Proses pengurusan izin yang dianggap rumit dengan adanya batas luas/batasan kewenangan Bupati/Komoditi jenis HHBK yang terbatas dengan yang tersedia di Wilayah Kabupaten Katingan serta adanya justivikasi dari Disperindagkop Provinsi Kalimantan Tengah bahwa Rotan yang ada di Kalimantan Tengah adalah semua budidaya, hal tersebut terkait dengan belum dilakukan inventarisasi dan pemetaan terhadap kebun masyarakat petani rotan. Data Izin Pengumpulan/Penumpukan Rotan No. Tahun Jumlah Perijinan 1. 2003 17 unit 2. 2004 21 Unit 3. 2005 13 Unit 4. 2006 4 Unit 5. 2007 5 Unit 6. 2008 14 Unit Perdagangan Rotan Pada umumnya rantai penjualan dan perdagangan rotan dari Petani rotan kepada pengumpul rotan lokal ke pengumpul besar selanjutnya ke Industri Rotan di luar daerah. Perdagangan Rotan Katingan oleh pengumpul lokal dijual kepada para pengumpul besar di Sampit (Kotim), Banjarmasin dan ke Pulau Jawa (Cirebon, Jogjakarta dll). Petani Rotan pada umumnya melakukan pemungutan dan Pemanenan Rotan dari hutan-hutan sekitar tempat tinggal (yang sudah diclaim menjadi milik sebagai bekas perladangan turun temurun) dan kebun-kebun rotan yang ditanam sendiri selanjutnya dilakukan penjualan bebas kepada pedagang pengumpul atau diolah lebih dulu melalui proses peruntihan, pemilahan, pengawetan dan pemutihan (diblerang/sega) dengan tingkat rendeman mencapai 70-80%. Harga jual rotan diolah terlebih dahulu memiliki nilai jual yang tinggi dari pada rotan basah yang dijual langsung setelah panen oleh petani rotan. VI-6

Produksi dan peredaran Rotan di Kabupaten Katingan, dengan adanya perubahan ketentuan tidak menggunakan dokumen SKSHH untuk dokumen angkutan Rotan sejak Tahun 2006 mengacu pada Permenhut Nomor : P.18/Menhut-II/2006 tentang Perubahan Ketiga Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 126/Kpts-II/2003 tentang Penatausahaan Hasil Hutan, maka sejak saat itu peredarannya tidak dapat termonitor lagi oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Katingan. Kewenangan untuk penerbitan dokumen Angkutan Rotan yang notabe rotan budidaya dalam daerah Provinsi Kalimantan Tengah sesuai Surat Edaran Gubernur Kalimantan Tengah, dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah dengan bentuk Dokumen SKAB (Surat Angkutan Asal Barang). Data peredaran/perdagangan rotan tahun 2003 2005 di wilayah Kabupaten Katingan yang termonitor dari penggunaan dokumen SKSHH, sebagaimana terdapat pada tabel terlampir. Peredaran Rotan Tahun 2003-2005 Jenis 2003 2004 2005 Rotan Ton Batang Ton Batang Ton Batang Taman 1.998-6.366,61-3.931,34 - Manau - 20.7000-3.250 - - Sabutan - - 433-372,50 - Semambu - - - - - 2000 Sumber Data Dishut Kab. Katingan 2005 STRATEGI DAN GAGASAN PENGEMBANGAN ROTAN DI KABUPATEN KATINGAN Kebijakan Pengembangan Kelembagaan a. Pembangunan UPT Rotan di Kawasan Industri Hamapangen dibawah SKPD Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Katingan. b. Membentuk unit Usaha Daerah dalam bentuk Perusahaan Daerah PT. Katingan Jaya Mandiri untuk menangani pengelolaan industri rotan dan pemasarannya. c. Pendirian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Rotan di Kasongan. d. Penyiapan jurusan keterampilan pengelolaan bahan rotan pada Balai Latihan Kerja (BLK) Dinas Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Katingan. VI-7

e. Membentuk Forum Komunikasi Pengembangan Usaha Hasil Hutan Bukan Kayu di Kabupaten Katingan. f. Membentuk Bisnis Club/ Asosiasi Pengusaha Rotan Katingan. g. Melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah Lainnya di luar Kalimantan Tengah yang fokus terhadap pembangunan rotan. h. Pengembangan claster-claster rotan sebagai ujung tombak di lapangan. Strategi dan Gagasan Pengembangan Rotan di Kabupaten Katingan Langkah strategi dan gagasan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Katingan untuk mengembangkan pembangunan rotan, meliputi : 1). Mengatur tata niaga rotan dalam daerah dengan perhitungan harga yang menggairahkan di tingkat petani rotan dengan dukungan pihak Pemerintah Pusat dalam hal ini Departemen Perindustrian/ Perdagangan dan Departemen Kehutanan. 2). Menginvestarisir dan mengidentifikasi seluruh produksi rotan yang akan diangkut keluar daerah Kabupaten Katingan. 3). Meningkatkan pengetahuan para petani rotan, pemilik izin tumpukan, pemilik industri rotan dan aparatur pemerintah Kabupaten Katingan sesuai dengan bidang tugasnya untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Teknis dan Pengawas Tenaga Teknis Pengukuran Pengujian Hasil Hutan Rotan di BP2HP Wilayah XII P. Raya. 4). Mempersiapkan gudang besar sebagai Pusat Sentra Gudang Pemasaran Rotan di Kabupaten Katingan. 5). Melaksanakan sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat untuk giat bertanam rotan. 6). Menetapkan jenis unggulan lainnya selain rotan untuk menjadi komoditas daerah dari Hasil Hutan Bukan Kayu lainnya yang ada di wilayah Kabupaten Katingan. 7). Menggandeng pengusaha yang memiliki modal untuk berinvestasi rotan di Kabupaten Katingan 8). Katingan merencanakan pada Tahun 2012 telah memiliki merk Rotan Katingan yang memenuhi Standart Nasional Indonesia (SNI) baik bahan baku maupun bahan industri jadi. VI-8

PENUTUP Demikian yang dapat kami sampaikan, kiranya Workshop dilaksanakan pada hari ini dapat menghasilkan sesuatu yang berguna, tidak hanya sampai pada kegiatan ini saja tetapi ada tindak lanjut dan dukungan dari kita semua untuk kesejahteraan masyarakat, khususnya para petani Rotan yang sedang menunggu gagasan kita semua dalam membangun Rotan di negeri Indonesia yang kita cintai ini. VI-9