BAB 1 INTRODUKSI. Bab 1 menguraikan tentang latar belakang riset dan rumusan masalah

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan tentang pentingnya penelitian dilakukan. Bab ini meliputi

BAB I PENDAHULUAN. dibentuk dengan tugas melaksanakan pengawasan intern (internal audit) di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan menjelaskan latar belakang masalah yang menjadi fokus penelitian

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

2017, No Pedoman Pengawasan Intern di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 19

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA BADAN TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN DI LINGKUNGAN BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA.

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik, maka auditor dalam

BUPATI BENER MERIAH PERATURAN BUPATI BENER MERIAH NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN INSPEKTORAT KABUPATEN BENER MERIAH

PENJELASAN PIAGAM PENGAWASAN INTERNAL

BAB I PENDAHULUAN. transparan dan akuntabel, menteri/pimpinan lembaga, gubernur dan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 diatur bahwa pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

MEMBEDAH STANDAR AUDIT INTERN PEMERINTAH INDONESIA. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan paradigma administrasi publik dari public administration

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

SATUAN PEMERIKSAAN INTERN PADA BADAN LAYANAN UMUM. Muhadi Prabowo Widyaiswara Madya Sekolah Tinggi Akuntansi Negara

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG I N S P E K T O R A T Jalan Mayor Widagdo No. 2 Telepon (0253) PANDEGLANG PIAGAM AUDIT INTERN

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, manfaat penelitian, kontribusi penelitian, ruang lingkup, dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya krisis ekonomi di Indonesia ternyata disebabkan oleh buruknya

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.04/MEN/2011 PEDOMAN PENGAWASAN INTERN LINGKUP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

TENTANG WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 118 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan pelaksanaan akuntabilitas sektor publik terhadap terwujudnya

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 104 TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian mengenai kualitas audit penting agar auditor dapat mengetahui

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 92 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini merupakan pendahuluan dari pembahasan peneliti yang berisi latar

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi di Indonesia didesain agar bisa menciptakan birokrasi

BAB I P E N D A H U L U A N

LAKIP INSPEKTORAT 2012 BAB I PENDAHULUAN. manajemen, antara lain fungsi-fungsi planning, organizing,

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini akan menguraikan mengenai hal-hal yang melatar

WALIKOTA PROBOLINGG0 PROVINSI JAWA TIMUR

Standar Audit Internal Pemerintah Indonesia. Asosiasi Audit Internal Pemerintah Indonesia

INFORMASI KINERJA. No Tujuan Capaian Kinerja

BAB I PENDAHULUAN. Governance yang menjadi salah satu agenda reformasi sektor publik di

ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah semakin menguatnya tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien, serta sesuai dengan rencana,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan pembahasan dan temuan penelitian pada bab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

REPUBLIK INDONESIA TENTANG REPUBLIK INDONESIA.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP).

BAB I PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang baik (good governance). Sayangnya, harapan akan

KEPUTUSAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 1075/SEKJEN/2015 TENTANG

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 53 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM PENGAWASAN INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB I PENDAHULUAN. Pengadaan Barang/Jasa pada Pemerintah Daerah saat ini sangat rentan akan

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

Standar Audit? i Oleh: Revoldi H. Siringoringo

BAB I PENDAHULUAN. Birokrasi yang berbelit dan kurang akomodatif terhadap gerak ekonomi mulai

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan sesuai dengan tugas dan fungsinya secara efektif dan efisien

BMKG BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH INSPEKTORAT TAHUN 2015

BUPATI BLORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

BAB I PENDAHULUAN. good governance dan clean governance di Indonesia semakin meningkat. Melihat

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN INSPEKTORAT DRAF LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSPEKTORAT BPKP TAHUN 2015

PIAGAM AUDIT INTERN. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : Januari 2016 Inspektur Jenderal RILDO ANANDA ANWAR

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PROGRAM KERJA PENGAWASAN INTERNAL

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-01.PW TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN INTERN PEMASYARAKATAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA NEGARA. No.787, 2011 KEMENTERIAN LUAR NEGERI. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Penyelenggaraan.

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINS! KALIMANTAN BARAT TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA INSPEKTORAT KABUPATEN PANDEGLANG

BAB I PENDAHULUAN. membawa kepada suatu perubahan adalah reformasi akan perwujudan dan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik, atau biasa disebut good governance. Untuk mencapainya

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kepemerintahan yang baik (good governance), terutama melalui

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotis

2 Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi; Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Barat. Diumumkan dalam Lembaran

BERITA NEGARA. BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL. SPIP. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

BAB I PENDAHULUAN. diketahui karena banyaknya pemberitaan-pemberitaan di media masa mengenai

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

Andri Williyanto Prawira Sitorus SE.,Ak

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kementerian Keuangan adalah mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat informasi baik bagi pemerintah sebagai manajemen maupun alat

Transkripsi:

BAB 1 INTRODUKSI Bab 1 menguraikan tentang latar belakang riset dan rumusan masalah riset sebagai sebab timbulnya pertanyaan riset yang akan dijawab melalui riset ini. Bab ini juga berisi tujuan riset, motivasi riset, dan kontribusi yang diharapkan dari riset. 1.1. Latar Belakang Riset Salah satu pilar tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih menurut konsensus Asian Development Bank adalah akuntabilitas, yaitu pemerintah sebagai penyelenggara negara wajib menyampaikan akuntabilitas kepada masyarakat atas wewenang dan tanggung jawab yang diembannya, baik berupa akuntabilitas keuangan, akuntabilitas administratif maupun akuntabilitas kebijakan publik. Tuntutan akan akuntabilitas publik dan perwujudan tata kelola pemerintahan yang baik, memunculkan peran pengawasan intern (Krina, 2003). Menurut Pasal 1 angka 3 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, pengawasan intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien 1

2 untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata kepemerintahan yang baik. Di Indonesia, pengawasan intern pemerintah dilaksanakan oleh auditor intern yang dikenal sebagai Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Kementerian/Lembaga, dan Inspektorat Provinsi/Kabupaten/ Kota. Keberadaan berbagai unsur APIP tersebut perlu didukung dengan pedoman dan peraturan perundang-undangan tentang pengawasan intern pemerintah yang menjamin terlaksananya pengawasan secara efektif dan efisien, salah satunya dalam bentuk Standar Audit APIP sebagai kriteria atau ukuran mutu minimal untuk melakukan kegiatan audit yang wajib dipedomani oleh APIP (Standar Audit APIP, 2008). Untuk menjamin agar pelaksanaan audit oleh APIP terarah, serasi, seragam, dan berkualitas, diperlukan penjabaran lebih lanjut standar ke dalam pedoman operasional kerja yang memadai dalam bentuk juklak dan juknis (BPK, 2013). Hal tersebut sesuai dengan yang digariskan dalam paragraf 1140 Standar Audit APIP yang menyatakan bahwa APIP harus menyusun kebijakan dan prosedur untuk mengarahkan kegiatan audit. Hasil pemeriksaan kinerja BPK atas Efektivitas Fungsi Pengelolaan Audit dan Reviu Laporan Keuangan (LK) oleh APIP Tahun 2012 dan Semester I Tahun 2013 pada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), BPKP, serta APIP pada 16 Inspektorat Kementerian/ Lembaga, 32 Inspektorat Provinsi, 25 Inspektorat Kabupaten, dan 13

3 Inspektorat Kota menunjukkan bahwa tata kelola sistem pengawasan sebagai prasyarat dasar berfungsinya pengelolaan kelembagaan APIP yang meliputi standar, kode etik, dan petunjuk pelaksanaan/petunjuk teknis (juklak/juknis) belum mendukung pengelolaan audit dan reviu LK. Dari 86 APIP yang diperiksa tersebut hanya 7 APIP yang telah menyusun pedoman/juklak/juknis audit dan reviu LK, 53 APIP tidak memiliki pedoman/juklak/juknis audit dan reviu LK, serta 26 APIP tidak diperoleh informasi. Akibatnya proses dan hasil audit APIP dinilai belum bisa memenuhi standar profesionalisme. Kondisi tersebut sejalan dengan Perka BPKP Nomor 1633 Tahun 2011 tentang Pedoman Teknis Peningkatan Kapabilitas APIP yang menyebutkan bahwa salah satu penyebab rendahnya level kapabilitas APIP di Indonesia adalah lemahnya manajemen/tata kelola/proses bisnis APIP. Sampai dengan Maret 2015 sebanyak 367 dari 417 APIP daerah masih berada di level 1 Internal Audit Capability Model (IACM) yang artinya 88% APIP daerah di Indonesia belum dapat memberikan jaminan atas proses tata kelola sesuai dengan peraturan (BPKP, 2015). Inspektorat Daerah Kabupaten Kulon Progo (selanjutnya disebut Inspektorat Kulon Progo) dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 16 Tahun 2012 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 71 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas pada Unsur Organisasi Terendah pada Inspektorat Daerah. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Inspektorat Kulon Progo berpedoman kepada beberapa peraturan antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang

4 Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 23 Tahun 2007 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Permenpan) Nomor 05 Tahun 2008 tentang Standar Audit APIP dan Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengawasan Intern Pemerintah Daerah. Pelaksanaan pengawasan pada Inspektorat Kulon Progo juga mengacu kepada Peraturan Bupati Kulon Progo Nomor 30 Tahun 2012 tentang Piagam Pengawasan Internal (Internal Audit Charter) di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo. Dalam Pasal 10 piagam tersebut dinyatakan bahwa salah satu kewajiban Inspektorat Kulon Progo adalah menerapkan Kode Etik dan Standar Audit APIP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan dalam Pasal 9 dijelaskan salah satu wewenang Inspektorat Kulon Progo adalah menentukan mekanisme, metodologi, teknik dan lingkup waktu pemeriksaan sesuai dengan standar audit/pemeriksaan untuk mencapai tujuan dan hasil pemeriksaan yang akan dicapai secara optimal. Salah satu jenis kegiatan pengawasan intern pada Inspektorat Kulon Progo adalah pemeriksaan kasus. Dari hasil riset pendahuluan, pemeriksaan kasus pada Inspektorat Kulon Progo sejak tahun 2010 tidak lagi dilakukan atas pelanggaran disiplin PNS melainkan seluruhnya bersifat audit investigatif yang bertujuan untuk menemukan fraud dan atau terjadinya kerugian negara. Hal ini sesuai dengan Pasal 6 Pedoman Pengawasan Intern

5 Pemerintah Daerah yang menyebutkan salah satu bentuk pemeriksaan yang dilakukan Inspektorat Kulon Progo adalah pemeriksaan khusus/kasus/investigasi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap permasalahan tertentu yang berdasarkan bobot permasalahan mengandung unsur penyalahgunaan (fraud) atau mengandung unsur pidana atau auditi/subyek berada dalam ranah penyelidikan atau penyidikan oleh aparat peradilan. Audit yang bersifat investigatif merupakan penugasan yang mempunyai kerumitan lebih tinggi dibanding penugasan lainnya karena selain harus memahami tentang pengauditan dan akuntansi, auditor juga harus memahami tentang hukum dalam hubungannya dengan kasus penyimpangan atau kecurangan yang dapat merugikan keuangan negara (Karyono, 2013). Oleh karenanya Standar Audit APIP secara khusus mengatur pelaksanaan audit investigatif mulai dari perencanaan, supervisi, pengumpulan dan pengujian bukti, dokumentasi, pelaporan, sampai dengan pemantauan tindak lanjutnya. Dari hasil riset pendahuluan Inspektorat Kulon Progo belum menjabarkan Standar Audit APIP-Audit Investigatif tersebut ke dalam Standard Operating Procedure (SOP), juknis maupun juklak. Selain itu Inspektorat Kulon Progo belum pernah melakukan evaluasi apakah pelaksanaan auditnya telah sesuai dengan Standar Audit APIP (selanjutnya disebut SAAPIP) sebagaimana diamanatkan dalam Piagam Pengawasan Internal.

6 1.2. Permasalahan Riset Inspektorat Kulon Progo wajib berpedoman pada SAAPIP saat melaksanakan audit termasuk audit investigatif. Sampai dengan saat ini Inspektorat Kulon Progo belum memiliki SOP/juklak/juknis audit investigatif sebagai penjabaran lebih lanjut atas standar tersebut. Dengan ketiadaan SOP/juklak/juknis tersebut, timbul pertanyaan apakah audit investigatif yang dilakukan oleh Inspektorat Kulon Progo selama ini telah sesuai dengan SAAPIP. Oleh karena itu riset ini akan mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan audit investigatif dengan SAAPIP sekaligus mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi pelaksanaan audit investigatif di Inspektorat Kulon Progo. 1.3. Pertanyaan Riset Pertanyaan dalam riset ini adalah: a. Bagaimana kesesuaian pelaksanaan audit investigatif pada Inspektorat Kulon Progo dengan SAAPIP? b. Faktor-faktor apa yang berperan dalam meningkatkan kesesuaian pelaksanaan audit investigatif pada Inspektorat Kulon Progo dengan SAAPIP? 1.4. Tujuan Riset Tujuan dari riset ini adalah untuk: a. Mengevaluasi kesesuaian pelaksanaan audit investigatif pada Inspektorat Kulon Progo dengan SAAPIP.

7 b. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan dalam meningkatan kesesuaian pelaksanaan audit investigatif pada Inspektorat Kulon Progo dengan SAAPIP. 1.5. Motivasi Riset Penugasan audit investigatif yang dilakukan oleh APIP daerah belum banyak mendapat perhatian. Padahal dari sifat dan tujuan penugasannya, audit investigatif mempunyai tingkat kerumitan dan risiko penugasan yang lebih tinggi dibanding jenis penugasan yang lain. Mengingat hal tersebut motivasi riset ini adalah untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah didapat selama duduk di bangku perkuliahan terutama mengenai pengauditan investigatif, sehingga diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bersifat ilmiah tentang pelaksanaan penugasan audit investigatif oleh APIP daerah dan dapat memberikan saran perbaikan terhadap praktik yang ada selama ini. 1.6. Kontribusi Riset Kontribusi riset yang diharapkan adalah: 1.6.1. Kontribusi teoritis a. Bagi dunia akademis untuk melengkapi riset di bidang Akuntansi Sektor Publik. b. Bagi periset lain untuk mengembangkan hasil riset lebih lanjut bagi kepentingan pendidikan dan pengambilan keputusan.

8 1.6.2. Kontribusi praktis a. Bagi Inspektorat Kulon Progo dalam merumuskan perbaikan praktik pelaksanaan audit investigatif. b. Bagi APIP pusat sebagai pembina APIP daerah dalam merumuskan kerja sama dan pembinaan yang lebih baik.