I. PENDAHULUAN. pemberian kredit serta berupaya untuk menggali pendapatan dari sisi fee based

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 15

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bank adalah untuk pencapaian profitabilitas yang maksimal, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pasal 1 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 (Merkusiwati, 2007:100)

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

POIN ISI SURAT EDARAAN USULAN PERBARINDO. Matriks Rancangan Surat Edaran OJK Tentang Rencana Bisnis BPR dan BPRS

I. PENDAHULUAN. pesat sejak dikeluarkannya Paket Kebijakan Oktober 1988 atau yang lebih

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar melemah diluar batas

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan. Laporan mengenai rugi laba suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. mengalokasikan dana dari pihak yang mengalami surplus dana kepada pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. dan atau bentuk-bentuk lainnya, dalam rangka meningkatkan taraf hidup. kepada masyarakat yang kekurangan dana (Abdullah, 2005:17).

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

PERANAN INFORMASI AKUNTANSI DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MANAJEMEN PERBANKAN PADA PT. BPR GUNUNG LAWU DELANGGU PERIODE SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan tempat untuk melakukan berbagai transaksi yang

KEBIJAKAN/ STRATEGI HARGA BANK. Manajemen Pemasaran Bank Andri Helmi M, SE., MM.

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian lndonesia pasca krisis ekonomi masih belum. sepenuhnya pulih, namun berdasarkan Laporan Statistik Perekonomian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional. Sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya adalah proses yang terus menerus, yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

KINERJA PERBANKAN 2008 (per Agustus 2008) R e f. Tabel 1 Sumber Dana Bank Umum (Rp Triliun) Keterangan Agustus 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan ekonomi. Bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 3/25/PBI/2001 TENTANG PENETAPAN STATUS BANK DAN PENYERAHAN BANK KEPADA BADAN PENYEHATAN PERBANKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perbankan selalu berkaitan dengan bidang keuangan. Seperti telah

I. PENDAHULUAN. satunya adalah penyaluran kredit guna untuk meningkatkan taraf hidup rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan Bank adalah menghimpun dana, menyalurkan dana, serta. memberikan jasa jasa perbankan kepada masyarakat. Peranan bank dalam

BAB I PENDAHULUAN. pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V PENUTUP. terhadap profitabilitas perbankan yang listed di Bursa Efek Indonesia pada

BAB III METODE PENELITIAN

SUMBER-SUMBER DANA BANK

GlTA ARSENITA AGUSTINA Analisis Kinerja Keuangan Kantor Wilayah XY Bank ABC. Dibawah Bimbingan ARlEF DARYANTO dan HENDRO SASONGKO

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis yang berkembang dengan pesat sehingga sangat diperlukan sumber-sumber

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 52 /SEOJK.03/2016 TENTANG RENCANA BISNIS BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. Upaya membangun suatu unit usaha bank mikro yang melayani. masyarakat golongan kecil memerlukan suatu cara metode berbeda dengan

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJERIAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

PT BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) NERACA PER 30 SEPTEMBER 2003 & 2002

I. PENDAHULUAN. Sektor perbankan merupakan salah satu sektor yang memegang. peranan penting dalam pelaksanaan pembangunan terutama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memasuki dekade 10 tahun terakhir, memperlihatkan

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang tidak didukung oleh peran perbankan dalam membangun negaranya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. statistik menunjukan perputaran keuangan pada sektor perbankan 2011

Adapun struktur organisasi dan tanggung jawab masing. PT. Bank Jabar Banten Cabang Bandung adalah sebagai berikut : Tugas Pemimpin Cabang adalah :

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai penghimpun dana masyarakat (financial intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bertindak sebagai penyimpanan benda berharga, membiayai perusahaan, dll

BAB I PENDAHULUAN. Bank berfungsi sebagai perantara keuangan, maka dalam hal ini. faktor kepercayaan dari masyarakat merupakan faktor utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan pembangunan ekonomi nasional. Bank berfungsi. menghimpun dana dari masyarakat (to receive deposit) dan kemudian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam berbagai kegiatan, berbagai macam kebutuhan selalu

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan bisa memberikan informasi yang berkaitan dengan tingkat

BAB VI KESIMPULAN. sistem desentralisasi dengan konsep unit bisnis strategis. Setiap unit bisnis diukur dan

DAFTAR ISI. ABSTRACT... RINGKASAN EKSEKUTIF. LEMBAR PENGESAHAN. RIWAYAT HIDUP KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN.

BAB I PROFIL PERUSAHAAN. Bank pemerintah, yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. Perlambatan ekonomi dunia, saat ini telah dirasakan di beberapa negara

BAB 1 PENDAHULUAN. melayani pemakai jasa-jasa keuangan. Lembaga keuangan merupakan badan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara emerging economy. berkembang pembangunan ekonomi dan penerapan demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga yang memiliki peranan penting di

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dalam dunia usaha dan bisnis saat ini mengalami

- 1 - PROYEKSI RASIO-RASIO DAN POS-POS TERTENTU LAINNYA

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kunci untuk memelihara stabilitas industri perbankan. Perkembangan industri

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seorang investor dalam melakukan pembelian dan penjualan suatu saham

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN UKDW. termasuk satu negara bank based yaitu negara yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

RISIKO PERBANKAN ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN RISIKO

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

KONSOLIDASI POS-POS. Des 2005 Des 2004 Des 2005 Des 2004 AKTIVA 41,215 28,657

AKUNTANSI PENEMPATAN DANA

I. PENDAHULUAN. Berjalannya pembangunan ekonomi nasional dalam jangka panjang. dapat dilihat dari bergeraknya roda perekonomian melalui peningkatan

LAPORAN KEUANGAN BANK

DAFTAR ISI. I. DAFTAR ISI i. II. PENJELASAN ii. III. DAFTAR SINGKATAN iv. IV. DAFTAR ISTILAH v. V. DAFTAR RASIO vi. VI.

yang kekurangan dana dalam bentuk pembiayaan bagi investasi sektor riil. merealokasi sumber keuangan secara efisien dan mendorong penurunan

mengakibatkan terpuruknya perekonomian di Indonesia, dan kini bahkan telah

BAB I PENDAHULUAN. modal yang diperlukan untuk selalu meningkatkan perekonomian suatu negara.

Module Asuransi Kredit

BAB I PENDAHULUAN. oleh bank dalam bentuk kredit ataupun dalam bentuk lainnya.

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktu yang pendek dan jangka waktu yang panjang. Investasi dalam

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE.MM

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini fee based income masih menjadi salah satu alternatif pendapatan bank di luar bunga pinjaman. Sejak terjadi krisis pada tahun 1998 dimana non performing loan perbankan nasional pada saat itu melonjak secara tajam, maka perbankan nasional cenderung meningkatkan selektivitas yang tinggi dalam pemberian kredit serta berupaya untuk menggali pendapatan dari sisi fee based income. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara meningkatkan transaksi ekspor. Pada umumnya, transaksi ekspor tidak berdiri sendiri, artinya aktivitas ekspor seringkali terkait dengan pembiayaan bank terhadap debitur, oleh karena itu bank tidak hanya mendapat bunga kredit dari debitur tetapi juga memperoleh fee dari penanganan transaksi ekspornya. Jika dibandingkan dengan pemberian fasilitas kredit, maka penanganan transaksi ekspor relatif lebih mudah karena tidak memerlukan pendekatan Five C s analysis, melainkan hanya based on document, sehingga dalam menangani transaksi ekspor tidak diperlukan adanya kebijakan yang mengatur jenjang kewenangan pejabat pemutus. Artinya sepanjang dokumen ekspor tersebut telah sesuai dengan persyaratan L/C, maka kantor cabang dari suatu bank devisa memiliki otoritas penuh untuk melakukan negosiasi wesel ekspor. Pertimbangan terhadap kebijakan ini semata-mata disebabkan karena risiko yang timbul dari penanganan transaksi ekspor bersifat operasional risk, sehingga pelaksanaan transaksi dapat didelegasikan secara penuh kepada jajaran operasional. Disamping itu di dalam syarat L/C terdapat klausula-klausula yang membatasi para pihak dan tidak memungkinkan dilaksanakannya sistem

pendelegasian kewenangan dalam melakukan negosiasi wesel ekspor. Sebagai contoh misalnya adanya klausula tentang expiry date L/C (biasanya 21 hari setelah tanggal B/L). Sebagai konsekuensinya berapapun besarnya nilai wesel ekspor tidak perlu dimintakan persetujuan terlebih dahulu kepada pejabat pemutus sebagaimana lazimnya diatur dalam sistem pendelegasian kewenangan putusan kredit, tentu saja dengan pembatasan bahwa dokumen ekspor tersebut telah complied with L/C. Dalam menangani transaksi ekspor, bank harus berpedoman pada ketentuan ketentuan internal dan eksternal perusahaan yang mengatur transaksi ekspor seperti misalnya UCPDC 500, peraturan dari Bank Indonesia, instansi perpajakan, asuransi serta ketentuan-ketentuan lain yang berasal dari departemen teknis yang terkait serta peraturan-peraturan yang berlaku di negara tujuan ekspor. Regulasiregulasi tersebut baik yang berasal dari negara eksportir maupun importir lazimnya telah dipahami baik oleh pihak buyer (importir/applicant) maupun pihak seller (eksportir/beneficiary) sebelum L/C tersebut diterbitkan oleh pihak opening Bank. Negosiasi wesel ekspor pada prinsipnya sama dengan pemberian kredit biasa, dimana pada prinsipnya bank mengambil alih/membeli tagihan eksportir kepada importir selama jangka waktu tertentu (sesuai jenis L/C). Namun demikian perbedaannya dengan fasilitas kredit adalah bahwa negosiasi wesel ekspor tidak terlalu mempengaruhi likuiditas bank, seperti misalnya dalam negosiasi sight L/C, maka bank hanya menggunakan dananya selama ± 14 hari untuk setiap negosiasi wesel ekspor, dengan catatan tidak terdapat discrepancies dalam dokumendokumen ekspor tersebut. Waktu 14 hari tersebut merupakan time lag yang 2

terjadi sejak tanggal negosiasi wesel ekspor sampai dengan adanya pembayaran dari luar negeri. Sedangkan untuk negosiasi usance L/C ekspor maka bank bisa memperoleh pendanaan dari Bank Indonesia atau funding bank di luar negeri (dalam hal ini Bank Indonesia atau Funding Bank melakukan rediskonto wesel ekspor nasabah dengan jangka waktu maksimum 360 hari). Demikian pula terhadap transaksi collection bank tidak perlu melakukan pembiayaan (pembelian wesel ekspor) nasabah, mengingat bank hanya bertindak sebagai lembaga perantara dalam proses penagihan eksportir terhadap importir. Apabila ditinjau dari sisi debitur, negosiasi wesel ekspor ini berfungsi sebagai dana talangan dari bank sebelum adanya pembayaran dari importir di luar negeri. Oleh karena itu penerimaan kas dari bank dapat membantu cashflow perusahaan. Sedangkan bagi bank, dengan menangani transaksi ekspor, maka terdapat dua keuntungan yang dapat diperoleh yaitu : fee based income dan pendapatan bunga (transit interest). Disamping itu manfaat lain yang diperoleh adalah bahwa bank dapat melakukan cashflow monitoring dan mengetahui/ melakukan monitoring kondisi keuangan nasabah, karena jika transaksi ekspor disalurkan melalui bank lain maka proses early warning system dalam pengawasan penggunaan fasilitas kredit tidak berjalan sebagaimana mestinya. Dalam menangani transaksi ekspor diperlukan adanya penerapan prinsip kehati-hatian yang tinggi, oleh karena itu baik Pemimpin Cabang maupun pejabat yang berwenang diharapkan mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup tentang usaha devisa. Disamping itu agar bisnis ini bisa tetap tumbuh secara sehat maka diperlukan pula pemahaman yang luas tentang bisnisnya itu sendiri. Pemahaman 3

terhadap kedua hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya risiko baik yang bersifat risiko operasional maupun yang bersifat risiko bisnis. Sejalan dengan program rekapitalisasi perbankan, maka Bank X telah melakukan restrukturisasi di segala bidang termasuk salah satunya adalah restrukturisasi organisasi. Salah satu hal yang paling mendasar dalam pelaksanaan restrukturisasi organisasi tersebut adalah adanya keputusan manajemen yang membatasi ruang lingkup kegiatan Kantor Cabang Bank X yang sejak tanggal 17 September 2001 tidak diperkenankan lagi untuk menyalurkan pinjaman. Kegiatan bisnis Kantor Cabang Bank X hanya terbatas pada tugas-tugas meliputi : a. Melayani produk-produk dana dan jasa seperti giro, deposito, tabungan transfer dan jasa lainnya. b. Melayani transaksi transaksi devisa yang meliputi ekspor, impor, jasajasa luar negeri lainnya dan L/C dalam negeri. c. Bertugas sebagai customer relationship dan booking office untuk kredit putusan kantor pusat. d. Melakukan kegiatan administrasi dan back office. Kebijakan ini ditempuh dengan tujuan agar fasilitas kredit menengah dan korporasi yang masih tergolong sehat dapat ditangani dan dibina secara langsung oleh Divisi Bisnis Umum dan Divisi Agribisnis Kantor Pusat Bank X. Kantor cabang hanya berfungsi sebagai booking office bagi kredit menengah dan korporasi. Restrukturisasi organisasi ini bertujuan agar Kantor Cabang Bank X hanya memfokuskan diri pada penggalangan fee based income dan kegiatan mobilisasi dana saja. Namun demikian sebagai unit kerja yang berfungsi sebagai 4

profit centre maka kebijakan tersebut harus diartikan sebagai upaya manajemen agar Kantor Cabang Bank X dapat dijadikan pilot project bagi unit kerja lainnya yang hasil operasional usahanya tidak bergantung pada bunga pinjaman. Apabila ditinjau dari perkembangan bisnisnya maka Kantor Cabang Bank X merupakan salah satu kantor cabang yang cukup potensial dalam hal mobilisasi dana. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 Tabel 1. Posisi Dana Kantor Cabang Bank X Tahun 2002 (Rp. 000.000) No. Tabungan & Simpanan Jan 2002 Jun 2002 Des 2002 1 Giro (valas & rupiah) 1.127.463 1.028.147 1.268.149 2 Tabungan 85.460 92.307 96.993 3 Deposito 4.187.051 3.471.489 5.124.705 Total 5.399.974 4.591.943 6.489.847 Sumber : Neraca Kantor Cabang X tahun 2002 (diolah) Apabila ditinjau dari sisi pertumbuhan dana mulai dari bulan Januari s/d Desember 2002, dapat dilihat bahwa secara totalitas dana yang dihimpun mengalami peningkatan yang signifikan (naik 20 % dibandingkan posisi Januari 2002). Namun demikian kenaikan dana tersebut harus dapat dipertahankan, mengingat jenis simpanan yang mengalami kenaikan adalah deposito (dimana nasabah/deposannya) secara umum mudah berpindah ke bank lain jika suku bunga di bank lain lebih menarik. Jika dibandingkan dengan perolehan dana pihak ketiga secara nasional, maka share Kantor Cabang Bank X terhadap Bank X secara nasional pada tahun 2002 dapat dilihat pada Tabel 2 5

Tabel 2. Share Dana Kantor Cabang Bank X Secara Nasional (Rp. 000.000) No. Tabungan &Simpanan Kanca Bank Bank X Share 2002 X (Nasional) 1 Giro (valas & rupiah) 1.028.147 11.458.267 8,9% 2 Tabungan 92.307 28.671.476 0,32% 3 Deposito 3.471.489 29.482.185 11,77% Total 4.591.943 69.611.928 6,59% Sumber : Neraca publikasi Bank X tahun 2002 (diolah) Dapat disimpulkan bahwa, Kantor Cabang Bank X merupakan kantor cabang yang cukup potensial dalam mobilisasi dana pihak ketiga. Apabila ditinjau dari komposisi dana pihak ketiga, walaupun porsi terbesar dana yang berhasil dihimpun masih dalam bentuk deposito yang berbunga tinggi, namun hal ini masih diimbangi dengan tingginya outstanding simpanan giro yang berbunga rendah. Dengan adanya restrukturisasi organisasi yang dituangkan dalam bentuk kebijakan yang melarang Kantor Cabang Bank X untuk menyalurkan pinjaman, maka apabila tidak dikelola secara benar hal ini akan membuat situasi dilematis bagi Kantor Cabang Bank X, karena dana pihak ketiga yang dihimpun tersebut hanya akan menimbulkan kewajiban pembayaran bunga bagi pihak bank. Oleh karena itu agar supaya bisnis kantor cabang tersebut dapat tetap survive maka Kantor Cabang Bank X harus menemukan strategi alternatif yang dapat menjamin tumbuhnya bisnis yang sehat dan berkesinambungan. Disisi lain manajemen dituntut untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang dimilikinya untuk pencapaian target anggaran. Untuk memenuhi tujuan tersebut, manajemen harus mampu mengevaluasi secara periodik kinerja masing-masing unit bisnis yang ada. Kebutuhan akan adanya suatu alat untuk mengukur kinerja masing-masing unit bisnis tersebut dalam bentuk segmented reporting merupakan kebutuhan yang bersifat strategis agar Kantor Cabang Bank X dapat mengukur profitabilitas serta 6

pengendalian biaya-biaya yang sifatnya controlable yang harus dipertanggungjawabkan oleh masing-masing unit bisnis di Kantor Cabang Bank X. 1.2. Identifikasi Masalah Sebagaimana telah dijelaskan pada bab pendahuluan bahwa siklus dari transaksi ekspor dengan menggunakan sight L/C ini membutuhkan waktu kurang lebih 14 hari sejak tanggal negosiasi. Artinya pada saat dilakukan negosiasi wesel ekspor, bank melakukan pembayaran kepada nasabah secara at sight sedangkan bank baru akan menerima pembayaran (reimbursement) ± setelah 14 hari sejak tanggal negosiasi tersebut. Berdasarkan ilustrasi sederhana tersebut dapat diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan negosiasi wesel ekspor ini sama halnya dengan pemberian fasilitas kredit kepada nasabah. Hal ini akan menimbulkan resiko dan kerugian bagi pihak bank apabila dana yang telah dibayarkan kepada eksportir, tidak dibayar (unpaid) oleh bank pembuka L/C di luar negeri. Sebagai ganti rugi berkaitan dengan adanya time lag tersebut, maka bank akan menghitung bunga (transit interest) yang dihitung dari sejak tanggal negosiasi s/d adanya pembayaran dari opening bank. Mengingat adanya persaingan dengan bank-bank devisa lainnya, maka bank seringkali memberikan grace period tertentu dimana eksportir tidak dibebankan bunga (transit interest). Namun demikian perhitungan grace period terhadap eksportir harus dilakukan secara adil, sehingga dapat dihilangkan faktor-faktor subsidi dari transaksi yang satu dengan yang lainnya. Perhitungan grace period transaksi ekspor khusus untuk sight L/C harus didasarkan pada biaya-biaya yang riil dalam transaksi sight L/C saja. 7

Sedangkan untuk transaksi negosiasi usance L/C, bank dapat melakukan rediskonto atas wesel ekspor tersebut kepada Bank Indonesia atau kepada funding bank di luar negeri, sehingga negosiasi wesel ekspor dilakukan dengan menggunakan dana dari Bank Indonesia/funding bank. Adapun transaksi collection, bank mendapatkan fee untuk jasa penagihan dokumen ke luar negeri. Dalam transaksi ini risiko penanganannya relatif lebih kecil jika dibandingkan dengan usance L/C dan sight L/C. Untuk memperoleh keuntungan yang optimal maka dalam menangani transaksi ekspor, Kantor Cabang Bank X harus memiliki alat (tools) yang dapat mengukur kombinasi yang terbaik antara biaya variabel, biaya tetap, tingkat provisi, serta volume ekspor, sehingga Kantor Cabang Bank X dapat melakukan analisis serta mengidentifikasi berbagai langkah untuk meningkatkan laba. Saat ini Kantor Cabang Bank X hanya memfokuskan penilaian kinerjanya berdasarkan pendapatan usaha devisa, namun belum melakukan analisis yang lebih mendetail terhadap faktor-faktor yang menyebabkan belum maksimalnya pendapatan yang diperoleh dari penanganan transaksi ekspor. Dasar pertimbangan dalam melakukan analisis biaya, volume dan laba ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah Kantor Cabang Bank X memiliki suatu alat untuk mengukur profitabilitas bagian ekspor. b. Untuk memberikan informasi kepada manajemen tentang perhitungan grace period sebagai dasar pembebanan transit interest kepada nasabah. 8

c. Untuk memberikan informasi kepada manajemen mengenai besarnya minimal realisasi ekspor setiap bulannya untuk mencapai break even point. d. Untuk mengetahui apakah transaksi ekspor telah memberikan keuntungan yang optimal bagi kantor cabang. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dengan menggunakan pendekatan analisa biaya, volume dan laba, hal-hal yang akan dibahas adalah sebagai berikut : a. Bagaimana manajemen membuat suatu alat untuk mengukur kinerja khusus bagian ekspor. b. Apakah perhitungan grace period yang dijadikan sebagai dasar pembebanan biaya (transit interest) sudah cukup kompetitif dan tidak membebani nasabah. c. Bagaimana manajemen mengetahui besarnya minimal realisasi ekspor setiap bulannya untuk mencapai break even point. d. Apakah pendapatan transaksi ekspor pada saat ini sudah mencapai keuntungan yang optimal 1.4. Pembatasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada masalah-masalah yang terkait dengan perhitungan laba rugi transaksi ekspor dengan menggunakan analisis biaya volume dan laba, dengan pembatasan-pembatasan sebagai berikut : 9

a. Jenis transaksi ekspor Berdasarkan kegiatan yang ditangani bagian ekspor maka variabel yang diteliti adalah yang terkait dengan transaksi ekspor meliputi transaksi sight L/C, usance L/C dan transaksi collection, sedangkan transaksitransaksi di luar transaksi tersebut termasuk dalam kategori jasa-jasa luar negeri lainnya. b. Beberapa faktor yang mempengaruhi biaya dan pendapatan yang diteliti adalah : tarif provisi, transfer price, advising commision, biaya dana valas, overhead cost transaksi ekspor. c. Pembahasan dalam makalah ini bersifat manajerial sehingga diharapkan dapat membantu Kantor Cabang Bank X dalam memberikan perspektif bagi manajemen untuk pengembangan bisnis usaha devisa. 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk : a. Menyajikan suatu bentuk laporan berupa laporan laba rugi khusus bagian ekspor sehingga Kantor Cabang Bank X memiliki alat untuk mengukur profitabilitas transaksi ekspor. b. Memberikan rekomendasi perhitungan BEP yang lebih riil dalam transaksi ekspor sebagai dasar pemberian grace period pembebasan bunga. c. Menyajikan hasil analisa tentang minimal realisasi ekspor yang harus dicapai oleh Kantor Cabang Bank X agar mencapai break even point setiap bulannya. 10

d. Menyajikan hasil analisa yang komprehensif tentang apakah transaksi ekspor yang dilaksanakan selama ini sudah mencapai tingkat keuntungan yang optimum. 1.6. Manfaat Penelitian Gejala umum yang tampak adalah bahwa seringkali unit kerja yang ada terpaku pada pencapaian target laba yang ditetapkan oleh perusahaan. Kantor cabang seringkali tidak memiliki rencana yang matang untuk memerinci target pencapaian laba tersebut menjadi langkah-langkah yang konkrit dari setiap unit kerja. Sehingga perusahaan tidak memiliki suatu perencanaan kerja yang jelas dan sistematis dalam mencapai target yang ditetapkan tersebut. Oleh karena itu dengan menggunakan analisa biaya volume dan laba transaksi ekspor, maka diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat-manfaat yang positif antara lain : a. Memberikan informasi, masukan serta bahan pertimbangan bagi manajemen dalam menetapkan kebijakan, strategi perusahaan serta pengambilan keputusan. b. Kantor cabang dapat melakukan efisiensi dengan cara mengendalikan faktor-faktor biaya yang sifatnya controllable. c. Kantor cabang dapat lebih mengoptimalkan pendapatan baik yang berasal dari provisi ekspor maupun yang berasal dari pendapatan bunga. d. Kantor cabang dapat mengawasi titik-titik strategis yang sangat berpengaruh dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas transaksi ekspor. 11