ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL USAHA AGRIBISNIS SARANG BURUNG WALET DI KOTA PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sarang burung walet yang wujudnya kurang menarik ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terlebih keuntungan dalam sektor pertanian. Sektor pertanian terutama

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 8

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL PELAKSANAAN MINAPADI DI DESA PAYAMAN NGANJUK

STRATEGI PENGEMBANGAN PRODUKSI KEMUKUS DI DESA BANYUASIN KEMBARAN KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Limbah merupakan hasil sisa produksi dari pabrik maupun rumah tangga yang sudah tidak dimanfaatkan.

III. METODE PENELITIAN. untuk mendapatkan data melakukan analisa-analisa sehubungan dengan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menunjang dan

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Peternakan adalah bagian dari agribisnis yang mencakup usaha-usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

NAMA KELOMPOK : PUTRI FEBRIANTANIA M ( ) R

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STRATEGI DISTRIBUSI PEMASARAN PAKAN AYAM

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA IKAN NILA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROPINSI RIAU

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Proyeksi konsumsi kedelai nasional

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. mengkomsumsi jamur (sebagai bahan pangan maupun bahan baku obat-obatan).

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Kandungan Gizi dan Vitamin pada Ikan Layur

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

STRATEGI PEMASARAN TELUR AYAM DI UD SATWA TANI KOTA TERNATE

BAB I PENDAHULUAN. Cabai merupakan komoditas hortikultura penting di Indonesia yang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Bali

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Sampel

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat melimpah terutama

I. PENDAHULUAN. komoditi pertanian, menumbuhkan usaha kecil menengah dan koperasi serta

I. PENDAHULUAN. Luas perairan laut Indonesia diperkirakan sebesar 5,8 juta km 2, panjang garis

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

KAJIAN SISTEM PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN BERBAK KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR HILY SILVIA ED1B012004

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. yang dimiliki oleh suatu negara. Indonesia merupakan negara berkembang

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada waluh. Secara umum waluh kaya akan kandungan serat, vitamin, dan mineral yang bermanfaat bagi kesehatan.

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 STRATEGI PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAH TANGGA KERUPUK KETELA DI KECAMATAN KEMIRI KABUPATEN PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

BAB I Pendahuluan. tropis sehingga tanahnya sangat subur dan cocok untuk pertanian dan. meningkatkan hasil-hasil pertanian serta perkebunan.

BAB IV METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

IbM Kelompok Tani Buah Naga

I. PENDAHULUAN. Tanaman lidah buaya sudah dimanfaatkan sebagai tanaman hias, bahan

Oleh Tim Pengampu: Sulistiyono dan Ahmad Nasrulloh

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KERIPIK PISANG

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Analisis SWOT untuk menentukan Strategi Pengembangan Industri. Biofarmaka Daerah Istimewa Yogyakarta

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI VCO DI KABUPATEN KULON PROGO (VCO AGROINDUSTRIAL DEVELOPMENT STRATEGY IN KULON PROGO REGENCY)

BAB I PENDAHULUAN. satu keanekaragaman tersebut adalah bunga Tasbih (Canna edulis Ker.) dan ikan

DAFTAR ISI. RIWAYAT HIDUP... i. KATA PENGANTAR... ii. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... vii. DAFTAR GAMBAR... x. DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

I. PENDAHULUAN. Industri tahu di Indonesia telah berkontribusi secara nyata dalam

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Penyediaan bahan pangan sesuai potensi daerah masingmasing

Boks 1. Pembentukan Harga Ikan Sungai di Kota Palangka Raya

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

I. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

USAHA PERIKANAN TANGKAP DAN BUDIDAYA SEBAGAI MATA PENCAHARIAN ALTERNATIF

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

BISNIS PETERNAKAN BEBEK

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN:

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA ICE CREAM PARE ENAK DI LIDAH SERTA BERNILAI GIZI TINGGI BIDANG KEGIATAN: PKM Kewirausahaan.

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

3 METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

LAPORAN PENGANTAR ILMU EKONOMI PEMANFAATAN BUDIDAYA KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN IKAN. Disusun Oleh : 1. Abdul Kholid ( )

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS TELUR ASIN DENGAN TEKNOLOGI PROSES PENYANGRAIAN DI KORONG BARI KANAGARIAN SICINCIN KABUPATEN PADANG PARIAMAN

USAHA SAMBILAN BUDIDAYA WALET DI MENDATI NGAMBUR LAMPUNG BARAT. Suyadi L

I PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL USAHA AGRIBISNIS SARANG BURUNG WALET DI KOTA PONTIANAK Dewi Kurniati, Eva Dolorosa Staf pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai faktor-faktor internal dan eksternal pada usaha agribisnis sarang burung walet di kota Pontianak. Dari analisa faktor-faktor tersebut kemudian dirumuskan strategi yang tepat. Penelitian ini bersifat deskriptif. Metode yang digunakan adalah metode purposive dengan lokasi di Kota Pontianak. Sampel berjumlah 10 orang penangkar yang proses pengambilannya menggunakan metode Snowball sampling. Hasil analisis dengan menggunakan SWOT menunjukkan bahwa strategi yang dapat diterapkan oleh penangkar sarang burung Walet di Kota Pontianak adalah strategi SO yaitu strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Kata-kata kunci : Faktor Internal, Faktor Eksternal, Sarang Burung Walet I. PENDAHULUAN Budidaya sarang burung walet adalah usaha yang istimewa untuk beberapa orang di seluruh Indonesia salah satunya Kalimantan Barat. Ada beberapa faktor yang sangat penting untuk budidaya sarang burung walet, yaitu: lokasi, iklim, kondisi lingkungan, bentuk bangunan, faktor makanan serta teknik memancing walet. Di Kota Pontianak informasi tentang besarnya manfaat mengkonsumsi sarang walet turut mendorong keinginan sebagian orang yang berjiwa bisnis untuk membangun rumah walet, sehingga produksi sarang walet juga ikut meningkat. Khasiat sarang walet berdasarkan laporan penelitian Riset Unggulan Terpadu IV-Dewan Riset Nasional (1998) adalah menjaga kesegaran tubuh, obat sakit pernapasan, meningkatkan vitalitas, obat awet muda, memelihara kecantikan, menambah tenaga dalam, menghambat pertumbuhan kanker, menghilangkan pengaruh alkohol, meningkatkan konsentrasi, obat diabetes melitus, sumber protein, dan menurunkan demam. Dalam usahanya para penangkar menghadapi beberapa kendala diantaranya dalam hal penentuan harga, karena keterbatasan para penangkar terhadap informasi pasar. Kendala lain yang dihadapi para penangkar yaitu pemasaran terutama dalam hal mendistribusikan produk sarang walet ke tangan konsumen (rantai pemasaran). Dari fakta dilapangan yang menunjukkan berbagai kendala dan masalah yang dihadapi oleh para pelaku usaha agar dapat mengoptimalkan peran dan kemampuannya sehingga kajian mengenai faktorfaktor internal dan eksternal pada usaha agribisnis sarang burung walet di kota Pontianak perlu mendapat perhatian yang tinggi, sehingga dapat merumuskan strategi yang tepat sehingga usaha agribisnis sarang burung walet ini dapat berkembang baik di kota Pontianak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengenai faktor-faktor internal dan eksternal pada usaha agribisnis sarang burung walet di kota Pontianak. Dari analisa faktor-faktor tersebut kemudian dirumuskan strategi yang tepat. Secara morfologi walet memiliki sepasang glandula salives yang terletak dibawah lidah. Sepasang glandula salives ini akan memproduksikan air liur untuk membuat sarang yang memiliki nilai gizi tinggi dan sangat berkhasiat. Di cina sarang burung walet dikenal dengan nama yen-ou, selain dimasak tunggal, sarang walet juga bisa dimasak dengan campuran sayuran. Konon, pada zaman dahulu ketika sarang walet baru dikenal di Cina, masakan ini merupakan simbol kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan bangsawan penghuni istana raja.(budiman, A,2009: 8). Menurut Salekat N (2009) peluang usaha Sarang Burung Walet yaitu (1). Walet Sebagai Sumber Devisa (2). Membuka Kesempatan Kerja dan (3). Menumbuhkan Iklim Investasi. II. METODE Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan lokasi penelitian Kota Pontianak, pemilihan daerah penelitian dilakukan dengan metode purposive. Adapun metode pengambilan sampel yang digunakan adalah snowball sampling yaitu teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil kemudian membesar. Edisi Januari 2012 1

Populasi penelitian ini yaitu penangkar yang beroperasi diatas 3 tahun berjumlah 90 penangkar, sehingga jumlah sampel yang diambil dalam penelitian sebanyak 10% dari jumlah populasi sebanyak 10 penangkar. Adapun metode pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang mendalam (indepth interview) dengan bantuan pertanyaan (kuisioner). Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Teknik analisis yang dilakukan pada penelitian ini, pertama mengumpulkan data-data menjadi faktor-faktor internal dan eksternal. Kedua, tahap analisis semua informasi dari faktor faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dimasukkan dalam model Matrik SWOT. III. HASIL A. Analisis Faktor Internal Usaha Penangkaran Sarang Burung Walet. 1. Faktor Kekuatan (Strengths), yaitu menganalisa variabel-variabel kekuatan yang dimiliki oleh penangkar sarang burung wallet. a. Banyaknya populasi burung wallet Kalimantan Barat termasuk daerah yang terbilang banyak terdapat populasi burung walet, sebab memiliki daerah perkebunan, sungai atau pantai cukup banyak. Populasi burung walet yang ada di Kota Pontianak berdasarkan data ASPERUWA 2010 berkisar 4.000 ekor burung walet. b. Nilai jual tinggi Nilai Jual dari sarang burung walet rumahan di Kota Pontianak lebih tinggi dibandingkan sarang yang berasal dari gua. Hal ini disebabkan produk sarang burung walet rumahan yang dihasilkan memiliki kualitas lebih baik yaitu lebih bersih dibandingkan sarang walet gua. c. Khasiat tinggi Kandungan Gizi sarang walet paling tinggi adalah protein, selain protein sarang walet juga mengandung sejumlah zat gizi yang diperlukan tubuh manusia, seperti karbohidrat, lemak, selain itu juga mengandung sejumlah mineral seperti kalsium (Ca), fosfor (P), FERRUM (Fe), zinc (Zn), magnesium (Mg) dan juga mengandung air. d. Saluran Pemasaran Umumnya para penangkar cukup menghubungi pedagang pengumpul yang akan menampung dan membeli sarang walet tersebut. Saluran pemasaran sarang burung walet hanya kepada pengumpul, kemudian umumnya pedagang pengumpul akan menjual kembali sarang walet yang telah dibelinya dalam jumlah cukup banyak ke pedagang besar antar pulau, langsung ke distributor atau perusahaan yang mengekspor sarang walet ke luar negeri, Eksportir inilah yang akan mengirim sarang walet ke negara-negara konsumen. e. Kualitas produk baik Kualitas sarang walet rumahan lebih baik daripada sarang walet gua, di Kota Pontianak sarang walet banyak dibudidayakan dengan cara dirumahkan (bangunan khusus bagi burung walet), disebabkan bentuk produk dari sarang walet rumahan lebih putih, bersih, bentuk sarang sempurna dan kondisi higienis. f. Variasi warna dan bentuk sarang burung wallet Warna dan bentuk sarang walet bervariasi berdasarkan penggolongan harga diantaranya: bentuk sarang berwarna putih,berbentuk setengah lingkaran atau mangkuk, bersih, ukurannya 3,5 4 jari, tidak pecah dan punggungnya mulus, memiliki harga jual paling mahal, jika sarang berwarna putih kekuningan, bulu agak dominan pada sarang, sedikti kotor, ukuran kurang dari 3,5 jari, bentuknya menyudut atau segitiga, dan punggungnya kurang mulus, harga lebih murah, sedangkan sarang walet yang bentuknya tidak utuh, hanya berupa pecahan atau patahan sarang walet tetap masih dapat dijual. g. Adanya Kerjasama dengan ASPERUWA (Asosiasi Pengelola Rumah Walet). ASPERUWA merupakan suatu wadah perkumpulan pengelola-pengelola rumah walet, dalam hal ini adalah para penangkar walet. ASPERUWA membantu para penangkar dalam memberikan informasi mengenai system penjualan, standar harga yang berlaku dipasar sampai pada proses pemasaran, serta mengkoordinir dan membantu para penangkar baru agar dapat memenuhi persyaratan teknis dan administrasi dalam proses perizinan yang ditentukan oleh Pemerintah Kota Pontianak. Edisi Januari 2012 2

2. Faktor Kelemahan ( Weaknesses ), yaitu menganalisa variabel-variabel kelemahan yang mempengaruhi penangkar dalam pemasaran produk sarang burung walet. a. Biaya produksi tinggi Biaya produksi sarang burung walet terdiri dari Biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap diantaranya : Upah tenaga kerja untuk perawatan dan pemeliharaan sampai proses pemanenan, fasilitas untuk tenaga kerja, biaya listrik telephone dan air, sedangkan biaya variabelnya adalah pembelian pakan tambahan dan obat-obatan serta biaya pembersihan sarang. b. Permodalan Modal untuk membangun rumah walet cukup besar, yang terdiri dari : tanah dan bangunan atau rumah walet, biaya peralatan, biaya perizinan usaha, biaya sarana penunjang. Modal yang dibutuhkan dalam usaha pembudidayaan sarang burung walet antara Rp.50.000.000 sampai dengan Rp. 2 Milyar. c. Kurangnya informasi pasar Informasi pasar dari produk sarang burung walet masih sangat terbatas, sebab pada kenyataannya sistem pemasaran dari sarang burung walet masih belum terbuka untuk masyarakat umum, umumnya para penangkar mendapatkan informasi dari para pengumpul, atau dari penangkarpenangkar lain. d. Kecilnya jumlah produksi Jumlah produksi dari produk sarang burung walet masih terbilang kecil, untuk satu kali panen hanya menghasilkan 0,5 Kg 10 Kilogram perbulan. B. Analisis Faktor Eksternal Usaha Penangkaran Sarang Burung Walet 1. Faktor Peluang ( Opportunities ), yaitu menganalisa variabel-variabel peluang yang dimiliki oleh Penangkar sarang burung wallet a. Adanya penggolongan harga Adanya penggolongan harga berdasarkan warna dan bentuk sarang walet, dimaksudkan untuk menentukan nilai jual dari sarang walet yang dihasilkan. Sarang burung walet memiliki tiga penggolongan harga yaitu (1). Kelas A, yakni sarang yang berwarna putih, berbentuk setengah lingkaran atau mangkuk, bersih ukurannya 3,5 4 jari, tidak pecah, dan punggungnya mulus (2). Kelas B, yakni sarang yang berwarna putih kekuningan, bulu agak dominan sedikit kotor, ukuran kurang dari 3,5 jari, bentuknya menyudut atau segitiga dan kurang mulus (3). Kelas C, yakni sarang yang memiliki bentuk yang tidak utuh, penyebabnya mungkin kurang hati-hati dalam melakukan panen atau pemrosesan. Ukurannya beragam, dari pecahan 1 cm hingga yang patah menjadi dua bagian. b. Permintaan pasar ekspor yang besar Sampai saat ini Indonesia merupakan pengekspor sarang walet terbesar di dunia. Hampir 80% kebutuhan walet dunia disuplai dari Indonesia, berdasarkan data Badan Karantina Hewan, Departemen Pertanian Jakarta produksi sarang burung walet Kalimantan Barat tahun 2007 adalah sebanyak 7.627 ton. c. Kemajuan di Bidang Teknologi, Informasi, Komunikasi dan Transportasi Kemajuan dalam bidang teknologi dapat berupa ditemukan alat pemanggil burung walet agar burung walet mau hinggap atau bertempat tinggal pada bangunan tersebut, beberapa peralatan yang digunakan antara lain tape recorder, DVD, VCD, atau CPU computer yang dihubungkan dengan ampli dan tweeter. Kemajuan dalam bidang transportasi terutama akses jalan yang baik memberikan kemudahan dalam memasarkan produk sarang walet, sedangkan kemajuan dalam bidang komunikasi yaitu digunakannya telepon atau handphone serta media internet dalam membantu serta memperlancar kegiatan pemasaran terutama dalam memberikan informasi pasar. d. Adanya Festival atau Perayaan Sarang burung walet pertama kali dipopulerkan oleh etnis Tionghoa, dan juga banyak dikonsumsi oleh etnis Tionghoa, sehingga tidak heran pada saat perayaan-perayaan atau festival-festival etnis Tionghoa seperti : perayaan imlek, akhir tahun dan Moon Cake Festival permintaan akan sarang burung walet meningkat sangat pesat, Kota Pontianak termasuk salah satu penghasil sarang walet terbanyak dan juga banyak terdapat etnis Tionghoa maka pada perayaan-perayaan tersebut para penangkar memperoleh keuntungan sangat besar. Edisi Januari 2012 3

2. Faktor Ancaman ( Threats ), yaitu menganalisa variabel-variabel ancaman yang dimiliki oleh Penangkar Sarang burung wallet. a. Naiknya nilai jual tanah Lokasi yang biasa dipilih untuk didirikan gedung walet adalah lokasi sentra, lokasi lintasan dan lokasi sumber pakan, jika pada salah satu pemilihan lokasi sudah didirikan bangunan walet maka secara langsung nilai jual atas tanah pada daerah tersebut juga akan naik sebab sudah pasti lokasi tersebut menjadi incaran para investor walet. b. Biaya bahan bangunan walet meningkat Semakin banyak pembangunan juga semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk bahan baku bangunan, ditunjang lagi dengan keadaan ekonomi Indonesia, semua biaya semakin naik dan termasuk bahan-bahan baku bangunan yang semakin meningkat. c. Adanya hambatan perdagangan Hambatan perdagangan yang berlaku umum baik secara nasional maupun secara internasional adalah tarif dan nontarif. Pengenaan tarif terhadap produk yang keluar merupakan ancaman bagi para penangkar karena dapat menghambat aktivitas pemasaran khususnya distribusi produk. Para penangkar harus mematuhi peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. d. Berkembangnya isu penyakit burung wallet Semakin mewabahnya penyakit flu burung berdampak pada pembudidayaan sarang burung walet, pro dan kontra terjadi di lingkungan masyarakat, ada yang berpendapat bahwa burung walet juga penyebar dari virus flu burung. e. Nilai tukar yang berubah-ubah Harga sarang burung walet di pasaran dunia berdasarkan kurs USD, dengan nilai yang berubahubah mempengaruhi nilai jual dari sarang burung walet, nilai kurs mata uang tiap negara juga berbeda-beda, tetapi bagi para penangkar ini bukan merupakan suatu kendala sebab nilai jual sarang burung walet tetap tinggi. f. Terganggunya keasrian lingkungan Dampak terhadap lingkungan dari adanya bangunan walet diantaranya : timbulnya bau yang disebabkan dari kotoran walet, bau dari sampah yang digunakan sebagai makanan tambahan burung walet, terganggunya kualitas udara ambien, tercemarnya air tandon penduduk dan menyebabkan kebisingan jika alat pemanggil walet terlalu keras. IV. ANALISIS SWOT Hasil analisis matrik SWOT menunjukkan nilai strategi SO adalah nilai yang tertinggi. Strategi SO adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Kekuatan yang terdiri dari banyaknya produksi walet ; nilai jual tinggi ; Khasiat tinggi ; Saluran distribusi yang bersifat tertutup ; Kualitas produk baik ; Variasi warna dan bentuk sarang walet ; Adanya kerjasama dengan ASPERUWA, Sedangkan peluang terdiri dari Adanya penggolongan harga ; Permintaan pasar ekspor yang besar ; Kemajuan dibidang Teknologi, Informasi, Komunikasi dan Transportasi ; Adanya festival-festival atau perayaan-perayaan. V. PEMBAHASAN Dari hasil analisis matrik SWOT menunjukkan strategi yang tepat adalah dengan menggunakan strategi SO. Jika diuraikan lagi lebih mendalam maka dapat diperoleh bahwa dari strategi SO tersebut menghasilkan beberapa strategi-strategi yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan produktivitas sarang wallet sehingga para pengusaha dapat mengoptimalkan keuntungannya di masa depan. Adapun alternatif utama strategi SO yaitu : 1. Membudidayakan Populasi Burung walet. Kota Pontianak merupakan salah satu tempat yang cocok untuk membudidayakan sarang burung walet ini disebabkan banyak terdapat populasi dari burung walet di Kota Pontianak, agar kekayaan alam yang ada tidak punah maka para penangkar harus tetap menjaga dan melestarikan populasi dari sarang burung walet tersebut, dengan menggunakan teknik pembudidayaan yang benar hingga proses pemanenan yang berazas melestarikan populasi sarang burung walet maka populasi dari sarang walet akan tetap terjaga dan produksi sarang burung walet akan meningkat. 2. Mengoptimalkan teknik pembudidayaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Strategi ini bermanfaat untuk meningkatkan hasil produk yang berkualitas dengan teknik pembudidayaan yang benar. Syarat utama meningkatkan produksi dari sarang burung walet adalah Edisi Januari 2012 4

teknik pembudidayaan yang benar, diantaranya : (1) sempurnakan syarat syarat baku budidaya walet meliputi: faktor kelembapan, sinar yang masuk ke dalam ruangan tidak boleh lebih dari 0,02 lux, serta pemasangan sirip yang benar,(2) Gunakan sarana penunjang budidaya walet antara lain : SWO-2, hujan kabut buatan, PW-Cair,bibit lamtoro mini dan thermohygrometer, (3) pahami sifat-sifat asli walet, misalnya : pengaturan arus terbang burung walet, arus terbang walet bersifat monoton sehingga selama hidupnya tidak akan berubah.(4) Hilangkan hambatan perkembangan produksi sarang antara lain: hambatan pada lobang masuk seperti adanya pohon atau tiang yang menghalangi lubang masuk, hambatan arus terbang di dalam ruangan rumah walet seperti penggunaan tiang penunjang yang berlebihan serta hambatan adanya lubang yang berada diantara ruangan. 3. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan para pengumpul Strategi ini bermanfaat untuk meningkatkan pola hubungan kerjasama yang intensif dan memberikan dampak yang baik dalam pengembangan dan pemasaran produk sarang burung walet. Hubungan kerjasama yang baik antara penangkar dengan pedagang pengumpul sangat membantu dalam proses pemasaran. 4. Menjalin hubungan kerjasama yang baik dengan berbagai instansi Strategi ini bermanfaat untuk perlindungan hukum bagi para penangkar dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Masih banyak para penangkar yang belum menjalin kerjasama dengan intansi-instansi terkait pembudidayaan sarang burung walet sehingga banyak pula dari penangkar yang belum mengetahui peraturan-peraturan dari pembudidayaan sarang burung walet, inilah salah satu penyebab terjadinya tindakan kriminal yaitu pemerasan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, oleh karena itu hubungan kerjasama dengan berbagai instansi harus terjalin dengan baik, sehingga pembudidayaan sarang burung walet dan proses pemasaran dapat berjalan dengan lancar tanpa ada pihak yang dirugikan. 5. Mengoptimalkan pengolahan produk sarang walet Sarang walet yang kotor akan menurunkan nilai jualnya, semakin bersih dan putih sarang walet maka semakin tinggi nilai jualnya, agar nilai jual dari sarang burung walet bisa tinggi produk tersebut harus diolah kembali. Proses pengolahan diantaranya yaitu pencucian sarang walet, dalam proses pencucian sarang tidak hanya dibersihkan tetapi juga dicetak dan ditambal sehingga bentuknya menjadi sempurna, setelah melalui proses tersebut maka nilai jual arang burung walet akan naik dan penangkar memperoleh profit yang besar. 6. Mengoptimalkan kegiatan promosi produk sarang walet Strategi ini bermanfaat untuk mempromosikan produk sehingga dapat dikenal oleh masyarakat luas, Media promosi yang dapat digunakan adalah dengan mengikutsertakan para penangkar dalam kegiatan pameran atau perayaan festival-festival. Dari kegiatan promosi, pemasaran produk sarang walet menjadi lebih luas. VI. PENUTUP 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis matrik SWOT menunjukkan bahwa Strategi yang dapat diterapkan oleh penangkar Sarang burung Walet di Kota Pontianak adalah strategi SO yaitu strategi yang menggunakan kekuatan utnuk memanfaatkan peluang. 2. Saran Menjalin kerjasama yang intensif dengan instansi terkait seperti Dinas Tanaman Pangan, Badan Lingkungan hidup, Bea dan Cukai, ASPERUWA, untuk membantu penangkar dalam meningkatkan upaya pengembangan usaha agribisnis sarang burung walet dengan menggunakan alternatif strategi SO VII. DAFTAR PUSTAKA [1]. Asosiasi Pengelola Rumah Walet (ASEPERUWA) Pontianak, Perkembangan Harga Sarang Walet per kg, Pontianak. [2]. Budiman, Arief, 2007, Pedoman Membangun Gedung Walet, Jakarta, Agromedia Pustaka. [3]. Departemen Pertanian, Badan Karantina Hewan, Produksi sarang walet Kalimantan Barat tahun 2007, Jakarta [4]. Nawawi, Handari, 1983. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta, Gadjah Mada Press. Edisi Januari 2012 5

[5]. Nazaruddin dan Regina, 1992, Budidaya dan Bisnis Sarang Walet, Jakarta, PT. Penebar Swadaya. [6]. Nazir, Moh, 1988, Metode Penelitian, Jakarta, Ghalia Indonesia. [7]. Noerdjiato. 1991, Walet-waletan Dalam Eksilopedi Nasional Indonesia, Jakarta, PT. Cipta Adi Pustaka. [8]. Rangkuti, Freddy, 2004, Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. [9]. Ratih,Tri, 1992, Burung Walet (Collocalia sp), Manggala Wanabakti. Vol. 8 No.02. Jakarta. [10]. Redaksi Trubus, 2001,Budidaya Walet, Pengalaman Langsung Para Pakar Praktisi. Edisi Ke-2, Penebar Swadaya, Jakarta. [11]. Salekat, Nasir, 2009, Membangun Rumah Walet Hemat Biaya, Agromedia Pustaka, Jakarta. [12]. Salekat, Nasir, 2009, Analisis Pengaruh Penangkar Walet Terhadap Pendapatan Asli Derah Kota Pontianak dan Dampak Lingkungan di Masyarakat. Tesis Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Tanjungpura Pontianak. [13]. Shandaly, Hassan, 1989, Apodiformes (Walet, kolibri) Dalam Eksiklopedia Indonesia Seri Fauna : Burung, PT.Ictiar Baru Van Hoeve, Jakarta. [14]. Soemadikarta,1989,Walet dan Permasalahannya. Seminar Nasional Walet II.Semarang. [15]. Suharsimi, Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian, Edisi revisi ke-5, Asdi Mahasatya, Jakarta. Edisi Januari 2012 6