BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena
|
|
- Farida Sri Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap daerah mempunyai potensi pendapatan yang berbeda karena perbedaan kondisi ekonomi, sumber daya alam, besaran wilayah dan besaran penduduk sehingga memungkinkan masing-masing daerah memberi penekanan yang berbeda-beda pada setiap sektor pemasukan daerah. Indonesia dikenal memiliki sumber daya alam yang cukup melimpah. Burung walet merupakan salah satu sumberdaya hayati yang memiliki nilai yang tinggi, baik dari ekologi fauna maupun sektor pemasukan unggulan daerah. Burung walet menghasilkan sarang walet secara alamiah banyak dijumpai di gua dalam hutan dan gua-gua yang berada dipinggir-pinggir laut. Selain itu sarang walet juga dapat dihasilkan secara buatan pada suatu bangunan atau gedung. Sarang walet merupakan hasil dari air liur burung walet yang saat ini menjadi salah satu makanan yang terkenal di dunia. Sarang burung walet dipercaya memiliki manfaat yang sangat baik bagi kesehatan tubuh manusia. Karena manfaatnya yang berkhasiat itu maka tidaklah heran jika harganya sangat mahal. Sarang burung walet sudah dikenal di China sejak abad ke-14, pada masa itu sarang burung walet sudah menjadi makanan yang sangat bergengsi khususnya dikalangan kaum bangsawan. Di China, sarang burung walet digunakan penduduknya untuk membuat makanan yaitu sop. Sop sarang burung walet telah 1
2 dikonsumsi oleh orang-orang China selama ribuan tahun. Sop sarang burung walet adalah salah satu jenis makanan yang mempunyai tanda kebesaran di China sehingga banyak peminatnya terutama berasal dari China. Sarang walet, sebenarnya adalah lendir yang dikeluarkan oleh kelenjar yang terdapat pada leher burung. Burung walet di habitat aslinya, mengoleskan lendir di tebing-tebing cadas dalam gua yang gelap gulita, baik gua di bukit kapur maupun gua-gua di tebing pantai yang curam. Lendir itu akan segera mengering dan mengeras hingga membentuk sarang kecil. Indonesia merupakan negara penghasil sarang burung walet terbesar di dunia, mencapai 75 % dari kebutuhan dunia (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2008), kemudian diikuti oleh Thailand, Vietnam, Singapura, Myanmar, Malaysia, India dan Srilangka ditingkat perdagangan dunia. 1 Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor sarang burung walet dari Indonesia adalah Hongkong (Cina), Taiwan, Jepang, Singapura, Arab Saudi, Amerika Serikat, Australia, Perancis dan Belanda. Indonesia diketahui memiliki 12 jenis walet (Mardiastuti dan Mranata 1996), dua jenis diantaranya telah umum dipanen sejak lama dan satu jenis lagi mulai dipanen sejak sekitar 2-3 tahun yang lalu. Sarang walet berbentuk seperti setengah mangkuk. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Indonesia merupakan penghasil sarang burung walet terbesar di dunia. Berikut ini adalah data ekspor sarang walet Indonesia. 1 Hadi Iswanto, 2002, Walet Budidaya dan Aspek Bisnisnya, Agromedia, Prakarta, hal 5 2
3 Tabel 1.1 Volume dan Nilai Ekspor Sarang Walet di Indonesia Tahun Volume (Ton) Nilai (US$ ribu) * *periode Januari-September 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) RI Tahun Dari data tersebut dapat diketahui produksi sarang walet masih belum stabil. Daerah-daerah yang mempunyai potensi unggulan sarang walet menghasilkan jumlah sarang walet yang berbeda-beda tiap tahunnya. Ada daerah yang produksi sarang waletnya meningkat dan ada juga daerah yang produksi sarang waletnya menurun. Padahal, sarang walet memiliki prospek dan potensi perdagangan yang sangat bagus untuk dikembangkan. Di Indonesia sebagian besar sarang burung walet dihasilkan di pulau Jawa. Walet sebenarnya adalah burung penghuni gua, tapi ada juga walet yang dibudidayakan dengan menggunakan gedung walet. Gedung walet sangat populer di daerah Pasuruan, Gresik, Tuban, Bondowoso, Lumajang dan sebagian wilayah di Madura yang semuanya terletak di Propinsi Jawa Timur. 2 Gua-gua walet banyak ditemukan di Indonesia. Antara lain di daerah Kebumen, Jawa tengah, dengan Gua Karang Bolong yang amat terkenal di seantero dunia sebagai penghasil sarang burung walet dalam jumlah amat besar. 3 Selain di gua Karang Bolong, Kabupaten Kebumen ada dua gua lagi, yakni gua Pasir dan gua Karangduwur. Di daerah 2 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Blitar, 2001, Pedoman Budidaya Walet, Blitar, hal. 3 3 Nazaruddin dan Antonius WIdodo, 1999, Sukses Merumahkan Walet, Jakarta: Penebar Swadaya, Hlm: 15. 3
4 Gunung Kidul terdapat di gua Ngungap, gua Serah, gua Nampu, gua Suka Rarap, dan gua Parangkaan. Lokasi gua walet juga terdapat di Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Lampung, Bali, dan Sulawesi Selatan. Akan tetapi, diduga bahwa walet tersebar merata di seluruh daerah Indonesia karena kondisi alamnya yang cocok. 4 Di Indonesia, cikal bakal perburuan sarang burung walet di habitat aslinya diperkirakan sudah ada sejak tahun 1700-an, yakni di gua Karangbolong yang terletak di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, tidak lama kemudian pencarian sarang burung walet mulai menyebar ke beberapa daerah seperti Gresik dan Tuban (Jawa Timur), Rembang, Tegal, Semarang dan Lasem (Jawa Tengah) dan dipinggiran Pantai Pulau Jawa. Selain di daerah daerah tersebut, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Riau, Sulawesi Selatan, serta Nusa Tenggara Timur dan Barat juga memiliki kekayaan sarang burung gua yang dihasilkan oleh walet sarang putih (Collocalia fuciphagus) dan walet sarang hitam (Collocalia maximus) (Alhaddad, 2003). Seperti disebutkan sebelumnya, Kabupaten Kebumen merupakan salah satu penghasil sarang burung walet yang cukup terkenal, maka tidak heran jika burung lawet identik dengan kota di selatan Jawa Tengah ini. Hal itu dibuktikan dengan gambar burung walet yang menghiasi lambang Kabupaten Kebumen. Burung walet dalam lambang tersebut menggambarkan suatu sumber penghasilan daerah dan merupakan pencerminan dari ketekunan dan kegesitan yang penuh dinamika dari rakyat daerah Kabupaten Kebumen dalam usahanya untuk 4 Tim Penulis Penebar Swadaya, 1999, Budidaya dan Bisnis Sarang Walet, Jakarta: Penebar Swadaya, anggota IKAPI. Hlm: 2. 4
5 membangun daerahnya. Lambang Kabupaten Kebumen tersebut melekat di lengan kiri seragam Pegawai Negeri Sipil (PNS) Kebupaten Kebumen. Burung walet juga dijadikan sebagai mascot kebanggaan Kabupaten Kebumen. Hal ini terbukti salah satunya dengan didirikannya tugu walet di pusat Kota Kebumen dan juga terdapat pada tugu perbatasan antara Kabupaten Kebumen dengan Kabupaten Purworejo. Bentuk burug walet pun tak ketinggalan menghiasi lampu-lampu kota di beberapa ruas jalan di Ibukota Kabupaten Kebumen. Aset burung walet yang dikelola Pemerintah Kabupaten Kebumen terdapat di tiga lokasi, yakni di Desa Karang Bolong, Desa Karangdhuwur, dan di Desa Pasir. Di Desa Karang Bolong dan Desa Karangdhuwur masing-masing terdapat satu gua burung walet, sedangkan di Desa Pasir terdapat dua gua burung walet. Pada awalnya, pengelolaan sarang burung walet milik Daerah Kabupaten Kebumen dijalankan dengan sistem lelang, yakni dengan melibatkan pihak ketiga atau pihak swasta baik perseorangan maupun lembaga. Dalam sistem ini, pihak swasta berhak memanen dan menjual seluruh sarang walet yang dihasilkan tiga gua milik Kantor Pendapatan Daerah (Kapenda). Pembayaran kontrak dilakukan sebanyak periode pemanenan yang dilakukan, yaitu empat kali dalam setahun. Dari segi hasil atau pendapatan, pengelolaan dengan sistem lelang memang menguntungkan, baik bagi Kapenda maupun bagi para karyawan pemanen. Kapenda hanya tinggal menerima penghasilan bersih sebesar nilai kontrak dari penawar tertinggi. Pengelolaan dari sistem lelang sangat menguntungkan jika dilihat dari segi hasil. Namun, tidak demikian halnya jika dilihat dari segi kelestarian burung walet. Sebab, panen dari pihak swasta sangat 5
6 tidak terpola. Panen dilakukan empat kali dalam setahun pada saat anak-anak walet masih kecil dan belum bisa terbang. Dari segi bisnis, panen yang dilakukan pada saat anak-anak walet belum bisa terbang memang sangat menguntungkan, karena pada saat itu sarang berada pada kualitas yang terbaik sehingga harga jualnya pun tinggi. Akan tetapi, panen semacam ini akan sangat merugikan bagi peremajaan burung walet, burungburung walet pindah atau mati tidak mempunya pengganti. Akibatnya hasil unduhan menurun dari tahun ke tahun. Tercatat pada 2000, sarang burung walet yang diunduh mampu mencapai 163,25kg dan menghasilkan pendapatan sebesar Rp 510 juta. Hasil unduhan terus menurun hingga tahun 2003 sarang burung walet yang diunduh hanya 121,60kg dan menghasilkan pendapatan sebesar 502,5 juta. Periode tahun 2003 merupakan periode terakhir pengelolaan sarag burung walet dengan sistem lelang. 5 Pengelolaan sarang burung walet dengan sistem lelang yang diperparah juga oleh faktor-faktor lain, seperti lingkungan fisik dan lingkungan sosial disekitar, berakibat pada menurunnya produktivitas sarang burung walet dari tahun ke tahun. Hal tersebut akhirnya membuat Kapenda Kabupaten Kebumen memutuskan untuk mengelola sendiri aset ini, yaitu sejak tahun Tujuannya tentu tidak lain adalah agar produktivitas dari pengelolaan sarang burung walet ini meningkat sehingga dapat kembali menjadi andalan yang memberikan kontribusi yang besar pada PAD Kabupaten Kebumen. Data berikut ini akan memaparkan produktivitas sarang burung walet setelah dikelola oleh Kantor Pendapatan Daerah. 5 Nanik Kristiyani, 2006, Strategi PeningkatanProduktivitas Pengelolaan Sarang Burung Wale, Skripsi: tidak diterbitkan 6
7 Tabel 1.2. Data Hasil Penjualan Sarang Burung Walet Milik Pemerintah Kabupaten Kebumen Tahun Jumlah Pendapatan Target (Rp) Prosentase Biaya (Rp) Unduhan (Rp) ,05 kg ,15 kg ,82 kg ,16 kg ,39 kg , ,79 kg , ,96 kg , ,60 Sumber: Dishubkominfo Kabupaten Kebumen (diolah) Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa pada awalnya produktivitas sarang burung walet mengalami kenaikkan. Akan tetapi pada akhirnya mengalami penurunan hingga tahun 2012 pennghasilan yang diperoleh sangat jauh dari target. Hal ini berdampak mengurangi pendapatan asli daerah. Salah satu faktor yang menyebabkan unduhan sarang burung walet menurun adalah populasi burung walet di Karang Bolong yang semakin berkurang. Dari pengamatan Kepala UPT Sarang Walet Puryono, polulasi walet yang berkurang akibat adanya rumah walet yang dibangun masyarakat dan juga karena faktor alam. Pada awalnya, lokasi sekitar sarang walet terdapat rerimbunan pohon. Tetapi saat ini pohonnya sudah berkurang karena ditebang. 6 Pergantian tangan pengelolaan sarang burung walet yang dilakukan Kantor Pendapatan Daerah Kabupaten Kebumen tidak membuktikan keberhasilan yang ditandai dengan adanya peningkatan produktivitas sarang burung walet. Karena penghasilan sarang burung walet sudah 6 Anonim, 2011, Ekologi Walet Nyaris Rusak. Diakses melalui pada tanggal 22 Februari
8 tidak dapat diandalkan lagi, akhirnya Kapenda memutuskan untuk mengalihkan wewenang pengelolaan sarang burung walet kepada pemerintah desa sejak tahun Adapun pemerintah desa yang mempunyai gua sarang burung walet ada tiga, yaitu Desa Karang Bolong, Desa Karangduwur dan Desa Pasir. Atas dasar uraian tersebut, dapat diketahui bahwa pengelolaan salah satu potensi lokal Kabupaten Kebumen yaitu sarang burung walet saat ini sudah menjadi kuasa pemerintah tingkat desa. Pada tanggal 30 Maret 2012 dilakukan perjanjian kerjasana antara Pemerintah Kabupaten Kebumen dengan Pemerintah Desa Karangduwur, yaitu Nomor: 600/087/2012 jo nomor: 188/011/D/III/2012 tentang pengelolaan dan pengusahaan burung walet pada Goa Karangduwur di Desa Karangduwur, Kecamatan Ayah, Goa Pasir di Desa Pasir, Kecamatan Ayah dan Goa Karangbolong di Desa Karangbolong, Kecamatan Buayan. Dalam surat kerja sama tersebut dinyatakan bahwa Pemerintah Desa Karangduwur berwenang mengelola sarang burung walet secara keseluruhan. Dari wewenang tersebut, melalui Surat Keputusan Kepala Desa Karangduwur Nomor 144 / 09 / KEP / 2012, Pemerintah Desa Karangduwur membentuk kelompok pengelola sarang burung walet bernama Kelompok Walet Sakti. Dengan begitu, penelitian mengenai produktivitas pengelolaan sarang burung walet di Kabupaten Kebumen diperlukan. Penurunan produksi sarang burung walet jelas membutuhkan solusi nyata. Potensi yang dahulu pernah menjadi unggulan dalam PAD akan sangat disayangkan jika punah karena cara pengelolaannya yang salah. Peran pemerintah daerah di sini menjadi kunci, bagaimana secara tepat dapat mendorong 7 Hasil observasi sarang burung walet habitat alami di Gua Karang Bolong pada tanggal 21 Maret
9 masyarakat sekitar pantai untuk mengelola sarang burung walet secara baik dan benar. B. Rumusan Masalah Kelestarian habitat burung walet yang asli di gua-gua pada saat ini sudah mulai terancam. Selain pengelolaan sarang burung walet yang dilakukan oleh pihak swasta, faktor lain yang menyebabkan unduhan sarang burung walet turun drastis adalah penebangan hutan di sekitar gua yang menyebabkan jumlah pakan alami burung menjadi berkurang. Dampak lain penebangan pohon adalah mengakibatkan perubahan suhu udara di sekitar mulut gua, padahal burung walet hanya akan hidup jika habitatnya bersuhu dingin dan lembab (Zuhud, dkk, 1987). Menurut MacKinnon, dkk (2000), tekanan terhadap sumberdaya yang berharga ini terus meningkat karena pertambahan penduduk, aksesibilitas ke gua yang semakin mudah dan perubahan tataguna lahan sehingga perlu pengelolaan yang bijaksana serta mempertimbangkan biologi perkembangbiakan dan keperluan pakan bagi burung-burung walet tersebut. Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet habitat alami di Kabupaten Kebumen? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet habitat alami di Kabupaten Kebumen? 9
10 C. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas Kelompok Walet Sakti dalam mengelola sarang burung walet. D. Manfaat Penelitian 1. Untuk masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan motivasi untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sarang burung walet, berupa keikutsertaan dalam kegiatan pemanenan dan penjagaan sarang burung walet. 2. Untuk Kelompok Walet Sakti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan serta motivasi untuk mengembangkan teknik pemanenan dan pengelolaan serta pengusahaan sarang burung walet. 3. Untuk pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Pemerintah Kabupaten Kebumen, khususnya Dinas PPKAD dalam mengambil keputusan terkait pengelolaan sarang burung walet di Kebumen oleh Kelompok Walet Sakti sebagai cikal bakal BUMDes. 10
PENDAHULUAN. Latar Belakang Sarang burung walet yang wujudnya kurang menarik ini merupakan
3 PENDAHULUAN Latar Belakang Sarang burung walet yang wujudnya kurang menarik ini merupakan komoditas ekspor yang bisa diandalkan. Indonesia merupakan produsen sarang burung walet terbesar di dunia, kemudian
Lebih terperinciKAJIAN TENTANG USAHA SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN SAMPANG (TINJAUAN EKONOMIS) SKRIPSI
KAJIAN TENTANG USAHA SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN SAMPANG (TINJAUAN EKONOMIS) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jawa Timur Untuk Menyusun Skripsi S-I
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. dengan burung layang-layang. Selain itu, ciri yang paling khas dari jenis burung
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Burung Walet memiliki beberapa ciri khas yang tidak dimiliki oleh burung lain. Ciri khas tersebut diantaranya melakukan hampir segala aktivitasnya di udara seperti makan
Lebih terperinciV. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.
V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN Sumberdaya yang digunakan dalam pembangunan ekonomi harus dimiliki atau
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Arah pembangunan ekonohi nasional-sesuai dengan amanat konstitusi pasal 33 UUD 45 adalah pembangunan ekonomi berbasis kerakyatan. Sumberdaya yang digunakan dalam pembangunan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN SARANG BURUNG WALET INDONESIA. Ani Mardiastuti
GAMBARAN UMUM TENTANG PERDAGANGAN SARANG BURUNG WALET INDONESIA Ani Mardiastuti PENDAHULUAN Sejak ratusan tahun yang lalu, diketahui bahwa sarang dari beberapa jenis walet dapat dikonsumsi manusia dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya 255 juta pada tahun 2015, dengan demikian Indonesia sebagai salah satu pengkonsumsi beras yang cukup banyak dengan
Lebih terperinciEkonomi Pertanian di Indonesia
Ekonomi Pertanian di Indonesia 1. Ciri-Ciri Pertanian di Indonesia 2.Klasifikasi Pertanian Tujuan Instruksional Khusus : Mahasiswa dapat menjelaskan ciri-ciri pertanian di Indonesia serta klasifikasi atau
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi yang ditandai dengan tingginya tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu bagian dari negara tropis yang memiliki kekayaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu bagian dari negara tropis yang memiliki kekayaan sumberdaya alam melimpah, khususnya di bidang pertanian. Perhatian pemerintah terhadap
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA
PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI TATA NIAGA SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2002 NOMOR : 37 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2003 NOMOR : 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 4 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN BERAU DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang dilindungi melalui Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Ekspor negara Indonesia banyak dihasilkan dari sektor pertanian, salah satunya hortikultura
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan Indonesia sebagai negara agraris
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah
Lebih terperinciTINJAUAN LITERATUR DAN LANDASAN TEORI
8 TINJAUAN LITERATUR DAN LANDASAN TEORI Tinjauan Teknis Usaha Sarang Burung Walet Di Indonesia, cikal bakal perburuan sarang burung walet di habitat aslinya diperkirakan sudah ada sejak tahun 1700-an,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL 2015
BADAN PUSAT STATISTIK No. 48/05/Th. XVIII, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA APRIL A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL MENCAPAI US$13,08 MILIAR Nilai ekspor Indonesia April mencapai US$13,08
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia
IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Perkebunan Dunia Komoditi perkebunan Indonesia rata-rata masuk kedalam lima besar sebagai produsen dengan produksi tertinggi di dunia menurut Food and agriculture organization (FAO)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI WILAYAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA. Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM : KELAS : S1-SI-09
KARYA ILMIAH BISNIS DAN BUDIDAYA KEPITING SOKA Di susun oleh : NAMA :FANNY PRASTIKA A. NIM :11.12.5999 KELAS : S1-SI-09 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Karya ilmiah ini berjudul BISNIS DAN BUDIDAYA
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Burung Walet (Collocalia spp) merupakan salah
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai
Lebih terperinciBUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET
BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IZIN PENGUSAHAAN PENANGKARAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa dengan semakin
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lainnya. Keunikan tersebut terlihat dari keanekaragaman flora yaitu: (Avicennia,
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang terletak diantara daratan dan lautan. Hutan ini mempunyai karakteristik unik dibandingkan dengan formasi lainnya. Keunikan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.21/04/Th.XIV, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI MENCAPAI US$14,40 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$14,40
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT. Produksi Rumput Laut Dunia
41 V. GAMBARAN UMUM RUMPUT LAUT 5.1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Rumput Laut Dunia 5.1.1. Produksi Rumput Laut Dunia Indonesia dengan potensi rumput laut yang sangat besar berpeluang menjadi salah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dijumpai hampir di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Thomassen (2006),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Burung walet sarang putih (Collocalia fuciphaga) dengan mudah dijumpai hampir di seluruh pelosok Indonesia. Menurut Thomassen (2006), famili Apodidae dijumpai di setiap
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JULI 201. 55/09/52/th III, 2 September 201 Data ekspor yang disajikan adalah data yang diolah dari dokumen PEB (Pemberitahuan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai kekayaan hayati yang sangat beragam dan mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian dibidang pertanian. Sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan memegang peranan penting di Indonesia. Hal ini didukung oleh faktor letak geografis Indonesia yang mendukung untuk sektor pertanian,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam sebagai tempat hidup dan yang memberi hidup bagi manusia, alam menjadi sumber dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keselarasan hubungan manusia dengan lingkungan alamnya dapat dipahami dari kedudukan alam sebagai tempat hidup dan yang memberi hidup bagi manusia, alam menjadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. seperti China Asia Free Trade Area (CAFTA) dapat memperparah keadaan krisis
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional saat ini dihadapkan pada tantangan berupa kesenjangan masalah kemiskinan dan tantangan dampak krisis ekonomi yang ditandai dengan tingginya tingkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU TAHUN : 2001 NOMOR : 40 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 2 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL
KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL Gamal Nasir Direktorat Jenderal Perkebunan PENDAHULUAN Kelapa memiliki peran strategis bagi penduduk Indonesia, karena selain
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG
PERATURAN BUPATI BANGKA NOMOR TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET BUPATI BANGKA, Menimbang : bahwa guna
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional, khususnya pembangunan sektor pertanian. Perkebunan juga berperan dalam membangun perekonomian nasional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KAWASAN HUTAN/Forest Area (X Ha) APL TOTAL HUTAN TETAP PROPINSI
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang melimpah. Minyak dan gas bumi, batubara, emas dan tembaga serta barang tambang lainnyayang banyak ditemukan
Lebih terperinciV. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA
59 V. TINJAUAN UMUM RUMPUT LAUT DI INDONESIA 5.1. Perkembangan Rumput Laut Dunia Rumput laut merupakan salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan, mudah dibudidayakan dan mempunyai prospek
Lebih terperinciSTUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR
STUDI PROSPEK PENGEMBANGAN EKOWISATA PADA KAWASAN SEKITAR KARS GOMBONG SELATAN DALAM MENDUKUNG KEBERLANJUTAN WILAYAH TUGAS AKHIR Oleh: WISNU DWI ATMOKO L2D 004 358 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) merupakan salah satu provinsi yang masih relatif muda. Perjuangan keras Babel untuk menjadi provinsi yang telah dirintis sejak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komparatif karena tersedia dalam jumlah yang besar dan beraneka ragam serta dapat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya kelautan berperan penting dalam mendukung pembangunan ekonomi daerah dan nasional untuk meningkatkan penerimaan devisa, lapangan kerja dan pendapatan penduduk.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan. serta ada yang berskala kecil(said dan lutan, 2001).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian mencakup kegiatan usahatani perkebunan, perhutanan, peternakan, dan perikanan. Usaha di bidang pertanian Indonesia bervariasi dalam corak dan ragam. Dari sakala
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Komoditas Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Periode (Milyar Rp) No Komoditas
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sangat luas dan juga sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Komoditas pertanian merupakan bagian dari sektor pertanian
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa keberadaan sarang burung
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia
58 V. GAMBARAN UMUM KERAGAAN BAWANG MERAH 5.1. Perkembangan Produksi Bawang Merah di Indonesia Bawang merah sebagai sayuran dataran rendah telah banyak diusahakan hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang cukup berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Sektor ini memiliki share sebesar 14,9 % pada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG. PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN,
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 100/Kpts-II/2003 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET (Collocalia spp) MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa Burung
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mayoritas penduduknya sebagian besar adalah petani. Sektor pertanian adalah salah satu pilar dalam pembangunan nasional Indonesia. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan di Indonesia tidak perlu diragukan lagi. Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah memberikan amanat bahwa prioritas pembangunan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Pertanian merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerahdaerah Provinsi dan kemudian dibagi atas Kabupaten dan Kota (Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Negara
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Pertanian tanaman pangan dan hortikultura merupakan bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan bagi keluarga petani.,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015
No. 02/11/Th. VI, 2 November 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan 2015 tercatat US$ 0,84 juta atau mengalami penurunan sebesar 92,68
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2006 TENTANG RETRIBUSI IZIN PENGELOLAAN SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2015
No. 02/04/Th. VI, 1 April 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Februari 2015 tercatat US$ 49,26 juta atau mengalami peningkatan sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama ini pasokan ikan dunia termasuk Indonesia sebagian besar berasal dari penangkapan ikan di laut. Akan tetapi, pemanfaatan sumberdaya tersebut di sejumlah negara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan adalah sektor yang prospektif di Indonesia. Laut yang luas dan garis pantai yang panjang menjadi daya dukung yang sangat baik untuk pengembangan sektor
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup
Lebih terperinciI PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 19/04/73/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi produk yaitu pabrik perakitan dan pabrik kimia. Perubahan bahan baku menjadi produk pada pabrik perakitan bukan merupakan
I. PENDAHULUAN Pabrik adalah sarana untuk memproduksi barang kebutuhan manusia. Tujuan pendirian pabrik adalah untuk bisa mendapatkan nilai tambah, biasanya nilai tambah tersebut secara ekonomi, yaitu
Lebih terperinciTabel 1. Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara (Wisman) melalui Pintu Masuk Makassar menurut Kebangsaan
BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 23/05/73/Th. X, 2 Mei PERKEMBANGAN PARIWISATA DAN TRANSPORTASI SULAWESI SELATAN PERKEMBANGAN PARIWISATA Jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No.40/07/Th.XIV, 1 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI MENCAPAI US$18,33 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$18,33 miliar atau
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT jmn No. 46/07/52/Th. VII, 17 Juli 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JUNI 2017 Data ekspor impor yang disajikan adalah data yang diolah dari dokumen
Lebih terperinciMenteri Kehutanan Dan Perkebunan,
Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan No. 449 Tahun 1999 Tentang : Pengelolaan Burung Walet (Collocalia) Di Habitat Alami (In-Situ) Dan Habitat Buatan (Ex-Situ) Menteri Kehutanan Dan Perkebunan, Menimbang
Lebih terperinciSUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA
LAMPIRAN 1 KEPUTUSAN PRESIDEN SUSUNAN KEANGGOTAAN SUB TIM KOORDINASI KERJASAMA PARIWISATA INDONESIA-SINGAPURA 1. Ketua : Menteri Pariwisata, Seni dan Budaya; 2. Sekretaris : Staf Ahli Menteri Koordinator
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan PDB Kelompok Pertanian di Indonesia Tahun
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara kepulauan yang di dalamnya terdapat berbagai macam potensi. Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan daerah lautan dengan luas mencapai
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Ekspor Sepuluh Komoditas Rempah Unggulan Indonesia
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil rempah utama di dunia. Rempah yang dihasilkan di Indonesia diantaranya adalah lada, pala, kayu manis, vanili, dan cengkeh. Rempah-rempah
Lebih terperinciSTUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi
LAPORAN INDUSTRI Juli 2013 STUDI KINERJA INDUSTRI PARIWISATA Pertumbuhan Wisatawan, Perhotelan, Perjalanan Wisata, dan Transportasi DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.... 1.1 Kata Pengantar. 1 2 IV. PERTUMBUHAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman
PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu subsektor pertanian yang berpotensi untuk dijadikan andalan adalah subsektor perkebunan. Sebagai salah satu subsektor yang penting dalam sektor pertanian,
Lebih terperinciSensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik
Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak 1963. Pelaksanaan ST2013 merupakan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2016
No. 02/04/Th. VII, 1 April 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA FEBRUARI 2016 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Februari 2016 tercatat US$ 11,66 juta atau mengalami kenaikan sebesar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di dunia, dengan 17.504 buah pulau dan garis pantai mencapai 104.000 km. Total luas laut Indonesia adalah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH BUPATI KUTAI TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET KABUPATEN KUTAI TIMUR
PERATURAN DAERAH BUPATI KUTAI TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2001 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET KABUPATEN KUTAI TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET SECARA LESTARI. Ani Mardiastuti ABSTRAK
PEMANFAATAN SARANG BURUNG WALET SECARA LESTARI Ani Mardiastuti ABSTRAK Sarang burung walet yang harganya mahal dan dibuat dari air liur dihasilkan oleh jenis burung Collocalia fuciphaga (sarang putih)
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH
No. 48/09/72/Th. XVI, 02 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGAH JULI EKSPOR SENILAI US$ 29,25 JUTA Nilai ekspor Sulawesi Tengah pada bulan (angka sementara) dibanding bulan (angka tetap)
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.
V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dari 1,0 juta ton pada tahun 1985 menjadi 1,3 juta ton pada tahun 1995 dan 1,9
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karet (Havea brasiliensis) merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor karet Indonesia selama 20 tahun
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang cukup besar di dunia. Pada masa zaman pemerintahan Hindia-Belanda, Indonesia merupakan negara terkenal yang menjadi pemasok hasil
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG
PADANG KOTA TERCINTA PEMERINTAH KOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 07 TAHUN 2009 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 05 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015
No. 02/05/Th. VI, 4 Mei 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SULAWESI TENGGARA MARET 2015 Nilai ekspor Sulawesi Tenggara pada bulan Maret 2015 tercatat US$ 15,96 juta atau mengalami penurunan sebesar 67,60
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN T E N T A N G RETRIBUSI, IJIN PENGUSAHAAN SARANG BURUNG WALET DI KABUPATEN MURUNG RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang
Lebih terperinciCara Pemesanan: Spesifikasi: Customer Support: Harga : Rp
www.indoanalisis.co.id Spesifikasi: Tipe Laporan : Laporan Industri Terbit : Juli 2013 Halaman : 174 Format : Hardcopy (Book Full Colour) Softcopy (Data Grafik Excel) Harga : Rp 6.750.000 Cara Pemesanan:
Lebih terperinci