BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan. Dalam periode kehamilan ini ibu membutuhkan asupan makanan sumber energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terutama diperlukan dalam hematopoiesis (pembentukan darah) yaitu dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periode Kehamilan merupakan masa dimulainya konsepsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut W.J.S Poerwodarminto, pemahaman berasal dari kata "Paham

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan baik, bayi tumbuh sehat sesuai yang diharapkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN. Saya bernama Devi Yunani Nasution adalah mahasiswa di Program Studi S2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan mempunyai arti yang sangat penting bagi manusia, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NAMA : UMUR : KELAS : No. Telpon : Alamat lengkap : Untuk pertanyaan di bawah ini, beri tanda X untuk jawaban yang kamu pilih

BAB I PENDAHULUAN. spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kelompok yang paling rawan dalam berbagai aspek, salah satunya terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Petunjuk : Dibawah ini terdapat beberapa pertanyaan dengan 4 item jawaban. Berikan tanda (X ) pada salah satu jawaban yang paling benar.

BAB 1 PENDAHULUAN. anemia pada masa kehamilan. (Tarwoto dan Wasnidar, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Menurut Manuaba (2010),

BAB I PENDAHULUAN. Ketidak cukupan asupan makanan, misalnya karena mual dan muntah atau kurang

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kesehatan ibu merupakan salah satu tujuan Millenium Development

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fisik maupun mental, sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan. perkembangan janin dalam kandungannya (Pinem, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Talaga Jaya memiliki 5 desa yang berada diwilayah

BAB I PENDAHULUAN. apabila seorang ibu hamil dapat mengatur makanan yang dikonsumsinya. secara sempurna. Kehamilan yang sehat dapat diwujudkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MAKALAH GIZI ZAT BESI

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sering ditemukan dan merupakan masalah gizi utama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah kematian ibu yang terkait

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu indikator keberhasilan layanan kesehatan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting. dalam menentukan derajat kesehatan masyatakat.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan pembangunan nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk. Riskesdas, prevalensi anemia di Indonesia pada tahun 2007 adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika 6%. Kekurangan gizi dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai Sejauh mana perilaku individu

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

BAB I PENDAHULUAN. dan Afrika. Menurut World Health Organization (dalam Briawan, 2013), anemia

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan gizi antara lain anemia. Anemia pada kehamilan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

TINJAUAN PUSTAKA. a. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterine mulai

STUDI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET BESI DI POLINDES BENDUNG JETIS MOJOKERTO.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR TABLET TAMBAH DARAH BAGI WANITA USIA SUBUR DAN IBU HAMIL

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Konstipasi adalah kelainan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM TABLET FE PADA IBU PRIMIGRAVIDA DENGAN KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS TEGALREJO TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. (Suharno, 1993). Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Hemoglobin merupakan salah satu komponen sel darah merah yang berfungsi. pembentukan Hb yang mengakibatkan kondisi anemia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibu hamil merupakan penentu generasi mendatang, selama periode kehamilan ibu hamil membutuhkan asupan gizi yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kurang vitamin A, Gangguan Akibat kurang Iodium (GAKI) dan kurang besi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di Era Globalisasi seharusnya membawa pola pikir masyarakat kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. 2012, angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 359 per

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam sintesa hemoglobin. Mengkonsumsi tablet Fe sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. lambat untuk mencapai tujuan target Milenium (millenium development goals. 5, adalah penurunan 75% rasio kematian maternal.

BAB I PENDAHULUAN. hemoglobin dalam sirkulasi darah. Anemia juga dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Anemia gizi besi pada ibu hamil masih merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. trimester III sebesar 24,6% (Manuba, 2004). Maka dari hal itu diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap kualitas SDM yang dapat mempengaruhi peningkatan angka kematian. sekolah dan produktivitas adalah anemia defisiensi besi

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2. Sebagai bahan masukan kepada pihak rumah sakit sehingga dapat melakukan. 3. Sebagai bahan masukan atau sebagai sumber informasi yang berguna bagi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

BAB I PENDAHULUAN. Masa Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah gizi dan pangan merupakan masalah yang mendasar karena secara

BAB I PENDAHULUAN. tahun Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. vitamin B12, yang kesemuanya berasal pada asupan yang tidak adekuat. Dari

Studi Baseline dan Riset Formatif Program Suplementasi Tablet Tambah Darah bagi Remaja Putri di 3 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswi Program D-IV Bidan Pendidik pada

KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN ANEMIA DI PUSKESMAS PANARUNG KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan (Manuabaet al., 2012).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TRIMESTER II TENTANG FE DENGAN KEPATUHAN MINUM TABLET Fe DI DESA MOJOKARANG KECAMATAN DLANGGU MOJOKERTO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kapasitas/kemampuan atau produktifitas kerja. Penyebab paling umum dari anemia

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. defisiensi besi, etiologi anemia defisiensi besi pada kehamilan yaitu hemodilusi. 1

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini diajukan untuk memenuhi persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Kebidanan

KUESIONER PENELITIAN PERILAKU DIET IBU NIFAS DI DESA TANJUNG SARI KECAMATAN BATANG KUIS KABUPATEN DELI SERDANG. 1. Nomor Responden :...

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas, istilah. pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis.

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anemia Gizi Pada Kehamilan 1. Pengertian Anemia Gizi adalah kekurangan kadar haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebabkan karena kekurangan zat gizi besi yang diperlukan untuk pembentukan Hb. Di Indonesia sebagian besar anemia disebabkan karena kekurangan zat besi (Fe) sehingga disebut anemia kekurangan zat besi atau anemia gizi besi. 2. Batas Kadar Hb Seseorang diketahui menderita anemia apabila dilakukan pemeriksaan Kadar Hb,disamping ada tanda-tanda klinis yang langsung dapat dilihat. Menurut WHO, batas kadar Hb Anemia adalah sebagai berikut : TABEL 1 BATAS KADAR Hb Kategori Batas Kadar Hb Anak Prasekolah Kadar Hb < 11 gr % Anak Sekolah Kadar Hb <12 gr % Wanita Hamil Kadar Hb < 11 gr % Ibu Menyusui Kadar Hb < 12 gr % Wanita Dewasa Kadar Hb < 12 gr % Pria Dewasa Kadar Hb < 13 gr % Sumber : Depkes RI, 1998 3. Tanda Tanda Anemia Secara fisik seseorang dapat diketahui menderita anemia apabila timbul gejala sebagai berikut : 5 L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai), Sering

5 mengeluh pusing dan mata berkunang kunang. Gejala lebih lanjut adalah kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat. 4. Akibat Anemia Apabila ibu hamil menderita anemia maka akan menimbulkan dampak negatif yang sangat merugikan, antara lain ; a. Dapat menimbulkan perdarahan sebelum atau saat persalinan. b. Meningkatkan resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah / BBLR. c. Pada anemia berat, bahkan dapat menyebabkan kematian ibu dan atau bayinya. ( Depkes RI, 1998 ) 5. Penyebab Anemia Gizi Pada Kehamilan a. Faktor Penyebab Langsung dan Tak Langsung Menurut Husaini (1989), faktor-faktor penyebab langsung anemia gizi besi adalah :jumlah zat besi dalam makanan tidak cukup, absorbsi zat besi meningkat, dan kehilangan darah. Sedangkan secara tidak langsung adalah : ketersediaan Fe dalam makanan rendah, pemberian makanan kurang baik, sosial ekonomi rendah, komposisi makanan kurang beragam, zat penghambat absorpsi, pertumbuhan fisik, kehamilan dan menyusui, pendarahan, parasit, infeksi dan pelayanan kesehatan rendah. b. Kebutuhan Zat Besi untuk Ibu Hamil Menurut FAO /WHO dalam Husaini (1989) kebutuhan zat besi yang digunakan untuk perkembangan janin selama kehamilan 290 mg, placenta 25 mg, pembentukan Haemoglobin 500 mg dan kehilangan basal 220 mg, dengan demikian jumlah zat besi yang dibutuhkan 1035 mg atau dibulatkan menjadi 1000 mg. Secara rinci kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin dapat dilihat pada Tabel 2

6 TABEL 2 KEBUTUHAN ZAT BESI UNTUK PERKEMBANGAN JANIN Berat Umbilikus Umur Kehamilan Berat Janin dan Plasenta Total (Trimester) (mg) (mg) (mg) Pertama 25 7 32 Kedua 85 30 115 Ketiga 170 53 223 Sumber : INACG 1981 dalam Husaini 1989. Kebutuhan zat besi tidak sama banyak untuk tiap semester kehamilan. Janin membutuhkan zat besi mulai banyak pada trimester II. Menurut Husaini (1989) kebutuhan zat besi pada wanita hamil naik dari 0,8 mg/hari pada trimester I menjadi 6,3 mg/hari pada akhir trimester III. Atas dasar hal tersebut diatas, maka kebutuhan zat besi pada trimester II dan III akan jauh lebih besar dari jumlah zat besi yang didapat dari makanan, walaupun makanan mengandung zat besi yang tinggi bioavaibilitasnya, kecuali jika wanita itu pada sebelum hamil telah mempunyai cadangan zat besi yang tinggi yaitu lebih dari 500 mg di dalam tubuhnya. Wanita yang mempunyai simpanan zat besi yang lebih besar dari 500 mg jarang ada walau pada masyarakat yang maju sekalipun apalagi pada negara-negara berkembang. Apabila wanita hamil tidak mempunyai cadangan zat besi yang cukup banyak dan tidak mendapatkan suplemen preparat besi, sedangkan janin bertumbuh terus dengan pesat, maka janin dalam hal ini berperan sebagai parasit. Ibu akan menderita akibatnya, sedangkan janin umumnya dipertahankan normal, kecuali pada keadaan yang sangat berat misalnya kadar haemoglobin ibu sangat rendah maka zat besi yang berkurang akan berpengaruh pula terhadap janin. (Husaini, 1989 ). Untuk memenuhi kecukupan zat besi selama hamil, perlu menerapkan kecukupan konsumsi zat besi yang dianjurkan. Dalam menerapkan kecukupan zat besi terlebih dahulu harus menetapkan bioavaibilitas zat besi dari menu makanan penduduk khususnya ibu hamil, apakah tergolong tinggi, sedang atau rendah. Menu makanan yang kurang beragam, misalnya kurang ada daging, ikan, atau ayam dan sedikit vitamin C, tetapi banyak serat, phytat dan tannin, maka zat besi yang ada

7 dalam makanan itu tergolong rendah bioavaibilitasnya. Menu yang bervariasi, setiap hari terdapat daging dan ayam, sayuran dan buah-buahan serta mengandung vitamin C, maka menu makanan ini tergolong yang bioavaibilitas zat besinya sedang. Di Indonesia umumnya menu keluarga yang ada tergolong sedang dan rendah bioavaibilitasnya, sedangkan di negara maju umumnya tinggi. (Husaini., 1989) Masukan zat besi yang dianjurkan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kebutuhan fisiologis perorangan dan persediaan zat besi di dalam makanan yang dikonsumsi.(suantra, 1998). B. Ketersediaan Zat Besi Dari Dalam Makanan 1. Jenis- Jenis Zat Besi Yang Ada di Dalam Makanan Ada dua jenis zat besi yang berbeda di dalam makanan yaitu : Zat Besi berasal dari hem dan bukan hem. Zat besi yang berasal dari hem merupakan haemoglobin dan mioglobin. Zat besi ini terkandung didalam daging, ikan dan unggas. Di banyak negara berkembang, makanan zat besi yang berasal dari hem lebih rendah atau sama sekali dapat diabaikan. Jenis kedua adalah zat besi yang bukan berasal dari hem, yang merupakan sumber yang lebih penting, yang ditemukan dalam tingkat yang berbeda-beda pada seluruh makanan yang berasal dari tumbuhan. (De Maeyer, 1993). Zat besi hem dapat diabsorpsi secara langsung dengan jumlah zat besi yang lebih tinggi dari pada makanan sumber zat besi non hem. Untuk seseorang yang cadangan zat besi dalam tubuhnya rendah, zat besi hem ini dapat diabsorpsi lebih dari 35 %, sedangkan bagi orang yang simpanan zat besinya cukup banyak ( >500 mg) maka absorpsi zat besi hem hanya kurang lebih 25 % (Husaini, 1989). Beberapa contoh kandungan Zat besi dalam beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 3 :

8 TABEL 3. ZAT BESI DALAM BAHAN MAKANAN Bahan Makanan Zat Besi ( mg / 100 gr ) Hati 6,0-14,0 Daging Sapi 2,0-4,3 Ikan 0,5-1,0 Telur Ayam 2,0-3,0 Tepung Gandum 1,5-7,0 Umbi-umbian 0,3-2,5 Buah-buahan 0,2-0,4 Beras 0,5-0,8 Susu Sapi ( susu perah ) 0,1-0,5 Sumber : Husaini (1989) Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan zat besi terbesar terdapat pada Hati ( 6,0 14,0 mg/100 gr) dan zat besi paling sedikit terdapat pada Buahbuahan ( 0,2-0,4 mg / 100 gr ). 2. Penyerapan Zat Besi Yang Ada Dalam Makanan. Penyerapan zat besi yang terkandung dalam makanan dipengaruhi oleh jumlah dan bentuk kimianya, faktor-faktor yang mempertinggi dan menghambat penyerapannya, status kesehatan dan status zat besi individu yang bersangkutan. Faktor-faktor yang menentukan penyerapan zat besi : a. Faktor-faktor yang memacu penyerapan zat besi : Asam askorbat (Vitamin C), daging, unggas, ikan dan makanan laut yang lain, Ph rendah (misalnya, asam laktat). Asam organik seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi non hem dengan merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Bentuk fero lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk gugus besin askorbat yang tetap larut pada ph lebih tinggi dalam duodenum. Vitamin C dapat meningkatkan penyerapan zat besi non hem sampai empat kali lipat. b. Faktor-faktor yang menghambat penyerapan zat besi : Fitat, polifenol, termasuk tannin (dalam teh), phosvitin dalam kuning telur, protein kedelai,

9 kalsium dan serat dalam bahan makanan. Zat-zat gizi ini dengan zat besi membentuk senyawa yang tak larut dalam air, sehingga lebih sulit diabsorpsi.(de Maeyer, 1993). C. Suplementasi Tablet Besi Suplementasi tablet tambah darah sampai saat ini merupakan satu-satunya pendekatan yang dianggap paling cocok untuk ibu hamil, untuk dapat meningkatkan kadar Hb sampai tingkat tertentu. Suplementasi Tablet Tambah Darah (TTD) adalah suplemen zat besi yang mengandung 200 mg Fero sulfat atau setara 60 mg besi elemental dan 0,25 mg asam folat. Tablet tambah darah bila diminum secara teratur dan sesuai aturan dapat mencegah dan menanggulangi anemia gizi. Setiap ibu hamil diharapkan mendapat dan mengkonsumsi sekurang-kurangnya 90 tablet tambah darah dengan dosis 1 tablet setiap hari selama masa kehamilan.(depkes RI, 2003) D. Tablet Tambah Darah 1. Aturan Pemberian Tablet Tambah Darah Ibu hamil dianjurkan oleh Depkes RI mendapatkan tablet tambah darah untuk mencegah anemia dengan aturan pemberian : a. Setiap ibu hamil mendapat 1 bungkus tablet tambah darah pada kunjungan pemeriksaan kehamilan pertama. b. Setiap ibu hamil minum 1 tablet setiap hari dan paling sedikit minum 90 tablet selama kehamilan. c. Tidak dibenarkan membagi 1 bungkus tablet kepada lebih dari 1 orang ibu hamil. Tablet tambah darah bila diminum secara teratur dapat mencegah anemia. 2. Cara Memperoleh Tablet Tambah Darah Tablet tambah darah program disediakan oleh pemerintah secara gratis, diberikan terutama kepada ibu hamil / nifas melalui sarana pelayanan kesehatan pemerintah. Tablet tambah darah program berwarna merah,

10 berselaput film dan dikemas dalam sachet alumunium berwarna perak berisi 30 tablet per bungkus. Dalam kemasan ada logo tetesan darah warna merah, tulisan Tablet Tambah Darah Untuk Ibu Hamil, Ibu dan Bayi Menjadi Sehat serta tanda untuk tidak diperjual belikan (Depkes RI, 2003). Tablet tambah darah dapat diperoleh di : Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik Bersalin Desa (Polindes /Bidan di desa ),Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Dukun Bayi, Pelayanan Swasta (Bidan Praktek Swasta). (Depkes RI, 1993) 3. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Minum Tablet Tambah Darah Ibu hamil perlu memperhatikan cara meminum tablet tambah darah disamping patuh meminum sesuai anjuran. Hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu : a. Minum tablet tambah darah dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu atau kopi karena dapat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga manfaatnya berkurang. b. Kadang-kadang terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut terasa tidak enak, mual-mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam. c. Untuk mengurangi gejala sampingan minumlah tablet tambah darah setelah makan malam, menjelang tidur. Akan lebih baik jika setelah minum tablet tambah darah disertai makan buah-buahan seperti : pisang, pepaya, jeruk dll. d. Simpanlah tablet tambah darah ditempat yang kering, terhindar dari sinar matahari langsung, jauhkan dari jangkauan anak, dan setelah dibuka harus ditutup kembali dengan rapat. Tablet tambah darah yang telah berubah warna sebaiknya tidak diminum (warna asli : merah darah) e. Tablet tambah darah tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kelebihan darah.(depkes RI, 1998).

11 E. Kepatuhan Minum tablet Tambah Darah Hasil penelitian Schultik dkk (1993) di Jakarta Pusat menunjukan bahwa faktor rendahnya kepatuhan menjadi penyebab kegagalan penurunan prevalensi anemia. Kepatuhan dipengaruhi oleh terbatasnya pengetahuan tentang anemia dan pentingnya tablet tambah darah. Menurut Triratnawati (1997) masih ditemui hambatan sosial budaya dan psikologi berkaitan dengan kepatuhan ibu hamil yang rendah. Selain itu pada wanita Jawa adanya konsep tentang kehamilan sebagai hal yang normal dan biasa, sehingga konsep tersebut berpengaruh terhadap kepatuhan minum tablet tambah darah. (Widiyanto D,dkk,2002) Dalam penelitian Riyadi (1996) dilaporkan bahwa rendahnya kepatuhan minum pil besi dikarenakan timbulnya perasaan ingin muntah, mual, pusingpusing sebesar 14 % disamping alasan lupa, merasa malas dan bosan meminumnya. Triratnawati (1998) merekomendasikan bahwa untuk meningkatkan kepatuhan meminum tablet tambah darah perlu dukungan keluarga dengan mengoptimalkan peran suami ikut bertanggung jawab meningkatkan kesehatan ibu hamil.(jamil, 2002). 1. Pendidikan Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. a. Unsur unsur dalam pendidikan adalah : 1. Input adalah sasaran pendidikan ( individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan). 2. Proses adalah upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain. 3. Output adalah melakukan apa yang diharapkan atau perilaku. (Notoatmodjo, 2003).

12 Badan Pusat Statistik (1997) mengkategorikan tingkat pendidikan formal menjadi dua yaitu pendidikan dasar yang diartikan seseorang yang tidak tamat SD sampai dengan lulus dari SLTP. Pendidikan tinggi adalah setingkat SLTA atau Perguruan Tinggi. Sehubungan dengan tingkat pendidikan diatas, pendapat Saraswati seperti ditulis oleh Widiyanto,dkk (2002) menyatakan bahwa ibu-ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih banyak yang meminum tablet tambah darah sewaktu hamil.( Widiyanto,dkk,2002). b. Faktor-faktor pendidikan : Sebagaimana layaknya suatu proses ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi proses tersebut. Faktor-faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi 2 macam : 1. Perangkat Lunak (Soft Ware) seperti : kurikulum, metode pendidikan, kualifikasi tenaga pengajar atau pendidik,manajemen pendidikan, organisasi dsb. 2. Perangkat Keras ( Hard Ware) Yaitu fasilitas fisik pendidikan, seperti gedung, ruang, alat bantu pendidikan dan perpustakaan. c. Komponen Pendidikan Komponen yang sangat berpengaruh dan menentukan proses pendidikan adalah 1. Anak Didik (sarana pendidikan) sebagai masukan atau bahan mentah prose pendidikan. 2. Tujuan Pendidikan,yaitu suatu kualifikasi keluaran yang berupa lulusan atau tenaga yang akan dihasilakan oleh proses pendidikan. 3. Kurikulum, yang didalamnya mencakup materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan, metode dan alat bantu pendidikan. 4. Pelaksana Pendidikan (pendidik atau pengajar) Proses pendidikan tersebut berlangsung di dalam suatu lingkungan atau tempat dimana pendidikan itu berlangsung.

13 d..lingkungan pendidikan Biasanya lingkungan pendidikan dibedakan menjadi tiga, yang disebut Tri Pusat Pendidikan, yaitu : 1. Didalam Keluarga Pendidikan yang berlangsung di dalam keluarga ini disebut pendidikan informal. 2. Didalam sekolah Pendidikan yang diberikan di dalam sekolah ini disebut pendidikan formal 3. Di dalam masyarakat Pendidikan yang berlangsung di dalam masyarakat umum, yang biasanya bertujuan untuk melengkapi pendidikan di sekolah dan pendidikan didalam keluarga, disebut pendidikan non formal.(notoatmodjo, 1993). 2. Perilaku Batasan Perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. (Notoatmodjo, 2000) Beberapa teori perilaku Menurut Solita (1993) seperti yang ditulis Istiarti ( 2000) dikatakan bahwa perilaku merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungan yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan praktik atau tindakan. Sedangkan Notoatmodjo (1993) menyatakan bahwa perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu : aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksidari berbagai gejolak kejiwaan seperti : pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat.

14 Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi sesorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses : adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori S-O-R atau Stimuli---Organisme ----- Respons. (Notoatmodjo, 2000). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimuli ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku tertutup (covert behaviour) adalah respons seseorang terhadap stimuli dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).respons atau reaksi terhadap stimuli ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimuli tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. b. Perilaku terbuka ( overt behaviour). adalah respons seseorang terhadap stimuli dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimuli tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Benyamin Bloom (1908), membagi perilaku manusia itu kedalam 3 kawasan yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Kognitif dapat diukur dari pengetahuan,afektif dari sikap atau tanggapan dan psikomotor diukur melalui tindakan (praktik) yang dilakukan. (Notoatmodjo, 2000). 3. Pengetahuan Pengetahuan sesorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya mediamassa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Notoatmodjo (1993) mengatakan bahwa pengetahuan merupakan resultan akibat proses pengindraan terhadap suatu obyek. Penginderaan tersebut sebagian besar

15 berasal dari penglihatan dan pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat Bantu kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden.(istiarti, 2000 ). Pengetahuan ibu yang ada kaitannya dengan kesehatan dan gizi erat hubungannya dengan pendidikan ibu. Semakin tinggi pendidikan akan semakin tinggi pula pengetahuan akan kesehatan dan gizi keluarganya. (Soekirman, 1994). 4. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut Newcomb, seorang psikologi sosial, seperti tertulis dalam Notoatmodjo (1993), menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. (Notoatmodjo. 1993) Mann (1969) mengatakan bahwa sekalipun diasumsikan bahwa sikap merupakan predisposisi evaluatif yang banyak menentukan bagaimana individu bertindak, akan tetapi sikap dan tindakan nyata seringkali jauh berbeda. Hal ini dikarenakan tindakan nyata tidak hanya ditentukan oleh sikap semata, akan tetapi oleh berbagai faktor eksternal lainnya. Disamping itu ternyata untuk satu macam tindakan saja terdapat banyak pola sikap yang relevan. Karena itu, ketidakharmonisan sikap lebih merupakan masalah orientasi individu terhadap situasi yang ada. Pada dasarnya, sikap memang lebih bersifat pribadi sedangkan tindakan lebih peka terhadap tekanan-tekanan sosial.( Saiffudin A, 1997).

16 Pengertian lain sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek dengan cara tertentu serta merupakan respon evaluatif terhadap pengalaman kognitif, reaksi afeksi, kehendak dan perilaku masa lalu. Sikap akan mempengaruhi proses berfikir, respon afeksi, dan perilaku berikutnya. Jadi sikap merupakan respon evaluatif didasarkan pada proses evaluasi diri, yang disimpulkan berupa penilaian positif atau negatif yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap obyek. (Istiarti, 2000). Mar at (1982) mengatakan manusia tidak dilahirkan dengan sikap pandangan ataupun perasaan tertentu, tetapi sikap tadi dibentuk sepanjang perkembangannya. Adanya sikap akan menyebabkan manusia bertindak secara khas terhadap obyek-obyeknya. Dengan kata lain sikap merupakan produk dari proses sosialisasi, seseorang memberikan reaksi sesuai dengan rangsangan yang ditemuinya. Sikap dapat diartikan suatu kontrak untuk memungkinkan terlihatnya suatu aktifitas. Menurut Kartono (1990) sikap seseorang adalah predisposisi (keadaan mudah terpengaruh) untuk memberikan tanggapan terhadap rangsangan lingkungan yang dapat memulai atau membimbing tingkah laku orang tersebut. Secara definitif, sikap berarti suatu keadaan jiwa (mental) dan keadaan berfikir (neutral ) yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu obyek yang diorganisasi melalui pengalaman serta mempengaruhi secara langsung atau tidak langsung pada perilaku. (Istiarti, 2000).

17 F. Kerangka Teori Suplementasi Tablet Besi Supervisi Pendidikan Pengetahuan Sikap Praktek Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Kadar Haemoglobin (Wahyuni., Hakimi,Hadi,2002) G.Kerangka Konsep Pendidikan Pengetahuan Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Tambah Darah Sikap H. Hipotesis 1. Ada hubungan pendidikan dengan kepatuhan minum tablet tambah darah 2. Ada hubungan pengetahuan dengan kepatuhan minum tablet tambah darah 3. Ada hubungan sikap ibu hamil tentang anemia dengan kepatuhan minum tablet tambah darah