PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM

dokumen-dokumen yang mirip
Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Memperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.

1.1 Latar Belakang. sumber. Sedangkan adaptasi adalah upayauntuk meminimalkan dampak melalui penyesuaian pada sistem alam dan manusia.

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

KEBIJAKAN NASIONAL ANTISIPASI DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP SEKTOR KELAUTAN DAN PERIKANAN. Deputi Bidang SDA dan LH

Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

SAMBUTAN KETUA DPR-RI. Pada Jamuan Makan Siang dengan Peserta International Youth Forum on Climate Change (IYFCC) Jakarta, 28 Februari 2011

BAB II. PERENCANAAN KINERJA

PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

Garis-Besar NAP. Latar Belakang. Tujuan dan Strategi Pembangunan Nasional Dalam Rangka Antisipasi Perubahan Iklim. Rencana Aksi Nasional

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Knowledge Management Forum April

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #10 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

KERENTANAN DAN ADAPTASI PERUBAHANIKLIM. Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim KLHK 2 Agustus 2016

Peningkatan Kepedulian dan Pemahaman Masyarakat akan Dampak Perubahan Iklim. oleh: Erna Witoelar *)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

GUBERNUR SUMATERA BARAT

RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)

BAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KEBIJAKAN DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN DI INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/Menhut-II/2012 TENTANG PANDUAN PENANAMAN SATU MILYAR POHON TAHUN 2012


1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Nations Framework Convention on Climate Change (Konvensi Kerangka Kerja Perserikatan

Sambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERHUTANAN SOSIAL DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT YANG EFEKTIF

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia.

Laporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL

TATA CARA PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Iklim Perubahan iklim

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

BAB I. PENDAHULUAN. 1 P a g e

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM Dr. Bambang Istijono, ME Anggota Ikatan Geografi Indonesia Cabang Sumatera Barat Kepala Bappeda Provinsi Sumatera Barat Pengajar Fakultas Teknik UNAND Provinsi Sumatera Barat mempunyai luas daerah sekitar 42.297,30 Km2 setara dengan 2,17% luas wilayah negara kesatuan Republik Indonesia, berbatasan dengan empat provinsi dan satu lautan, yaitu Provinsi Sumatera Utara di sebelah utara, Riau di sebelah timur, Jambi dan Bengkulu di sebelah selatan dan Samudera Hindia di sebelah barat. Provinsi Sumatera Barat dapat pula dikategorikan sebagai provinsi kepulauan karena memiliki perairan laut seluas 186.580 km2 dengan perairan teritorial seluas 57.880 km2 dan panjang garis pantai 2.420 km. Dalam perairan laut terdapat 377 pulau, dimana sebagian besar berada di Kabupaten Kepulauan Mentawai berjumlah 323 pulau. (Lihat Peta 1) Peta 1. Kawasan Pesisir dan Laut Provinsi Sumatera Barat

Sebagai provinsi yang memiliki cukup banyak pulau kecil dan garis pantai yang relatif panjang, maka sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim akibat dari adanya pemanasan global. Pemanasan global yang merubah sistem iklim dapat dibuktikan dari meningkatnya suhu udara dan laut rata-rata, meluasnya pencairan salju dan es di kutub bumi dan meningkatnya ketinggian permukaan laut rata-rata (IPCC-4, 2007). Dampak pemanasan global dan perubahan iklim yang dapat dilihat di wilayah Sumatera Barat seperti: 1. Sangat jelas adanya peningkatan permukaan air laut selain akibat adanya abrasi (Pantai Padang, Muara Putus, Ranah Sasak), ini merubah tatanan sosial ekonomi yang mengakibatkan ekonomi tinggi seperti relokasi penduduk, hilangnya lahan (pertanian, tabek) dan sarana prasarana infrastruktur; 2. Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2007), bahwa Indonesia telah kehilangan dua empat pulau kecil, dua diantaranya berada Sumatera Barat, dan ini akan merubah muatan dari pelajaran geografi; 3. Berdasarkan kajian-kajian yang ada, pemanasan global mengakibatkan pengaruh buruk/negatif bagi semua penghidupan seperti: a. Perubahan pola musim panas dan hujan, yang akibatkan fluktuasi ketersediaan air (kekurangan dan banjir): b. Mengganggu sektor pertanian dengan menurunnya produksi petani karena berubahnya musim tanam petani, kesuburan lahan; c. Menurunnya hasil tangkapan nelayan dan terganggunya budidaya ikan baik perairan umum dan laut; d. Kesehatan manusia baik langsung (kanker kulit, katarak dan kekebalan tubuh) maupun tidak langsung (berkembangnya nyamuk = malaria dan deman berdarah). 4. Upaya penanganan dampak dari perubahan iklim dibagi dalam dua bentuk pendekatan, yaitu: a. Kegiatan mitigasi, yang bertujuan untuk memperlambat terjadinya perubahan iklim lebih lanjut dengan cara mengurangi emisi gas rumah kaca ke atmosfer atau kegiatan yang menyerap gas rumah kaca; b. Kegiatan adaptasi, kegiatan yang dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan kondisi perubahan iklim yang terjadi. Pemanasan global dan perubahan iklim merupakan salah satu isu lingkungan hidup yang sedang naik daun karena bukan isu lokal tetapi merupakan isu dunia yang dampaknya dirasakan seluruh penduduk bumi di berbagai belahan dunia. Dan menjadi momen yang sangat penting karena Indonesia dapat menyelenggarakan konvensi perserikatan bangsa-bangsa mengenai perubahan iklim yang diadakan di Bali pada tanggal 3-14 Desember 2007 serta menjadi pertemuan lanjutan bagi pihak Meeting of The Parties dari Protokol Kyoto.

Sebagai tindak lanjut hari lingkungan hidup tahun 2007 yang mengambil tema mengenai perubahan iklim dan mengamanatkan untuk menyusunan rencana aksi nasional perubahan iklim (RAN-PI), dimana pada bulan November 2007 dokumen RAN-PI tersebut telah disetujui dan harus dijadikan panduan bagi instansi terkait baik pusat maupun daerah dalam melaksanakan pembangunan. II. DASAR KEBIJAKAN PUSAT Indonesia mempunyai komitmen untuk menjaga iklim global dengan penandatanganan konvensi perubahan iklim dan ratifikasi protokol Kyoto serta ditindaklanjuti dengan tersusunnya RAN-PI yang merupakan bagian integral dari tujuan strategi pembangunan dalam rangka antisipasi perubahan iklim. RAN-PI mempunyai kerangka waktu dalam pelaksanaan, yaitu: 1. Aksi Segera (2007-2009); 2. Aksi Jangka Pendek (2009-2012); 3. Aksi Jangka Menengah (2012-2025); 4. Aksi Jangka Panjang (2025-2050). Selain dokumen RAN-PI terdapat pula peraturan perundangan per sektor yang mendukung pelaksanaan kegiatan integral pembangunan dalam mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yaitu : 1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; 2. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan, yang mengamanatkan tentang pengelolaan hutan yang banyak memuat kegiatan mitigasi dalam pengurangan/penyerapan gas rumah kaca; 3. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana, yang mengamanatkan tentang pengelolaan kebencanaan karena kejadian ekstrim/bencana adalah salah satu dampak dari perubahan iklim; 4. Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, yang mengamanatkan tentang pengelolaan pembangunan secara spasial terutama dalam pembangunan ruang terbuka hijau; 5. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, yang mengamanatkan tentang pengelolaan pesisir yang memuat kegiatan mitigasi dalam bencana dan perubahan iklim; 6. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 Tentang Energi, yang mengamanatkan tentang pengelolaan energi khususnya dalan rangka konservasi energi.

III. DASAR KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH Dalam pembangunan melalui proses dan tahapan yang cukup panjang mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan, dimana setiap kegiatan pembangunan harus berpedoman pada kebijakan atau peraturan perundangan yang berlaku baik dari pusat maupun dari daerah. Kebijakan atau peraturan perundangan yang mendukung kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim serta terintengralisasi dengan pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat: 1. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Sumatera barat, dengan dasar hukum PERDA Nomor 04 Tahun 2007, yang memuat program pembangunan daerah lima tahunan dengan tujuh agenda, salah satu agenda yang mendukung pengurangan dampak perubahan iklim adalah agenda membangun ekonomi yang tangguh dan berkeadilan, sub agenda pengelolaan sumberdaya alam, lingkungan hidup, bencana alam dan pembangunan berkelanjutan; 2. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Sumatera Barat belum memiliki dasar hukum, yang memuat kebijakan pembangunan jangka panjang duapuluh tahunan dan dibagi dalam empat tahapan pembangunan dengan lima arahan kebijakan pembangunan, satu arahan yang mendukung pengurangan dampak perubahan iklim adalah mewujudkan kualitas lingkungan hidup yang baik dengan pengelolaan sumberdaya alam berkelanjutan; 3. Dokumen Hirarki Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu Sumatera Barat belum memiliki dasar hukum, yang terdiri dari empat perencanaan yaitu rencana strategis, rencana zonasi, rencana pengelolaan dan rencana aksi dari pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu dan memuat kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim pada sektor kelautan; 4. Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) Sumatera Barat, belum memiliki dasar hukum, lebih fokus memuat kegiatan mitigasi perubahan iklim karena lebih banyak mengulas kegiatan fase pra bencana; 5. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), merupakan kajian baru dan masuk tahapan sosialisasi untuk meningkatkan manfaat pembangunan dan lebih terjamin keberlanjutannya, melalui proses sistematis dan komprehensif untuk mengevaluasi dampak lingkungan, pertimbangan sosial ekonomi, prospek keberlanjutan dari usulan kebijakan, rencana atau program pembangunan. IV. PROGRAM, KEGIATAN PEMBANGUNAN TELAH DAN AKAN DILAKUKAN Program dan kegiatan pembangunan yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat rangka mengurangi dampak perubahan iklim yang terus berjalan: 1. Menuju Indonesia Hijau, Program menuju Indonesia hijau terus menerus digerakkan dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan tutupan vegetasi baik yang berada pada kawasan lindung maupun lahan kosong (lahan kritis, perkarangan, halaman kantor, sekolah). Untuk itu pada tanggal 4 Februari 2008 dikeluarkan Instruksi Gubernur Sumatera Barat Nomor 1 Tahun 2008 tentang peningkatan tutupan lahan, yang menjadi dasar hukum kepada Bupati/Walikota dalam mengembangkan lokasi tutupan vegetasi. 2. Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL),

Program GN-RHL dimulai pada tahun 2003 dengan sumberdana berasal dari APBN, yang langsung dilaksanakan oleh Kab./Kota dan sampai saat ini terus berlangsung yang dikoordinasikan oleh UPT Dep. Kehutanan yaitu BP-DAS Agam Kuantan. 3. Gerakan Indonesia Menanam, Upaya pengurangan laju deforestasi dan degradasi lahan telah lama dilakukan melalui kegiatan Inpres Penghijauan dan Reboisasi dan RN-RHL. Untuk mendapat hasil yang optimal/maksimal diperlukan pemberdayaan masyarakat dan pelaksanaan yang berkesinambungan, maka Presiden RI mencanangkan aksi penanaman serentak Indonesia, yang ditindaklanjuti dengan lomba pelaksana aksi penanaman serentak Indonesia dan kontes pohon pada hari menanam nasional (28 November) dan bulan menanam nasional (Desember). 4. Kecil Menanam Dewasa Memanen (KMDM), Dalam rangka menumbuh kembangkan minat dan keperdulian tunas bangsa terhadap lingkungan/hutan/tanaman, dilaksanakan kegiatan KMDM melalui dana APBD Provinsi mulai tahun 2006 untuk 15 sekolah per tahun, dengan fokus pada tatacara (teori dan praktek) membuat bibit, menanam, merawat dan memanen. 5. Program ADIWIYATA (Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan), Pada tanggal 3 Juni 2005 telah ditandatangani kesepakatan bersama (MoU) antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Menteri Pendidikan Nasional, untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai wawasan lingkungan hidup kepada komunitas sekolah (guru, murid dan staf sekolah) dan masyarakat. Tindak lanjut dari MoU dengan dicanangkannya Program Adiwiyata mulai tahun 2006, untuk mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah melalui seleksi sekolah yang memenuhi persyaratan. 6. Penetapan Kawasan Konservasi (Hutan, Perairan dan Laut), Dalam pemanfaatan sumberdaya alam (hutan dan perikanan dan laut) yang berkelanjutan dibutuhkan penetapan kawasan konservasi oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya, seperti: a. Hutan, bila dilihat secara kewilayahan Sumatera Barat dapat dikatakan sebagai Provinsi Konservasi karena 64% wilayahnya merupakan kawasan lindung. b. Perairan Umum, mengacu pada Undang-undang Nomor 31 Tahun 2005, terdapat kawasan konservasi perairan (danau, sungai, ikan larangan). c. Pesisir dan Laut, mengacu pada Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007, terdapat kawasan konsevasi laut daerah 7. Carbon Credit, Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota) telah berupaya untuk mendapatkan dana dari pengurangan gas rumah kaca melalui The Carbon Trading, melalui Voluntary Carbon Market (Non Kyoto Protokol) pemerintah telah menjajaki/berkerjasama dengan Carbon Strategis Global yang merupakan sebuah company dari Australia untuk mendapatkan dana kompensasi.

sdaftar PUSTAKA 1. Bappeda (2003), Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Barat, Padang; 2. Bappeda (2005), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Barat, Padang; 3. Bappeda (2005), Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Barat, Padang; 4. Bappeda (2005), Rencana Aksi Wilayah Pesisir dan Laut Provinsi Sumatera Barat, Sumatera Barat, Padang; 5. Bappeda (2007), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Sumatera Barat, Padang; 6. KLH (2008), Rencana Aksi Nasional Dalam Menghadapi Perubahan Iklim, Kementerian Negara Lingkungan, Jakarta 7. Departemen Kehutanan (2008), Panduan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Blan Menanam Nasional, Departemen Kehutanan, Jakarta; 8. KLH (2008), Panduan ADIWIYATA (Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan), Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Jakarta; 9. Mutia Naim (2008), Dampak Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan, Jakarta