SPESIFIKASI TEKNIS KEGIATAN DAK BIDANG TRANSPORTASI DARAT DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI KABUPATEN TABANAN

dokumen-dokumen yang mirip
TEKNI' 'PE'IFIKA'I PAGAR PENGAMAN JALAN (GUARDRATL) DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI MALUKU UTARA

ADDENDUM DOKUMEN PENGADAAN Nomor : PL.102/04/ADD-FSK.MT/JP.SU-ULP.PU/2017 Tanggal 09 Februari 2016

ADDENDUM I BOQ PROGRAM/KEGIATAN PENGADAAN RAMBU RAMBU LALU LINTAS

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Rambu evakuasi tsunami

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

Penempatan marka jalan

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Baja profil I-beam proses canai panas (Bj.P I-beam)

PEDOMAN PEMBANGUNAN PRASARANA SEDERHANA TAMBATAN PERAHU DI PERDESAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

DAFTAR HARGA BAHAN DAN UPAH

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

DAFTAR HARGA BAHAN DAN UPAH

MENGENAL RAMBU-RAMBU LALU LINTAS Disunting oleh : EDI NURSALAM

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

SPESIFIKASI TEKNIS TENDA SERBAGUNA TYPE-1 Nomor : Kain filament polyester 100% double side coated.

BAJA TULANGAN BETON BERSTANDAR SNI 2052:2014

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 13 TAHUN 2014 TENTANG RAMBU LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PONDASI. 1. Agar kedudukan bangunan tetap mantab atau stabil 2. Turunnya bangunan pada tiap-tiap tempat sama besar,hingga tidak terjadi pecah-pecah.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

DAFTAR HARGA BAHAN DAN UPAH

Persyaratan agar Pondasi Sumuran dapat digunakan adalah sebagai berikut:

SPESIFIKASI TEKNIS. Pasal 1 JENIS DAN LOKASI PEKERJAAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2014 TENTANG ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MACAM MACAM JEMBATAN BENTANG PENDEK

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

RENCANA KERJA DAN SYARAT SYARAT

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pekerjaan persiapan berupa Bahan bangunan merupakan elemen

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

BAB V PONDASI TELAPAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PEMERIKSAAN (KOMISIONING) INSTALASI TENAGA LISTRIK

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

BAB VII TATA LAKSANA LAPANGAN

PERENCANAAN STRUKTUR ATAS JEMBATAN RANGKA BAJA MUSI VI KOTA PALEMBANG SUMATERA SELATAN. Laporan Tugas Akhir. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

BAB IV PENGAMATAN PEKERJAAN SIPIL LAPANGAN

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN BEKISTING, PEMBESIAN DAN PENGECORAN

PENGARUH JARAK SENGKANG PADA PEMASANGAN KAWAT GALVANIS MENYILANG TERHADAP KUAT LENTU BALOK BETON BERTULANG

BAB III KABEL BAWAH TANAH

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PROSEDUR MOBILISASI DAN PEMASANGAN PIPA AIR MINUM SUPLEMEN MODUL SPAM PERPIPAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN POLA KKN TEMATIK

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

PETUNJUK PERAMBUAN SEMENTARA SELAMA PELAKSANAAN PEKERJAAN JALAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah umum Jalan sesuai dalam Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 38 Tahun 2004 tentang JALAN, sebagai berikut :

BAB 8 RENCANA ANGGARAN BIAYA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

A. Pasangan Dinding Batu Bata

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

STUDI EKSPERIMEN KAPASITAS TARIK DAN LENTUR PENJEPIT CONFINEMENT KOLOM BETON

BAB V PELAKSANAAN PEKERJAAN. Pada prinsipnya, pekerjaan struktur atas sebuah bangunan terdiri terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA

REKAPITULASI. JUMLAH HARGA (Rp) URAIAN PEKERJAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perkerasan kaku (rigid pavement) atau perkerasan beton semen adalah perkerasan

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEKERJAAN STRUKTUR BAWAH

KONSTRUKSI PONDASI Pondasi Dangkal Pasangan Batu bata/batu kali

3. Bagian-Bagian Atap Bagian-bagian atap terdiri atas; kuda-kuda, ikatan angin, jurai, gording, sagrod, bubungan, usuk, reng, penutup atap, dan

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PEMBUATAN DAN PEMBAHASAN. Sebelum melakukan proses pembuatan rangka pada incinerator terlebih

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

Metode Pelaksanaan Pembangunan Jalan Lingkungan Datuk Taib Desa Leuhan < SEBELUMNYA BERIKUTNYA >

BAB V PERHITUNGAN STRUKTUR

PERENCANAAN LANTAI KENDARAAN, SANDARAN DAN TROTOAR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

Transkripsi:

SPESIFIKASI TEKNIS KEGIATAN DAK BIDANG TRANSPORTASI DARAT BELANJA MODAL PENGADAAN RAMBU TIDAK BERSUAR - PENGADAAN RAMBU - PENGADAAN GUARD RAIL - PENGADAAN RPPJ DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMASI KABUPATEN TABANAN DAK KABUPATEN TABANAN TAHUN ANGGARAN 2015

I. SPESIFIKASI TEKNIS RAMBU LALU LINTAS JALAN A. FUNGSI RAMBU LALU LINTAS Rambu lalu lintas merupakan bagian dari perlengkapan jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat dan atau perpaduan, yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pengguna jalan. B. BAHAN DAN UKURAN Persyaratan teknis daun rambu adalah sebagai berikut : 1. Bahan Plat Alumunium Plat alumunium memiliki ketebalan minimal 2,0 mm (termasuk reflective sheeting). 2. Ukuran daun rambu mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Rambu Lalu Lintas, dengan uraian ukuran sebagai berikut: Tabel II (Rambu Peringatan) : 60 x 60 cm Tabel III (Rambu Larangan) : Ø 60 cm Tabel IV (Rambu Perintah) : Ø 60 cm Tabel III (Rambu Petunjuk) : 50 x 60 cm (RPPJ : 120 X 180 cm) 3. Permukaan bagian depan harus dibubuhi logo Pemerintah Kabupaten Tabanan lengkap dengan tulisan DISHUBKOMINFO dan Pada bagian belakang daun rambu dibubuhi Stiker perlengkapan jalan dengan tulisan sumber pendanaan yaitu DAK, tahun anggaran yaitu 2015 dan isi pasal 275 UU Nomor 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dengan contoh gambar terlampir. C. LEMBARAN REFLEKTIF Lembaran reflektif memiliki ketentuan sebagai berikut : ASTM D4956 (AMERICAN SOCIETY FOR TESTING MATERIALS) Berdasarkan hasil uji bahan perlengkapan jalan (ASTM D4956) terdapat pengelompokan jenis lembaran reflektif rambu lalu lintas. Tipe I, II dan III adalah material retroreflektif yang menggunakan bahan glassbead. Sedangkan tipe IV, V, VI, VII, VIII, IX, X dan XI adalah material retroreflektif yang menggunakan teknologi mikroprismatik. Semakin tinggi tipe dalam ASTM semakin tinggi nilai retroreflektifitas material tersebut. Berikut ini adalah material retroreflektif yang digunakan dalam kegiatan DAK Bidang Transportasi Darat pada Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informasi Kabupaten Tabanan dibawah ini :

Tipe II lembar reflektifª Sudut Sudut Putih Kuning Oranye Hijau Merah Biru Coklat Pengamatan Datang 0.2-4 140 100 60 30 30 10 5.0 0.2 +30 60 36 22 10 12 4.0 2.0 0.5-4 50 33 20 9.0 10 3 2.0 0.5 +30 28 20 12 6.0 6.0 2.0 1.0 ªKoefisien retroreflektif (Ra) cd/fc/ft2 (cd.lx-1.m-2) Dengan demikian persyaratan teknis lembaran reflektif rambu lalu lintas sebagai berikut : 1. Minimal memiliki nilai retroreflektif ASTM Tipe II berdasarkan tabel di atas. 2. Khusus untuk rambu larangan berupa kata-kata dengan warna dasar putih dan tulisan warna merah, nilai retroreflektif untuk warna merah harus lebih tinggi daripada nilai retroreflektif warna putih. Nilai retroreflektif warna putih minimal 70 (Ra) (cd.lx -1.m -2 ); 3. Permukaan lembaran reflektif rata dan halus serta bagian belakang dilengkapi dengan perekat (precoating adhesive); 4. Warna mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas. D. TIANG RAMBU 1. Jenis konstruksi tiang rambu dengan bahan logam yaitu : a. Jenis dan Ukuran : Pipa bulat diameter minimal 55 mm (2 ), dengan tebal minimal 2 mm; b. Pipa bulat ditutup dengan menggunakan Tutup Pipa PVC 2 atau bahan sejenis, sehingga air tidak dapat masuk ke dalam pipa; c. Angkur bawah terdiri dari minimal 2 batang besi siku 3x30x30 mm yang dilas pada tiang rambu dengan bersilang; d. Rangka rambu tempat menempelkan daun rambu: Menggunakan besi siku minimal 3x30x30 mm yang satu sisinya vertikal menghadap kedepan, dan sisi lainya horizontal masuk ketiang dan dilas rapat. 2. Ketinggian rambu mengacu pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Rambu Lalu Lintas di Jalan. Bentuk dan ukuran rambu sebagaimana gambar terlampir. E. UJI BAHAN Setiap bahan Rambu yang akan dipergunakan harus lulus uji laboratorium dengan menunjukkan sertifikat uji Laboratorium berskala Nasional atau Internasional. F. TATA CARA PENEMPATAN Tata cara penempatan rambu lalu lintas mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 13 Tahun 2014 Tentang Rambu Lalu Lintas.

G. TATA CARA PEMASANGAN Pemasangan rambu lalu lintas jalan meliputi kegiatan : 1. Peletakan daun rambu pada tiang rambu; Daun rambu yang telah dilapisi dengan lembaran reflektif, diletakan pada tiang rambu dengan menggunakan baut yang dikencangkan. 2. Pembuatan pondasi dan peletakan rambu untuk rambu tiang tunggal dengan syarat : a. Ukuran pondasi rambu dibentuk dengan papan untuk bekesting dan setiap tiang masing-masing berukuran : 1) Pengecoran di luar - Sisi bagian atas : 250 mm - Sisi bagian bawah : 400 mm - Kedalaman : 600 mm 2) Pengecoran setempat - Sisi bagian atas : 250 mm - Sisi bagian bawah : 500 mm - Kedalaman : 500 mm b. Bagian tiang rambu yang terbenam pada pondasi sedalam 600 mm; c. Bagian dasar galian pondasi diberi lapisan pasir yang dipadatkan dengan ketebalan 100 mm; d. Mutu pondasi beton K - 175 e. Bagian pondasi diatas permukaan tanah setinggi 100 mm.

II. SPESIFIKASI TEKNIS RAMBU PENDAHULU PETUNJUK JURUSAN (RPPJ) A. BAHAN DAN UKURAN Persyaratan teknis daun RPPJ adalah sebagai berikut : 1. Bahan alumunium dengan ketebalan minimal 2,0 mm (termasuk Reflektif Sheet). 2. Ukuran daun RPPJ berukuran 120 x 180 cm. 3. Permukaan bagian depan harus dibubuhi inisial DISHUBKOMINFO atau logo pemerintah kabupaten tabanan dan Pada bagian belakang daun RPPJ dibubuhi Stiker perlengkapan jalan tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran dan isi pasal 275 UU Nomor 22/2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, contoh gambar terlampir. B. LEMBARAN REFLEKTIF 1. Minimal memiliki nilai retroreflektif untuk Dasar warna Hijau ASTM D4956 Tipe II dan Tulisan serta Panah ASTM D4956 Tipe IV berdasarkan tabel dibawah ini. Tipe II lembar reflektifª Sudut Sudut Putih Kuning Oranye Hijau Merah Biru Coklat Pengamatan Datang 0.2-4 140 100 60 30 30 10 5.0 0.2 +30 60 36 22 10 12 4.0 2.0 0.5-4 50 33 20 9.0 10 3 2.0 0.5 +30 28 20 12 6.0 6.0 2.0 1.0 ªKoefisien retroreflektif (Ra) cd/fc/ft2 (cd.lx-1.m-2) Tipe IV lembar reflektifª Sudut Sudut Putih Kuning Oranye Hijau Merah Biru Coklat Fluoresens Pengamatan Datang Kuninghijau Fluoresens Kuning- Fluoresens Oranye 0.1-4 500 380 200 70 90 42 25 400 300 150 0.1 +30 240 175 94 32 42 20 12 185 140 70 0.2-4 360 270 145 50 65 30 18 290 220 105 0.2 +30 170 135 68 25 30 14 8.5 135 100 50 0.5-4 150 110 60 21 27 13 7.5 120 90 45 0.5 +30 72 54 28 10 13 6 3.5 55 40 22 ªKoefisien retroreflektif (Ra) cd/fc/ft2 (cd.lx-1.m-2) 2. Pemenuhan terhadap nilai retroreflektif tersebut pada tabel diatas harus dibuktikan dengan melampirkan sertifikat/bukti lulus uji laboratorium dari laboratorium berskala nasional dan internasional; 3. Permukaan lembaran reflektif rata dan halus serta bagian belakang dilengkapi dengan perekat (precoating adhesive); 4. Warna mengacu pada Peraturan Menhub Nomor : PM 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas dan lampirannya.

C. TIANG RAMBU PENDAHULU PETUNJUK JURUSAN / RPPJ 1. Bahan Tiang Rambu RPPJ a. Bahan logam dengan syarat : 1) Berbentuk pipa bulat. 2) Bersifat anti karat, dengan atau tanpa lapisan anti karat; 3) Harus berbentuk batangan utuh atau tidak bersambung. 2. Jenis konstruksi tiang rambu dengan bahan logam terdiri dari : a. Bentuk tiang huruf F 1) Jenis dan ukuran: a) Pipa bulat diameter minimal 125 mm (5 ) dengan tebal minimal 2,8 mm; b) Lengan F berbahan Pipa bulat minimal 62,5 mm diameter (2,5 ) dengan tebal minimal 2,8 mm; 2) Pipa bulat ditutup dengan plat besi atau bahan sejenis, sehingga air tidak dapat masuk ke dalam pipa; 3) Bagian bawah diberi sepatu (tapakan) dengan besi plat tebal minimal 12 mm lalu dilas ketiang secara penuh dengan diberi plat besi untuk penegak yang dilas secara penuh ketapakan dan tiang, dipasang dengan angkur baut. Bagian bawah terdiri dari minimal 4 buah angkur baut dengan besi beton ukuran diameter 19 mm dan panjang 600 mm. Struktur rangka beton pondasi sebagaimana gambar; 4) Rangka RPPJ tempat menempelkan daun RPPJ menggunakan besi siku minimal 30x30x3 mm, disesuaikan dengan ukuran RPPJ yang disatukan ke tiang dengan menggunakan klem / begel; 5) Sambungan tiang RPPJ dengan lengan tiang RPPJ (flange dan rib plate) menggunakan pengikat untuk memperkuat sambungan menjadi kaku dan kuat. 6) Ketinggian RPPJ mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK. 7234/AJ.401/DRJD/2013 tanggal 14 November 2013 tentang Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan. D. TATA CARA PENEMPATAN 1. Tata cara penempatan RPPJ mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM. 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas; 2. Khusus RPPJ yang menunjukkan lokasi/tempat (warna dasar hijau huruf putih) harus memperhatikan hal-hal berikut : a. Menunjuk lokasi yang umum dan perlu bagi masyarakat seperti bandara, rumah sakit, nama kota, situs, dan lain-lain yang sejenis; b. Lokasi yang ditunjuk bersifat tetap atau tidak berubah-ubah dalam waktu panjang;

c. Untuk RPPJ yang menunjuk 2 (dua) atau lebih tempat/kota yang letaknya berurut berlaku ketentuan tempat/kota yang paling dekat dituliskan paling atas diikuti tempat/kota yang lebih jauh dibawahnya dan yang paling jauh dibawahnya lagi. E. TATA CARA PEMASANGAN Pemasangan RPPJ meliputi kegiatan : 1. Peletakan daun rambu RPPJ pada tiang RPPJ; Daun RPPJ yang telah dilapisi dengan lembaran reflektif, diletakan pada kerangka RPPJ menggunakan baut, kemudian disatukan pada tiang RPPJ dengan menggunakan klem dan baut yang dikencangkan. 2. Pembuatan pondasi dan peletakan RPPJ sebagaimana untuk jenis konstruksi tiang rambu tiang F: a. Ukuran pondasi rambu dibentuk dengan papan untuk bekesting dan setiap tiang masing-masing berukuran : Sisi bagian atas : 500 mm; Sisi bagian bawah : 500 mm; Kedalaman : 1100 mm. atau disesuaikan dengan ukuran RPPJ b. Bagian dasar pondasi diberi lapisan pasir yang dipadatkan setebal 100 mm. c. Pondasi beton terbuat dari beton tulangan kualitas campuran K 250 dengan ukuran 500 x 500 x 1100 mm. d. Pada bagian atas pondasi dipasang plat logam sejenis dengan tiang rambu ukuran 400 x 400 x 12 mm serta 4 buah angkur baut dengan diameter 19 mm dan panjang 600 mm. e. Pondasi untuk rambu dengan ukuran dan bentang rangka baja yang besar disesuaikan dengan kondisi kekuatan daya dukung tanah setempat serta beban yang terjadi sehingga dapat dipertanggungjawabkan kekuatannya; f. Bagian pondasi diatas permukaan tanah setinggi 200 mm atau disesuaikan dengan permukaan tanah dan jalan. F. LAIN LAIN 1. Pelaksana pekerjaan Rambu Pendahulu Petunjuk Jurusan (RPPJ) harus melampirkan surat pernyataan jaminan spesifikasi bahan yang digunakan sesuai dengan spesifikasi yang tertuang dalam RKS dan sesuai dengan ketentuan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK. 7234/AJ.401/DRJD/2013 tanggal 14 November 2013 tentang Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan. 2. Melampirkan surat yang berisi Jaminan Garansi Produk lembaran reflektif selama 5 (lima) tahun dari produsen/pabrikan lembaran reflektif sesuai spesifikasi teknis yang dipersyaratkan.

III. SPESIFIKASI PAGAR PENGAMAN JALAN A. FUNGSI PAGAR PENGAMAN JALAN Pagar pengaman jalan dalam ini dipasang dengan maksud untuk memperingatkan pengemudi akan adanya bahaya (jurang) dan melindungi pemakai jalan agar tidak sampai terperosok. Umumnya dipasang pada bagian-bagian jalan menikung, baik terdapat jurang maupun tidak, yang dikombinaasikan dengan pemasangan rambu chevron (tabel I no. 1i dan 1j). Dapat juga dipasang pada jalan-jalan lurus dimana disisi jalan terdapat jurang ataupun sisi jalan yang terdapat perbedaan ketinggian dengan badan jalan yang dapat membahayakan pemakai jalan. B. UKURAN PAGAR PENGAMAN JALAN 1. Lempengan besi (beam) adalah merupakan suatu plat besi yang bergelombang dan memanjang dimana pada bagian ujungnya disambungkan dengan lempengan besi yang melengkung dan biasa disebut lempengan besi/terminal end. Lempengan besi mempunyai ukuran-ukuran minimal sebagai berikut : a. Penampang melintang : 1) Tebal : 2,67 mm 2) Lebar : 312 mm b. Panjang lempengan : 1) Panjang total lempengan : 4.300 mm 2) Pajang efektif lempengan : 4.000 mm 2. Lengan Lempengan besi: a. Penampang melintang sesuai dengan ukuran lempengan besi (beam) b. Penampang memanjang dengan ukuran minimal: 1) Panjang total : 725 mm 2) Panjang efektif : 540 mm 3. Tiang penyangga (post) adalah merupakan suatu tiang berbentuk letter U yang kokoh dengan ketebalan penampang plat 6 mm dan berfungsi untuk menegakkan dan memperkokoh berdirinya lempengan besi. Tiang penyangga mempunyai ukuran minimal sebagai berikut : a. lebar : 180 mm b. ketebalan : 6 mm c. Panjang total : 1.800 mm d. Tiang efektif diatas permukaan tanah terhadap lempengan besi : 655 mm 4. Besi Pengikat (blocking) adalah profil baja berbentuk letter U dengan ketebalan penampang plat minimal 6 mm, panjang 350 mm, lebar 180 mm dan ketebalan blocking 6 mm, yang berfungsi sebagai pengikat antara tiang penyangga dengan lempengan besi (beam).

C. BAHAN PAGAR PENGAMAN JALAN 1. Lempengan besi dan Tiang penyangga (post) Terbuat dari tipe Pelat Baja Gelombang Lapis Seng Pagar Pengaman (Flex Beam Guard Rail) dimana mempunyai ukuran sebagai berikut : Keterangan Tebal T mm Luas A mm² Momen Inersia terhadap sumbu x lx 10⁶mm⁴ Momen Inersia terhadap sumbu y Ly 10⁶mm⁴ Momen Perlawanan terhadap sumbu x Wx 10³mm³ Momen Perlawanan terhadap sumbu y Wy 10³mm³ Berat/m kg Pagar 2,7 1284 12,49 0,96 80,30 22,45 10,00 Pengaman Tiang 6.0 1825 7,38 1,36 105,48 19,46 14.33 Sumber SNI Ukuran Pelat Baja Gelombang Tipe Pagar Pengaman P (mm) T% L (mm) T % 4000 1 312 1 std Maks Std maks Sumber : SNI Keterangan : P = Panjang L = Lebar T = Toleransi 2. Syarat mutu bahan plat baja harus memenuhi sebagai berkut : Tipe Komposisi Bahan Dasar Logam Komposisi Kimia Bahan Pelapis Sifat Mekanik Simbol Kadar Max (%) Pagar Pengaman C 0,15 P 0,05 S 0,05 Mn 0,05 Si 0,06 Sumber : SNI Simbol Zn Al Kadar Max (%) 99,88 0,02 C = Karbon Si = Silikon P = Pospor Zn = Seng S = Belerang Al = Alumunium Mn = Mangan.* = Sesuai SII.0318 80 Batas ulur minimum (MPa) Regang minimum (%) Berat Lapisan Seng Minimum *230 16 900 3. Lengan lempengan besi (sleeve beam) mempunyai bahan yang sama dengan lempengan besi (beam);

4. Ukuran Baut Baut yang digunakan untuk sambungan plat baja gelombang lapis seng harus memenuhi seperti tabel berikut : Ukuran dan Toleransi Ukuran dan Toleransi Panjang (mm) 32 Sumber : SNI Toleransi (mm) Diameter (mm) Toleransi (mm) +2 +1 15-2 -1 5. Besi pengikat (bracket) adalah berupa baut jenis payung dan mur diameter 16 mm untuk beam, baut jenis payung dan mur diameter 16 mm untuk bloking dan baut dan mur jenis hexagonal diameter 16 mm untuk tiang serta besi pengikat yang berfungsi untuk penyambung dan melekatkan lempengan besi ke tiang penyangga dengan mempunyai bahan yang sama dengan lempengan besi (beam); 6. Pada bagian depan dibubuhi Logo Pemerintah kabupaten tabanan dan pada bagian belakang lempengan besi (beam) dan terminal end dibubuhi Stiker perlengkapan jalan tulisan sumber pendanaan, tahun anggaran dan isi pasal 275 UU Nomor 22/ 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, contoh gambar stiker terlampir; 7. Setiap bahan pagar pengaman yang akan dipergunakan harus lulus uji laboratorium dengan menunjukkan sertifikat uji Laboratorium berskala Nasional atau Internasional. D. WARNA PAGAR PENGAMAN JALAN 1. Pagar pengaman jalan (tiang-tiang penyangga, lempengan-lempengan besi dan lengan lempengan besi) tetap menggunakan warna asli. 2. Pada setiap lempengan/beam pagar pengaman dipakukan bahan yang sifatnya memantulkan cahaya (reflector) dengan bahan sesuai ketentuan ASTM tipe IV dengan jarak per 4 meter ditengah-tengah beam, dengan ketentuan : a. Sebelah kanan arah arus lalu lintas, berwarna putih. b. Sebelah kiri arah arus lalu lintas, berwarna merah.

lembar reflektifª Tipe IV (ASTM) Sudut Pengamatan Oran ye Sudut Datang Putih Kuning Hijau Merah Biru Coklat Fluoresens Kuninghijau Fluoresens Kun- ing- Fluoresens Oran ye 0.1-4 500 380 200 70 90 42 25 400 300 150 0.1 +30 240 175 94 32 42 20 12 185 140 70 0.2-4 360 270 145 50 65 30 18 290 220 105 0.2 +30 170 135 68 25 30 14 8.5 135 100 50 0.5-4 150 110 60 21 27 13 7.5 120 90 45 0.5 +30 72 54 28 10 13 6 3.5 55 40 22 ªKoefisien retroreflektif (Ra) cd/fc/ft2 (cd.lx-1.m-2) E. PEMASANGAN PAGAR PENGAMAN JALAN 1. Pemasangan Tiang Penyangga. a. Pembuatan lubang pondasi kedalaman dan dasar lubangnya disesuaikan dengan gambar (1.100 x 600 x 600) mm; b. Pada bagian tiang yang tertanam ditanah harus dipasang angkur paling sedikit 3 (tiga) buah; c. Untuk melindungi tiang dari kemungkinan turun, dasar lubang harus dikeraskan dengan lapisan pasir padat minimal setebal 100 mm; d. Tiang penyangga harus dipasang pada posisi tegak lurus; e. Lubang dicor dengan adukan perbandingan semen, pasir dan koral 1:2:3; f. Tanah di pinggir pondasi dipadatkan dengan alat pemadat (stamper); g. Bagian pondasi yang menonjol diatas permukaan tanah 100 mm. Pemasangan tiang penyangga merupakan pekerjaan pemasangan pagar pengaman yang harus dilakukan secara cermat dan teliti, untuk itu perlu pemerikasaan ketinggian dan jarak sampai akurasi 10 mm (1 cm). 2. Pemasangan lempengan besi a. Lempengan besi direntangkan antara 3 (tiga) tiang dan lubang tempat penyambungan diletakan sesuai dengan pemasangannya. Bila menggunakan besi siku penyambung (bracket), besi ini diletakan pada tempatnya; b. Setiap 2 (dua) lempengan besi yang berdampingan diikat pada satu tiang dengan menggunakan baut dan mur yang sesuai; 3. Pada kedua ujung pagar pengaman jalan dapat dilekukan sampai permukaan tanah atau diberi pengaman untuk keselamatan pemakai jalan.

4. Pemeriksaan Akhir a. Kekuatan berdirinya tiang penyangga b. Ketepatan penyambungan antara lempeng besi dengan lempengan besi atau lempengan besi dengan lengan lempengan besi (sleeve beam)