BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Alumni,

ANALISIS PERTIMBANGAN HAKIM MAHKAMAH AGUNG DALAM MENGADILI PERMOHONAN KASASI PENGGELAPAN (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor: 373 K/Pid/2015)

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Achmad, Menguak Realitas Hukum: Rampai Kolom Dan Artikel Pilihan Dalam Bidang Hukum, (Jakarta: Kencana, 2008).

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan hukum dan penegakkan hukum yang sah. pembuatan aturan atau ketentuan dalam bentuk perundang-undangan.

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

Lex et Societatis, Vol. IV/No. 2/Feb/2016/Edisi Khusus

DAFTAR PUSTAKA. Bakhri, Syaiful, 2009, Hukum Pembuktian Dalam Praktik Peradilan Pidana, Cetakan I, P3IH FH UMJ dan Total Media, Yogyakarta.

Lex Crimen Vol. V/No. 4/Apr-Jun/2016. EKSEPSI DALAM KUHAP DAN PRAKTEK PERADILAN 1 Oleh : Sorongan Terry Tommy 2

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

ANALISIS TERHADAP PUTUSAN BEBAS MURNI OLEH JUDEX JURIST

BAB III PENUTUP. maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lutfal Mustaqim, R. Hanung Satrio Pitono, Rahardyan Wisnu Aji. Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret

Pernyataan Pers MAHKAMAH AGUNG HARUS PERIKSA HAKIM CEPI

Larasanya Kharissa Tidi Sri Wahyuningsih Yulianti. Abstrak

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu kehidupan yang adil dan makmur bagi warganya berdasarkan

Keywords: Financial loss of countries, corruption, acquittal, policy, prosecutor

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

INDONESIA CORRUPTION WATCH 1 Oktober 2013

I. PENDAHULUAN. tampak lebih nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyimpang dirumuskan oleh Saparinah Sadli sebagai tingkah laku yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. kasus korupai yang terungkap dan yang masuk di KPK (Komisi. korupsi telah merebak ke segala lapisan masyarakat tanpa pandang bulu,

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

PENANGGUHAN PENAHANAN DALAM PROSES PERKARA PIDANA (STUDI KASUS KEJAKSAAN NEGERI PALU) IBRAHIM / D Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. penetapan status tersangka, bukanlah perkara yang dapat diajukan dalam

Imanunggal Adhi Saputro. Abstrak. Abstract

TINJAUAN HUKUM TERHADAP TUNTUTAN GANTI KERUGIAN KARENA SALAH TANGKAP DAN MENAHAN ORANG MUHAMMAD CHAHYADI/D Pembimbing:

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

Abstrak. Kata kunci: putusan, hakim, pengadilan. Abstract. Keywords:

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

Agung Dwi Handoko, Guritno Tri Kuncoro, Sri Wahyuningsih Yulianti. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tabu untuk dilakukan bahkan tidak ada lagi rasa malu untuk

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

BAB II DASAR PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENJATUHKAN PUTUSAN. Korupsi telah menjadi extra ordinary crimes yang telah nyata menggerogoti

Dea Arsyandita dan Edy Herdyanto. Abstrak

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

I. PENDAHULUAN. Asas legalitas dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP memiliki tujuan dalam menegakkan

DAFTAR PUSTAKA. Amirudin dan Asikin, Zainal, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Press, Jakarta.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Seorang hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 29/PUU-XV/2017 Perintah Penahanan yang Termuat dalam Amar Putusan

BAB III PENUTUP. menyimpulkan hal-hal sebagai berikut : Jaksa Agung Muda, peraturan perihal Jaksa Agung Muda Pengawasan

PENULISAN HUKUM. Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Bidang Ilmu Hukum

UPAYA HUKUM BANDING DAN KASASI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Palu) AHMAD YANI / D

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dalam hal ini telah dijelaskan dalam pasal 1 butir 12 KUHAP yang

DAFTAR PUSTAKA. Achmad Ali & Wiwie Heryani, Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum, Cetakan ke 1,

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Singkatnya korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk. semakin melemahkan citra pemerintah di mata masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan

Abstrak. Kata kunci: Peninjauan Kembali, Kehkilafan /Kekeliranan Nyata, Penipuan. Abstract. Keywords:

P U T U S A N No K / Pid / DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M A H K A M A H A G U N G memeriksa perkara pidana pada

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

perundang-undangan tentang pemberantasan tindak pidana korupsi serta tugas dan wewenang Kejaksaan, maka dapat disimpulkan bahwa:

PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Mahrus, 2011, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, UII Pers, Yogyakarta.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

S I L A B I A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : HUKUM PIDANA KHUSUS STATUS MATA KULIAH : LOKAL WAJIB KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang masih mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Oleh: Bandaharo Saifuddin 1. Abstrak. Kata Kunci: Eksistensi, Korupsi, Pegawai Negeri

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada warga. organ pemerintah yang melaksanakan tugas dan kewenangannya agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Sebagaimana tertulis dalam rumusan masalah, akhirnya penulis

I. PENDAHULUAN. jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi

BAB IV SIMPULAN A. SIMPULAN

PERLINDUNGAN HUKUM ATAS HAK TERHADAP TERSANGKA DI TINGKAT PENYIDIKAN OLEH KEPOLISIAN

Abstrak. Kata kunci: Putusan Sela, Perlawanan, Pertimbangan Hakim, Tindak Pidana Korupsi. Abstract. Keywords:

BAB III IMPLEMENTASI KETERANGAN AHLI DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA DI TINGKAT PENYIDIKAN

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penuntutan terhadap terdakwa tindak pidana narkotika adalah:

Anggi Anindya Wardhani. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

BAB V ANALISIS. A. Analisis mengenai Pertimbangan Hakim Yang Mengabulkan Praperadilan Dalam

MOTTO PEMBERANTASAN KORUPSI HARUS DIMULAI DARI DIRI SENDIRI *

MANTAN BOS ADHI KARYA KEMBALI DAPAT POTONGAN HUKUMAN.

TINJAUAN TENTANG UPAYA HUKUM KASASI PENUNTUT UMUM TERHADAP PUTUSAN BEBAS DALAM PERKARA KORUPSI

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil peneletian dan pembahasan yang telah diuraikan oleh penulis terhadap Putusan Mahakamah Agung Nomor: 1818 K/Pid.Sus/2014, maka diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan analisis penulis dapat disimpulkan bahwa argumentasi Penuntut Umum mengajukan kasasi berdasar alasan Judex Factie salah menerapkan pembuktian dakwaan kesatu subsidair adalah telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 253 KUHAP, khususnya sebagaimana yang diatur dalam Pasal 253 ayat (1) huruf a KUHAP. Dalam perkara tindak pidana korupsi ini, Judex Factie telah salah dalam menerapkan hukum tidak sebagaimana mestinya dengan menyatakan dari hasil pemeriksaan di persidangan tidak dibuktikan Terdakwa adalah seorang Salesman yang mempunyai kewenangan untuk melakukan penagihan dan bahwa perbuatan yang dilakukan Terdakwa tersebut tidak terbukti secara sah tanpa mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan. Padahal berdasarkan fakta yang terungkap di persidangan dapat diketahui perbuatan Terdakwa Muhammad Said Madiu, menurut Penuntut Umum lebih tepat telah memenuhi unsur-unsur Tindak Pidana Korupsi sebagaimana dalam dakwaan Primair yaitu Pasal 2 Ayat (1) jo Pasal 18 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, sebagaimana yang telah diuraikan oleh Penuntut Umum pada Analisa Yuridis dalam Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum atas nama Terdakwa Muhammad Said Madiu, dalam analisa Yuridis tersebut terbukti bahwa Terdakwa telah melakukan Perbuatan Melawan 85

86 Hukum yakni Terdakwa selaku Salesman Semen dan Non Semen pada PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (PPI) Cabang Gorontalo berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT. Perushaan Perdagangan Indonesia (PT. PPI) Nomor : 01/Dir HR & Admin/SKD/PPI/ 2006 tanggal 20 Januari 2006 yang dalam melakukan penagihan kepada para nasabah, sebagian hasil penagihan tidak disetorkan kepada kasir PT. PPI (Cabang Gorontalo) tetapi sebagian dipergunakan untuk kepentingan sendiri. 2. Berdasarkan analisis Penulis dapat disimpulkan bahwa terkait dengan argumentasi hukum Hakim Mahkamah Agung dalam mengabulkan permohonan kasasi Penuntut Umum dengan alasan Judex Factie tidak menerapkan hukum dalam perkara Tindak Pidana Korupsi adalah telah sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Pasal 256 KUHAP. Mahkamah Agung mengabulkan permohonan kasasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 254, Mahkamah Agung membatalkan putusan pengadilan yang dimintakan kasasi dan dalam hal itu berlaku ketentuan Pasal 255. Berdasarkan Pasal 256 KUHAP, Mahkamah Agung membatalkan putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi pada Pengadilan Tinggi Gorontalo Nomor : 06/PID.SUS.TIPIKOR/2014/PT.Gtlo. tanggal 13 Juni 2014. yang memperbaiki putusan Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Pengadilan Negeri Gorontalo : 24/Pid.Sus.Tipikor/2013/PN.Gtlo tanggal 11 April 2014 karena peraturan hukum tidak diterapkan atau diterapkan tidak sebagaimana mestinya. Mahkamah Agung mengadili sendiri perkara pidana yang di lakukan Terdakwa Muhammad Said Madiu melalui Putusan Mahkamah Agung Nomor : 1818 K/Pid.Sus/2014. Adapun pertimbangan Mahkamah Agung adalah sebagai berikut: a. Bahwa unsur melawan hukum yang dimaksud dalam Pasal 2 Undang- Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2001 adalah merupakan aturan umum yang berlaku bagi setiap orang yang memiliki

87 kewenangan maupun yang tidak memiliki kewenangan, dan bagi Terdakwa yang adalah seorang Salesman yang mempunyai kewenangan untuk melakukan penagihan dan terbukti tidak menyetor seluruh uang tagihan yang diperoleh yang adalah merupakan kewajiban Terdakwa adalah sebuah perbuatan melawan hukum ; b. Bahwa dalam perbuatan Terdakwa in casu, Terdakwa telah secara aktif mengurangi uang yang harus disetorkan ke Kas PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero), sehingga cara Terdakwa tersebut yang aktif menambah jumlah uangnya sendiri, atau menambah assetnya sendiri, tanpa melalui suatu proyek lain atau milik orang lain atau usaha orang lain, harus dianggap merupakan cara memperkaya diri sendiri sebagaimana dakwaan Primair ; Dalam perkara ini Judex Factie telah salah dalam menerapkan hukum atau tidak menerapkan hukum sebagaimana mestinya dengan menjatuhkan putusan yang amarnya justru menyatakan Terdakwa Muhammad Said Madiu bukan seorang salesman/karyawan PT. PPI (Cabang Gorontalo) yang mempunyai kewenangan untuk melakukan penagihan dan bahwa perbuatan yang dilakukan Terdakwa tersebut tidak terbukti secara sah. Dalam pertimbangannya seharusnya yang dipertimbangkan Judex Factie adalah unsur melawan hukum dan unsur mengurangi uang atau menambah jumlah uangnya sendiri atau memperkaya diri sendiri, akan tetapi pada pertimbangan maupun kesimpulannya Judex Factie menyatakan unsur melawan hukum dan unsur menyalahkan kewenangan yang dijadikan dasar untuk Pasal 2 Ayat (1) jo Pasal 18 Ayat (1), (2), dan (3) Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Judex Factie dalam hal ini adalah tidak secara sistematis, cermat dan seksama mempertimbangkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan Jaksa

88 Penuntut Umum dan oleh karena terdapat kepentingan public yang dirugikan atas perbuatan Terdakwa maka perbuatan Terdakwa tersebut merupakan perbuatan pidana. Sehingga sudah seharusnya apa yang didakwakan Penuntut Umum terbukti dan perbuatan Terdakwa tersebut merupakan perbuatan pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 2 Ayat (1) jo Pasal 18 Ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Nomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Undang-Undang Nomor : 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-UndangNomor : 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo Pasal 55 Ayat (1) ke- 1 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. B. SARAN Berdasarkan simpulan yang telah penulis peroleh, maka penulis dapat memberikan saran sebagai berikut: 1. Diharapkan agar Hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap Terdakwa lebih sistematis, cermat dan seksama dalam mepertimbangkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan melalui bukti-bukti yang dihadirkan di persidangan dan secara sistematis, cermat dan seksama pula dalam mepertimbangkan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan terhadap hukum atau hukum tidak diterapkan sebagaimana mestinya oleh Hakim. Sehingga dapat tercipta rasa kepastian hukum dan rasa keadilan bagi semua pihak dan juga bagi masyarakat. 2. Diharapkan agar Hakim Mahkamah Agung dalam hal mengabulkan permohonan kasasi, dapat dengan cermat dan seksama memperhatikan alasanalasan pengajuan kasasi baik dari segi formil dan materil. Selain itu argumentasi hakim dalam mengabulkan permohonan kasasi haruslah dapar mencerminkan nilai-nilai kepastian hukum dan keadilan dalam masyarakat. 3. Diharapkan agar Hakim dalam membuat suatu putusan dapat bersikap independen serta mandiri dan tidak terpengaruh oleh pihak manapun.

89 DAFTAR PUSTAKA Buku Andi Sofyan dan Abd. Asis. 2014. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar. Jakarta: Prenada Media Group. Barda Nawawi Arief. 2010. Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan Pidana Penjara. Yogyakarta: Genta Publishing. Ermansjah Djaja. 2010. Meredesain Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: Sinar Grafika. Hartanti, Evi. 2006. Tindak Pidana Korupsi. Jakarta: Sinar Grafika. Henry P. Panggabean. 2001. Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktek Seharihari, Upaya Penanggulangan Tunggakan Perkara dalam Pemberdayaan Fungsi Pengawasan Mahkamah Agung, Jakarta: Sinar Harapan. Iskandar Kamil. 2006. Kode Etik Profesi Hakim dalam Pedoman Perilaku Hakim (Code of Conduct), Kode Etik Hakim dan Makalah Berkaitan. Jakarta: Mahkamah Agung RI. Lilik Mulyadi. 2007. Hukum Acara Pidana. Bandung: PT Citra Aditya Bakti. Muhammad Ray Akbar. 2008. Mengapa harus Korupsi. Penerbit: Akbar, Jakarta. M. Yahya Harahap. 2012. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali. Jakarta: Sinar Grafika. Peter Mahmud Marzuki. 2014. Penelitian Hukum, Jakarta: Prenadamedia Group. Rusli Muhammad. 2007. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Jurnal Janpatar Simamora. 2014. Kepastian Hukum Pengajuan Kasasi oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap Vonis Bebas. Jurnal Yudisial. Volume 7 Nomor 1. 2014.

90 Otto Cornelis Kaligis. 2006. Korupsi Sebagai Tindakan Kriminal yang Harus Diberantas: Karakter dan Praktek Hukum di Indonesia. Jurnal Equality. Volume 11 Nomor 2. 2006. Nopri. 2015. Penerapan Pembuktian Putusan Hakim Tentang Unsur Merugikan Keuangan Negara Dalam Tindak Pidana Korupsi. Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion. Volume 3 Nomor 6. 2015. Perundang-Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana atau Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 jo Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 tentang Pengadilan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Putusan Putusan Pengadilan Negeri Gorontalo Nomor 24/Pid.Sus.Tipikor/2013/PN.Gtlo. Putusan Pengadilan Tinggi Gorontalo Nomor 06/PID.SUS.TIPIKOR/2014/ PT.Gtlo. Putusan Mahkamah Agung Nomor 1818 K/Pid.Sus/2014.