Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Pendugaan Zona Endapan Mineral Logam (Emas) di Gunung Bujang, Jambi Berdasarkan Data Induced Polarization (IP)

PENDUGAAN ZONA MINERALISASI GALENA (PbS) DI DAERAH MEKAR JAYA, SUKABUMI MENGGUNAKAN METODE INDUKSI POLARISASI (IP)

Gravitasi Vol. 14 No.2 (Juli-Desember 2015) ISSN:

Pemetaan Sebaran Endapan Mineral Logam Berdasarkan Interpretasi Data Polarisasi Terimbas di Lapangan X PT Newmont Nusa Tenggara (PT NNT)

Survei Polarisasi Terimbas (IP) Dan Geomagnet Daerah Parit Tebu Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka-Belitung

BAB I PENDAHULUAN. banyak terkait oleh mineralisasi endapan hidrotermal-magmatik. Dalam berbagai

PEMODELAN 3D RESISTIVITAS BATUAN ANDESIT DAERAH SANGON, KAB. KULONPROGO, PROVINSI DIY

Metode Induced Polarization Untuk Eksplorasi Mineral Emas Daerah B Gunawan Setiono dan Dr.Supriyanto. Abstrak

PENGARUH MUKA AIR TANAH TERHADAP KESTABILAN JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PEMODELAN INVERSI DATA GEOLISTRIK UNTUK MENENTUKAN STRUKTUR PERLAPISAN BAWAH PERMUKAAN DAERAH PANASBUMI MATALOKO. Abstrak

3. HASIL PENYELIDIKAN

IDENTIFIKASI POTENSI SUMBER DAYA TIMAH PRIMER DENGAN MENGGUNAKAN INDUKSI POLARISASI DAN RESISTIVITAS DAERAH BUKIT PUYUH KEC.

Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan Volume 2, Nomor 2, Juni 2010, Halaman ISSN:

Gambar 3.1 Lokasi lintasan pengukuran Sumber: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE UNTUK IDENTIVIKASI POTENSI SEBARAN GALENA (PBS) DAERAH-X, KABUPATEN WONOGIRI

3. HASIL PENYELIDIKAN

Pemodelan Inversi Data Geolistrik untuk Menentukan Struktur Perlapisan Bawah Permukaan Daerah Panasbumi Mataloko

Metode Geolistrik (Tahanan Jenis)

PENERAPAN GEOLISTRIK RESISTIVTY 2D DAN BANTUAN PROGRAM GEOSOFT UNTUK ESTIMASI SUMBERDAYA ANDESIT DI PT. MDG KULONPROGO DIY

PENGOLAHAN DATA MANUAL DAN SOFTWARE GEOLISTRIK INDUKSI POLARISASI DENGAN MENGGUNAKAN KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

PENYELIDIKAN BIJIH BESI DENGAN METODE GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK

Identifikasi Keretakan Beton Menggunakan Metode Geolistrik Resistivitas Timotius 1*), Yoga Satria Putra 1), Boni P. Lapanporo 1)

BAB V INTERPRETASI HASIL PENGUKURAN RESISTIVITAS

PENYELIDIKAN GEOFISIKA DI DAERAH GUNUNG RAWAN, KECAMATAN SEKAYAM, KABUPATEN SANGGAU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB 4 PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

ρ i = f(z i ) (1) V r = ρ ii 2π ρ a = K V AB 2

STUDI BIDANG GELINCIR SEBAGAI LANGKAH AWAL MITIGASI BENCANA LONGSOR

SURVEI GEOLISTRIK METODE RESISTIVITAS UNTUK INTERPRETASI KEDALAMAN LAPISAN BEDROCK DI PULAU PAKAL, HALMAHERA TIMUR

Identifikasi Jalur Patahan Dengan Metode Geolistrik Hambatan Jenis Di Wilayah Palu Barat

PROFIL RESISTIVITAS 2D PADA GUA BAWAH TANAH DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI WENNER-SCHLUMBERGER (STUDI KASUS GUA DAGO PAKAR, BANDUNG)

APLIKASI GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI DIPOLE DIPOLE UNTUK PENDUGAAN ASBUTON

EKSPLORASI BIJIH BESI DENGAN METODE DIPOLE-DIPOLE DAN GEOMAGNET DI WILAYAH GANTUNG, KABUPATEN BLITUNG TIMUR, PROVINSI BLITUNG

PENENTUAN ZONA PENGENDAPAN TIMAH PLASER DAERAH LAUT LUBUK BUNDAR DENGAN MARINE RESISTIVITY Muhammad Irpan Kusuma 1), Muhammad Hamzah 2), Makhrani 2)

Andyono B Santoso 1, Hidayatullah Sidiq 2. ITSB Bandung,

SURVEI POLARISASI TERIMBAS (IP) DAN GEOMAGNET DAERAH TELUK SANTONG UTARA, KECAMATAN PLAMPANG KABUPATEN SUMBAWA, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pendugaan Mineral Kromit dengan Metode Electricalresistivity Tomography di Daerah Wosu-Morowali Sulawesi Tengah

Identifikasi Bidang Patahan Sesar Lembang dengan Metode Electrical Resistivity Tomography untuk Mitigasi Bencana Gempa Bumi dan Longsor

PRISMA FISIKA, Vol. III, No. 2 (2015), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. IV, No. 01 (2016), Hal ISSN :

EKSPLORASI MINERAL LOGAM DENGAN METODE INDUKSI POLARISASI DAERAH MEKAR JAYA - CIDOLOG, KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Penelitian

APLIKASI METODE GEOLISTRIK RESISTIVITAS KONFIGURASI SCHLUMBERGER UNTUK IDENTIFIKASI AKUIFER DI KECAMATAN PLUPUH, KABUPATEN SRAGEN

e-issn : Jurnal Pemikiran Penelitian Pendidikan dan Sains Didaktika

Prosiding Seminar Nasional XII Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi 2017 Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta

SURVEI GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIK (AMT) DAERAH PANAS BUMI PERMIS, KABUPATEN BANGKA SELATAN PROVINSI BANGKA BELITUNG

Maulana Malik*, Irzal Nur*, Asran Ilyas* *Program Studi Teknik Pertambangan Universitas Hasanuddin

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

PENENTUAN RESISTIVITAS BATUBARA MENGGUNAKAN METODE ELECTRICAL RESISTIVITY TOMOGRAPHY DAN VERTICAL ELECTRICAL SOUNDING

Interpretasi Kondisi Geologi Bawah Permukaan Dengan Metode Geolistrik

IDENTIFIKASI ZONA SESAR OPAK DI DAERAH BANTUL YOGYAKARTA MENGGUNAKAN METODE SEISMIK REFRAKSI

GEOFISIKA EKSPLORASI. [Metode Geolistrik] Anggota kelompok : Maya Vergentina Budi Atmadhi Andi Sutriawan Wiranata

SURVEI GEOFISIKA TERPADU (AUDIO MAGNETOTELURIK DAN GAYA BERAT) DAERAH PANAS BUMI MALINGPING KABUPATEN LEBAK, PROVINSI BANTEN

INVESTIGASI LAPISAN BEDROCK DENGAN MENGGUNAKAN METODA GEOLISTRIK (Studi Kasus: Gedung Olah Raga Universitas Hasanuddin)

Pendugaan Akuifer serta Pola Alirannya dengan Metode Geolistrik Daerah Pondok Pesantren Gontor 11 Solok Sumatera Barat

Analysis of Chromite Vein At The Subsurface Using Geoelectrical Method Wenner-Schlumberger Configuration

Pemodelan Akuifer Air Tanah dengan Metode Geolistrik Tahanan Jenis Konfigurasi Dipole-dipole

Optimalisasi Desain Parameter Lapangan Untuk Data Resistivitas Pseudo 3D

AKUISISI DATA SELF POTENTIALS (SP) UNTUK MENENTUKAN KEDALAMAN POTENSI MASSIVE SULFIDA DI DESA BABAN KECAMATAN SILO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI.

IDENTIFIKASI MINERAL BIJIH BESI DENGAN MENGGUNAKAN METODE INDUCED POLARIZATION (IP) DI DAERAH OKU SELATAN, SUMATERA SELATAN

SKRIPSI. Tinton Arizona Oleh :

BAB III METODE PENELITIAN

FOTON, Jurnal Fisika dan Pembelajarannya Volume 18, Nomor 2, Agustus 2014

ANALISIS DATA INVERSI 2-DIMENSI DAN 3-DIMENSI UNTUK KARAKTERISASI NILAI RESISTIVITAS BAWAH PERMUKAAN DI SEKITAR SUMBER AIR PANAS KAMPALA

BAB IV PENGOLAHAN DAN INTERPRETASI DATA GEOFISIKA

Identifikasi Sistem Panas Bumi Di Desa Masaingi Dengan Menggunakan Metode Geolistrik

PENERAPAN FORWARD MODELING 2D UNTUK IDENTIFIKASI MODEL ANOMALI BAWAH PERMUKAAN

INVESTIGASI PENYEBARAN LAPISAN PEMBAWA EMAS MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK RESISTIVITY DI KELURAHAN LATUPPA

BAB V PEMBAHASAN DAN INTERPRETASI

IDENTIFIKASI BIDANG GELINCIR DI TEMPAT WISATA BANTIR SUMOWONO SEBAGAI UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Geofisika merupakan cabang ilmu kebumian yang menerapkan konsep

ANALISIS KEBERADAAN BIJIH BESI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK 2D DI LOKASI X KABUPATEN LAMANDAU KALIMANTAN TENGAH

IDENTIFIKASI STRUKTUR BAWAH PERMUKAAN JALUR SESAR DI DUSUN PATEN DENGAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI DIPOLE-DIPOLE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

POTENSI AIRTANAH BERDASARKAN NILAI RESISTIVITAS BATUAN DI KELURAHAN CANGKORAH, KECAMATAN BATUJAJAR, KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

Analisis Aliran Rembesan (Seepage) Menggunakan Pemodelan 3D Metode Resistivitas Konfigurasi Wenner

POSITRON, Vol. VI, No. 2 (2016), Hal ISSN :

POLA ALIRAN AIR BAWAH TANAH DI PERUMNAS GRIYA BINA WIDYA UNRI MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK KONFIGURASI ELEKTRODA SCHLUMBERGER

183 PENDUGAAN BIJIH BESI DENGAN GEOLISTRIK RESISTIVITY-2D DAN GEOMAGNET DI DAERAH SEBAYUR, DESA MAROKTUAH, KEC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Alur Penelitian Pada bagian ini akan dipaparkan langkah-langkah yang dilakukan untuk mencapai tujuan penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PENGUKURAN TAHANAN JENIS (RESISTIVITY) UNTUK PEMETAAN POTENSI AIR TANAH DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRAYA. Oleh:

Rustan Efendi 1, Hartito Panggoe 1, Sandra 1 1 Program Studi Fisika Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Tadulako, Palu, Indonesia

RESISTIVITAS BATUAN KAMPUS UNHAS TAMALANREA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 5 Mei 2015, mulai dari pukul

Potensi Panas Bumi Berdasarkan Metoda Geokimia Dan Geofisika Daerah Danau Ranau, Lampung Sumatera Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PENELITIAN

IDENTIFIKASI POLA AKUIFER DI SEKITAR DANAU MATANO SOROAKO KAB. LUWU TIMUR Zulfikar, Drs. Hasanuddin M.Si, Syamsuddin, S.Si, MT

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN. administratif termasuk ke dalam provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Di Pulau

IDENTIFIKASI PENYEBARAN LIMBAH CAIR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAHANAN JENIS 3D (MODEL LABORATORIUM)

Cross Diagonal Survey Geolistrik Tahanan Jenis 3D untuk Menentukan Pola Penyebaran Batuan Basal di Daerah Pakuan Aji Lampung Timur

, SEMINAR NASIONAL KEBUMIAN KE-10

PENENTUAN POTENSI SUMBERDAYA HIPOTETIK TIMAH PRIMER DI DAERAH AIR INAS KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Aplikasi Metode Geolistrik untuk Identifikasi Sebaran Limbah Lada Putih di Kecamatan Galing Kabupaten Sambas Budiman a, Andi Ihwan a, Joko Sampurno a*

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 3, No. 4, Oktober 2014, Hal

BAB I PENDAHULUAN. digemari masyarakat. Hal ini dikarenakan emas selain digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

PENENTUAN KARAKTERISTIK ENDAPAN MINERAL LOGAM BERDASARKAN DATA INDUCED POLARIZATION (IP) PADA DAERAH PROSPEK CBL, BANTEN Wahyu Trianto 1, Adi Susilo 1, M. Akbar Kartadireja 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2 Geofisika PT. Antam Email : me.wahyutrianto@yahoo.com Abstrak Telah dilakukan penelitian di daerah IUP eksplorasi PT. Antam, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Metode yang digunakan adalah Geolistrik Time Domain Induced Polarization (TDIP) konfigurasi Dipole-dipole. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui keberadaan mineral logam di bawah permukaan berdasarkan nilai resistivity dan chargeability batuan. Pengambilan data TDIP dilakukan pada 4 lintasan, dengan panjang lintasan masing-masing 5 km, dan spasi antar elektroda 25 m. Hasil yang diperoleh dari metode TDIP adalah true resistivity dan chargeability tiap lintasan. Keterdapatan mineral logam pada daerah penelitian berdasarkan data resistivity berada pada zona low (< 580 Ohm.m) sedangkan dari data chargeability keberadaan mineral logam berapa pada zona high (> 80 ms) dengan pola penyebaran berarah barat laut-tenggara. Kata Kunci: mineral logam, Geolistrik, Time Domain of Induced Polarization Pendahuluan Kegiatan eksplorasi mineral logam yang dilakukan oleh tim geofisika tahun 2013 merupakan kelanjutan dari kegiatan di tahun 2012. Kegiatan ini merupakan salah satu pendekatan yang telah disusun Tim dalam rencana kerja jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi berakhirnya IUP (Izin Usaha Pertambangan) eksplorasi pada bulan oktober 2015 yang bertujuan untuk mendapatkan tambahan cadangan di luar prospek yang telah ada terutama di dalam wilayah IUP eksplorasi yang tidak memiliki data permukaan yang signifikan. Daerah penelitian merupakan salah satu daerah termineralisasi logam, yang terletak di provinsi Banten. Asumsi keberadaan mineral logam di daerah hasil pengamatan geologi dimana adanya kegiatan hidrotermal yang menghasilkan zona ubahan yang mendominasi daerah ini. Pada umumnya zona alterasi akibat proses hidrotermal diikuti urat kuarsa sehingga zona tersebut dapat digunakan sebagai petunjuk adanya mineral. Sedangkan mineral itu sendiri berasosiasi dengan jaringan urat kuarsa [i]. Salah satu metode yang tepat untuk mendeteksi keberadaan endapan mineral logam di bawah permukaan adalah dengan menggunakan metode geolistrik. Metode geolistrik sendiri didefinisikan sebagai suatu metode geofisika yang mempelajari sifat aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana mendeteksinya di permukaan bumi. Salah satu metode geolistrik yang baik digunakan untuk eksplorasi mineral logam adalah metode Induced Polarization (IP). Prinsip kerja dari metode ini adalah untuk mendeteksi terjadinya polarisasi listrik pada permukaan mineral-mineral logam di bawah permukaan bumi melalui nilai chargeability. Nilai chargeability tinggi dapat mencerminkan banyaknya kandungan mineral logam di bawah permukaan [ii]. Dari nilai chargeability dan ditambah data penunjang seperti data geologi, diharapkan mampu mendelineasi pola penyebaran endapan mineral logam di daerah penelitian, yang nantinya dapat memberikan informasi keberadaan endapan mineral logam baru sehingga kelangsungan produksi perusahaan dapat terus berlanjut [iii]. Metode Penelitian ini dilaksanakan di daerah prospek CBL yang merupakan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) blok eksplorasi PT. Antam Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Gambar 1. Lokasi Penelitian 1

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan konfigurasi Dipole-dipole, dengan cara memindahkan elektroda potensial pada suatu penampang dengan elektroda arus tetap, kemudian pemindahan elektroda arus pada spasi n berikutnya diikuti oleh pemindahan elektroda potensial sepanjang lintasan seterusnya hingga pengukuran elektroda arus pada titik terakhir di lintasan tersebut. Hasil dan Pembahasan Berdasarkan pengolahan menggunakan software EarthImager 2D dihasilkan penampang 2D (2 Dimensi) resistivity dan chargeability keseluruhan lintasan. Pada penampang resistivity hasil inversi (Gambar 4) dari ke empat lintasan yaitu CBL 1, CBL2, CBL 3 dan CBL 4 dengan absolute eror dibawah 30% dan interpretasi kedalaman ± 114 m. Produk mineralisasi yang terjadi berupa vein (urat) dan disseminated (menyebar) mineral logam pada daerah penelitian. Dari keempat lintasan tersebut terdapat dua zona menarik yang dapat diinterpretasikan sebagai intrusi yang menerus, ditandai dengan nilai resistivity 580 Ohm.m. Dan dua zona dengan resistivitas rendah yang diinterpretasikan sebagai zona lemah berupa patahan atau batuan berporos yang menjadi jalur bagi larutan hidrotermal naik ke permukaan. Zona alterasi bergantung pada porositas dan permeabilitas batuan samping. Gambar 2.Konfigurasi pengukuran Dipole-dipole di lapangan. [iii] Pengambilan data di lapangan dilakukan sebanyak empat lintasan pengukuran, dengan panjang lintasan pengukuruan masing-masing 5 km, dengan jarak antar elektroda sejauh 25 m menggunakan seperangkat peralatan mulai dengan alat utamanya berupa alat pengontrol hingga penerima sinyal informasi bawah permukaan berupa instrumen Supersting R8 IP (earth resistivity/ip meter) untuk mendapatkan variasi harga resistivity dan chargeability arah lateral maupun vertical pada daerah penelitian Gambar 3. Peralatan Penelitian Parameter yang didapatkan langsung di lapangan ialah nilai arus (I), tegangan (V) dan chargeability (M) semu. Dari data lapangan yang didapatkan terlebih dahulu dilakukan pengolahan data dengan menghitung besarnya resistivitas semu dengan cara tegangan yang terpakai dan arus terukur dibagi dan dikalikan dengan faktor geometrinya. Setelah dilaksanakannya pengambilan data, maka selanjutnya dilaksanakan pemodelan penampang resistivity (ρ) dan chargeability (M) sebenarnya menggunakan software EarthImager 2D dan surfer 9. Kemudian data hasil pengolahan dikorelasikan dengan nilai resistivitas batuan dan data geologi daerah penelitian untuk membantu dalam interpretasi data. Gambar 4. Penampang 2D (2 Dimensi) resistivity keseluruhan lintasan Pada penampang IP hasil inversi (Gambar 4.2) dari ke empat lintasan yaitu CBL 1, CBL 2, CBL 3 dan CBL 4. Dapat dilihat adanya kemenerusan anomali IP tinggi yaitu 80 ms pada hampir semua lintasan bawah permukaan daerah penelitian. Anomali tinggi tersebut menerus dari lintasan CBL 1 sampai dengan CBL 4. Anomali IP tinggi ini diduga merupakan zona mineral logam melalui proses mengisi rongga (cavity filling) yang disertai dengan alterasi argilik yang berasosiasi dengan zona alterasi propilitik yang umumnya memiliki nilai chargeability relatif tinggi. 2

tanda lingkaran bernomor 1 tersingkap dipermukaan di titik 50-60. Nomor 2 berada di elevasi 100 mdpl dengan kedalaman interpretasi ± 20 m dari permukaan dengan arah struktur sesar berarah barat laut-tenggara. Gambar 7. Delineasi penyebaran mineral logam pada lintasan CBL 1 Gambar 5. Penampang 2D (2 Dimensi) chargeability keseluruhan lintasan Dari hasil pemodelan pada lintasan CBL 1 Gambar 8. Keadaan lapangan pada CBL 1 (a) Singkapan andesit afanitik (b) Singkapan vein kuarsa Dari hasil pemodelan pada lintasan CBL 2 Gambar 6. Pemodelan 2D (2 Dimensi) lintasan CBL 1 Delineasi mineral logam pada lintasn CBL 1 berdasarkan chargeability diperoleh range nilai sebesar 80 ms. Target yang diinterpretasikan sebagai mineral logam ditunjukkan dengan tanda lingkaran berwarna hitam. Mineral logam dengan Gambar 9. Pemodelan 2D (2 Dimensi) lintasan CBL 2 Delineasi mineral logam berdasarkan nilai chargeability diperoleh range nilai sebesar 80 ms. Target yang diinterpretasikan sebagai mineral logam ditunjukkan dengan tanda lingkaran 3

berwarna hitam. Mineral logam dengan tanda lingkaran bernomor 1 berada di titik ukur -25-5 pada elevasi 90 mdpl dengan kedalaman ± 30 m dari permukaan. Nomor 2 berada di titik ukur 50-135 pada elevasi 100 mdpl dengan kedalaman ± 5-20 m dari permukaan, dengan arah struktur sesar berarah barat laut-tenggara. logam ditunjukkan dengan tanda lingkaran berwarna hitam. Mineral logam dengan tanda lingkaran bernomor 1 berada di titik ukur 35-40 pada elevasi 10 mdpl dengan kedalaman ± 50-60 m dari permukaan. Nomor 2 berada di titik ukur 75-155 pada elevasi 100 mdpl dengan kedalaman ± 5-35 m dari permukaan, terlihat arah struktur sesar berarah barat laut-tenggara. Gambar 10. Delineasi penyebaran mineral logam pada lintasan CBL 2 Gambar 13. Delineasi penyebaran mineral logam pada lintasan CBL 3 Gambar 11. Keadaan lapangan CBL 2; Kenampakan singkapan batuan tuff litik Dari hasil pemodelan pada lintasan CBL 3 Gambar 14. Keadaan lapangan CBL 3; Kenampakan singkapan batuan andesit argilik Dari hasil pemodelan pada lintasan CBL 4 Gambar 12. Pemodelan 2D (2 Dimensi) lintasan CBL 2 Delineasi mineral logam berdasarkan nilai chargeability diperoleh range nilai sebesar 80 ms. Target yang diinterpretasikan sebagai mineral Gambar 15. Pemodelan 2D (2 Dimensi) lintasan CBL 4 Delineasi mineral logam berdasarkan nilai chargeability diperoleh range nilai sebesar 80 4

ms. Target yang diinterpretasikan sebagai mineral logam ditunjukkan dengan tanda lingkaran berwarna hitam. Mineral logam dengan tanda lingkaran bernomor 1 tersingkap dipermukaan berada pada titik ukur -45-25. Mineral logam bernomor 2 dan 3 juga tersingkap dipermukaan berada pada titik ukur 65-75 dan 115 dengan arah struktur sesar berarah barat laut-tenggara. Berdasarkan keluruan anomali chargeability 80 ms hasil interpretasi, maka pemboran yang disarankan berada pada lintasan 2 pada titik ukur 60 85 dan 115 140 dengan kemiringan ± 25 0 dan ± 30-40 0 dengan kedalaman anomali ± 100 m dari permukaan untuk membuktikan kemenerusan dari vein utama yang berkembang yaitu Cikoneng dan Cibengang yang berada pada wilayah IUP eksplorasi ini. Gambar 16. Delineasi penyebaran mineral logam pada lintasan CBL 4 Gambar 19. Rekomendasi titik bor lintasan CBL 2 sebagai uji sampel batuan Kesimpulan Gambar 17. Keadaan lapangan CBL 4; (a) Bongkahan andesit afanitik ; dan (b) Kenampakan singkapan batuan andesit Dari hasil stacking penampang chargeability didapatkan kelurusan anomali (Gambar 18) yang menyatakan banyaknya kandungan mineral logam pada daerah penelitian, didomoniasi pada wilayah bagian timur dengan kisaran nilai anomali chargeability 80 ms berupa produk vein yang menerus. Indikasi dominannya mineral logam pada daerah timur, diduga host rock (batuan pembawa) pada wilayah timur lebih porous (berongga) sehingga memungkinkan sebagai jalur mineral logam untuk berkembang dan terendapkan pada wilayah ini cukup besar. Nilai resistivity batuan bawah permukaan di daerah penelitian berada pada kisaran 1,0-2024 Ohm.m dan chargeability berada pada kisaran 1,0-170 ms. Dari kisaran nilai resistivity batuan bawah permukaan didapatkan gambaran perbedaan litologi di daerah penelitian diantaranya batuan dasar (bedrock) berupa batuan andesit dan tuff memiliki rentang nilai resistivity 580 Ohm.m. Batuan bedrock lapuk dengan nilai rentang nilai resistivity 170-580 Ohm.m dan rentang nilai resistivity 170 Ohm.m diduga berupa rembesan air permukaan yang masuk kedalam lapukan batuan. Dari nilai chargeability ( 80 ms) yang mencerminkan kandungan logamnya, terlihat tersebar merata dan menerus pada wilayah bagian timur berupa vein dan spotted mineral logam, dimana pola penyebaran anomali dominan berarah barat laut-tenggara. Posisi titik bor direkomendasikan berada pada lintasan 2 di titik ukur 60 85 dan 115 140 dengan kedalaman anomali ± 100 m dari permukaan Gambar 18. stacking penampang kelurusan anomali 5

Daftar Pustaka i Irvine, R. J.,Smith, M.J. 1990. Geophysical Exploration For Ephitermal Deposits. Journal of Geochemical Eksploration. 36:375-412. ii Lowrie, W. 2007. Fundamental of Geophysics. New York, Cmbridge University Press. iii Summer, J. S. 1967. Principles of Induced Polarization for Geophysicsal Exsploration. Amsterdam, Netherlands, Elsevier Scientific Publishing Company. 6