Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH HEAT TREATMENT

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB I PENDAHULUAN. panas yang dihasilkan dari tahanan arus listrik. Spot welding banyak

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

Ir. Hari Subiyanto, MSc

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

BAB I PENDAHULUAN. Pengelasan adalah suatu proses penggabungan antara dua. logam atau lebih yang menggunakan energi panas.

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

STUDI KOMPARASI KUALITAS HASIL PENGELASAN PADUAN ALUMINIUM DENGAN SPOT WELDING KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. waktu pengelasan dan pengaruh penambahan filler serbuk pada

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB IV DATA DAN ANALISA

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

Studi Eksperimen Pengaruh Durasi Gesek, Tekanan Gesek Dan Tekanan Tempa Pengelasan Gesek (FW) Terhadap Kekuatan Tarik dan Impact Pada Baja Aisi 1045

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

ANALISIS PENGARUH HASIL PENGELASAN BIMETAL BAJA S45C DAN STAINLESS STEELS 304 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No.02 Mei 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Analisa Sifat Mekanik Hasil Pengelasan GMAW Baja SS400 Studi Kasus di PT INKA Madiun

BAB I PENDAHULUAN. proses pengelasan. Pada proses pengelasan terdapat berbagai jenis

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

BAB I PENDAHULUAN. semakin dibutuhkan. Semakin luas penggunaan las mempengaruhi. mudah penggunaannya juga dapat menekan biaya sehingga lebih

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

Persentasi Tugas Akhir

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

Available online at Website

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PENGARUH RIGI-RIGI AYUNAN TERHADAP KEKUATAN TARIK SAMBUNGAN PLAT BAJA ST 41 MENGGUNAKAN TEGANGAN 70 A DENGAN ELEKTRODA Rb. 26

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

JURNAL MESA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUBANG ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

proses welding ( pengelasan )

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

PENGARUH MAGNET EXTERNAL TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PENGELASAN BAJA SS 41 DAN BAJA AH 36

Chamdani Achmad

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN TARIK BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN LAS SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

PENGARUH ARUS, KANDUNGAN SULFUR, DAN GAS PELINDUNG TERHADAP MORFOLOGI LASAN PADA PENGELASAN GTAW DENGAN BUSUR DIAM.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

LAB LAS. Pengelasan SMAW

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN DAN VARIASI DIAMETER ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STAINLESS STEEL AISI 304

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMUNIUM DENGAN METODE SMAW

Transkripsi:

SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan Basuki Widodo 1, Anang Subardi 1, Gede Sesrawan Yasa 1 1 Jurusan Teknik Mesin ITN Malang Abstrak. Pengelasan menggunakan stud welding di khususkan hanya pada baut dan pin, jenis pengelasan ini biasa di kenal dengan stud bolt. Baut yang terbuat dari aluminium, stainless steel dan baja karbon rendah yang bisa di las menggunakan stud welding. Pada pengujian tarik dengan perbedaan bahan yang di berikan maka besarnya kekuatan tarik tertinggi terdapat pada bahan baja AISI 304 sebesar 233 Mpa dan untuk kekerasan tertinggi pada logam las terdapat pada bahan baja AISI 304 kekerasan sebesar 377,34 HVN. Kata Kunci: Kekerasan, Kekuatan Tarik, Stud Welding 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Studi welding yaitu merupakan proses penyambungan dua material logam melalui proses pemanasan pada kedua permukaan benda kerja menggunakan arus listrik yang selanjutnya di tekan. Stud welding di bagi menjadi 2 macam yaitu CD (Capasitor Discharge) Stud Welding dan ARC Stud Welding. Proses las ini tidak menggunakan bahan tambahan atau elektroda. Dalam teknologi produksi dengan menggunakan bahan baku logam, pengelasan merupakan proses pengerjaan yang memegang peranan sangat penting. Dengan ini hampir tidak ada logam yang tidak dapat dilas, karena telah banyak teknologi baru yang ditemukan dengan cara-cara pengelasan. Pengelasan di difinisikan sebagai penyambungan dua logam atau paduan logam dengan memanaskan diatas batas cair atau dibawah batas cair logam disertai penetrasi maupun tanpa penetrasi, Dalam merancang suatu konstruksi permesinan atau bangunan yang menggunakan sambungan las banyak faktor yang harus diperhatikan seperti keahlian dalam mengelas, pengetahuan yang memadai tentang prosedur pengelasan, sifat-sifat bahan yang akan di las dan lain-lain. Pengelasan berdasarkan klasifikasi cara kerja dapat dibagi dalam tiga kelompok yaitu Pengelasan cair, Pengelasan tekanan dan Pematrian. Pengelasan tekanan adalah suatu cara dimana kedua benda kerja yang akan di sambung di panaskan menggunakan arus listrik sampai suhu tertentu dan di tekan. Cara mengelas ini bisa di lakukan menggunakan las Stud jenis ARC Stud Welding. Terwujudnya standar-standar teknik pengelasan akan membantu memperluas ruang lingkup pemakaian sambungan las dan memperbesar ukuran bangunan konstruksi yang dapat dilas. Dengan kemajuan yang dicapai sampai saat ini, teknologi las memegang peranan penting dalam masyarakat industri modern. Kekuatan hasil pengelasn di pengaruhi oleh besar arus, besar tekanan, dan temperature. 1.2. Perumusan Masalah Pada proses penyambungan dengan menggunakan pengelasan Stud Welding banyak tahapan yang harus diperhatikan untuk mendapatkan hasil yang optimal,mulai dari tahapan desain, pengerjaan dan perawatan. Tahapan desain yang dimulai dari pemilihan jenis pengelasan sampai pada pemilihan bahan yang akan di las, sedangkan pada tahap pengerjaan akan di pilih besar tekanan pada terhadap poros yang akan di las pada pengelasan Stud Welding. Pada penelitian ini subjek yang di tinjau adalah material Stainless steel dimana pada penyambungannya dengan proses pengelasan Stud Welding. A. 50 Institut Teknologi Nasional Malang SENIATI 2016

1.3. Batasan Masalah Material yang di gunakan adalah : 1. Baja AISI 304 dan Baja XW 42 2. Melakukan uji Kekuatan tarik specimen 3. Melakukan pengujian kekerasan menggunakan mikro Vickers. 1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui : Pengaruh perbedaan bahan pada sambungan poros terhadap kekuatan tarik dan kekerasan hasil lasan stud welding. 2. Landasan Teori Stud Welding Welding Stud adalah las busur proses di mana Stud atau bagian logam serupa dapat menyambung ke benda kerja seketika tanpa menggunakan elektroda. Proses pengelasan Stud melibatkan prinsip-prinsip dasar yang sama dan aspek metalurgi sebagai prosedur las busur lainnya. Proses tersebut adalah sebagai berikut. Stud ditempatkan (dengan alat tangan disebut Gun Weld) terhadap plat atau poros, lalu Stud atau poros di tekan ke plat sampai meleleh pada plat tersebut dan beri tekanan kedua untuk merekatkan atau menyambung stud yang sudah meleleh pada plat tersebut. Proses las ini tidak membutuhkan waktu lama, hanya dalam hitungan milidetik proses pengelasannya. Pada pengelasan Stud ini arus dan tekanan sangat berperan penting karena arus yang melelehkan benda kerja dan tekanan berpengaruh pada kekuatan sambungan pada hasil lasan Stud. Untuk arus di hasilkan dari trafo las dan untuk tekanan bisa dari hidrolis, spring dll. Peralatan yang dibutuhkan untuk las Stud terdiri dari sebagai berikut: Power Supply arus searah, Controller, Gun Weld, dan Kabel untuk mengikat komponen sistem dan logam dasar bersama-sama. Pada kebanyakan sistem, power supply dan kontroler digabungkan sebagai salah satu komponen yang disebut "Welder". Jenis-jenis Stud Welding Terdapat 2 macam pengelasan stud yaitu Capacitor Discharge (CD) dan ARC. Perbedaan antara kedua metode melibatkan Sumber Daya digunakan untuk menyediakan arus pengelasan. Juga, desain dan urutan penerapan stud sedikit bervariasi. 1. ARC stud Welding ARC Welding Stud melibatkan prinsip-prinsip dasar yang sama dan aspek metalurgi sebagai prosedur las busur lainnya. Stud di masukkan ke handgun atau pistol las dengan jarak yang pendek dari logam dasar dan memulai busur listrik yang dikendalikan dari sumber listrik yang akhirnya mencair. Ferrule keramik yang berisi logam cair di ddorong otomatis dan las berkualitas tinggi fusi telah di dapat. ARC Welding Stud umumnya digunakan untuk mengelas Stud yang diameter yang lebih besar untuk logam dasar tebal. ARC Stud mungkin memiliki banyak model atau desain, namun mereka harus memiliki salah satu ujung stud yang dirancang untuk pengelasan ARC dan harus terbuat dari bahan weldable. Baja ringan, stainless steel, dan aluminium adalah bahan berlaku untuk pengelasan ARC Stud. Gambar 1. ARC Stud Welding (7) SENIATI 2016 Institut Teknologi Nasional Malang A. 51

SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Gambar 2. Proses pengelasan ARC stud (8) 2.CD (Capasitor Discharge) Stud Welding CD Welding Stud melibatkan prinsip-prinsip dasar yang sama dan aspek metalurgi sebagai prosedur las busur lainnya. Stud di masukkan ke handgun atau pistol las dengan jarak yang pendek dari logam dasar dan memulai busur listrik yang dikendalikan dari sumber listrik yang akhirnya mencair. Ferrule keramik yang berisi logam cair di dorong otomatis dan las berkualitas tinggi fusi telah di dapat. ARC Welding Stud umumnya digunakan untuk mengelas Stud yang diameter kecil untuk logam dasar tipis. CD Stud mungkin memiliki banyak model atau desain, namun mereka harus memiliki salah satu ujung stud yang dirancang untuk pengelasan CD Stud dan harus terbuat dari bahan weldable. Baja ringan, stainless steel, dan aluminium adalah bahan berlaku untuk pengelasan CD Stud. Gambar 3. CD Stud Welding (7) Gambar 4. Proses Pengelasan CD stud (8) Baja Baja tahan karat atau lebih dikenal dengan Stainless Steel adalah senyawa besi yang mengandung setidaknya 10,5% Kromium untuk mencegah proses korosi (pengkaratan logam). Komposisi ini membentuk protective layer (lapisan pelindung anti korosi) yang merupakan hasil oksidasi oksigen terhadap Krom yang terjadi secara spontan. Kemampuan tahan karat diperoleh dari terbentuknya lapisan film oksida Kromium, dimana lapisan oksida ini menghalangi proses oksidasi besi (Ferum).Tentunya harus dibedakan mekanisme protective layer ini dibandingkan baja yang dilindungi dengan coating (misal Seng dan Cadmium) ataupun cat. A. 52 Institut Teknologi Nasional Malang SENIATI 2016

3. Hasil Dan Pembahasan No Spesimen Beda Bahan I Baja XW 42 Area (mm²) Tabel 1. Data hasil Uji Tarik Max. Force (Newton) Tensile Strenght (MPa) Strain (%) 1 127,28 4500 125 9.8 2 127,28 5000 136 9.9 3 127,28 8900 210 10 Rata-Rata 127.28 6133,4 157 9.9 1 127,28 9800 235 10 II Baja AISI 304 2 127,28 10500 224 11.12 3 127,28 10700 240 11.66 Rata-Rata 127,8 10333,4 233 10.95 Grafik 1. Tegangan dan Bahan Pada pengelasan specimen beda bahan baja xw 42 kekuatan tarik rata-ratanya :157,Strainnya :9.9 dan Baja AISI 304 dengan mempunyai kekuatan tarik rata-ratanya: 233, Strainnya :10,95. Pada Baja XW 42 dan Baja AISI 304 terjadi kenaikan sebesar 32.62%. Perbedaan kekuatan tarik ini diakibatkan oleh perbedaan bahan pada saat pengelasan. Karena adanya porositas ini menurunkan kekuatan tarik pada specimen Baja AISI 304 dan Baja XW 42. Dapat dilihat pada Gambar 2 hasil uji tarik, perpatahan hampir di semua sampel terjadi pada daerah logam las. ini menunjukan bahwa sambungan las pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 tidak cukup Data Hasil Pengujian Kekerasan Mikro Vickers. Dalam uji kekerasan menggunakan Micro Vickers type MVK- E3: buatan Jepang : Arus 0,5 A Voltage 240 V, pengujian dilakukan dengan beban 50 kgf dengan variasi perbedaan bahan Baja AISI 304 dan Baja XW 42 dengan diameter 8 mm, di daerah pengelasan ke arah Logam induk. Tabel 2. Data hasil Pengujian Kekerasan Mikro Vikcers d = Diagonal (µm) Kekerasan (HV) No Bahan WELD BASE WELD BASE HAZ HAZ METAL METAL METAL METAL 1 85 93 80 380 317 429 I Baja XW 42 2 92.5 92 81.5 321 324 413 3 90 92 81 339 324 418 Rata-Rata 89.16 92.34 80.83 346.67 321.67 420 Stainless Steel 1 85 99 85 380 280 380 II AISI 304 2 84 97 84 389 292 384 3 87 90 84.5 363 339 389 Rata-Rata 85.34 95.34 84.5 377.34 303.67 384.33 SENIATI 2016 Institut Teknologi Nasional Malang A. 53

SEMINAR NASIONAL INOVASI DAN APLIKASI TEKNOLOGI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 ISSN : 2085-4218 Grafik 2. Perbandingan Kekerasan pada daerah las, Haz dan Logam Induk terhadap Beda Bahan Dari Grafik di atas maka dapat dijelaskan : Pada bahan stainless steel AISI 304 diperoleh kekerasan rata-ratanya pada daerah logam Las yaitu 377.34 HV, daerah Haz : 303.67 HV, dan Logam dasar : 384.33 HV. Pada baja xw 42 diperoleh kekerasan rata-ratanya pada daerah logam Las yaitu 346.67 HV, daerah Haz : 321.67 HV, dan Logam dasar : 420 HV. Dari grafik di atas bisa di analisa kekerasan rata-rata pada logam las Baja XW 42 dan Stainlees Steel AISI 304 naik 8,13% ini dikarenakan porositas di stainless steel AISI 304 lebih sedikit daripada di Baja XW 42 sehingga nilai kekerasan di stainless stell lebih tinggi dan juga adanya oksigen yang terperangkap pada saat pengelasan. Grafik 3. Perbandingan Antara Kekerasan dan Kekuatan Tarik Pada bahan stainless steel AISI 304 dengan kekuatan tarik diperoleh rata-rata 233 dan kekerasan diperoleh rata-ratanya pada daerah logam Las yaitu 377.34 HV, daerah Haz : 303.67 HV, dan Logam dasar : 384.33 HV. Pada baja xw 42 dengan kekuatan tarik diperoleh rata-rata 157 dan kekerasan diperoleh rata-ratanya pada daerah logam Las yaitu 346.67 HV, daerah Haz : 321.67 HV, dan Logam dasar : 420 HV. Maka dapat dianalisa tegangan tarik tertinggi yaitu pada bahan stainless steel AISI 304 dengan tegangan tariknya 233 MPa, kekerasan tertinggi pada daerah Lasan yaitu dengan bahan stainless steel AISI 304 adalah 377.34 HV, dan pada daerah Haz kekerasan tertingginya pada bahan baja xw 42 yaitu 321.67 HV, sedangkan kekerasan tertinggi pada Logam dasar yaitu pada bahan baja xw 42 adalah 420 HV. A. 54 Institut Teknologi Nasional Malang SENIATI 2016

4. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dari proses pengelasan pada stainlees steel AISI 304 dan Baja XW 42 menggunakan proses pengelasan Stud welding dapat disimpulkan sebagai berikut: Dari pengujian tarik dengan perbedaan bahan didapat kekuatan tarik yang tertinggi di terdapat pada Bahan Stainless Steel AISI 304 dengan tensile strength sebesar 233 Mpa dan untuk kekerasan yang tertinggi pada logam las terdapat pada bahan Stainless Steel AISI 304 dengan kekerasan sebesar 377.34 HVN. 5. Daftar Referensi [1] ASM, Metal Hand Book, Volume 6, Welding Soldering and Brazing,ASM International, 1978. [2] American Welding Society, Structural Welding Code-Steel 17 th edition, AWS, 1999 [3] Arifin, S, 1997, Las Listrik dan Otogen, Ghalia Indonesia, Jakarta. [4] Bintoro, A. G, 2005, Dasar-Dasar Pengelasan, Erlanggga, Jakarta [5] Houldcroft, Peter and Robert John, Welding and Cutting : A Guide to fusion Welding and associated cutting process, Woodhead-Faulkner Limited, 1988. [6] http://www.hbs-studwelding.com/products/stud-welding/cd.html [7] http://www.studweld.com/arcsetup.html [8] http://www.sunbeltstudwelding.com [9] http://www.nelsonstud.com [10] W, Harsono dan Toshie,O, Teknologi Pengelasan Logam, Cetakan ke V, Pradnya Paramitha, 1991. [11] E.Paul DeGarmo, 1974, Materials and Processe In Manufacturing, Cetakan ke lima, New York. SENIATI 2016 Institut Teknologi Nasional Malang A. 55