BAB I PENDAHULUAN. Membaca adalah suatu keterampilan berbahasa yang sangat penting.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terdapat kompetensi dasar yang mengharuskan siswa mampu mengidentifikasi alur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan beberapa hal sebagai berikut: (1)

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dalam hal pemerolehan bahasa.

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, mengolah, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. memahami apa saja yang menjadi dasar-dasar dalam menciptakan sebuah desain.

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...ii. UCAPAN TERIMA KASIH...iv. DAFTAR ISI..vii. DAFTAR TABEL..xv. DAFTAR LAMPIRAN...xvi 1 PENDAHULUAN.

MENGIDENTIFIKASI AMANAT PENGGALAN CERPEN MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL MANDATE OF IDENTIFYING CONTEXTUAL APPROACH THROUGH FRAGMENT OF THE SHORT STORY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. global. Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan tersebut adalah kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya

KEMAMPUAN MEMAHAMI UNSUR INTRINSIK CERPEN SISWA KELAS X MAS RAUDHATUL ULUM ARTIKEL PENELITIAN OLEH HANINAH F

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

BAB I PENDAHULUAN. mengandung pengertian bahwa dengan membaca akan diperoleh pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di SMA kini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra adalah alat yang digunakan sastrawan untuk mengungkapkan

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM KARIKATUR SUKRIBO HARIAN KOMPAS EDISI HARI MINGGU BULAN JANUARI FEBRUARI 2010

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penerapan Metode Shatred Reading Dalam Pembelajaran Membaca Teks Cerita Anak

BAHAN PELATIHAN PROSA FIKSI

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi berkembangan IPTEK yang semakin berkembang pesat, sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. rumusan masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

KISI-KISI SOAL ULANGAN KENAIKAN KELAS Tahun 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan nasional yang ingin dicapai dicantumkan dalam UUD 45 yaitu. mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rianti Febriani Setia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang latar belakang masalah penelitian,

PEMAHAMAN WACANA FIKSI DAN NONFIKSI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 3 SAMBUNGMACAN TAHUN AJARAN 2007/2008

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

DAFTAR ISI ABSTRAK... UCAPAN TERIMA KASIH.. DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL..

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

Oleh Sariduma Sinaga Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Marsinta Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. reseptif yang meliputi menyimak (Hörfertigkeit) dan membaca (Lesefertigkeit),

Kelengkapan Keluasan Kedalaman. Tidak. Tidak Sesuai. Sesuai Sesuai. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) setelah bahasa Inggris. Dalam. bahasa Jerman baik secara lisan maupun tulisan.

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Classroom Action Research atau

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Membaca sangat berperan penting untuk mencapai kesuksesan dalam

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN METODE PETA PIKIRAN PADA SISWA KELAS IX SMPN 1 PURWOSARI TAHUN PELAJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. warisan leluhur nenek moyang kita sangat beragam dan banyak. menarik perhatian para ilmuwan, salah satunya berupa hikayat.

BAB I PENDAHULUAN. pada satu atau beberapa karakter utama yang sukses menikmati perannya atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai preposisipreposisi

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS VI SEMESTER 2

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirim kepribadian, kecerdasan, sikap sosial

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. baik di dalam aspek kebahasaan maupun kesusastraan. Jika kompetensi tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut sastra. Sastra menurut Fananie (2000:6), Literature is a fiction which is

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini, peneliti akan menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN. Penjelasan sederhana mengenai sastra menurut Bressler (1984:7), Literature

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat maupun bangsa. Pendidikan juga merupakan proses pertumbuhan dan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah pencerminan kehidupan masyarakat. Melalui karya sastra, seorang

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

PEMANFAATAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VII SMP ISLAM AL HADI TAHUN PELAJARAN 2008/2009

BAB 1 PENDAHULUAN. kenali adalah surat perjanjian, sertifikat, buku ilmu pengetahuan bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mengharuskan kita

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

II. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. menyimak (listening skills); (2) keterampilan berbicara (speaking skills); (3)

BAB III METODE PENELITIAN. uraian-uraian atau kalimat dan bukan angka-angka. Pendekatan ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan struktural (objektif). Metode dan pendekatan ini dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 2002:30) bahwa teks sastra memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh bahan ajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi berasal dari bahasa Yunani, methodos, metode; logike, logis. Suatu disiplin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran. Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah

RESEPSI SISWA TERHADAP PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR. Oleh Buyung Munaris Kahfie Nazaruddin

Oleh Anggrianne Anastasia Panjaitan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 16 April 1988 film Grave of the Fireflies mulai beredar di

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Membaca adalah suatu keterampilan berbahasa yang sangat penting. Seperti halnya sebuah ungkapan menyebutkan bahwa buku adalah gudang ilmu dan membaca adalah kuncinya. Ungkapan tersebut tentu bukan tanpa alasan karena banyaknya buku tidak akan ada gunanya jika hanya dipajang tanpa dibaca. Hal ini dipaparkan oleh Burns, dkk dalam Farida Rahim(2006;1) bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan yang vital dalam suatu masyarakat terpelajar. Namun, anak-anak yang tidak dapat memahami pentingnya belajar membaca tidak akan termotivasi untuk belajar. Belajar membaca adalah usaha yang terus menerus, dan anak-anak yang melihat tingginya nilai (value) membaca dalam kegiatan pribadinya akan lebih giat belajar dibandingkan dengan anak-anak yang tidak menemukan keuntungan dari kegiatan membaca. Dari pendapat Burns tersebut, seseorang dapat memahami bahwa membaca adalah kegiatan yang terus-menerus. Dengan kata lain belajar membaca tidak saja hanya dilakukan satu kali seperti anggapan sebagian besar orang bahwa pembelajaran membaca hanya diberikan secara intensif pada awal masuk sekolah. Pelajaran membaca perlu diberikan meskipun pada kelas yang lebih tinggi. Berangkat pada hal tersebut maka sering sekali pelajaran membaca dianggap tidak penting. Padahal di negara maju pelajaran membaca menjadi prioritas utama karena mereka sadar betul bahwa di dalam buku terdapat

2 beragam ide hebat yang menunggu seseorang menggalinya dengan membaca. Maka tidak heran jika siswa di negara maju sudah akrab dengan berbagai macam buku bacaan dan menjadikan membaca sebagai keharusan atau hobi. Jika melihat kondisi di Indonesia, sebaliknya siswa kurang menyenangi pelajaran membaca dan sangat jauh dari menjadikan membaca buku sebagai suatu rutinitas, bahkan hobi. Hal seperti ini jelas sangat mempengaruhi perbendaharaan kosakata siswa sehingga tidak berkembang. Agar siswa dapat memahami apa yang dibaca maka dia harus mempunyai skemata yang cukup baik. Skemata sendiri terbentuk dari pengalaman terdahulu yang diorganisasikan dengan cara tersendiri. Pengorganisasian informasi ini menjadi dasar dari konsep skemata (Baddeley,1990 dalam Stephen N Elliot 2000;251) these schemata are the basis of memory and result from our previous experience, which we organize in an individual manner. The organization of the information is at the heart of the concept of the schemata. Seseorang bisa mendapatkan informasi yang sangat berharga untuk menambah kerangka berpikir yang telah ada sebelumnya dengan cara membaca buku, karena dengan membaca seseorang dapat menambah simpanan kosakata baru. Skemata seseorang bisa saja kurang optimal jika selama kurun waktu tertentu tidak ditambah atau dikembangkan. Jika kondisi ini terjadi maka siswa akan kesulitan untuk memahami wacana atau teks, menurut Pearson dan Spiro(1980)dalam barbara Taylor 1988;18, if student do not have welldeveloped schemata for a topic, they will not understand selection about that topic. Jika skema seseorang tidak berkembang dengan baik maka ia akan kesulitan dalam memahami bacaan, dengan kata lain perkembangan skemata

3 siswa sangat berpengaruh dalam pemahaman siswa dalam membaca. Akan tetapi perkembangan skemata terjadi seiring bertambahnya usia dengan pengalaman seperti yang diungkapkan oleh Rumelhart dalam Florence Davies (1995;66) an individual schemata may change overtime and with experience.(fiske&taylor, 1991;Rumelhart) maka dari itu peranan skemata dalam membaca sangat penting, karena jika ingin siswa SMP dapat membaca sekaligus memahami wacana maka skemata siswa harus tinggi. Selain skema yang baik banyak faktor lain yang dapat membantu siswa dalam membaca pemahaman di antaranya penyediaan buku-buku yang dibutuhkan siswa. Baik itu buku pelajaran atau buku bacaan umum. Namun, banyak ditemui sebagian besar SMP belum mampu menyediakan alat bantu atau alat peraga bagi guru pun hampir tidak ada. Padahal, untuk dapat memahami suatu konsep, siswa memerlukan setidaknya media visual sehingga mereka dapat menangkap makna dari suatu kata. Namun, sering sekali penyediaan media bagi alat bantu pembelajaran membaca tidak ada, atau penjelasan guru yang hanya sekilas tidak bisa membuat siswa memahami teks yang dibacanya. Untuk dapat mengoptimalkan pembelajaran, dalam teknik skema guru sebaiknya menyertakan media pembelajaran, supaya proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan semua materi dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Begitu pula dengan pembelajaran membaca pemahaman. Selain menggunakan buku atau teks pembelajaran, membaca pemahaman akan lebih efektif jika menggunakan media. Penggunaan media dalam membaca dapat

4 menunjang pemahaman siswa dalam membaca teks. Karena dengan penggunaan media, siswa akan memiliki pemahaman yang lebih. Hal ini terjadi karena penggunaan media dapat mendekati pengalaman langsung. Pada sebuah cerita seringkali siswa mendapatkan kosakata yang baru. Dalam memahami sebuah kosakata yang sulit, siswa terlebih dahulu harus mengalami, atau setidaknya melihat konsep makna dari kosakata tersebut. Sebagai contoh kosakata bunga anggrek, jika siswa tidak ada simpanan skemata mengenai bunga anggrek maka kata bunga anggrek tersebut hanyalah kata biasa tanpa makna. Namun jika siswa tersebut melihat langsung atau media visual seperti dari gambar mengenai bunga anggrek siswa tersebut dapat melihat bentuk, warna dan ukuran bunga anggrek. Dengan demikian, pada kesempatan selanjutnya, jika siswa tersebut membaca kata bunga anggrek maka ia bisa memahami apa makna bunga anggrek karena ia mempunyai kerangka berpikir atau skemata mengenai bunga anggrek yang didapatnya dari hasil melihat. Dengan menggunakan teknik skema diharapkan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Karena siswa dapat mempunyai pengalaman baru dalam belajar, siswa lebih mudah menangkap materi. 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Dari fenomena yang telah diuraikan sebelumnya maka dapat diidentifikasi permasalahan penelitian seperti berikut. Membaca adalah kemampuan yang wajib

5 dimiliki oleh setiap orang di dunia ini. Dengan membaca seseorang bisa mendapatkan ilmu dari bacaan yang dibacanya. Jika ingin mempelajari bidang ilmu manapun kemampuan membaca mutlak diperlukan untuk menunjang transfer ilmu dari buku ke pembaca. Sebagai salah satu kemampuan berbahasa, membaca memegang peranan yang sangat penting karena untuk mengukur kepintaran siswa tersebut ialah dari cara membacanya. Membaca pemahaman adalah salah satu kemampuan yang diajarkan dalam pelajaran bahasa Indonesia karena dengan membaca pemahaman guru dapat mengetahui kemampuan berbahasa siswa. Pembelajaran membaca pemahaman menggunakan teknik skema merupakan salah satu upaya tepat karena dengan teknik skema siswa harus menghubungkan pengalamannya dengan pengalaman yang ada dalam buku teks. 1.3 Batasan Masalah Dari identifikasi masalah diatas, penulis membatasi masalah pada penerapan teknik skema dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita anak di SMP Kelas VII semester 2.

6 1.4 Rumusan Masalah Supaya penelitian ini terarah, penulis membatasi rumusan masalah sebagai berikut ini. 1) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan terhadap proses pembelajaran membaca dengan menggunakan teknik skema? 2) Apakah teknik skema efektif digunakan dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita anak? 3) Bagaimanakah hasil observasi terhadap kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran membaca pemahaman? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian sangat penting agar langkah-langkah dapat disusun secara tepat dan terarah sesuai dengan masalah di atas, penelitian bertujuan untuk mengetahui: 1) perbedaan hasil sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan teknik skema. 2) keefektifan teknik skema dalam pengajaran membaca pemahaman. 3) penilaian terhadap kegiatan siswa dan guru.

7 1.6 Manfaat Penelitian ini. Manfaat yang penulis harapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut 1) Bagi Peneliti Melalui penelitian ini didapatkan gambaran mengenai kemampuan pemahaman baca siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman cerita anak terjemahan setelah menggunakan teknik skema dalam pembelajaran membaca pemahaman. 2) Bagi Siswa Penggunaan teknik skema dapat membantu siswa mengurangi hambatan terhadap membaca kompehensif. Teknik skema dapat menghubungkan pengalaman yang pernah terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan pengalaman yang ada dalam buku teks. Teknik skema ini pun dapat menyempurnakan susunan skemata yang telah ada pada dirinya. 3) Bagi Guru Penggunanaan teknik skema membantu guru untuk mengetahui gambaran skemata murid-muridnya, dan konsep-konsep mana yang mnimbulkan kesulitan bagi murid-murid tertentu Melalui penelitian ini juga, diharapkan guru Bahasa Indonesia dapat memanfaatkan penggunaan teknik skema dalam kelas, sebagai alternatif strategi belajar mengajar dalam pembelajaran.

8 1.7 Hipotesis Berdasarkan pada permasalahan yang telah disusun dalam penelitian ini, maka hipotesis yang berlaku adalah sebagai berikut ini. H a : Penggunaan teknik skema efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak kelas VII SMP H 0 : Penggunaan teknik skema tidak efektif dalam meningkatkan keterampilan membaca pemahaman cerita anak kelas VII SMP. 1.8 Anggapan Dasar Anggapan dasar penulis dalam mengadakan penelitian ini adalah: 1) Pada saat siswa membaca dan memahami bacaan sesungguhnya siswa mencocokkan informasi yang baru dengan informasi yang lama dalam memorinya 2) Untuk dapat memahami bacaan, siswa harus mempunyai skemata yang baik 3) Strategi belajar yang tepat dapat meningkatkan mutu pembelajaran membaca pemahaman. 1.9 Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka penulis menganggap perlu mendefinisikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut ini.

9 1) Pembelajaran membaca pemahaman cerita anak terjemahan adalah kegiatan pembelajaran membaca untuk memahami sebuah karya sastra asing. Kegiatan pembelajaran ini bertujuan untuk memperkenalkan keberagaman informasi perihal masyarakat, bangsa dan negara asal karya tersebut, karena dalam membaca sebuah karya sastra pembaca tidak bisa lepas dari pengaruh sosial budaya tempat karya itu diciptakan. 2) Penerapan teknik skema dalam membaca pemahaman adalah penerapan teknik untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa dengan menggunakan kerangka berpikir yang berada dalam memori atau otak. Kerangka berpikir ini dapat membantu siswa memahami bacaan dengan cara memanggil kembali skema yang telah disimpan sebelumnya oleh siswa. 3) Kemampuan membaca pemahaman cerita anak adalah kemampuan membaca pemahaman sastra yang menitik beratkan pada pemahaman pola-pola fiksi. Dalam membaca pemahaman pola-pola fiksi berarti pembaca memahami unsur-unsur karya fiksi dalam suatu bacaan. Menurut Kosasih (2003:251-258) dalam penulisan karya fiksi terdapat unsur-unsur yang biasanya membentuk karya fiksi tersebut, yaitu (a) Tema, (b) Plot atau alur, (c) Penokohan, (d) Latar (setting), (e) Sudut Pandang atau Point of View, (f) Amanat, (g) Gaya Bahasa.