JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Suhu Pengeringan Dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG LABU KUNING (Cucurbita moschata)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang kaya akan buah-buahan. Dari sekian

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN TEPUNG DARI BUAH SUKUN. (Artocarpus altilis)

III. METODE PENELITIAN. Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung dan Laboratorium Teknologi

BAB III METODOLOGI. Laporan Tugas Akhir Pembuatan Mie Berbahan Dasar Gembili

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini masyarakat banyak mengonsumsi mi sebagai makanan alternatif

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK PANGAN

I. PENDAHULUAN. Sayur-sayuran dan buah-buahan adalah jenis komoditi pertanian yang mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI

Meningkatkan Nilai Tambah Bawang Merah Oleh: Farid R. Abadi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya selera masyarakat pada jajanan yang enak dan tahan lama

PENGARUH LAMA PERENDAMAN BIJI NANGKA DALAM NATRIUM METABISULFIT DAN CARA PENGERINGAN TERHADAP KUALITAS TEPUNG BIJI NANGKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

1 I PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat

PENDUGAAN UMUR SIMPAN PRODUK MI INSTAN DARI PATI SAGU DENGAN METODE AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman sukun tumbuh tersebar merata di seluruh daerah di Indonesia,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium Balai Riset dan Standardisasi Industri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pendugaan Umur Simpan Jeruk Siam (Citrus nobilis var. microcarpa) Berdasarkan Kandungan Vitamin C Menggunakan Persamaan Arrhenius

II. TINJAUAN PUSTAKA. bawang putih, dan asam jawa. Masing-masing produsen bumbu rujak ada yang

BAB III METODE PENELITIAN

MANISAN BASAH JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kelangsungan hidup saja, tetapi seberapa besar kandungan gizi

Diusulkan Oleh: GRIZKI AMELIA I /Angkatan 2012 CHESSY NADIA MARPAUNG I /Angkatan 2014 ANISA RIZKI NABILA I /Angkatan 2014

BAB III MATERI DAN METODE. Kimia dan Gizi Pangan, Departemen Pertanian, Fakultas Peternakan dan

KARAKTERISTIK EDIBLE FILM BERBAHAN DASAR KULIT DAN PATI BIJI DURIAN (Durio sp) UNTUK PENGEMASAN BUAH STRAWBERRY

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, baik perkotaan maupun di pedesaan. Anak-anak dari berbagai

PEMBUATAN PATI DARI BIJI DURIAN MELALUI PENAMBAHAN NATRIUM METABISULFIT DAN LAMA PERENDAMAN

PENGOLAHAN TALAS. Ir. Sutrisno Koswara, MSi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan dan Seafast Center IPB 2013

I. PENDAHULUAN. Tenggara yang beriklim tropis basah seperti Indonesia, Thailand dan Malaysia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Desember 2013 di

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN LABU KUNING (Cucurbita moschata) DAN PERLAKUAN NATRIUM METABISULFIT TERHADAP KARAKTERISTIK KIMIA TEPUNG LABU KUNING

Pengaruh Konsentrasi Natrium Bisulfit Dan Suhu Pengeringan Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Nangka (Artocarpus heterophyllus)

PENGARUH PEMBERIAN PEKTIN DARI KULIT JERUK MANIS

BAB III METODE PENELITIAN

MANISAN KERING JAHE 1. PENDAHULUAN 2. BAHAN

BAB III METODE PENELITIAN

Pendugaan Umur Simpan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Segar dalam Kemasan Plastik Polipropilen

SINTESA DAN UJI BIODEGRADASI POLIMER ALAMI

KAJIAN PENERAPAN ALAT PENEPUNG PISANG UNTUK PENINGKATAN NILAI TAMBAH DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III TATA LAKSANA PELAKSANAAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

FLOUR TREATMENT OF OYSTER MUSHROOM (Pleurotus Ostreatus) AND OLD DRIED NOODLES DRYING ON QUALITY OF WHEAT MOCAF (Modified Cassava Flour)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan protein (Suherman, 2012). Koro pedang (Canavalia

INOVASI TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI BUAH PISANG DALAM MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN DI LAMPUNG SELATAN

PEMBUATAN SUSU DARI KULIT PISANG DAN KACANG HIJAU

I PENDAHULUAN. kandungan gizi yang cukup baik. Suryana (2004) melaporkan data statistik

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat yang

BAB I PENDAHULUAN. populer di Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MIE BERBAHAN DASAR GEMBILI

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB III MATERI DAN METODE. putus, derajat kecerahan, kadar serat kasar dan sifat organoleptik dilaksanakan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TAPE SINGKONG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMBUATAN SAOS CABE MERAH Nurbaiti A. Pendahuluan Cabe merah merupakan salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi

PENDAHULUAN. dikonsumsi. Jenis jamur tiram yang dibudidayakan hingga saat ini adalah jamur

MANISAN BASAH BENGKUANG

BAB III BAHAN DAN METODE

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras analog merupakan beras tiruan yang terbuat dari tepung lokal non-beras.

PENGARUH METODE PERLAKUAN AWAL (PRE-TREATMENT) DAN SUHU PENGERINGAN TERHADAP MUTU FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG UBI JALAR UNGU

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

SHELF LIFE OF Spirulina BISCUIT WITH DIFFERENT PACKAGING By: ABSTRACT

TEKNOLOGI PEMBUATAN SAUS TOMAT Oleh: Masnun Balai Pelatihan Pertanian Jambi I. PENDAHULUAN

1. PENDAHULUAN. Jenis makanan basah ataupun kering memiliki perbedaan dalam hal umur simpan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buahnya. Dilihat dari bentuk daun dan buah dikenal ada 4 jenis nanas, yaitu Cayene

PENENTUAN UMUR SIMPAN SIRUP PALA BERDASARKAN PERUBAHAN DERAJAT KEASAMAN ph Melisa J Sahambangung 1,Lady Ch Lengkey 2, David Rumambi 2,

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian pendahuluan dilaksanakan pada bulan Februari 2017 dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB III MATERI DAN METODE. substitusi tepung biji alpukat dilaksanakan pada bulan November 2016 di

BAB III METODE PENELITIAN

Susut Mutu Produk Pasca Panen

Mahasiswa Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2,3,4

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

I PENDAHULUAN. banyak ditemukan dan dikonsumsi yaitu ikan tongkol. Secara ilmu pengetahuaan,

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan

3.1. Tempat dan Waktu Bahan dan Aiat Metode Penelitian

PENERAPAN UMUR SIMPAN SARI WORTEL PADA BIAYA PENYIMPANAN SELAMA PEMASARAN. Rekna Wahyuni Universitas Yudharta Pasuruan

bulan Februari 2017, sedangkan penelitian utama dilaksanakan bulan April hingga

MANISAN KERING BENGKUANG

PENGARUH LAMA PEREBUSAN DAN LAMA PENYANGRAIAN DENGAN KUALI TANAH LIAT TERHADAP MUTU KERIPIK BIJI DURIAN (Durio zibethinus Murr)

CABE GILING DALAM KEMASAN

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan oleh petani dan petani hutan. Umbi porang banyak tumbuh liar di

ANALISIS PROKSIMAT CHIPS RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONII PADA SUHU PENGGORENGAN DAN LAMA PENGGORENGAN BERBEDA ABSTRAK

PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang,

III. METODOLOGI PENELITIAN

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik oleh industri atau rumah tangga, sedangkan kapasitas produksi tepung terigu

Transkripsi:

JURNAL RONA TEKNIK PERTANIAN ISSN : 2085-2614 JOURNAL HOMEPAGE : http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/rtp Pendugaan Umur Simpan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus) Dengan Menggunakan Persamaan Arrhenius Suhaimi 1), Ratna 2), Kiman Siregar 2*) 1) Alumni Mahasiswa S1 Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala 2) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala *E-mail : ksiregar.tep@unsyiah.ac.id Abstrak Suhu merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perubahan mutu tepung biji durian. Oleh karena itu dalam menduga kecepatan penurunan mutu selama penyimpanan faktor suhu harus selalu diperhitungkan. Keadaan suhu penyimpanan tetap dari waktu ke waktu maka penurunan mutu cukup dengan menggunakan persamaan arrhenius. Tujuan Penelitian ini adalah mengetahui pengaruh larutan natrium metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) dan pengukusan terhadap warna tepung biji durian yang dihasilkan, dan menduga umur simpan tepung biji durian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur simpan tepung biji durian pada suhu 30 0 C tanpa perlakuan = 55,70 hari, perlakuan natrium = 61,05 hari, perlakuan pengukusan 10 menit = 53,21, perlakuan pengukusan 20 menit = 61,32 hari dan perlakuan pengukusan 30 menit = 44,07 hari. Pada suhu 35 0 C tanpa perlakuan = 51,82 hari, natrium perlakuan = 53,83 hari, perlakuan pengukusan 10 menit = 48,96 hari, perlakuan pengukusan 20 menit = 63,18 hari dan perlakuan pengukusan 30 menit = 42,59 hari. Pada suhu 40 0 C tanpa perlakuan = 50.50 hari, perlakuan natrium = 46.23 hari, perlakuan pengukusan 10 menit = 65,80 hari, perlakuan pengukusan 20 menit = 54,86 hari, dan perlakuan pengukusan 30 menit = 39,40 hari. Suhu 55 0 C tanpa perlakuan = 19,83 hari, perlakuan natrium = 22,78 hari, perlakuan pengukusan 10 menit = 18,65 hari, perlakuan pengukusan 20 menit = 26,73 hari, dan perlakuan pengukusan 30 menit = 27,14 hari. Dari penelitian ini didapat lima model yaitu K = 291339554,8 e -6443(1/T), K = 114691,3 e -4025(1/T), K = 35596,4 e -3676(1/T), K = 23155,7 e - 3570(1/T), K = 211,6 e -2016(1/T). Kata kunci : Suhu, natrium metabisulfit, penyimpanan, biji durian Estimation Save Life Flour Seeds Durian (Durio zibethinus) Using Arrhenius Equation Suhaimi 1), Ratna 2), Kiman Siregar 2*) 1) Graduate of Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University 2) Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, Syiah Kuala University *E-mail : ksiregar.tep@unsyiah.ac.id Abstract Temperature is a factor affecting the change in the quality of durian seed flour. Therefore the suspect speed deterioration during storage temperature factors should be taken into account. State storage temperature fixed from time to time, the degradation simply by using the Arrhenius equation. The purpose of this study was to determine the effect of sodium metabisulfite (Na 2 S 2 O 5 ) and steaming towards color durian seed flour produced, 74

and suspect the shelf life of durian seed flour. The results of this study indicate that the shelf life of durian seed flour at 30 0 C without treatment = 55.70 days, sodium treatment = 61.05 days, treatment steaming 10 minutes = 53.21, steaming treatment 20 minutes = 61.32 days and steaming treatment 30 minutes = 44.07 days. At a temperature of 35 0 C without treatment = 51.82 days, sodium treatment = 53.83 days, treatment steaming 10 minutes = 48.96 days, treatment steaming 20 minutes = 63.18 days and steaming treatment 30 minutes = 42.59 days. At a temperature of 40 0 C = 50,50 days without treatment, treatment of sodium = 46.23 days, treatment steaming 10 minutes = 65,80 days, treatment steaming 20 minutes = 54.86 days, and treatment of steaming 30 minutes = 39.40 days. Temperature 55 0 C without treatment = 19.83 days, the treatment of sodium = 22.78 days, treatment steaming 10 minutes = 18.65 days, treatment steaming 20 minutes = 26.73 days, and treatment of steaming 30 minutes = 27.14 days. From this study, obtained five models, namely K = 291339554,8 e -6443(1/T), K = 114691.3 e -4025(1/T), K = 35596.4 e -3676(1/T), K = 23155.7 e -3570(1/T), K = 211.6 e - 2016(1/T). Keywords : Temperature, sodium metabisulfite, storage, durian seeds PENDAHULUAN Buah durian merupakan salah satu buah yang banyak digemari oleh masyarakat. Buah durian menghasilkan limbah padat berupa biji durian dan kulit durian. Biji durian merupakan salah satu sumber karbohidrat yang potensial sebagai alternatif diversifikasi pangan karena memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik untuk dikonsumsi. Bila ditinjau dari komposisi kimianya, biji durian cukup berpotensi sebagai sumber gizi, yaitu mengandung protein 9,79 %, karbohidrat 30 %, kalsium 0,27 % dan fosfor 0,9 % (Winarti dan Purnomo, 2006 dalam Simanjuntak dkk., 2014). Maka diperlukan upaya untuk mengolahnya menjadi sumber makanan. Biji durian sering dianggap tidak bermanfaat, ataupun sebatas dimanfaatkan untuk dimakan setelah dikukus atau direbus maupun dibakar oleh sebagian kecil masyarakat. Biji durian sebagai bahan makanan memang belum memasyarakat di Indonesia, padahal jika mendapatkan penanganan yang serius biji durian dapat dimanfaatkan sebagai penghasil tepung yang tidak kalah dengan tepung lainnya yang akan meningkatkan nilai ekonomis dan kemanfaatannya. Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi sebagai alternative pengganti bahan makanan (AAK, 1997 dalam Hutapea, 2010). Biji durian memiliki kandungan protein, kalsium, dan fosfor yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan tepung terigu. Oleh karena itu, biji durian dapat dijadikan alternatif olahan makanan yang dapat menambah informasi tentang gizi pada masyarakat, selain itu dapat juga untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Biji durian mentah tidak dapat dimakan karena mengandung asam lemak siklopropena yang beracun. Asam lemak siklopropena yang terdapat dalam biji durian akan hilang dengan sendirinya ketika biji durian direbus atau dipanaskan pada suhu 80 0 C. Sebagian kecil masyarakat mengkonsumsi bijinya dengan cara dibakar, dikukus atau direbus. Padahal jika 75

76 Rona Teknik Pertanian, 9(1) diolah lebih lanjut biji durian dapat bermanfaat lebih sebagai bahan baku berbagai olahan makanan yang akan memberikan nilai tambah (Djaeni dan Prasetyaningrum, 2010). Biji durian relatif mudah didapat karena biji durian jarang dimanfaatkan oleh masyarakat dan dibiarkan terbuang begitu saja. Biji durian, saat ini melimpah dan dianggap sebagai sampah belaka. Pengolahan biji durian menjadi keripik biji durian dapat mengurangi jumlah sampah di sekitar kita. Biji durian biasanya tidak dimanfaatkan hanya terbuang begitu saja dan lama kelamaan membusuk menjadi sampah. Sebenarnya banyak produk yang dapat dihasilkan dari biji durian. Selain dapat diolah menjadi tepung juga dapat digunakan sebagai substitusi tepung terigu, biji durian juga dapat diolah menjadi keripik biji durian. Keripik biji durian belum beredar di pasaran. Dengan pengolahan keripik biji durian maka akan dapat meningkatkan nilai tambah sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani durian (Ambarita dkk., 2013). Masalah yang dihadapi dalam pengolahan biji durian menjadi tepung adalah tepung yang dihasilkan memiliki warna putih kekuningan, untuk menghasilkan tepung biji durian dengan warna putih, diperlukan perlakuan dengan perendaman dengan natrium metabisulfit. Perendaman dengan natrium metabisulfit perlu dilakukan untuk meningkatkan mutu tepung karena natrium metabisulfit dapat menonaktifkan enzim, menghambat pertumbuhan mikroba, dan sebagai anti oksidasi (Arogba, 1999 dalam Simanjuntak dkk., 2014). Masalah lain yang dihadapi adalah pada proses pengeringan tepung biji durian apabila dilakukan dengan menggunakan sinar matahari karena suhu dan cuaca yang tidak menentu mengakibatkan lamanya pengeringan tidak dapat dipastikan sehingga tepung yang dihasilkan warnanya tidak seperti yang diharapkan. Berdasarkan alasan tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini agar diperoleh tepung biji durian dengan mutu yang baik. Menurut Slamet (2010) dalam Prabasini dkk., (2013), tepung yang dihasilkan dengan diberi perlakuan pendahuluan perendaman dalam larutan natrium metabisulfit memiliki warna yang lebih baik (cerah), hal ini disebabkan karena sulfit dapat menghambat reaksi pencoklatan yang dikatalis enzim fenolase dan dapat memblokir reaksi pembentukan senyawa 5 hidroksil metal furfural dari D-glukosa penyebab warna coklat. Selain perendaman dalam natrium metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) pemanasan pada suhu tertentu (blanching) dapat menjadi alternatif perlakuan dalam upaya mengurangi penurunan gizi. Proses ini bertujuan untuk mempertahankan warna, cita rasa dan vitamin A. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan natrium metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) dan pengukusan terhadap warna tepung biji durian yang dihasilkan, dan menduga umur simpan tepung biji durian.

METODE PENELITIAN 1. Alat Dan Bahan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pasca Panen, Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh, pada Bulan Juli 2015. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah baskom, pisau, alat perajang, blender, oven, timbangan analitik, gelas ukur, botol kaca, kain, corong, temometer, panci, kompor dan ayakan (80 mesh). Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah natrium metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ), air dan ± 4 kg biji durian yang didapatkan dari gampong Lamsujen kecamatan Lhoong kabupaten Aceh Besar. 2. Prosedur Penelitian Biji durian sebanyak ± 4 kg, lalu dibersihkan dari kotoran dan dikupas kulit arinya. Biji yang telah bersih kemudian dipotong setebal 1 ml menggunakan alat perajang, kemudian ditimbang untuk masing-masing perlakuan sebanyak ± 300 g biji durian. Perendaman dalam larutan natrium metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) 3.000 ppm dalam satu liter air dengan waktu lama perendaman selama 30 menit. Pada pengukusan, biji durian dikukus selama 10, 20, dan 30 menit. Hasil perendaman ditiriskan dengan menggunakan kain. Selanjutnya dilakukan blanching yaitu, pada suhu 85 0 C selama 5 menit. Bahan ditiriskan kembali lalu dimasukkan ke dalam loyang dan dikeringkan dalam oven pada suhu 60 0 C hingga kadar air 14 %. Kemudian dilanjutkan proses pengecilan ukuran menjadi tepung dengan alat blender dan diayak dengan menggunakan ayakan 80 mesh. Kemudian dilakukan analisis organoleptik (warna, aroma, dan kehalusan), rendemen, densitas curah, kadar air dan kadar abu. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Perhitungan nilai kadar air Penurunan kadar air selama penyimpanan disebabkan karena terjadinya proses penguapan kadar air tepung biji durian pada masing-masing perlakuan, dimana suhu penyimpanan lebih tinggi dari pada suhu lingkungan. Kadar air yang banyak berkurang pada suhu 55 0 C, dan yang paling sedikit berkurang pada suhu 30 0 C. Hal ini disebabkan karena pada suhu 55 0 C adalah suhu tinggi maka kadar air akan menguap lebih cepat atau lebih banyak. Nilai penurunan kadar air tepung biji durian dapat dilihat pada Gambar 1. 77

(a) (b) (c) (d) Gambar 1. Grafik penurunan kadar air selama penyimpanan (a) suhu 30 0 C, (b) Suhu 35 0 C, (c) Suhu 40 0 C, (d) suhu 55 0 C Hal itu sesuai dengan pernyataan Subhan (2014), yang menyatakan bahwa penurunan kadar air pada produk tepung pisang goreng ini terjadi karena adanya interaksi antara produk dengan lingkungannya dimana terjadi proses penguapan akibat perbedaan suhu produk dengan suhu lingkungannya. Proses ini adalah proses perpindahan uap air dari produk ke lingkungannya, hal ini disebabkan oleh suhu lingkungan tempat penyimpanan produk yang memiliki suhu cukup tinggi. Uap air akan berpindah dari lingkungan ke produk atau sebaliknya sampai tercapai kondisi kesetimbangan. Perpindahan uap air ini terjadi sebagai akibat perbedaan RH lingkungan dan produk, dimana uap air akan berpindah dari RH tinggi ke RH rendah. b. Penentuan Umur Simpan Tepung Biji Durian dan Orde Reaksi Data penelitian yang diperoleh, selanjutnya diplotkan dalam bentuk kurva linear dan exponensial. Kurva linear menunjukkan orde reaksi nol dan kurva exponensial menunjukkan orde satu. Dari kedua kurva tersebut ditentukan kurva mana yang memiliki nilai R 2 terbesar. Selanjutnya digunakan untuk menentukan umur simpan dengan metode arrhenius. Nilai kandungan kadar air yang diperoleh diplotkan dalam kurva linear dan exponesial dengan hasil untuk berbagai perlakuan sebagai berikut : 78

1. Suhu 30 0 C 79 Rona Teknik Pertanian, 9(1) Orde nol tanpa perlakuan menunjukkan persamaan garis y = -0.214x + 12.18 dan nilai R² = 0.961. sedangkan pada orde satu persamaan garis y = 12,19e -0.01x dan nilai R² = 0,956. dari data tersebut nila R 2 yang terbesar adalah orde nol, maka penentuan umur simpan menggunakan persamaan arrhenius menggunakan orde nol. Pada perlakuan natrium metabisulfit diplotkan data ke dalam bentuk linear dan kurva exponensial dimana orde nol menunjukkan persamaan garis y = -0,209x + 12,96 dan nilai R² = 0,970, sedangkan pada orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,97e -0.01x dan nilai R² = 0,968. dapat dilihat bahwa R 2 yang terbesar pada orde nol yaitu kurva linear. Pada proses perlakuan pengukusan selama 10 menit pada orde nol persamaan garis y = - 0,23x + 12.50 dengan nilai R² = 0,986, sedangkan pada orde satu persamaan garis y = 12,52e -0.01x dengan nilai R² = 0,984. Dari kedua nilai R 2 antara linear dan exponensial menunjukkan bahwa nilai R 2 yang terbesar berada pada kurva linear yaitu orde nol. Pada proses perlakuan pengukusan selama 20 menit untuk kurva linear dimana orde reaksi nol dengan persamaan garis y = - 0,204x + 12,76 dengan nilai R² = 0,961, sedangkan pada kurva exponensial dimana orde reaksi satu menunjukkan persamaan garis y = 12,77e -0.01x dengan nilai R² = 0,958. Dari kedua nilai R 2 tersebut antara orde nol dan orde satu menunjukkan bahwa nilai R 2 terbesar pada orde nol yaitu pada kurva linear. Sedangkan pada proses perlakuan pengukusan selama 30 menit dimana orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,287x + 12,99 dengan R² = 0,953, pada orde satu menunjukkan persamaan garis y = 13,02e - 0.02x dengan nilai R² = 0,950. Dari kedua orde tersebut nilai R 2 terbesar pada orde nol. 2. Suhu 35 0 C Suhu 35 0 C untuk tanpa perlakuan dimana kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,23x + 11,95 dengan nilai R² = 0,942, sedangkan untuk exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 11,96e -0,02x dengan nilai R² = 0,937. Dari kedua nilai R 2 tersebut dapat kita lihat bahwa nilai R 2 terbesar pada kurva linear orde nol. Maka untuk penentuan umur simpan metode arrhenius menggunakan orde nol. Proses perlakuan natrium metabisulfit dimana kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,237x + 12,76 dengan nilai R² = 0,965, sedangkan kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,77e -0,01x dengan nilai R² = 0,962. Maka dari kedua nilai R 2 tersebut dapat kita lihat bahwa nilai R 2 terbesar adalah kurva linear orde nol. Perlakuan pengukusan selama 10 menit kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,25x + 12,24 dengan nilai R² = 0,974, sedangkan kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,24e -0,02x dengan nilai R² = 0,973. Kurva linear orde nol

80 Rona Teknik Pertanian, 9(1) menunjukkan nilai R 2 terbesar dari pada kurva linear exponensial orde satu. Maka untuk menduga umur simpan dengan metode arrhenius menggunakan orde nol. Sedangkan proses perlakuan pengukusan selama 20 menit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,198x + 12,56 dengan nilai R² = 0,981, untuk exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,56e -0,01x dengan nilai R² = 0,979. Diantara kedua orde tersebut nilai R 2 terbesar pada kurva linear orde nol. Adapun untuk proses pengukusan selama 30 menit kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,297x + 12,67 dengan nilai R² = 0,951, sedangkan untuk kurva exponesial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,68e - 0,02x dengan nilai R² = 0,949. Nilai R 2 tertinggi ditunjukkan pada kurva linear orde nol, maka untuk menduga umur simpan dengan metode arrhenius menggunakan orde nol. 3. Suhu 40 0 C Perlakuan kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,236x + 11,91 dengan nilai R² = 0,966, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 11,92e -0,02x dengan nilai R² = 0,963. Antara orde nol dan orde satu nilai R 2 yang tertinggi adalah orde nol. Maka untuk pendugaan umur simpan dengan metode Arrhenius menggunakan orde nol. Pada proses perlakuan menggunakan natrium metabisulfit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,276x + 12,78 dengan nilai R² = 0,984, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,78e -0,02x dengan nilai R² = 0,981. Antara kurva linear orde nol dan exponensial orde satu, nilai R 2 terbesar adalah orde nol. Maka untuk menduga umur simpan dengan metode arrhenius menggunakan orde nol. Pada proses perlakuan pengukusan selama 10 menit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,186x + 12,25 dengan nilai R² = 0,972, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,25e -0,01x dengan nilai R² = 0,971. Kedua nilai R 2 terbesar antara kurva linear orde nol dan kurva exponensial adalah kurva linear nol. Pada proses perlakuan pengukusan selama 20 menit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,228x + 12,54 dengan nilai R² = 0,956, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,55e -0,01x dengan nilai R² = 0,955. Pada proses perlakuan selama 30 menit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garisy = - 0,321x + 12,67 dengan nilai R² = 0,981, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,68e -0,02x dengan nilai R² = 0,979. Diantara ketiga proses perlakuan pengukusan tersebut, nilai R 2 terbesar ada pada kurva linear orde nol. Maka untuk menduga umur simpan dengan metode arrhenius menggunakan orde nol.

4. Suhu 55 0 C Rona Teknik Pertanian, 9(1) Proses tanpa perlakuan untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,601x + 12,02 dengan nilai R² = 0,973, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan garis y = 12,06e -0,05x dengan nilai R² = 0,972. Nilai R 2 terbesar antara kurva linear orde nol dan kurva exponensial orde satu menunjukkan bahwa nilai terbesar ada pada kurva linear orde nol. Maka untuk menduga umur simpan dengan metode arrhenius menggunakan orde nol. Proses perlakuan natrium metabisulfit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,56x + 12,87 dengan nilai R² = 0,973, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 12,90e -0,04x dengan nilai R² = 0,963. Kurva linear orde nol memiliki nilai R 2 terbesar dari pada kurva exponensial orde satu. Maka untuk menduga umur simpan dengan metode Arrhenius menggunakan orde nol. Proses pengukusan selama 10 menit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,565x + 12,33 dengan nilai R² = 0,988, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 13,01e -0,05x dengan nilai R² = 0,985. Pada proses pengukusan selama 20 menit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,468x + 12,57 dengan nilai R² = 0,982, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 13,12e -0,04x dengan nilai R² = 0,976. Adapun pada proses pengukusan selama 30 menit untuk kurva linear orde nol menunjukkan persamaan garis y = - 0,466x + 12,66 dengan nilai R² = 0,985, sedangkan untuk kurva exponensial orde satu menunjukkan persamaan garis y = 13,.20e -0,.04x dengan nilai R² = 0,981. Dari masing-masing proses perlakuan pengukusan menunjukkan bahwa nilai R 2 terbesar adalah pada kurva linear orde nol. Maka untuk menduga umur simpan dengan metode arrhenius menggunakan orde nol. Keseluruhan grafik yang telah diplotkan ke dalam garis linear orde nol dan garis exponensial orde satu. Akan dipilih persamaan mana yang memiliki nilai R 2 terbesar. Dapat kita lihat bahwa nilai R 2 terbesar terdapat pada garis linear orde nol. Maka untuk menduga umur simpan metode arrhenius menggunakan orde nol, dimana orde nol tersebut digunakan untuk menghitung nilai konstanta kecepatan dan umur simpan pada tepung biji durian. c. Perhitungan Nilai k Diketahui bahwa orde reaksi yang digunakan adalah orde nol dikarenakan orde nol memiliki nilai R 2 terbesar dari pada orde satu, maka selanjutnya dihitung nilai k konstanta 81

kecepatan. Dari data yang telah diperoleh perhitungan nilai k, nilai k dari masing-masing perlakuan yang tertinggi terdapat pada suhu 55 0 C. Hal ini menunjukkan bahwa pada suhu 55 0 C terjadi penurunan kadar air yang lebih besar dari pada suhu lainnya. Sedangkan pada suhu 30 0 C terdapat nilai terkecil dari pada suhu lainnya, yang berarti bahwa penurunan kadar air terendah. Hal ini menyatakan bahwa semakin bnesar laju reaksi k maka akan semakin besar kadar air yang hilang dan semakin kecil nilai maka akan senakin kecil kadar air yang hilang. Dapat disimpulkan bahwa penyimpanan tepung biji durian yang baik pada suhu 30 0 C. d. Perhitungan Umur Simpan pada Temperatur Penyimpanan Berdasarkan data yang telah diperoleh bahwa diketahui kadar air yang tepung biji durian pada tanpa perlakuan 11,92, perlakuan natrium metabisulfit 12,76, perlakuan pengukusan 10 menit 12,24, perlakuan pengukusan 20 menit 12,51, dan pada perlakuan 10 menit 12,65. Maka dengan menggunakan data-data yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan perhitungan umur simpan dengan menggunakan persamaan 1 berikut. A = A0 kt t = (A0-A)/k... (1) Hasil perhitungan nilai t bahwa dari masing-masing perlakuan dan suhu yang berbeda. Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa tanpa perlakuan suhu 30 0 C umur simpannya 55,70 hari, pada perlakuan natrium metabisulfit umur simpannya 61,052 hari, sedangkan pada perlakuan 10 menit umur simpannya 53,217 hari, pada perlakuan pengukusan 20 menit umur simpannya 61,323 hari, sedangkan perlakuan pengukusan 30 menit umur simpannya 44,076 hari. Umur simpan suhu 35 0 C untuk tanpa perlakuan umur simpannya 51,826 hari, pada perlakuan natrium metabisulfit umur simpannya 53,8396 hari, untuk perlakuan pengukusan 10 menit umur simpannya 48,960 hari, pada perlakuan pengukusan 20 menit umur simpannya 63,181 hari, sedangkan untuk perlakuan pengukusan 30 menit umur simpannya 42,592 hari. Suhu 40 0 C pada tanpa perlakuan umur simpannya 50,508 hari, pada perlakuan natrium metabisulfit umur simpannya 46,231 hari, adapun untuk perlakuan pengukusan 10 menit umur simpannya 65,806 hari, sedangkan untuk perlakuan pengukusan 20 menit umur simpannya 54,868 hari, dan untuk perlakuan pengukusan 30 menit umur simpannya 39,408 hari. Suhu 55 0 C untuk tanpa perlakuan nilai umur simpannya 19,833 hari, pada perlakuan natrium metabisulfit umur simpannya 22,785 hari, adapun untuk perlakuan pengukusan 10 menit umur simpannya 18,658 hari, sedangkan untuk perlakuan pengukusan 20 menit umur 82

simpannya 26,730 hari, dan untuk perlakuan pengukusan 30 menit umur simpannya 27,145 hari. Suhu 30 0 C memiliki umur simpan lebih lama dari pada suhu lainnya, sedangkan pada suhu 55 0 C memiliki umur simpan lebih kecil. Maka dapat disimpulkan bahwa penyimpanan terbaik untuk tepung biji durian terjadi pada suhu 30 0 C dikarenakan dapat mempertahankan umur simpan lebih lama dari pada suhu lainnya. Adapun nilai t umur simpan yang paling tinggi adalah terjadi pada perlakuan pengukusan 10 menit suhu 40 0 C. Tabel 1. Nilai t (umur simpan) tepung biji durian SUHU t = Umur Simpan Hari 0 C TP NP PP 10 Menit PP 20 Menit PP 30 Menit 30 55,700 61,052 53,217 61,323 44,076 35 51,826 53,839 48,960 63,181 42,592 40 50,508 46,231 65,806 54,868 39,408 55 19,833 22,785 18,658 26,730 27,145 e. Hubungan Umur Simpan dengan Temperatur Nilai umur simpan bisa didapatkan pada temperatur lainnya yaitu dengan cara menghubungkan umur simpan dengan temperatur. Nilai k yang telah diperoleh tersebut dihubungkan dengan temperature dengan menggunakan persamaan 2 arrhenius, yaitu atau, K = k0e-ea/rt... (2) Ln k = ln ko-ea/r x 1/T... (3) Grafik dari hubungan ln k sebagai koordinat y dengan 1/T sebagai absis x, akan memberikan persamaan garis lurus y = a + bx. Untuk ln k sama dengan a sedangkan untuk Ea/RT sama dengan b. Pada persamaan arrhenius nilai temperaturnya dalam skala derajat Kelvin. Maka untuk mengubahnya harus ditambahkan dengan 273. 83

(a) (b) (c) (d) (e) Gambar 2. Grafik plot arrhenius hubungan ln k dan 1/T (a) Tanpa perlakuan, (b) Perlakuan natrium metabisulfit, (c) Perlakuan pengukusan 10 menit, (d) perlakuan pengukusan 20 menit, (e) Perlakuan pengukusan 30 menit Dari kelima grafik pada Gambar 2 diperoleh 5 persamaan garis dari regresi hubungan ln k dan 1/T, sebagai berikut : Tanpa Perlakuan y = - 6443x + 19,49 Perlakuan natrium metabisulfit y = - 4025x + 11,65 Perlakuan pengukusan 10 menit y = - 3676x + 10,48 Perlakuan pengukusan 20 menit y = - 3570x + 10,05 Perlakuan pengukusan 30 menit y = - 2016x + 5,355 f. Simulasi Model Pendugaan Umur Simpan Dari kelima persamaan di atas dapat digunakan untuk menghitung nilai k pada masingmasing perlakuan dari berbagai suhu penyimpanan lain yang berbeda. Maka dengan demikian 84

dapat dihitung umur simpan tepung biji durian dari masing-masing perlakuan sesuai dengan suhu yang ditentukan. Tanpa Perlakuan ln k = - 6443 (1/T) + 19,49 ln ko = 19,49 ko = 291339554,8 Ea/R = - 6443 Model K = 291339554,8 e - 6443(1/T) Perlakuan Natrium Metabisulfit ln k = - 4025 (1/T) + 11,65 Ln ko = 11,65 ko = 114691,3 Ea/R = - 4025 Model K = 114691, 3 e - 4025(1/T) Perlakuan Pengukusan 10 Menit ln k = - 3676 (1/T) + 10,48 Ln ko = 10,48 ko = 35596,4 Ea/R = - 3676 Model K = 35596,4 e - 3676(1/T) Perlakuan Pengukusan 20 Menit ln k = - 3570 (1/T) + 10,05 Ln ko = 10,05 ko = 23155,7 Ea/R = - 3570 Model K = 23155,7 e - 3570(1/T) Perlakuan Pengukusan 30 Menit ln k = - 2016 (1/T) + 5,355 Ln ko = 5,355 ko = 211,6 Ea/R = -2016 Model K = 211,6 e - 2016(1/T) Maka, ln k = (Ea/R)/T + ln ko... (4) Setelah didapatkan nilai k dan ln k selanjutnya dilakukan perhitungan umur simpan menggunakan persamaan 5: A = Ao-kt t = (Ao-A)/k... (5) Maka diperoleh t (umur simpan). 85

Tabel 2. Simulasi model nilai t (umur simpan) tepung biji durian Suhu ( 0 C) t = Umur Simpan (Hari) Rona Teknik Pertanian, 9(1) TP NP PP 10 PP 20 PP 30 30 70,113 65,288 63,784 70,635 46<314 35 49,831 52,746 52,493 58,458 41,621 40 35,644 42,785 43,359 48,554 37,478 55 13,914 23,772 25,351 28,831 27,922 g. Energi Aktivasi Nilai energi aktivasi diperoleh dengan menggunakan persamaan arrhenius yang didapatkan dari kelima persamaan. Dari persamaan pertama diketahui bahwa nilai Ea/R adalah - 6443. Persamaan kedua nilai Ea/R adalah - 4025, untuk persamaan ketiga nila Ea/R adalah - 3676, untuk persamaan keempat nilai Ea/R adalah - 3570, dan untuk persamaan kelima nilai Ea/R adalah -2016. Untuk mencari nilai Ea maka nilai-nilai tersebut dikalikan dengan konstanta gas R sebesar 1,986 kal/mol0k, Sehingga diperoleh nilai energi aktivasinya sebagai berikut: Tanpa Perlakuan Ea = 6443 x R = 12795,8 cal/mol Perlakuan Natrium Metabisulfit Ea = 4025 R = 7993,65 cal/mol Perlakuan pengukusan 10 menit Ea = 3676 R = 7300,53 cal/mol Perlakuan pengukusan 20 menit Ea = 3570 R = 7090,02 cal/mol Perlakuan pengukusan 30 menit Ea = 2016 R = 4003,77 cal/mol h. Metode Euler Metode Euler adalah salah satu dari metode satu langkah yang paling sederhana. Metode euler bertujuan untuk melihat laju konstanta kecepatan pada proses penyimpanan tepung biji durian dengan suhu 30 0 C. Pada perhitungan dengan menggunakan metode euler menunjukkan bahwa nilai laju konstanta kecepatan semakin lama maka semakin meningkat. Hal ini dikarenakan adanya pemberian suhu 30 0 C sehingga laju penurunan mutu semakin meningkat. 86

Pada K1i+1 (tanpa perlakuan) nilai awal konstanta mutu 0,167 meningkat sampai 86,00. Pada K2i+1 (Natrium Perlakuan) nilai awal konstantanya sebesar 0,193 meningkat sebesar 97,896. Pada K3i+1 (Perlakuan pengukusan 10 menit) nilai awal konstantanya sebesar 0,191 dan meningkat sebesar 96,019. Pada K4i+1 (Perlakuan pengukusan 20 menit) nilai awal konstanta 0,175 meningkat sebesar 88,600. sedangkan K5i+1 (Perlakuan pengukusan 30 menit) nilai awal konstanta sebesar 0,271 meningkat sebesar 137,811. Nilai mutu atribut akhir merupakan nilai mutu terakhir dari tepung biji durian yang tidak bagus atau rusak. Perhitungan dengan metode Euler menunjukkan bahwa semakin lama waktu yang digunakan maka semakin tinggi nilai mutu tersebut. KESIMPULAN Model umur simpan untuk tanpa perlakuan K = 291339554,8 e - 6443(1/T), model untuk perlakuan natrium metabisulfit K = 114691,3 e - 4025(1/T), untuk model perlakuan pengukusan 10 menit K = 35596,4 e - 3676(1/T), untuk model perlakuan pengukusan 20 menit K=23155,7 e - 3570(1/T), dan model untuk perlakuan pengukusan 30 menit K= 211,6 e - 2016(1/T). Umur simpan paling lama terjadi pada perlakuan pengukusan 10 menit suhu 40 0 C yaitu 65,806 hari, umur simpan paling singkat terjadi pada perlakuan pengukusan 10 menit suhu 55 0 C yaitu 18,658 hari. Pada simulasi umur simpan paling lama terjadi pada tanpa perlakuan yaitu 77,402 hari, sedangkan untuk umur simpan paling singkat terjadi pada tanpa perlakuan yaitu 6,730 hari. Pada metode Euler diperoleh bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka nilai konstanta penurunan mutunya semakin tinggi. DAFTAR PUSTAKA Ambarita, L. Setyohadi, L.N. Limbong. 2013. Pengaruh Variasi Lama Pengukusan dan Lama Penggorengan Terhadap Mutu Keripik Biji Durian. Universitas Sumatera Utara. Medan. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pert Vol. 1, No. 2. Tahun 2013. Djaeni, M dan A. Prasetyaningrum 2010. Kelayakan Biji Durian Sebagai Bahan Pangan Alternatif : Aspek Nutrisi Dan Tekno Ekonomi Riptek, Vol.4, No.11, Tahun 2010, Hal. 37-45. Semarang. Hutapea, P. 2010. Pembuatan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus Murr) dengan Variasi Perendaman dalam Air Kapur dan Uji Mutunya. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 87

Prabasini, H, D. Ishartani, D. Rahadian. 2013. Kajian Sifat Kimia dan Fisik Tepung Labu Kuning (Cucurbita Moschata) Dengan Perlakuan Blanching dan Perendaman Dalam Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ). Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Jurnal Teknosains Pangan Vol 2 No 2 April 2013. Simanjuntak. S, Nugroho W. A, Yulianingsih, R. 2014. Pengaruh Suhu Pengeringan dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (Na 2 S 2 O 5 ) Terhadap Sifat Fisik-Kimia Tepung Biji Durian (Durio zibethinus). Universitas Brawijaya. Malang. Jurnal Bioproses Komoditas Tropis Vol. 2, No. 2, Tahun 2014. Subhan, E.W. 2014. Pendugaan Umur Simpan Tepung Pisang Goreng Menggunakan Metode Accelerated Shelf Life Testing Dengan Pendekatan Arrhenius. Universitas Brawijaya Malang. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 2, No. 4, Tahun 2014. 88