SINDROMA METABOLIK DI KOTA JAYAPURA. FKM Universitas Cendrawasih Jayapura Papua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB I PENDAHULUAN. beranekaragam. Disaat masalah gizi kurang belum seluruhnya dapat diatasi

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini melibatkan 61 orang subyek penelitian yang secara klinis diduga

BAB I PENDAHULUAN. ini, penyakit ini banyak berhubungan dengan penyakit-penyakit kronis di dunia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN UKDW. lanjut usia terus meningkat dari tahun ke tahun(rahayu, 2014). Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

sebanyak 23 subyek (50%). Tampak pada tabel 5 dibawah ini rerata usia subyek

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam darah dengan bantuan lipoprotein juga merupakan hasil konvert kelebihan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian observasional analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Sakit Umum Daerah Dr.Moewardi Kota Surakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah faktor risiko untuk stroke dan. myocard infarct(mi) (Logmore, 2010).Hipertensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Karena lemak tidak larut dalam air, maka cara pengangkutannya didalam

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang terus mengalami perubahan, terutama di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SINDROMA METABOLIK PADA LANSIA. Hendra Kurniawan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERBEDAAN PROFIL LIPID DAN RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II OBESITAS DAN NON-OBESITAS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi sindrom metabolik sangat bervariasi, disebabkan karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan zaman mengakibatkan adanya pergeseran jenis

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian di Asia Tenggara paling banyak disebabkan oleh penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Departemen kesehatan RI menyatakan bahwa setiap tahunnya lebih

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang mendadak dapat mengakibatkan kematian, kecacatan fisik dan mental

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi dan malnutrisi, pada saat ini didominasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

CIRI-CIRI KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN OBESITAS DI POLIKLINIK ENDOKRIN RSUP DR KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan teknologi dewasa ini menjadikan seseorang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 6. Distribusi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan gizi saat ini cukup kompleks meliputi masalah gizi ganda. Gizi

PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN OBESITAS DAN RIWAYAT DIABETES MELLITUS DENGAN PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB 1. Pendahuluan UKDW. berumur lebih dari 20 tahun mengalami overweight (BMI menurut WHO 25

BAB I PENDAHULUAN. mengalirkan darah ke otot jantung. Saat ini, PJK merupakan salah satu bentuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

ANALISIS FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DI PUSKESMAS KELAYAN TIMUR KOTA BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. absolut. Bila hal ini dibiarkan tidak terkendali dapat menjadi komplikasi metabolik

Transkripsi:

SINDROMA METABOLIK DI KOTA JAYAPURA Antonius Oktavian 1, Lidwina Salim 1, Bernardus Sandjaja 2 1 Balai Penelitian dan Pengembangan Biomedis Papua 2 FKM Universitas Cendrawasih Jayapura Papua Email: ilambra@yahoo.com Metabolic Syndrome in Jayapura City Abstract The prevalence of metabolic syndrome in the world is expected to further increase in recent times, due to changes in lifestyle of the people, but not much data about metabolic syndrome in Indonesia and Papua. Research was needed to complete the database. The aim of this study was to identity the proportion of the metabolic syndrome in Jayapura. A descriptive and cross sectional study was intended in Jayapura City from March October in 2012. The number of 1,200 subjects were selected with consecutive sampling. As obtained from 1200 subjects, 407 (33.9%) were metabolic syndrome, a lot were in the age group > 46 years (42.1%), 333 were female (36.7% of the total female subjects). metabolic syndrome was higher in Papuan subjects (38.5%), in primary school education level (44.7%), and in housewife (44.1%). A sustainable education is needed to raise public health awareness Keywords: metabolic syndrome, Jayapura, Papua Abstrak Prevalensi sindroma metabolik di dunia diperkirakan makin meningkat dalam waktu belakangan ini, berkaitan dengan perubahan pola hidup masyarakat. Mendapatkan proporsi sindroma metabolik di Kota Jayapura sebagai penelitian awal untuk penelitian-penelitian sindroma metabolik selanjutnya. Jenis penelitian deskriptif dan bersifat cross sectional, berlokasi di Kota Jayapura. Jumlah subjek 1200 orang, yang dipilih secara consecutive sampling, berdasarkan wilayah kerja puskesmas di Kota Jayapura, antara bulan Maret-Oktober 2012. Dari 1200 subjek didapat sebanyak 407 orang (33.9%) yang menderita sindroma metabolik, kebanyakan pada kelompok usia 46 tahun ke atas 42,1% dan terbanyak pada perempuan 333 orang (27,7% dari total subjek). Sindroma metabolik pada kelompok suku Papua lebih besar (38.5%) dibandingkan dengan kelompok suku Non Papua (31,6). Pada subjek dengan pendidikan sekolah dasar dan pada kelompok pekerjaan ibu rumah tangga masing-masing 44,7% dan 44,1%, P (0,001). Suatu upaya edukasi tentang pentingnya pencegahan maupun penanganan sindroma metabolik diperlukan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat. Kata kunci: sindroma metabolik, Jayapura, Papua Submit : 22-03-2013 Review : 09-04-2013 Review : 15-04-2013 revisi : 22 05-2013 200

Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 4, 2013: 200-206 PENDAHULUAN Sindroma metabolik merupakan kumpulan keadaan yang meliputi obesitas, dislipidemia, hipertensi dan hiperglikemia. Keadaan ini selanjutnya berkembang menjadi penyakit kardiovaskuler seperti penyakit jantung koroner dan stroke, juga diabetes mellitus tipe 2 dan penyakit-penyakit lain misalnya kanker. 1 Pemahaman mengenai sindroma metabolik menjadi sangat penting artinya mengingat bahwa sindroma metabolik berkaitan erat dengan perubahan metabolisme tubuh, stres oksidatif, inflamasi, resistensi insulin, dislipidemia, aktifitas fisik, umur, genetik, dan ras. 1 Sindroma metabolik merupakan pemicu timbulnya pandemi global penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus tipe 2. Hal ini berkaitan dengan insiden sindroma metabolik yang meningkat secara bermakna dari tahun ke tahun. Saat ini tercatat prevalensi sindroma metabolik di dunia sekitar 20% 2, sedangkan di Jakarta sebagai ibu kota dan kota terbesar di Indonesia prevalensi sindroma metabolik sebesar 28,4% 3, sedangkan penelitian pada orang dewasa gemuk di Bogor menunjukkan 36,2%. 4 Prevalensi ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Secara empiris, obesitas di Papua juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian serius. Hal ini didukung data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 yang menyatakan bahwa persentasi gizi berlebih di antara balita sebesar 5,9% (di Jayapura 4,8%) dan persentasi obesitas yang diukur berdasarkan Indeks Masa Tubuh (IMT) di antara orang dewasa adalah 6,4-10,4%. 5 Persentasi obesitas yang tinggi ini dapat mencetuskan suatu dugaan bahwa sindroma metabolik di Papua dan Jayapura pada khususnya juga akan tinggi, yang pada gilirannya penyakitpenyakit kardiovaskuler dan diabetes mellitus tipe 2 juga akan meningkat. Riset Kesehatan Dasar tahun 2007 menunjukkan prevalensi hipertensi (menurut kriteria JNC VII), penyakit jantung, dan diabetes mellitus tipe 2 di Provinsi Papua masing-masing sebesar 22,0%; 4,3%, dan 0,8%, sedangkan di Kota Jayapura penyakit yang sama berprevalensi berturut-turut 23,8%, 1,6%, dan 0,8%. 5 Tujuan penelitian ini adalah untuk. mendapatkan angka kejadian Sindroma metabolik di kalangan masyarakat di Kota Jayapura BAHAN DAN METODE Desain penelitian ini adalah potong lintang, berlokasi di Kota Jayapura pada bulan Maret-Oktober 2012. Subjek penelitian 1200 orang yang ditentukan berdasarkan lokasi wilayah kerja pada 12 puskesmas di Kota Jayapura, secara consecutive sampling, dengan kriteria inklusi: minimal berumur 20 tahun dan setuju untuk berpartisipasi dengan menandatangani informed consent, Kriteria eksklusi: tidak sedang hamil atau sakit yang menyebabkan perubahan ukuran lingkar pinggang seperti asites, tumor perut dan lain-lain. Subjek akan diedukasi pada hari pertama serta dilakukan pengukuran tekanan darah, lingkar pinggang serta wawancara untuk mengetahui usia, suku, pendidikan, dan pekerjaan. Pengambilan darah dilakukan pada hari kedua setelah subjek berpuasa. Darah yang diambil akan dilakukan pemeriksaan: trigliserida, High Density Lipoprotein (HDL) dan gula darah puasa dengan menggunakan spektrofotometer kimia klinik Stardust MC 15. Penegakan diagnosis sindroma metabolik menurut kriteria The International Diabetes Federation (IDF) tahun 2005 adalah sebagai berikut: 201

A. Kriteria A Memiliki obesitas sentral yang ditentukan berdasarkan waist circumference (lingkar pinggang). Pada laki-laki waist circumference > 90 cm dan pada wanita >80 cm (Ukuran ini berlaku untuk Asia Tenggara) B. Kriteria B a. Hipertrigliseridemia dengan kadar trigliserida > 150 mg/dl atau sedang dalam pengobatan hipertrigliseridemia. b. Kolesterol High Density Lipoprotein (HDL) yang rendah. Pada laki-laki kadar HDL < 40 mg/dl dan pada wanita < 50 mg/dl, atau dalam pengobatan untuk peningkatan HDL. c. Tekanan darah tinggi yaitu tekanan sistolik/diastolik 130/85 mm Hg atau dalam pengobatan hipertensi. d. Peningkatan kadar gula darah puasa yaitu 100 mg/dl atau dalam pengobatan diabetes mellitus tipe 2 Seseorang dinyatakan sebagai penderita SM bilamana memenuhi kriteria A dan 2 atau lebih kriteria B seperti tersebut di atas. 1 Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi kwadrat (Chisquare) HASIL Setelah dilakukan pengambilan data, diperoleh hasil yang ditampilkan dalam beberapa tabel. Rata-rata usia subjek penelitian 46,1 tahun, perempuan lebih banyak, didominasi suku Non Papua, dengan tingkat pendidikan terbanyak SMP/SMU, dan sebagian besar adalah ibu rumah tangga. (Tabel 1) Tabel.1 Karakteristik Subjek Penelitian Karakteristik Jumlah (N:1200) Umur (mean, range) 46,1 (20-89) tahun Jenis kelamin (%) Laki-laki 293 (24,3) Perempuan 907 (75,6) Suku (%) Papua 405 (33,8) Non Papua 795 (66,2) Pendidikan (%) Tidak sekolah 44 (3,7) SD 275 (22,9) SMP/SMU 545 (45,4) Universitas 336 (28,0) Pekerjaan (%) Tidak bekerja 107 (8,9) Pegawai 351 (29,3) TNI/POLRI 13 (1,1) Pelajar/ Mahasiswa 6 (0,5) Wiraswasta 132 (11,0) Petani/nelayan 91 (7,6) Ibu rumah tangga 435 (36,3) Lain-lain 65 (5,4) Untuk hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium dapat dilihat dalam Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2, tampak bahwa hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, kecuali High Density Lipoprotein (HDL), rata-rata kadar HDL pada laki-laki lebih rendah dibanding perempuan. Rerata lingkar pinggang dan gula darah puasa baik pada subjek laki-laki dan perempuan tampak berada di atas batas normal untuk faktor risiko sindroma metabolik, sedangkan kadar kolesterol HDL di bawah ambang batas faktor risiko sindroma metabolik untuk kedua jenis kelamin 202

Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 4, 2013: 200-206 Tabel 2. Hasil Pemeriksaan Antropometri dan Laboratorium Menurut Jenis Kelamin Hasil pengukuran/ pemeriksaan Laki-laki (n:293) X + SD Perempuan (n:907) X + SD Total (N:1200) X + SD P-Value Lingkar pinggang (cm) 90,6 + 13,2 90,1 + 12,1 90,2 + 12,4 0,26 Tekanan darah (mmhg) -Sistolik 124,1 + 17,8 121,1 + 18,3 121,8 + 18,2 0, 04 -Diastolik 81,1 + 11,7 77,4 + 12,1 78,3 + 12,1 0,00 Trigliserida (mg/dl) 132,7 + 85,0 113,0 + 69,4 117,8 + 74,0 0,01 HDL (mg/dl) 38,7 + 15,6 41,9 + 16,8 41,1 + 16,6 0,00 Gula Darah Puasa (mg/dl) 102,3 + 40,5 101,8 + 51,6 101,9 + 49,1 0,45 Tabel.3.Proporsi Faktor Risiko dan Sindroma metabolik Menurut Jenis Kelamin Faktor Risiko dan Sindroma metabolik Jenis Kelamin Total (N: 1200) Laki-laki Perempuan n ( % ) (n: 293) (n: 907) n (%) n (%) OR (CI 95%) P- Value 3,6 (2,8-4,8) Obesitas sentral 140 (47,8) 698 (77,0) 838 (69,8) 0,000 Hipertensi 81 (27,6) 176 (19,4) 257 (21,4) 0,6 (0,5 0,8) 0,004 Trigliserida tinggi 86 (29,4) 189 (20,8) 275 (22,9) 0,6 (0,5 0,8) 0,003 HDL rendah 190 (64,8) 740 (81,6) 930 (77,5) 2,4 (1,8 3,2) 0,000 Gula darah tinggi 91 (31,1) 255 (28,1) 346 (28,8) 0,9 (0,6 1,2) 0,336 Sindroma metabolik 74 (25,3) 333 (36,7) 407 (33,9) 1,7 (1,3 2,3) 0,000 Berdasarkan wawancara tentang riwayat pengobatan (sedang minum obat) untuk penyakit-penyakit; hipertrigliserida, diabetes mellitus dan pengobatan hipertensi didapat subjek yang mengaku sedang berobat hipertrigliserida sebanyak 6 orang (0,5 %), DM 18 (1,5%), hipertensi 53 orang (4,4%), minum 2 jenis pengobatan: hipertrigliserida dan DM sebanyak 1 orang (0,1%) serta minum obat DM dan hipertensi sebanyak 2 orang (0,2%) Proporsi faktor risiko dan sindroma metabolik pada masing-masing jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel.3. Dari Tabel 3 tampak beberapa persentasi faktor risiko sindroma metabolik yang lebih tinggi pada laki-laki, yaitu: hipertensi, trigliserida dan gula darah, meskipun perbedaan gula darah puasa tidak bermakna (P > 0,05). Persentasi faktor risiko lain yaitu obesitas sentral dan kadar kolesterol High Density Lipoprotein yang rendah tampak lebih banyak dan bermakna secara statistik pada perempuan (P < 0,05). Dari 1200 subjek, 407 (33.9%) menderita sindroma metabolik, dimana 333 (36,7%) pada perempuan. Untuk mengetahui sebaran sindroma 203

metabolik berdasarkan suku, pendidikan dan pekerjaan, dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sindroma metabolik lebih banyak terdapat pada subjek berumur > 46 tahun, pada suku Papua, pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar dan pekerjaan ibu rumah tangga dan bermakna secara statistik (P < 0.05). PEMBAHASAN Angka kejadian Sindroma metabolik di seluruh dunia, misalnya di Amerika Serikat terdapat 34% sindroma metabolik pada orang dewasa berumur 20 tahun ke atas 6. Di negara-negara Amerika Latin seperti Mexico City, Bogota, Buenos Aires dan sebagainya, angka kejadian sindroma metabolik berkisar antara 14% hingga 27%. 7 Sedangkan prevalensi sindroma metabolik di Asia berkisar antara 10-15%. 11 Adapun di Indonesia, tercatat 36,2% sindroma metabolik pada orang dewasa gemuk di Bogor. 4 Penelitian ini mengungkapkan bahwa proporsi sindroma metabolik di Kota Jayapura adalah sebesar 33,9%. Persentasi ini tidak berbeda jauh dengan tempat lain. Usia sindroma metabolik pada penelitian ini terbanyak terjadi pada usia > 46 tahun Beberapa penelitian mengungkapkan adanya hubungan antara usia dengan sindroma metabolik. Salah satu faktor risiko sindroma metabolik adalah usia, dimana makin bertambah usia makin tinggi pula risiko kejadian Sindroma metabolik. 9 Tabel 4. Sebaran sindroma metabolik Berdasarkan Karakteristik Subjek Karakteristik Subjek Sindroma metabolik (n : 407) n (%) Non sindroma metabolik (n : 793) n (%) P-Value Umur < 46 152 (25,5) 443 (74,5) 0,00 >46 255 (42,1) 350 (57,9) Suku Papua 156 (38,5) 249 (61,5) 0,02 Non Papua 251 (31,6) 544 (68,4) Pendidikan Tidak sekolah 19 (43,2) 25 (56,8) 0,00 SD 123 (44,7) 152 (55,3) SMP/SMU 172 (31,6) 373 (68,4) Universitas 93 (27,3) 243 (72,3) Pekerjaan Tidak bekerja 32 (29,9) 75 (70,1) 0,00 Pegawai 90 (25,6) 261 (74,4) TNI/POLRI 4 (30,8) 9 (69,2) Pelajar/Mahasiswa 1 (16,7) 5 (83,3) Wiraswasta 40 (30,3) 92 (69,7) Petani/nelayan 29 (31,9) 62 (68,1) Ibu rumah tangga 192 (44,1) 243 (5,.9) Lain-lain 19 (29,2) 46 (70,8) 204

Bul. Penelit. Kesehat, Vol. 41, No. 4, 2013: 200-206 Penelitian di Amerika Serikat menyimpulkan bahwa angka kejadian sindroma metabolik bertambah tiga kali lipat pada usia 40-59 tahun dibanding pada usia kurang dari 40 tahun. 6 Begitu juga dengan penelitian di Amerika Latin dimana pada usia > 45 tahun lebih berisiko menderita sindroma metabolik. 7 Pada penelitian di Bogor didapatkan faktor risiko sindroma metabolik menjadi 2 kali lipat lebih banyak pada usia 44 tahun ke atas, dibandingkan usia di bawahnya. 4 Dengan bertambahnya usia, akan terjadi penurunan fungsi metabolisme, sehingga akan mencetuskan timbulnya obesitas sentral, dan penyakit-penyakit degeneratif lebih banyak terjadi seperti diabetes mellitus dan hipertensi. 2 Sindroma metabolik dapat terjadi pada kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan. Berbagai penelitian mengungkapkan hasil yang beragam mengenai hubungan jenis kelamin dengan kejadian sindroma metabolik, seperti penelitian di 7 kota wilayah Amerika Latin ditemukan bahwa di 5 kota tercatat lebih banyak perempuan dengan sindroma metabolik dibandingkan laki-laki. 7 Begitu pula dengan suatu penelitian di Malaysia, jenis kelamin perempuan diketahui lebih berisiko menderita sindroma metabolik. 8 Namun pendapat yang berbeda dikemukakan Ervin et al 6, dimana tidak ada perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan dalam hubungannya dengan faktor risiko sindroma metabolik. 6 Pada penelitian ini didapatkan bahwa subjek perempuan lebih banyak menderita sindroma metabolik dan bermakna secara statistik (P = 0, 00), dengan jenis pekerjaan paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga. Menurut suatu penelitian di Amerika, ibu rumah tangga lebih banyak menderita Sindroma metabolik dikarenakan minimumnya aktivitas fisik. 10 Walaupun dari penelitian ini mendapatkan persentasi sindroma metabolik yang lebih tinggi pada perempuan, namun apabila dilihat dari masing-masing faktor risiko yang menjadi persyaratan tegaknya diagnosis sindroma metabolik seperti: obesitas sentral, hipertensi, trigliserida yang tinggi, kadar kolesterol HDL yang rendah, dan gula darah puasa yang tinggi, tidak semuanya terdapat pada kelompok perempuan. Tercatat hanya 2 faktor risiko saja yang lebih tinggi presentasinya pada kelompok perempuan yaitu: obesitas sentral dan kadar kolesterol HDL yang rendah. Hal ini senada dengan hasil penelitian di Amerika Serikat tahun 2003-2006 mengungkapkan bahwa kelompok laki-laki memiliki prevalensi yang lebih tinggi pada faktor risiko trigliserida, hipertensi dan hiperglikemia dibandingkan perempuan. Di sisi lain kelompok perempuan memiliki prevalensi yang tinggi pada obesitas sentral dan kadar HDL yang rendah. 6 Hasil yang agak berbeda mengenai faktor risiko sindroma metabolik pada masing-masing jenis kelamin dapat dilihat pada penelitian di Bogor yang menilai angka kejadian sindroma metabolik pada orang dewasa gemuk yaitu: pada laki-laki presentasi faktor risiko tinggi pada kadar trigliserida tinggi dan hiperglikemia, sedangkan pada perempuan adalah hipertensi, kadar HDL rendah, dan obesitas sentral. 4 Pan et al berpendapat bahwa perbedaan komposisi lemak tubuh pada individu dipengaruhi oleh genetik, perkembangan sewaktu dalam kandungan, diet dan aktivitas fisik. 11 Rasio sindroma metabolik pada penelitian ini mengungkapkan persentase suku Papua yang menderita sindroma metabolik lebih tinggi dibandingkan dari kelompok suku Non Papua. Angka kejadian sindroma metabolik dipengaruhi oleh suku atau ras seseorang, seperti diungkapkan dalam beberapa penelitian. Prevalensi sindroma metabolik di Amerika Serikat dalam hubungannya dengan ras, menunjukkan hasil yang bervariasi sesuai dengan jenis kelaminnya, misalnya; pada wanita 205

kulit hitam Non Hispanik Amerika dan wanita Mexico Amerika memiliki risiko 1,5 kali menderita sindroma metabolik dibandingkan wanita kulit putih Non Hispanik Amerika. 6 Sementara penelitian di Malaysia, etnis China memiliki prevalensi sindroma metabolik yang lebih rendah dibanding subjek dari etnis India maupun etnis Melayu. 8 Penelitian ini tidak dapat mengungkapkan apakah risiko sindroma metabolik dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, misalnya sperti pola asupan makanan dan aktivitas seseorang. KESIMPULAN - Proporsi sindroma metabolik di Kota Jayapura adalah 33.9% terbanyak pada perempuan 36,7 dari total subjek perempuan,lebih banyak pada berusia 46 tahun (42,1%), berasal dari suku Papua (38,5%) berlatar belakang pendidikan Sekolah Dasar (44,7%) dan bekerja sebagai ibu rumah tangga (44,1%). - Dilakukan edukasi terhadap masyarakat dengan metode yang mudah dimengerti, tentang sindroma metabolik dan cara pencegahannya. UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih kepada responden penelitian, Dinas Kesehatan Kota Jayapura dan Badan Litbangkes Kementerian Kesehatan RI. DAFTAR RUJUKAN 1. Internasional Diabetic Federation, The IDF Consensus Worldwide Definition of Metabolic Syndrome, [http://www.idf.org/metabolicsyndrome] 2. Lechleitner M. Obesity and Metabolic Syndrome in the Elderly: a Mini review. Gerontology. 2008; 54: 253-9 3. Soewondo P, Purnamasari D, Oemardi M, Waspadji S, Soegondo S. Prevalence of Metabolic Syndrome Using NCEP/ATP III Criteria in Jakarta, Indonesia: The Jakarta Primary Non Communicable Disease Risk Factors Surveillance 2006. Acta Med Indones- Indones J Intern Med.2010; 42 (4): 199-203 4. Muherdiyantiningsih, Ernawati F, Efendi R, Herman S. Sindrom Metabolik Pada Orang Dewasa Gemuk di Wilayah Bogor. Penelitian Gizi dan Makanan.2008; 31(2) : 75-81 5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Papua Tahun 2007. Jakarta.2008 6. Ervin RB. Prevalence of Metabolic syndrome Among Adults 20 Years of Age and Over, by Sex, Age, Race and Ethnicity, and Body Mass Index: United States 2003-2006. National Health Statistic Reports.2009; 5 (13): 1-7 7. Escobedo C, Schargrodsky H, Champagne B, Silva H, Boissonnet CP, Vinueza R, et al. Prevalence of The Metabolic Syndrome in Latin America and Its Assosiation With Sub- Clinical Carotied Atheroschlerosis: The CARMELA Cross Sectional Study Cardiovascular Diabetology.2009; 852: 1-9 8. Rampal S, Mahadeva S, Guallar E, Bulgiba A, Mohamed R, et al. Ethnic Differences in the Prevalence of Metabolic Syndrome: Results from a Multi-Ethnic Population-Based Survey in Malaysia. 2012. PLoS ONE 7(9): e46365. doi:10.1371/journal.pone.0046365 9. Roy H, Lundy S, Kalicky B. Metabolic Syndrome, Pennington Nutrition Series,. Pub no.35, [http://www.pbrc.edu/training-andeducation/ pdf/pns/ PNS_Metabolic_Syndrome.pdf] 10. Beigh SH, Jain S. Prevalence of Metabolic Syndrome and Gender Differences. Bioinformation. 2012; 8 (13): 613-6 11. Pan WH, Yeh WT, Weng LC. Epidemiology of Metabolic Syndrome in Asia. Asia Pac J Clin Nutr.2008; 17 : 37-42 206