156 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan analisis tipologi gabungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas dapat dikelompokkan berdasarkan : Tipologi I : keberadaa sektor industri dan keuangan yang tinggi kurang mampu menyerap angkatan kerja menganggur Tipologi II: Keberadaan institusi sosial petani yang tinggi kurang optimal dalam mendorong perkembangan sektor pertanian, peternakan, perkebunan & kehutanan. Akibat lebih lanjut sektor industri, keuangan & persewaan kurang berkembang Tipologi III : keberadaan penyuluh pertanian dan taruna tani yang tinggi kurang optimal dalam meningkatkan intensitas populasi ternak, produksi perikanan dan intensitas pertanam tanaman pangan. Angkatan kerja menganggur rendah 2. Berdasarkan analisis hubungan kinerja sistim agropolitan dan kinerja pembangunan ekonomi daerah, ada 5 model dalam melihat keterkaitan antar wilayah di Kabupaten Banyumas, dimana kelima model tersebut dapat dilihat dari aspek : a. Aspek spasial Aspek spasial akan melihat keterkaitan fisik kawasan melalui jaringan transportasi. Hal ini dapat dilihat pada : Model III, dimana kinerja infrastruktur dan fasilitas publik di suatu wilayah pada radius tertentu secara nyata dapat menghambat kinerja pembangunan ekonomi daerah.
157 Model IV, dimana kinerja infrastruktur dan fasilitas publik di wilayah yang berbatasan langsung secara nyata dapat mendorong kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas. b. Aspek Ekonomi Interaksi ekonomi dapat membentuk jaringan keterkaitan antar wilayah seperti : keterkaitan pasar, keterkaitan produksi dalam pengembangan industri sehingga dapat menciptakan efek pengganda ( multiplier effect ) Hal ini dapat dilihat pada : Model III, dimana kinerja pembangunan ekonomi daerah di suatu wilayah pada radius tertentu secara nyata dapat mendorong kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas. c. Aspek sosial Keterkaitan sosial antar wilayah di Kabupaten Banyumas merupakan salah satu faktor penentu kemajuan pembangunan wilayah tersebut sebagai kawasan pertumbuhan baru, karena dengan adanya keterkaitan sosial, faktor-faktor yang akan menimbulkan konflik dapat dikurangi. Kondisi seperti ini kurang terjadi di wilayah Kabupaten Banyumas. Hal ini dapat dilihat dari : Model I, dimana kinerja sumberdaya alam dan kinerja sumberdaya manusia dan sumberdaya sosial di wilayah dalam radius tertentu secara nyata dapat menghambat kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah Kabupaten Banyumas. d. Aspek pergerakkan populasi Berkembangnya wilayah yang berdekatan tergantung pada luasnya jangkauan ekonomi dan sosial, termasuk ketersediaan lapangan pekerjaan, tingkat upah, pelayanan publik, dan aksesibilitas. Dalam hal ini migrasi penduduk dipandang sebagai potensi sumber daya tenaga kerja. Berdasarkan kondisi di lapang, antar kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas mobilitas penduduknya yang keluar masuk daerah potensi
158 meningkat, karena memang kondisi infrastruktur wilayah yang cukup memadai. Hal ini dapat dilihat pada : model IV, dimana kinerja infrastruktur dan fasilitas publik di wilayah yang berbatasan langsung secara nyata dapat mendorong kinerja pembangunan ekonomi daerah di suatu wilayah e. Aspek teknologi Keterkaitan teknologi dan pengorganisasiannya antar wilayah sangat penting dalam mendorong investasi berupa modal teknologi industri. Apabila dukungan teknologi industri tidak ada, upaya membangun perekonomian berbasis industri di wilayah yang saling berhubungan akan menemui kegagalan, karena input teknologi yang terpadu memberikan efisiensi di dalam proses produksi antar eleman yang dibutuhkan. Keterkaitan teknologi antar wilayah di Kabupaten Banyumas masih lemah. Hal ini dapat dilihat pada : Model I dan II, dimana kinerja infrastruktur dan fasilitas publikdi wilayahnya sendiri secara nyata berpengaruh terhadap kinerja pembangunan ekonomi daerah di wilayah tersebut tetapi pengaruh tersebut di lihat dari elastisitasnya sangat kecil sehingga keterkaitan tehnologi antar wilayah di Kabupaten Banyumas kurang terjadi. Hal ini disebabkan karena belum terbangunnya keterhubungan teknologi di wilayah Kabupaten Banyumas. f. Aspek kebijakan Pengembangan keterkaitan antar wilayah merupakan sistem yang diintegrasikan (terpadu) dan ditransformasikan melalui serangkaian jalinan proses kebijakan politik (kebijakan institusi) dan dan saling ketergantungan antara institusi yang mempunyai wewenang dalam perencanaan dan pembangunan wilayah. Keterkaitan kebijakan penganggaran belanja antar kecamatan di wilayah Kabupaten Banyumas sangat lemah. Kondisi tersebut dapat dilihat pada:
159 model II dan III, dimana kinerja penganggaran belanja di wilayah yang berbatasan langsung berpengaruh nyata dalam mendorong kinerja pembangunan ekonomi daerah di suatu wilayah, namun demikian pengaruh tersebut sangat kecil apabila dilihat dari elastisitasnya. 3. Kebijakan strategis yang dianjurkan dalam pengembangan wilayah Kabupaten Banyumas melalui pendekatan agropolitan, antara lain : a. Berdasarkan ketersedian infrastruktur yang dapat menunjang sistim agropolitan maka Kecamatan Wangon, Kecamatan Sumpiuh bisa menjadi kota tani utama dan Kecamatan purwokerto Timur dan kecamatan Purwokerto Barat menjadi kota tani utama pusat pelayanan paling lengkap. b. Untuk mendorong kinerja sektor pertanian dan perdagangan : Meningkatkan produktifitas sektor pertanian di wilayahnya sendiri Kerjasama antar kecamatan melalui interaksi sosial c. Agar intensitas populasi ternak dan produktifitas perikanan di wilayah sendiri tidak menghambat laju pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah kabupaten Banyumas maka harus dilakukan perbaikan sistim pemasaran d. Untuk mendorong pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan : Melakukan kerjasama antar wilayah kecamatan dalam mendorong pertumbuhan sektor industri di wilayah sekitarnya melalui upaya meningkatkan daya saing industri upaya-upaya kerjasama antar wilayah kecamatan dalam hal menciptakan peluang usaha dengan mendorong pengembangan usaha mikro Melakukan kerjasama antar wilayah kecamatan dalam mengelola infrastruktur jalan dan jembatan e. Untuk mendorong pertumbuhan sektor industri melalui upaya kerja sama antar wilayah kecamatan dalam mengelola infrastruktur jaringan jalan dan jembatan di wilayah sekitar f. Untuk menekan laju angkatan kerja menganggur melalui peningkatan kerjasama antar wilayah kecamatan dalam menyusun anggaran belanja pembangunan
160 Saran Rekomendasi dari model pengembangan wilayah dengan pendekatan agropolitan, antara lain : a. Sistem transportasi darat merupakan sarana yang utama (vital) untuk menguatkan keterpaduan dengan wilayah lain. Karena itu perlu dikembangkan jaringan jalan dan system transportasi (reguler), baik dengan membangun jaringan jalan yang menghubungkan antar kawasan secara internal (desa-desa di dalam wilayah kecamatan) maupun jaringan jalan dengan wilayah eksternal (kecamatan, kabupaten, dan wilayah lain). b. Adanya pola pergerakan barang dan manusia antar wilayah kecamatam maka perlu ditingatkan ketersediaan lapangan pekerjaan, tingkat upah, pelayanan publik, dan aksesibilitas. c. Pengembangan pola usaha ekonomi harus memiliki keterkaitan dengan potensi sumberdaya setempat baik potensi pertanian, perkebunan, ataupun jasa/ industri. Pengembangan usaha pertanian atau perkebunan harus terhubung (lingkage) dengan ketersediaan sarana dan prasarana produksi pertanian, dan terhubung pula dengan industri pengolahan pasca panen. d. Dalam pengembangan keterkaitan antar kecamatan di Kabupaten Banyumas yang berbasis pertanian dan perkebunan perlu mengembangkan jaringan pasar hasil produksi baik secara internal maupun eksternal. Khusus untuk pengembangan pasar ekternal (ke luar kabupaten atau bahkan ke luar negeri) perlu difasilitasi dengan kebijakan dan pangaturan perdagangan antar kota atau negara e. Model ini akan lebih baik apabila dilanjutkan dengan analisis optimasi sehingga akan memperjelas tafsiran yang sudah diperjelas di dalam model