BAB I PENDAHULUAN. persaingan kerja yang sehat dan tidak sehat. Adanya persaingan kerja yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORITIS. tahun 1973 (Farber, 1991; Widiyanti, Yulianto & Purba, 2007). Burnout. dengan kebutuhan dan harapan (Rizka, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Schmidt & Hayes, 2002). Kondisi ini menyebabkan sebagian besar waktu

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. semua rumah sakit, salah satunya Rumah Sakit Umum Daerah Soreang. jabatan dilakukan pada bulan Maret tahun 1999.

Hubungan employee engagement dan burnout pada karyawan divisi IT

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas sumber daya manusia (Cheng,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai profesi yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Nightingale pada tahun 1859 menyatakan bahwa hospital should no harm the patients

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. menjadi sinis tentang karier mereka. Penjelasan umum tentang. pergaulan dan merasa berprestasi rendah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Hubungan Self Compassion dengan Kejenuhan Belajar pada Mahasiswa Tingkat Akhir Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Usulan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Di era global seperti saat ini, sumber daya manusia (SDM) sangat

BAB II LANDASAN TEORI A. BURNOUT

BAB 1 PENDAHULUAN. Kepuasan kerja merupakan salah satu masalah yang penting dan paling

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Jones (2007) mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai cara seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk memperoleh keuntungan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu hidup berkelompok, bersamasama,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada penelitian ini terdapat dua variabel yaitu hardiness dan burnout.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesat, terutama di kota-kota besar. Banyaknya jumlah rumah sakit tersebut

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. Psikologi dalam sebuah organisasi memberikan peranan penting pada

Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara dukungan rekan kerja dan sindroma burnout pada perawat ICU Rumah Sakit X Bandung.

BAB I PENDAHULUAN. berakibat buruk terhadap kemampuan individu untuk berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan adalah karyawan yang berkualitas.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan dunia kerja, tuntutan

Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Seseorang cenderung bekerja dengan penuh semangat apabila memperoleh kepuasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

Studi Deskriptif Mengenai Burnout pada Perawat di Rumah Sakit Umum Daerah Kab. Bandung

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan tekanan karyawan. Menurut Greenberg dalam Mauladi dan Dihan

BAB I PENDAHULUAN. dengan menjadi mahasiswa di suatu perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan yang memadai sangat dibutuhkan. Di Indonesia, puskesmas dan rumah

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. yang berat. Auditor merupakan suatu profesi yang selalu terkait dengan tingkat job stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. teknologi pada masa sekarang. Oleh karena itu kualitas dari sebuah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menyebabkan stres kerja pada perawat antara lain pola dan beban kerja,

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas dari sebuah organisasi harus benar-benar diperhatikan. Hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, tindakan medis, dan diagnostik serta upaya rehabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Komitmen telah menunjukkan pengaruh yang kuat pada keinginan karyawan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Banyak orang yang menginginkan untuk bekerja. Namun, tak jarang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Burnout. staf yang melayani masyarakat, pada tahun 1974, burnout merupakan representasi

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan (Stress) merupakan suatu tanggapan adaptif, diperantarai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang mencakup fasilitas, peraturan yang diterapkan, hubungan sosial

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I.PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sehingga, perawat sebagai profesi dibidang pelayanan sosial rentan

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan negara dititikberatkan pada sektor perpajakan, pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia selalu melakukan berbagai macam aktivitas dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dukungan sosial dari atasan dengan burnout pada paramedis keperawatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pelayanan kesehatan masyarakat memiliki peran besar dalam pelayanan kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kepuasan kerja, yang pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. Nyeri merupakan fenomena yang universal dan kebebasan dari nyeri

ABSTRAK. Kata kunci: work-family conflict, kelelahan emosional, intention to leave.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyebabkan semakin banyak tuntutan yang dihadapi oleh sekolah-sekolah.

PERBEDAAN STRES KERJA DAN KUALITAS KOMUNIKASI DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh

BAB I PENDAHULUAN. dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. sehat, yaitu lingkungan kerja yang diciptakan oleh setiap instansi atau

BAB I PENDAHULUAN. Stres pada dasarnya menyerang setiap individual (Noi & Smith, 1994). Noi dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membutuhkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Human capital

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu usaha sadar yang dilakukan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. sama yang dilakukan secara teratur dan berulang-ulang dengan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen Sumber Daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang tiap elemen bangsanya sulit

1. Bagaimana gambaran burnout pada anggota. 2. Mengapa terjadi burnout pada anggota polisi. 3. Bagaimana dampak burnout pada anggota

BAB 2. Tinjauan Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

PROFIL BURNOUT GURU SMP DI KECAMATAN CIRACAS JAKARTA TIMUR BERDASARKAN FAKTOR DEMOGRAFI DAN LINGKUNGAN KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab ini, penulis akan menguraikan tentang: latar belakang penelitian; identifikasi

PENDAHULUAN. Employee engagement merupakan topik yang banyak dibicarakan. beberapa tahun terakhir. Penelitian dan aplikasi mengenai topik ini banyak

BAB 1 PENDAHULUAN. perawat adalah salah satu yang memberikan peranan penting dalam. menjalankan tugas sebagai perawat.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh karyawan lebih dari sekedar kegiatan yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pada dasarnya merupakan sekelompok orang yang bekerja sama

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting karena situasi ini dapat mempengaruhi semua dimensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan yang dilakukan oleh organisasi akan meningkatkan tuntutan pekerjaan dan persaingan di tempat kerja. Persaingan kerja dapat berupa persaingan kerja yang sehat dan tidak sehat. Adanya persaingan kerja yang kurang sehat antara sesama rekan kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja psikologis yang dapat mempengaruhi munculnya burnout pada diri karyawan (Rizka, 2013). Burnout merupakan suatu respon yang disebabkan oleh masalah emosional yang kronis dan tekanan dalam hubungan interpersonal dipekerjaan yang terdiri dari emotional exhaustion, depersonalization, dan low personal accomplishment (Maslach, Leiter & Schaufeli, 2001; Sedjo, 2005). Emotional exhaustion merupakan penentu utama kualitas burnout, dikatakan demikian karena perasaan lelah mengakibatkan seseorang merasa kehabisan energi dalam bekerja sehingga timbul perasaan enggan untuk melakukan pekerjaan baru dan enggan untuk berinteraksi dengan orang lain sedangkan depersonalization, ditandai dengan kecenderungan individu meminimalkan keterlibatannya dalam pekerjaan bahkan kehilangan idealismenya dalam bekerja dan low personal accomplishment yang merupakan kecenderungan memberikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri. Individu merasa pesimis dengan 1

kemampuannya bekerja, sehingga setiap pekerjaan dianggap sebagai beban yang berlebihan (Maslach, Leiter & Schaufeli, 2001; Asi, 2013). Terdapat beberapa pernyataan yang mengungkapkan bahwa burnout cenderung terjadi pada orang yang bekerja dalam bidang human services. Greenberg & Valletutti (2003) menyatakan bahwa burnout seringkali dialami oleh orang-orang yang bekerja di bidang pelayanan sosial seperti perawat, guru, pekerja sosial, polisi, pengacara, konselor, dan pendeta. Wulandari (2013), juga menyatakan bahwa burnout banyak terjadi pada karyawan human service, yaitu orang-orang yang bekerja pada bidang yang berkaitan langsung dengan banyak orang dan melakukan pelayanan kepada masyarakat umum. Resiko terjadinya burnout pada pekerja bidang pelayanan sosial disebabkan karena pekerja pada bidang sosial memiliki keterlibatan langsung dengan objek kerja atau kliennya dan selama proses pemberian pelayanan, pekerja mengalami situasi yang kompleks dan mendapatkan beban emosional, seperti menangani klien yang tidak kooperatif, dan berhubungan dengan penderitaan pasien. Berhadapan terusmenerus dengan hal seperti itu dapat membuat pekerja menjadi rentan terhadap burnout (Ema, 2004). Burnout juga dapat terjadi pada pekerja non human service. Burnout tidak hanya terjadi pada seseorang yang berprofesi sebagai pekerja pemberi layanan saja, burnout juga banyak ditemukan di berbagai pekerjaan lain yaitu dalam bidang organisasi maupun industri. Hal ini terjadi karena setiap manusia tentu mengalami tekanan-tekanan dalam menjalani pekerjaan (Maslach, Leiter & Schaufeli, 2001; Hardiyanti, 2013). 2

Burnout muncul sebagai tanggapan dari tekanan kerja yang berlebihan. tekanan kerja yang berlebihan, berulang, dan sulit diatasi akan menghantarkan individu untuk mengalami kondisi yang lebih buruk dimana muncul apatisme, sinisme, frustrasi, dan berkembangnya penarikan diri (Widiastuti & Astuti, 2008). Selanjutnya, Lailani (2012) juga menyatakan bahwa burnout dapat membuat kondisi fisik, emosional, dan mental individu menjadi memburuk. Selain berdampak pada diri sendiri, burnout juga berdampak pada organisasi. Burnout akan menyebabkan berkurangnya kepuasan kerja karyawan, memburuknya kinerja karyawan, dan produktifitas karyawan menjadi rendah yang akhirnya akan membawa dampak yang buruk pada kinerja perusahaan (Andarika, 2004; Dam, Ger, Mare, Verbraak, Paul, Eling, & Eni, 2012). Berdasarkan survey dari careerbuilder.com pada tahun 2007 dilaporkan 77 persen dari pekerja Amerika merasakan burnout di tempat kerjanya (Lorenz, 2009). Hal ini juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian Wulandari (2013) mengenai burnout dan persepsi dukungan sosial rekan kerja pada teller bank menunjukkan bahwa teller bank yang mengalami burnout dengan kategori tinggi sebanyak 68% karyawan (Wulandari, 2013). Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Hardiyanti (2013) tentang burnout ditinjau dari big five factors personality pada karyawan kantor pos pusat Malang menunjukkan bahwa 45% karyawan rata-rata mengalami burnout dengan kategori tinggi (Hardiyanti, 2013). 3

Sumber atau penyebab terjadinya burnout yaitu kelebihan beban kerja, kurangnya kontrol, sistem imbalan yang tidak memadai, hilangnya keadilan, dan konflik nilai (Maslach & Leiter, 1997; Nurjayadi, 2004). Adawiyah (2013), juga menyatakan bahwa kecenderungan burnout dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal individu. Faktor internal antara lain adalah kecerdasan emosional (EQ). Sedangkan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi burnout adalah lingkungan kerja. Sisi negatif dari lingkungan kerja yang dapat menimbulkan burnout adalah hubungan dengan rekan kerja yang buruk yang di warnai dengan konflik, saling tidak percaya, dan saling bermusuhan (Hariyadi, 2006). Salah satu masalah mengenai konflik di tempat kerja adalah bullying (Clifford, 2006). Bullying yang terjadi di tempat kerja merupakan tindakan negatif yang terus menerus diberikan kepada seseorang atau beberapa orang karyawan sehingga akan mengakibatkan perasaan tidak berdaya dan tekanan psikologis pada korban yang kemudian akan mempengaruhi perilaku kerjanya (Rudi, 2010). Contoh perilaku bullying yaitu mengejek, mengucilkan, menyebarkan rumor, menakuti, mengancam, menindas, atau menyerang secara fisik seperti mendorong, menampar dan memukul (Rudi, 2010). Bullying dalam konteks pekerjaan dapat dilakukan oleh semua orang yang bekerja di dalam organisasi mulai dari atasan, bawahan sampai teman sekerja dan juga dapat dilakukan oleh pihak dari luar organisasi yaitu client atau pelanggan (Bullying at Work: A Guide for Employees, 2009). Bullying bisa dialami oleh semua level yang ada di dalam organisasi, mulai dari 4

direksi sampai dengan karyawan dengan level yang paling rendah (Gardner, Bentley, Catley, Cooper-Thomas, O'Driscoll, & Trenberth, 2009). Fenomena bullying merupakan fenomena yang sedang menjadi pusat perhatian para peneliti, pendidik, pihak organisasi perlindungan, dan tokoh masyarakat (Rudi, 2010). National workplace bullying survey mengadakan sebuah survey yang di mulai pada pertengahan Maret 2005 sampai Mei 2006 pada korban-korban bullying di UK dan melaporkan bahwa 60% responden menyatakan bahwa bullying yang mereka alami di tempat kerja telah mempengaruhi kualitas kerja mereka, 51% responden menyatakan bahwa bullying di tempat kerja menyebabkan mereka sering tidak masuk kerja, 50,2% responden mengatakan bahwa mereka sudah di bully lebih dari satu tahun, dan 22,7% mengatakan bahwa mereka sudah di bully selama enam sampai dua belas bulan (Donnellan, 2006). Hal ini juga sudah menjadi pembahasan di Indonesia. Kasus bullying di Indonesia juga sudah menjadi pusat perhatian publik karena banyak korban bullying yang telah melakukan usaha bunuh diri dan juga banyak korban yang akhirnya bunuh diri (Jakarta Globe, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Alison & Chris (2004) menemukan bahwa korban bullying dapat mengalami tekanan. Perry & Potter (2005), menyatakan bahwa setelah periode tekanan berkepanjangan yang berkaitan dengan pekerjaan, maka individu akan mengalami kondisi penurunan energi mental atau fisik yang mana keadaan ini disebut burnout (Perry & Potter, 2005; Asi, 2013). Selanjutnya Rizka (2013) menyatakan bahwa burnout 5

adalah hasil psikologis dan fisik yang parah akibat tekanan yang terus menerus dialami di tempat kerja. Penelitian yang di lakukan oleh Einarsen & Raknes (1997) dan Zapf & Knorz (1996), juga menunjukkan bahwa bullying di tempat kerja dapat meningkatkan keluhan-keluhan psikologis dan burnout pada karyawan (Einarsen & Raknes, 1997; Zapf & Knorz, 1996; Vartia, 2001). Berdasarkan beberapa hasil dari penelitian, ditemukan bahwa bullying memiliki hubungan dengan burnout. Hasil penelitian Fei (2010) menyatakan bahwa bullying di tempat kerja secara signifikan berhubungan positif dengan Burnout. Trepanier, Fernet & Austin (2013) juga menyatakan bahwa bullying di tempat kerja berhubungan positif dengan burnout. Einarsen, Hoel & Notelaers (2009) mengatakan bahwa indikatorindikator bullying terdiri dari work-related bullying, person-related bullying dan physical intimidation bullying. Indikator pertama dari bullying adalah work-related bullying. Korbankorban yang merasakan work-related bullying mendeskripsikan tempat kerja mereka sebagai tempat yang kompetitif, tidak ramah, dan banyak terjadi konflik interpersonal (Seigne, 1998). Tentunya kondisi kerja tersebut tidak diinginkan dan tidak sesuai dengan harapan karyawan. Putra & Mulyadi (2010), memaparkan bahwa burnout biasanya disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Indikator kedua dari bullying adalah person-related bullying. Bullying yang sifatnya lebih personal, contohnya ketika korban dan rekan kerjanya 6

saling menyerang self-image satu sama lainnya, sering sekali dikarakteristikkan dengan keterlibatan emosional yang intens (Einarsen, 1999). Burnout yaitu suatu keadaan dimana individu mengalami kelelahan fisik, mental dan emosional yang terjadi karena tekanan yang dialami dalam dalam jangka waktu yang cukup lama dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang cukup tinggi (Adawiyah, 2013). Indikator ketiga dari bullying adalah physical intimidation bullying. Contoh physical intimidation bullying diantaranya adalah memberikan perilaku intimidasi seperti mendorong, menunjuk-nunjuk korban, menghalangi jalannya, memberikan ancaman kekerasan dan lain-lain (Einarsen, Hoel & Notelaers, 2009). Dari pernyataan ini korban yang mengalami physical intimidation bullying tentunya akan secara rutin berada pada suatu situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi yang mana korban akan sering mengalami rasa cemas, rasa takut, dan kemarahan. Leatz & Stoler (1993) menyatakan bahwa salah satu hal yang dapat menimbulkan burnout adalah ketika seseorang harus secara rutin menghadapi situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang tinggi. Penelitian mengenai bullying di tempat kerja dan burnout juga sudah banyak dilakukan pada pekerja human service contohnya penelitian yang dilakukan oleh Trapanier, Fernet & Austin (2013) pada perawat, penelitian Einarsen, Mathieson & Skogstad (1998) pada perawat dan Chipps, Stelmaschuk, Albert, Bernhard & Holloman (2013) yang meneliti mengenai bullying dan emotional exhaustion pada orang-orang yang bekerja di bidang 7

kesehatan seperti ahli bedah dan lain-lain. Dari pernyataan-pernyataan di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai bullying di tempat kerja dan burnout dengan melibatkan subjek-subjek yang bekerja dibidang non human service juga. Dari penjelasan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh bullying ditempat kerja terhadap burnout pada karyawan. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada pengaruh bullying di tempat kerja terhadap burnout pada karyawan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh bullying di tempat kerja terhadap burnout pada karyawan. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan data-data empiris yang berkaitan dengan bullying di tempat kerja dan burnout. b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi ilmu psikologi, khususnya dalam bidang Psikologi Industri dan Organisasi mengenai bullying di tempat kerja dan burnout. 8

2. Manfaat Praktis Manfaat Praktis dalam penelitian ini adalah bagi pihak perusahaan dapat mengetahui tingkat burnout dan bullying yang terjadi di perusahaan tersebut sehingga dapat menanganinya. E. Sistematika Penulisan Penelitian ini disajikan dengan sistematika penelitian sebagai berikut: 1. BAB I : Pendahuluan Bab ini menyajikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis dan sistematika penulisan yang terdiri dari sistematika penulisan bab satu, dua, tiga, empat, dan lima. 2. BAB II : Tinjauan Pustaka Bab ini menyajikan teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam penelitian, antara lain teori mengenai burnout dan bullying di tempat kerja. Teori burnout terdiri dari definisi burnout, dimensi burnout, gejala burnout, dan faktor-faktor yang mempengaruhi burnout. Sedangkan teori bullying di tempat kerja terdiri dari definisi bullying, pihak-pihak yang terlibat didalam bullying, indikator perilaku bullying dan dampak bullying. Selain itu bab ini juga menyajikan pengaruh bullying di tempat kerja terhadap burnout pada karyawan dan hipotesa penelitian. 9

3. BAB III : Metode Penelitian Bab ini menjabarkan mengenai metode penelitian yang berisi tentang identifikasi variabel penelitian yang terdiri dari variabel prediktor dan variabel kriteria, defenisi operasional variabel penelitian yang terdiri dari bullying di tempat kerja dan burnout, populasi dan sampel penelitian, metode dan alat pengumpulan data yang terdiri dari skala bullying dan skala burnout, uji coba alat ukur yang tediri dari validitas alat ukur, uji daya diskriminasi aitem dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian yang terdiri dari tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, dan tahap pengolahan data dan metode analisis data serta hasil uji coba alat ukur. 4. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini menjabarkan mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi gambaran umum subjek penelitian yang terdiri dari gambaran subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, status pernikahan dan masa bekerja, selanjutnya berisi mengenai hasil penelitian yang terdiri dari hasil uji asumsi dan hasil utama penelitian, serta berisi tentang pembahasan. 5. BAB V : Kesimpulan dan Saran Bab ini menjabarkan mengenai kesimpulan dan saran penelitian. Kesimpulan berisi mengenai hasil utama apa saja yang didapatkan dari penelitian dan saran berisi mengenai saran metodologis dan saran praktis. 10